Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENYELIDIKAN TANAH DI LAPANGAN


Di ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mekanika Tanah II

Dosen Pengampu :
Ayu Roesdyningtyas Dyah Anggraeny, ST, MT.

Disusun Oleh :

Tantowi Zohri (1794094017)

Nadia Fatma Wati (1794094011)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

1
Kata Pengantar

Bismillahirrrohmaanirrohiim

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufiq, rahmat, serta ridho-Nya kepada kita semua, sehingga makalah kami dapat
terselesaikan dengan judul “PENYELIDIKAN TANAH DI LAPANGAN “. Makalah
ini ditujukan untuk pembaca agar lebih memahami tentang pengertian tanah,
penyelidikan tanah, sifat dan tipe tanah, kelembaban tanah, dan lain-lain.

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ayu Roesdyningtyas
Dyah Anggraeny, ST, MT. selaku dosen Mekanika Tanah II yang telah membimbing
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang pengertian Tanah, dan bagaimana
system penelitian tanah dilapangan yanga adapat mempengaruhi kekuatan bangaunan
yanag akan di banagun di tempat tersebut Makalah ini juga ditujukan untuk
memenuhi tugas kelompok. Kami hanya manusia biasa tempat dimana ada kesalahan-
kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam
makalah yang kami buat ini. Semoga makalah kami ini dapat menambah pengetahuan
kita semua. Untuk tercapainya kesempurnaan makalah ini, kami mohon kritik dan
saran dari teman-teman yang membacanya.

Jombang, 15 Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .........................................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyelidikan Tanah Dilapangan ............................................................................. 6


B. Uji Penetrasi Standart .............................................................................................. 7
C. Cara Penyelidikan ................................................................................................... 11
D. Alat-Alat Penyelidikan ............................................................................................ 12
E. Alat-Alat Pengambilan Contoh Tanah .................................................................... 16
F. Penanganan Contoh Tanah ...................................................................................... 21
G. Laporan Hasil Pengeboran ...................................................................................... 21
H. Denah Titik-Titik Penyelidikan............................................................................... 22
I. Kedalaman Lubang Bor .......................................................................................... 24
J. Informasi Yang Dibuhkan Untuk Penyelidikan Tanah ........................................... 25

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelidikan tanah di lapangan di butuhkan untuk data perancangan fondasi


bangunan-bangunan, seperti : bangunan gedung, dinding penahan tanah, bendungan,
jalan, dermaga, dll. Bergantung pada maksud dan tujuannya, penyelidikan dapat
dilakukan dengan cara-cara : menggali lubang uji ( test pit ), pengeboran, dan uji
secara langsung di lapangan ( is-situ test ). Dari data yang diperoleh sifat-sifat teknis
tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menganalisa kapasitas dukung dan penurunan.

Tuntutan ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban


bangunan, tingkat keamanan yang diinginkan, kondisi lapisan tanah, dan biaya yang
tersedia untuk penyelidikan. Oleh karena itu, untuk bangunan-bangunan sederhana
atau ringan, kadang-kadang tidak dibutuhkan penyelidikan tanah, karena kondisi
tanahnya dapat diketahui berdasarkan pengalaman setempat. Tujuan penyelidikan
tanah amtara lain:

1. menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih

2. menentukan tipe dan kedalaman fondasi

3. untuk mengetahui posisi muka air tanah

4. untuk mengetahui besarnya penurunan

5. menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau pangkal
jembatan ( abutment )

4
6. menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan
yang telah ada sebelumnya

7. pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk menentukan
letak-letak saluran, gorong-gorong, pennetuan lokasi dan maca bahan timbunan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyelidikan tanah dilapangan ?
2. Bagaimana proses penyelidikan tanah dilapangan ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian penyelidikan tanah di lapangan
2. Untuk mengetahui proses penyelidikan tanah dilapangan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyelidikan Tanah Di Lapangan


Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah sekali terganggu oleh pengaruh
pengambilan contoh didalam tanah. Unuk menanggulanginya sering dilakukan
beberapa pengujian-pengujian tersebut antara lain :
1. Uji penetrasi standart atau uji SPT (standart penetration test)
2. Uji penetrasi kerucut statis (static penetration test)
3. Uji beban plat (plate load test)
4. Uji geser kipas atau geser baling-baling (vane shear test)

Pengujian dilapangan sangat berguna untuk mengetahui karakter tanah


dalam mendukung beban fondasi dengan tidak dipengaruhi oleh kerusakan
Contoh : tanah akibat operasi pengeboran dan penanganan, contoh.
Khususnya berguna untuk menyelidiki tanah lempung sensitive, lanau dan
tanah pasir tidak padat.

