BAB 1
PENDAHULUAN
Pada pasien anak yang datang dengan keluhan demam disertai kemerahan
pada kulit, tidak sedikit dokter mengalami kesukaran dalam menentukan diagnosis
dan tatalaksana.1 Keluhan berupa ruam eruptif kulit yang berhubungan dengan
demam atau gejala sistemik lain, disebut dengan eksantema. Hal ini menjadi sulit
disebabkan oleh virus.2 Ruam pada kulit yang terlihat pada kelompok penyakit
eksantema akut biasanya sulit dibedakan secara klinis, namun adanya bentuk-
bentuk pola dan sifat yang khas membuat penyakit mudah dideteksi.3 Pada
perjalanan klinik yang khas, misalnya anamnesis yang teliti tentang lama waktu
sakit, gejala klinis penderita, urutan munculnya gejala, dan pola klinik ruam
misalnya timbulnya ruam, dimana, kapan, distribusinya, ada tidaknya rasa gatal,
dimensi waktu hubungan antara ruam dan panas, serta obat-obatan, baik oral
maupun topikal.4
eksantema memerlukan strategi yang cermat agar penanganannya sesuai dan tidak
terjadi kesalahan diagnosis.3 Oleh karena itu, selain ditinjau dari karakteristik
morfologi, distribusi, dan waktu terjadi erupsi; juga penting menentukan kontak
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-
1.3 Rentang suhu tubuh normal cukup luas, 35,5—37,7C (96—100F) dan
juga suhu rektum dengan lebih dari 38C (100F) dan dikatakan hiperpireksia bila
difus pada kulit yang berhubungan demam atau gejala sistemik lain.2,6
Mekanisme terjadinya lesi kulit adalah kerusakan sel akibat invasi organisme
patogen, produksi toksin oleh organisme, dan respon imun pejamu. 6 Virus dikenal
2. Ruam nonspesifik
3. Erupsi paravirus.7
2.2 Klasifikasi Demam dan Ruam Anak
kemerahan/kelainan kulit yang ada yaitu adanya kemerahan di kulit atau bentolan
lain yang ditandai dengan gambaran papulovesikular3. Secara rinci dapat terlihat
terdapat juga kelompok demam dan ruam lainnya, seperti eritema difus, petekie
dan purpura, yang bergantung pada karakteristik morfologi, distribusi, dan gejala
Penyakit demam dan ruam pada dasarnya dapat didekati dengan mengenal
penyebarannya
Pendekatan diagnosis demam dan ruam pada anak perlu dilakukan secara
penunjang.
1. Data demografi
a. Umur penderita
demam skarlatina).1,3,5,12
di semua usia.
b. Jenis kelamin
c. Musim
gugur.5 Pada varisela, tinggi pada musim hujan ke musim panas, atau
sebaliknya.3
2. Anamnesis
Tanyakan tentang:
Tanyakan tentang:
- Distribusi ruam
Tanyakan tentang:
- Paparan kimia
- Penyakit kronik
3. Pemeriksaan klinik
a. Pemeriksaan umum
klinik penderita.4
b. Tanda dermatologis
0.5 Cm
bagian perifer.3
4. Pemeriksaan penunjang
serologik IgM dan IgG spesifik, PCR, Laju Endap Darah, sampai kultur
eritroderma, dapat diperkirakan etiologi pada demam dan ruam yang sering
Tabel 2.2 Diagnosis banding etiologi demam dan ruam berdasarkan bentuk ruam
Tabel 2.4 Diagnosis banding demam dan ruam vesikel dan vesiko-bolusa
Dikutip dari: Pendekatan Diagnosis Demam dan Ruam pada Anak 11
2.5.1 Measles/Campak/Morbili
1. Definisi
2. Epidemiologi
10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam
(0,77%).5
3. Etiologi
yang paling penting, yaitu protein hemagglutinin (H) dan proten fusion
(F).5
4. Transmisi
konjungtiva. Pasien infeksius mulai dari 3 hari sebelum sampai 4—6 hari
5. Manifestasi Klinis
dilihat
a. Periode inkubasi
b. Periode prodromal
- Demam tinggi
c. Periode eksantema/eruptif
bagian atas, lengan, dan tungkai pada 50% kasus. Dalam tiga hari ruam
6. Diagnosis
terdeteksi 1 bulan.5,12
7. Diagnosis banding
- Rubella
- Sindrom Kawasaki.5,12
8. Komplikasi
- Pneumonia (50-75%)
- Ensefalitis 3,5,12
9. Manajemen
serta penyulit
- Suplemen nutrisi
10. Prognosis
1. Definisi
dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek,
disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari.3 Manifestasi klinis yang utama
2. Epidemiologi
>19 tahun.
