Anda di halaman 1dari 6

FLUID THERAPY

Apabila homeostasis cairan terganggu, maka akan terjadi pergerakan cairan dari interstisial
menuju intravaskular seperti dalam dehidrasi dan penyebab turunnya tekanan darah lainnya.
Sebaliknya, kelebihan cairan atau hipoalbuminemia akan menyebabkan pergerakan cairan dari
intravaskular menuju interstisial.
Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, maka diperlukan terapi rumatan cairan.
Rumatan cairan dan elektrolit mempertimbangkan cairan yang hilang dari rerata insensible
losses, rerata metabolisme dan pengeluaran energi, rerata hilangnya cairan dari urin dan
lainnya, dan anggapan bahwa fungsi ginjal normal.
Cairan intravena terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1. Cairan kristaloid
Merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul kecil (<8000
Dalton) yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah dengan atau tanpa glukosa.
Biasanya volume pemberian lebih besar, onset lebih cepat, durasi lebih singkat, efek samping
lebih sedikit dan harga lebih murah.
Contoh kristaloid adalah saline (ringer laktat, normal saline/salin 0,9%, ringer asetat), glukosa
(Dextrosa 5%, 10%, 20%) serta sodium bikarbonat.
Masing-masing jenis memiliki kegunaan tersendiri :
 Salin : biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehari-hari dan
saat kegawat daruratan.
 Glukosa : biasanya digunakan pada penanganan kasus hipoglikemi.
 Sodium bikarbonat : merupakan terapi pilihan pada kasus asidosis metabolik dan
alkalinisasi urin.
Mekanisme secara umum larutan kristaloid menembus membran kapiler dari kompartemen
intravaskuler ke kompartemen interstisial, kemudian ke semua kompartemen ekstravaskuler.
Cairan ini memiliki sifat tekanan onkotik rendah sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang
ekstraseluler.
Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada kasus dimana terjadi
peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis, penting untuk dipikirkan penggantian cairan
yang memiliki molekul lebih besar yaitu jenis koloid.
Macam-macam cairan kristaloid :
A. Normal saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
- Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan
elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander
berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
- Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan
NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
- Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan
tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat
digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.
- Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga
homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu
ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit.

Kontraindikasi :
-Hipertonik uterus
-Hiponatremia
-Retensi cairan.
Digunakan dengan pengawasan ketat pada :
-CHF
-Insufisiensi renal
-Hipertensi
-Edema perifer
-Edema paru.

Adverse Reaction
edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan
akumulasi natrium.

B. Ringer Laktat
Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110,
Basa = 28-30 mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Cairan : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat
adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat
serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan
tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma
darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit- elektrolit ini
dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi
dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan. Ringer laktat
menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam
laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Indikasi :
-Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik.
Kontraindikasi :
-Hipernatremia
-Kelainan ginjal
-Kerusakan sel hati
-Asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar,
biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”.
Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired
renal function & pre-eklamsia.

C. Dextrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi :
-Cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan
sesudah operasi
-Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari
25 mg/100ml).
Kontraindikasi :
-Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat
menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

2. Cairan koloid
Cairan yang mengandung zat dengan berat molekul tinggi (>8000 Dalton) sehingga sulit
menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya
pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak
dan harga lebih mahal. Contoh dari cairan koloid misalnya albumin, HES, dekstran. Cairan ini
memiliki sifat tekanan onkotik tinggi sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di ruang
intravaskular.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak
keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah,
bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu
penggunaannya membutuhkan volume yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang.
Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma.
a. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%). Albumin merupakan koloid alami dan
lebih menguntungkan karena volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih
rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil
dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
- Pengganti volume plasma atau protein : pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis
luas dan luka bakar.
- Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
- Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi
besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
- Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang
merupakan media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama,
sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal
impairment dan kematian. Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
b. HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi :
- Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh
darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi :
- Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini
terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
- Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF).
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.
NB : Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana
suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien
sepsis karena :
o Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa
digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.
o Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin
menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
o Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.
o HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi
sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh
digunakan pada sepsis karena :
o Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
o HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada pasien
sepsis dengan hipovolemia.
o HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus, dan
liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh:
transplantasi ginjal).
o Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien
dengan sepsis.
Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.

3. Cairan khusus
Dapat digunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, misalnya NaCl 3% kasus hiponatremia
simtomatik berat, Biknat untuk asidosis, manitol untuk edema otak.
INDIKASI TERAPI CAIRAN
Dalam menentukan banyaknya cairan yang hilang dapat melalui:
1. Berat badan merupakan informasi penting dalam terapi penggantian cairan. Perubahan berat
badan yang cepat menunjukkan perubahan total cairan tubuh.
2. Riwayat kehilangan cairan melalui muntah, diare, urin yang harus dipertajam mengenai
frekuensi dan volumenya.
3. Pemeriksaan fisik berupa status mental, tekanan darah, frekuensi nadi, membran mukosa,
turgor kulit, dan warna kulit.
4. Pemeriksaan laboratorium dilihat dari kimia serum, hematokrit, dan analisis urin.
Indikasi :
Keadaan – keadaan yang umumnya memerlukan pemasangan infus adalah :
a. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
b. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).
c. Fraktur khusus di pelvis dan femur (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
d. Heat stroke (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi).
e. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi).
f. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
g. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah).
h. Dehidrasi
MAINTENANCE CAIRAN

The Holliday-Segard nomogram memperkirakan kehilangan cairan setiap harinya, dan


kebutuhan cairan harinya seperti berikut :
1. 100 ml/kg pada 10 kg pertama berat badan
2. 50 ml/kg pada 10 kg kedua berat badan
3. 20 ml/kg pada sisa berat badan selanjutnya
Untuk kemudahan, pada 24 jam dibagi perjamnya menjadi
1. 100 ml/kg/24 jam = 4 ml/kg/jam pada 10 kg pertama berat badan
2. 50 ml/kg/24 jam = 2 ml/kg/jam pada 10 kg kedua berat badan
3. 20 ml/kg/24 jam = 1 ml/kg/jam pada sisa berat badan selanjutnya

Contoh : pada orang berat badan 40 kg, cairan maintenance menjadi :


40 ml/jam + 20 ml/jam + 20 ml/jam = 80 ml/jam

Anda mungkin juga menyukai