Perlu diperhatikan bahwa hasil-hasil uji geser kipas dan uji penetrasi ,
hanya memberikan informasi kuat geser (kekuatan) tanah saja, oleh karena itu
pengujian-pungujian tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti
pengeboran, namun hanya sebagai pelengkap data hasil penyelidikan. Suatu
yang tidak dapat diidentifikasikan oleh pengujian tersebut adalah mengenai
jenis tanah yang ditembusnya secara pasti, atau perbedaan jenis tanahnya.
Sebagai contoh, pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai tanah
yang diuji apakah tanah organic atau lempung lunak, atau tanah berupa pasir
tak padat atau lempung kaku, karena yang diketahui hanya tahanan penetrasi

6
atau kuat gesernya saja. Demikian pula, hasil-hasil pengujian tidak dapat
memberikan informasi mengenai kondisi air tanah. Untuk itu, kekurangan-
kekurangan data dapat dilengkapi dengan mengadakan pengeboran tanah.

B. Uji Penetrasi Standar (SPT)


Uji penetrasi standar dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak
terganggu pada tanah granuler. Pada pengujian ini, sifat-sifat tanah ditentukan
dari pengukuran kerapatan relative secara langsung dilapangan. Pengujian untuk
mengetahui nilai kerapaatan relative yang sering digunakan adalah Uji Penetrasi
Standar atau disebut Uji SPT (Standar Penetration Test). Uji SPT dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman pengeboran telah
mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti dengan alat
yang disebut tabung belah standar (Standar Split barrel sampler) Setelah tabung
ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan sampai ujungnya
menumpu lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul dari atas. Pukulan diberikan
oleh alat pemukul yang beratnya 63,5 kg (140 pon), yang ditarik naik turun
denagn tinggi jatuh 76,2 cm (30”) (Gambar 2.11c).

Nilai SPT diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Tahapan pertama, tabung belah standar dipukul sedalam 15 cm Kemudian


dilanjutkan pemukulan tahap kedua sedalam 30,48 Jumlah pukulan tahap kedua
ini, yaitu jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah standar
sedalam 30,48 cm, didevinisikan sebagai nilai-N. Pengujian yang lebih baik
dilakukan dengan menghitung pukulan pada tiap-tiap penembusan sedalam 7,62
cm (3 inci) atau setiap 15 cm (6 inci). Dengan cara ini, kedalaman sembarang
jenis tanahdidasar lubang bor dapat ditaksir, dan elevasi dimana gangguan terjadi
dalam usaha menembus lapisan yang keras seperti batu, dapat dicatat.

7
Pada kasus-kasus umum, uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 - 2 m atau
paling sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah disepanjang kedalaman
lubang bornya. Untuk fondasi dangkal interval pengujian dapat lebih rapat lagi.

Untuk tanah berbatu, palmer dan stuart (1957) memodifikasi tabung belah
standar yang terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30º pada ujungnya.
pengamatan telah menunjukan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh
kedua tipe alat ini mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relative tanah
yang sama.

Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi


kemungkinan model keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck,
1948). Kondisi keruntuhan geser local (Local shear failure) dapat dianggap
mterjadi, bila N < 5, dan keruntuhan geser umum (general shear failure) terjadi
pada nilai N >30. Untuk nilai N antara 5 dan 30, interpolasi linier dari koefisien
kapasitas dulung tanah Na, Nq dan Ny dapat dilakukan. Bila nilai-nilai kerapatan
relative (Dr) diketahui, nilai N dapat didekati dengan persamaan (meyerhof,
1957).

N = 1,7 D r² (14,2po´ + 10)

Dengan:

Dr = Kerapatan relative

po ’ = tekanan vertical akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah yang ditijau,
atau tekanan overburden efektif.

Hubungan nilai N dengan kerapatan relative (Dr) yang diusulkan oleh


Terzaghi dan Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam table

8
Nilai N Kerapatan relative (Dr)

<4 Sangat tidak padat

4-10 Tidak padat

10-30 Kepadatan sedang

30-50 Padat

>50 Sangat padat

9
C. CARA PENYELIDIKAN

Informasi kondisi tanah dasar fondasi, dapat diperoleh dengan cara menggali
lubang secara langsung di permukaan tanah yang disebut lubang uji (test-pit),
maupun dengan cara pengeboran tanah. Penyelidikan mendetail dengan pengeboran
tanah yang diikuti dengan pengujian-pengujian di laboraturium dan atau dilapangan,
selaludilakukan untuk penyelidikan tanah pada proyek-proyek besar seperti : gedung
bertingkat tinggi, jembatan, bendungan, bangunan industri, dll.

Penyelidikan tanah terdiri dari 3 tahap yaitu : pengeboran atau penggalian


lubang uji, pengambilan contoh tanah (sampling) dan pengujian contoh tanah.
Pengujian contoh tanah dapat dilakukan di laboraturium atau dilapangan.

Bergantung pada tingkat ketelitian yang dikehendaki, pengam ’bilan contoh


tanah dilakukan pada setiap jarak kedalaman0,75-2 meter dengan cara menekan
tabung contoh tanah (sampler) secara hati-hati (terutama untuk contoh tak terganggu)
yang dipasang pada ujung bawah batang bor. Pada waktu pengeboran dilakukan,
contoh tanah dapat diperiksa didalam pipa bor yang ditarik keluar. Jika pada tahap ini
ditemui perubaan jenis tanah, kedalaman perubahan jenis tanah dan kedalamannya
dicatat, dan kemudian, contoh tanah tambahan diambil. Pada lapisan-lapisan yang
dianggap penting untuk dikatahui karakteristik tanahnya, kadang-kadang
pengambilan contoh kontinu (continous sampling) diperlukan. Bila pengeboran
dilakukan pada lapisan batuan, contoh inti batu (rock core) diambil dengan alat bor
putar (rotary drill).

Kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti. Kesalahan data muka
air tanah dapat mempersulit pelaksanaan pembangunan fondasi dan dapat
mengakibatkan kesalahan analisis stabilitasnya.

10
D. Alat- alat Penyelidikan

Data hasil penyelidikan tanah dapt memberikan gambaran tentang kondisi-


kondisi lapisan pada sifat-sifat fisik tanah dalam arah vertical. Berdasarkan data ini,
perancang dituntut untuk menggabar profil lapisan tanah dengan cara inter polasi data
dari tiap-tiap lapisan yang mengandung material-material yang secara pendekatan
mempunyai sifat-sifat yang sama.

Terdapat beberapa cara penyelidikan yang berguna untuk mengetahui kondisi


lapisan tanah dan sifat-sifat teknisnya.

1. Lubang-uji (test pit)

Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti.
Lagi pula, bila perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu
(undisturbed sample) pada lapisan-lapisan yang dikehendaki.

11
2. Bor tangan (hand auger)

Cara ini termasuk yang paling sederhana dalam pembuatan lubang


dalam tanah dengan menggunakan alat bor. Penetrasi mata bor terbatas pada
kekuatan tangan yang memutarnya, oleh karena itu tanah harus tidak
mengandung batu atau lapisan tanah keras lainnya.bor tangan dapat
menembus sampai 10m, tapi umumnya kedalaman bor maksimum 6 sampai 8
meter. Alat ini sering digunakan dalam penyelidikan tanah untuk proyek-
proyek jalan raya , kereta api, dan lapangan terbang, dimana kedalaman
lubang yang dibutuhkan pada jalan raya hanya berkisar pada kedalaman 4m.
untuk pembuatan lubang yang lebih dalam pada tanah kohesif.

12
3. Bor cuci (wash boring)

Pada cara ini, pengeboran tanah dilakukan dilakukan dengan cara


penyemprotan air sambil memutar-mutar pipa selubung (casing) untuk
memudahkan penetrasi ujung mata bor Tanah yang keluar dari lubang bor
diidentifikasi secara kasar. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara kering
dengan cara mengganti ujung mata bor denga tabung contoh. Cara ini tidak
mengganggu tanah dibawah mata bor . oleh karena itu contoh tanah yang diambil
memungkinkan dalam kondisi tak terganggu (udisterbed sample). Metode bor
cuci tidak dapat digunakan jika tanah mengandung batu-batu besar.

Wash probing digunakan untuk mengetahui kedalaman pertemuan antara


tanah lunak dan tanah keras atau padat . caranya, air yang bertekanan tinggi
disemprotkan melalui pipa-pipa yang digerakan keatas dan kebawah pada lubang
yang dilindung pipa, cara ini dilakukan untuk penyelidikan tanah di pelabuhan

13
dan penentuan lapisan tanah dibawah lipisan sungai, yang dimaksudkan untuk
menentukan kedalaman pasir atau lanau yang terletak di atas lapisan keras atau
batu. Hal tersebut teutama digunakan dalam pekerjaan pemancangan dan
pengerukan.

5. Bor putar (rotary drill)

Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar atau bor mesin dapat
dilakukan pada semua jenis tanah. Alat bor putar yang digerakan dengan mesin
dapat menembus lapisan tanah keras atau bat sampai kedalaman lebih dari 40m.
alat ini dapat digunakan pada lapisan tanah keras, batu,tanah lempung dan bahkan
tanah pasir.

Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu. Dan bila
pada penyelidikan diinginkan untuk memperoleh contoh inti kontinu (continous core
sample) . putaran batang bor menekan ujung matan bor. Tabung inti luar berputar
bersama-sama batang bor dan manekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya mata
bor dipasang pada ujung alat bornya. Putaran mata bor membentuk gerusan yang
berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk kebagian mata bor dan sekaligus masuk
kedalam tabung inti dalam , yang dibuat tidak ikut berputar. Selama pengeboran, air

14
disirkulasikan lewat batang bor yang berlubang. Contoh bentuk mata bor dari type
double-tube core barrel,

Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa mengunakan pipa selubung


(casing). Jika lubang cenderung akan longsor, dilakukan pengeboran dengan
memasukan kedalam lubang bor suatu cairan kental dari bahan lempung vulkanik
tiksotropik dan air. Cairan ini berfungsi menahan sisi lubang bor dan menutup pori-
pori tanah yang lolos air sekeliling lubang bor.

E. Alat-alat Pengambilan Contoh Tanah


Macam-macam contoh tanah yang harus diperoleh dari pengeboran
bergantung pada maksud penyelidikannya. Untuk indentifikasi serta penentuan
sifat-sifat teknis tanah, dibutuhkan contoh tanah yang mewakili. Dari sini,
kemudian ditentukan nilai-nilai kuat geser, batas-batas Atterbeg, berat volume,
kandungan karbonat, dan kandunga material organiknya.

Contoh tanah diambil dari pengeboran dengan cara memasang tabung contoh
(sampler) pada ujung pipa bor di kedalaman yang berbeda-beda. Pada contoh
tanah yang tidak rusak susunan tanahnya atau sedikit sekali drajat
ketergantungannya, maka contoh tersebut disebut contoh tak terganggu
(undisturbed sample).Karakteristik tegangasn-tegangan tanah harus diambil dari
contoh tanah tak terganggu.

Dalam praktek, sangat sulit diperoleh contoh yang benar-benar tak terganggu,
walaupun penanganan contohnya sudah sangat hati-hati. Gangguan contoh ini
sering mempengaruhi hasil-hasil pengujian laboraturium.

15
Penyebab gannguan contoh tanah yang diambil dengan cara pengeboran,
antara lain:

1. perubahan kondisi tegangan dari tempat asal.

2. perubahan kadar air tanah dan angka pori.

3. gangguan susunan butir tanah.

4. perubahan kandungan bahan kimia.

Hvorslev (1984) menyaran dalam pengambilan contoh tanah, yang terbaik


adalah dengan cara menekan tabung dengan tidak memukulnya kedalam tanah.
Selain itu, dimensi tabung contoh harus sedemikian hingga rasio area (Ca)
direduksi sampai minimum.

Untuk memperkecil gesekan antara tanah dengan dinding bagian dalam


tabung, supaya derajat gangguan contohnya kecil, ujung tabung agak
dibengkokkan kedalam atau dilengkapi dengan alat pemotong yang
diiameterdalamnya lebih kecil dari dimeter dalam tabung contoh (Gambar 2.6a).
Namun, hal ini juga menyebabkan akibat sampingan yang berupa pengembangan
contoh setelah berada didalam tabung.

Untuk klasifikasi dan untuk mempelajari karakteristik kepadatan tanah,


contoh targanggu (disturbed sample) dapat digunakan. Prinsip persyaratan contoh
terganggu adalah bahwa contoh tersebut harus mewakili kondisi lapisan tanahnya.
Hasil penyelidikan dengan bor tangan mewakili kondisi tanah dalam kondisi
terganggu.

Berbagai macam tabumg pengambilan contoh tanah telah dipakai hingga saat
ini, beberapa contohnya antara lain :

16
1. Tabung Contoh Tekanan Terbuka (Open Drive Sample)

Tabung contoh tekan terbuka terdiri dari tabung tabung baja yang
dilengkapi dengan alat pemotong pada ujungnya. Batang bor dihubungkan
dengan ujung atas tabung. Diameter dalam tabung berkisar antara 100 sampai
450 mm. Pada saat pengambilan contoh tanah, tabung contoh ditekan secara
dinamis atau statis oleh alat penekan.

Tabung contoh tipe ini cocok untuk tanah berlempung. Jika digunakan
dalam tanahgranuler (berbutir lepas), penahan inti (core catcher) yang
berfungsi menahan contoh tanah agar tertahan dalam tabung harud
digunakan.

Akibat pengaruh pekerjaan pengeboran, tanah dasar lubang bor yang


berupa lempung atau lanau sensitive, akan terganggu sampai pada
kedalamn tertentu. Oleh karena itu, bila tabung tekan terbuka kedalaman
terbuka ditekan, bagian atas dari tabung ters ebutakan terisi oleh tanah
yang telah rusak susunannya. Selain itu, pada waktu tabung diputar untuk
memotong tanah didalam lubang bor, putaran akan merusakkan susunan
tanahnya pada bagian bawah contoh. Untuk menanggulangi kerusakan ini,
lebih baik jika digunakan tabung contoh berpiston.

2. Tabung Contoh Berpiston

Tabung contoh berdinding tipis yang cocok digunakan untuk tanah


kohesifini ini, diperkenalkan oleh Hvorslev (1949). Diameter dalam
tabung bervariasi dari 50-100 mm, dan panjangnya bervariasi dari 450-
750. tabung yang pendek dipakai untuk dipakai tabung yang berdiameter
kecil. Terdapat 2 tipe tabung contoh untuk tabung berdinding tipis, yaitu
tabung berpiston mengapung dan tabung berpiston tetap . tabung contoh

17
berpiston cocok digunakan untuk tanah-tanah yang sensitive terhadap
gangguan, seperti lempung lunak dan lempung plastis. Kecuali itu dapat
pula digunakan dalam pengambilan contoh tanah pada lubang uji dan
pengambilan contoh tanah pada lubag bor yang dangkal.

3. tabung contoh berpiston mengapung (floating piston)

Alat ini terdiri dari tabung baja tipis yang kadang-kadang


dilengkapi dengan alat pemotong pada ujungnya. Tabungcontoh
dilengkapi dengan piston yang tergantung oleh sebuah kabel. Pada
waktu tabung dimasukan kedalam lubang bor hingga menyentuh dasar
lubang, posisi piston mula-mula terletak pada ujung bawah tabung,
agar tanah tidak masuk kedalamnya. Setelah tabung dan piston
menyentuh tanah dasar, tabung contoh ditekan kebawah sedang piston
tetap ditempatnya. Untuk pengambilan contoh, tabung harus sedikit
diputar (atau alat pemotong tambahan harus dipasang pada ujungnya).
Gesekan antara contoh tanah dan dinding tabung membuat contoh
tanah tetap tinggal dalam tabungnya. Pada tabung contoh ditarik
keluar dan dilepas dari tangkai bor, kedua ujung tabung contoh tanah
yang telah berisi tanah tidak terganggu ditutup dengan lilin, dan
dibawa ke laboraturium.

18
4. tabung contoh berpiston tetap (fixed piston)
Pada tabung contoh berpiston tetap. Piston dapat diletakan
pada posisinya oleh sebuah batang baja yang memanjangsampai
permukaan tanah. Pengambilan
contoh tanah dipilih pada kedalaman tertentu, dimana diperkirakan
tanahnya tidak terganggu oleh operasi pengeboran. Saat pengam bilan
contoh tanah, piston ditahan pada posisinya dan tabung ditekan ke
bawah. Dengan cara ini, jika tanah lunak, tabung dapat ditekan ke
bawah sampai kedalaman yang diinginkan dngan tanpa memperdalam
pengeboran.

5. tabung contoh belah (split barrel sample)

Tabung contoh terdiri dari tabung yang dapat dibelah menjadi


dua bagian satu sama lain pada waktu mengeluarkan contoh tanah.
Secara keseluruhan, bagian-bagian tabung contoh tanah dari bawah
keatas terdiri dari: bagian pemotong pada ujung bawah tabung yang
dapat dibelah, tabung penghubung dan bagian kepala tabung. Untuk
menahan contoh tanah tetap di tempatnya, pada bagian atas alat
pemotong diberi katup penutup. Salah satu dari jenis tabung contoh ini,
digunakan untuk pengujian penetrasi standart (SPT).

19
F. Penanganan Contoh Tanah

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan contoh tanah adalah
bahwa setelah tabung contoh tanah diambil dari lubang bor, ujung-ujungnya harus
dibersihkan dan ditutup lilin. Maksudnya adalah agar contoh tanah tidak berubah
kadar airnya, dan juga unuk menahan gangguan contoh tanah yang mungkin
timbul dalam perjalanan ke laboraturium. Selain itu pada tabung contoh tanah bor,
dan kedalaman contoh. Ujung atas dan bawah tabung contoh harus ditandai
dengan benar, sehingga pada pengujian di laboraturium akan diketahui ke arah
mana contoh tanah akan dikeluarkan dari dalam tabung contoh. Contoh tanah
lempung sensitive harus dijaga dengan baik pada waktu diangkut ke
laboraturium,terutama jangan sampai terjadi getaran yang besar yang dapat
merusak contoh tanah.

G. Laporan Hasil Pengeboran

Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat pengawas
lapangan yang menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal kecil
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti : pergantian alat dan
tipenya, kedalaman pada waktu penggantian alat, metode penahanan lubang bor
agar stabil atau penahan tebing lubang uji.

Sesudah contoh tanah diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan


lapangan bersama dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum
sedemikian sehingga batas-batas antara material yang berbeda diplot pada elevasi
yang benar, menurut skala yang ditentukan.

20
Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam laporan hasil pengeboran (atau
disebut boring log), yang berisi antara lain:

1. Kedalaman lapisan tanah.


2. Elevasi permukaan tiik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.
3. Simbol jenis tanah secara grafis.
4. Deskripsi tanah.
5. Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh
terganggu atau tak terganggu.
6. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan
pengeboran.

Dalam penggambaran profil lapisan tanah, lapisan tanah disajikan


dalam bentuk simbol-simbol yang digambar secara vertical. Menyajikan
contoh symbol-simbol tersebut. Kebanyakan tanah terdiri dari beberapa
campuran dari jenis tanah-tanah tertentu, seperti lempung berlapis, lanau
berlapis, lanau berpasir, kerikil berlanau, dan sebagainya. Dalam kondisi ini,
symbol-simbol dapat dikombinasokan, dengan kandungan tanah yang
dominan digambar lebih banyak atau lebih tebal.

H. Denah Titik-titik Penyelidikan

Lokasi titik-titik penyelidikan tanah harus diusahakan sedekat mungkin


dengan letak fondasi. Hal ini penting, terutama bila bentuk lapisan tanah
pendukung fondasi tidak beraturan. Bila denah struktur belum tersedia pada
waktu di lakukan penyelidikan tanah, maka denah bor umumnya disusun dalam
bentuk segiempat.

21
Untuk area yang luas, diperlukan jarak lubang bor yang agak lebar dan
diselengi dengan beberpa uji lapangan tambahan, seperti : uji kerucut stastis
(sondir)atau pemeriksaan dengan cara lubang uji (test-pi). Letak titik-titik
penyelidikan tambahan tersebut, dipilih pada jarak yang dekat, yaitu diantara
lubang-lubang bor.

Jumlah lubang bor yang diperlukan sangat bergantung pada kekomplekan


kondisi pada lapisan tanah dan biaya yang tersedia. Yang jelas, semakin banyak
lubang bor, semakin teliti informasi yang di peroleh dari kondisi tanahnya. Bila
biaya penyelidikan terbatas, diperlukanpertimbaqngan matang guna memutuskan
jumlah lubang bor yang mewakili kondisi tanah.

Pada bangunan yang bebannya tidak begitu besar, paling tidak harus ada 2
atau sebaliknya 3 lubang bor, sehingga benuk kemiringan lapisan tanah dapat
diketahui. Jika jumlah lubang terlalu sedikit, estimasi bentuk kemiringan lapisan
tanah dpat meleset dari sebenarnya, disamping kurangny informasi yang
diperoleh dari kondisi tanah

Untuk fondasi bangunan tingkat tinggi dan bangunan industri, paling


sedikit diperlukan satu lubang bor pada tiap-tiap sudut bangunannyayang
diselingi dengan uji penetrasi kerucut statis. Untuk tiap-tiap sudut bangunan-
bangunan tersebut, sebaiknya jarak titik bor tidak melebihi 15 m (Terzaghi dan
Peck, 1948).

Untuk jembatan dan bendungan, 2 set pengeboran perlu dikerjakan.


Pengeboran pertama terletakpada sumbu-sumbuny, untuk mengetahui apakah
pada lokasi tersebut tanahnya mampu mendukung beban. Pengeboran kedua
dilakukan pada lokasi tepat dibawah pangkal jembatan atau pilarnya. Pada
bendungan, set kedua dilakukan pada lokasi bangunan pelengkap, seperti lokasi
bendungan elak. Terzaghi dan Peck (1948),menyarankan jarak titik borminimum
30 m dan maksimum 60 m untuk proyek yang sangat luas dan besar. Untuk

22
proyek jalan raya, pengeboran dilakukan pada jarak interval kira-kira 30
msepanjang jalannya. Kedalaman lubang bor disarankan 2-4 m dibawah tanah
asli, bila dasr perkersan tanah asli, dan 1-4 m dibawh perkerasn jalan, bila
perkersannya diletakkan dengan menggali tanah asli.

I. Kedalaman Lubang Bor

Kedalaman pada lubang bor bergantung pada kedalaman tanah yang masih
dipengaruhi oleh penyebaran tekanan fondasi bangunan. Tekanan vertical pada
kedalaman 1,5 kali lebar fondasi (B) adalah masih kira-kira 0,2 kali besarnya
tekanan pada dasar fondasi. Oleh karna itu, kedalaman lubang bor harus kira-kira
1,5 kali lebar fondasinya atau 1,5B, dengan B adalah lebar fondasi.

Pada fondasi telapak yang jaraknya terlalu dekat, penyebaran beban


ketanahdibawahnya saling tumpang indih, maka kedalaman lubang bor akan sama
halnya dengan kedalaman fondasi rakit, yaitu1, untuk fondasi tiang,
kedalamanlubsng bor harus lebih dalam dari bawah dasar tiangnya. Dengan
pertimbangan bahwa lapisan tanah di bawah tiang masih mendukung beban yang
ditranfer lewat tiang, umumnya, untuk fondasi tiang yangterletak pada tanah
homogen, prilakunya akan sama seperti rakit yang dasar fondasinya dihitung dari
kedalaman 2/3 panjang tiang Untuk itu, kedaslaman lubang bor untuk fondasi
tiang adalah 2/3D + 1,5B, dengan D adalah panjang tiang dan B adalah lebar area
kelompok tiang.

Dalam hal fondasi akan di letakkan pada lapisan batu, harus yakin benar
apakah ketebalan lapisan batu tersebut mampu mendukung penyebaran bebannya.
Untuk itu, apabila lapisan batu terletak dipermukaan, ketebalan lapisan dapat
diketahui dengan cara membuat lubang uji secara langsung.

23
J. Informasi Yang Dibutuhkan Untuk Penyelidikan Tanah
Bila Penyelidikan tanah dilakukan secara detail, maka perancang harus
berusaha memperolah data, sebagai berikut :
1. Kondisi topografi lokasi pekerjaan. Data ini diperlukan untuk perancangan
fondasi dan penentuan cara pelaksanaan di lapangan terutama pada proyek-
proyek bangunan air dan jalan.
2. Lokasi-lokasi bangunan yang terpendam di dalam tanah, seperti kabel telepon,
pipa-pipa atau gorong-gorong untuk air kotor dan air bersih, dan lain-lainnya.
3. Pengalaman setempat sehubungan dengan kerusakan-kerusakan bangunan
yang sering terjadi di sekitar lokasi pekerjaan.
4. Kondisi tanah secara global, muka air tanah dan kedalaman batuan.
Keterangan ini sering dapat diperoleh dari penduduk setempat.
5. Keadaan iklim, elevasi muka air banjir, erosi tanah, dan besarnya gempa yang
sering terjadi.
6. Tersedianya material alam dan kualitasnya,yang berguna untuk bahan
pembentuk bangunan seperti campuran beton.
7. Data geologi yang disertai keterangan tentang proses pembentukan lapisan
tanah dan batuan di lokasi pekerjaan, serta kemungkinan terjadinya penurunan
tanah maupun bangunan akibat penurunan muka air tanah.
8. Hasil-hasil penyelidikan laboratorium pada contoh-contoh tanah dan batuan,
yang dibutuhkan untuk perancangan fondasi atau penanganan problem-
problem pelaksanaannya.
9. Foto kondisi lapangan dan bangunan-bangunan di dekatnya.

24
Di bawah ini diberikan data tambahan yang diperlukan untuk perancangan
fondasi bangunan-bangunan tertentu.

(1) Ukuran dan tinggi bangunan serta kedalaman ruang bawah tanah (basement),
bila ada.

(2) Susunan dan jarak antar kolom serta besar beban.

(3) Tipe rangka bangunan dan bentangnya, serta kemungkinan adanya tempat-
tempat tertentu yang mendukung beban khusus, seperti fondasi mesin.

(4) Tipe tembok luar dan kaca pintu jendela yang sensitive terhadap penurunan
bangunan

25
BAB III

PENUTUP

K. Kesimpulan
Pengujian tanah di lapangan adalah untuk mengetahui karakteristik tanah
yanng dilakukan dilapngan atau pada lokasi tertentu untuk mendapatkan
sampel sampel tanah sebagai tolak ukur tekanan pada permukaan tanah yang
akan di bangun. Konstruksi pengukuran tanah dapat dilakukan dengan
pengukuran sendiri dengan cara :
1. Nilai persamaan konus paa kedalaman 2.00 m sebesar 100 kg/cm² dan
jumlah perlawanan sebesar 140 kg/cm²
2. Sondir di hentikan pada kedalaman 2.00 m sebelum manometer
menunjukkan 150 kg/m² karena alat sondir sudah terangkat

26
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/penyelidikan-tanah

Joseph E Boules, Jhon K. Hainim, sifat-sifat fisis dangeoteknis tanah, Erlangga


Jakarta, 1991

http://teorikuliah.blogspot.co.id/2009/08/penyelidikan-tanah-di-
lapangan.html?m=1

27

Anda mungkin juga menyukai