3. Etiologi
genus Rubivirus. Virus ini merupakan rantai tunggal RNA dengan amplop
lipid dan tiga protein structural, dan dua glikoprotein, E1 dan E2 yang
4. Faktor Risiko
Faktor risiko terpenting untuk defek kongenital berat, yaitu stadium gestasi
terberat)
Gambar
2.4
Perjalanan
penyakit
pada
rubella
Dikutip
dari: Sari Pediatri,
Gambaran Klinis
Penyakit Eksantema
Akut pada Anak6
a. Masa inkubasi
b. Masa prodromal
asimtomatik.5
- Pada remaja dan dewasa muda, berlangsung 1—5 hari, timbul
c. Masa eksantema
7. Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisis
c. Pemeriksaan penunjang
trombositopenia ringan
8. Diagnosis banding
9. Tatalaksana
Dikarenakan bersifat self-limited, hanya terapi suportif tidak ada
10. Komplikasi
- Trombositopenia posinfeksi
- Ensefalitis
jantung)
11. Prognosis
1. Definisi
parvovirus B19.5
2. Epidemiologi
- Prevalensi tinggi pada usia sekolah (70% terjadi pada anak 5—15
tahun)
sepanjang tahun.
- Wanita lebih sering terkena daripada laki-laki.5
3. Etiologi
rute respiratorius bentuk droplet besar, juga dapat ditularkan melalui darah
4. Manifestasi klinis
a. Masa inkubasi
b. Masa prodromal
Demam ringan pada 15—30% kasus, sakit kepala, dan rhinitis ringan.
- Stadium 1
1—4 hari sesudah erupsi pada pipi dan ruam ini terutama terlihat
- Stadium 3
e. Artropati dapat terjadi sampai 60% pada remaja lebih tua, sedangkan
5. Diagnosis
Diagnosis ditentukan berdasar atas karakteristik klinis presentasi
ruam tipikal dan tes serologis yaitu antibodi IgM dan IgG spesifik B19.2,5,6
6. Diagnosis Banding
7. Tatalaksana
bersifat simtomatis.5,6
8. Komplikasi
Sering disertai artralgia atau artritis pada remaja dan dewasa muda
imunokompromais.5
1. Definisi
Roseola infantum adalah penyakit virus pada bayi dan anak kecil
2. Epidemiologi
- Puncak infeksi HHV-6 primer pada usia 6—9 bulan dengan infeksi
3. Etiologi
HHV-6 dan HHV-7 merupakan genus Roseolovirus dari subfamili
4. Manifestasi klinis
yang berwarna merah muda atau seperti bunga mawar dan tidak
(Nagayama spots).5
5. Diagnosis
penunjang.
a. Manifestasi Klinik
Demam menurun pada hari ke 3—4, lalu timbul erupsi makula dan
b. Pemeriksaan laboratorium
- Deteksi DNA virus dengan PCR pada saliva dan kelenjar liur.3,5
6. Diagnosis Banding
7. Tatalaksana
8. Komplikasi
Paling sering berupa kejang pada 1/3 pasien, dengan puncak usia
12—15 bulan.5
9. Prognosis
Umumnya baik.
1. Etiologi
pirogenik.5
2. Epidemiologi
Insidensi tertinggi pada usia anak 5—15 tahun, terutama usia anak
sekolah.5
3. Masa Inkubasi
menggigil).
b. Pemeriksaan fisik
sudamina)
- Leukositosis
- PCR positif
- Biakan apus tenggorok: positif Streptococcus beta haemolyticus
group A.5,6,12
5. Diagnosis Banding
6. Tatalaksana
a. Antibiotik:
- Pilihan kedua:
b. Suportif.6,12
2.6.1 Varisela/chickenpox
1. Epidemiologi
2. Etiologi
virus dua rantai DNA. VZV merupakan satu dari 8 herpes virus yang
menginfeksi manusia.2
3. Manifestasi klinis
a. Masa inkubasi
b. Masa prodromal
demam moderat dan malaise. Pada anak lebih besar, ruam didahului
batuk.
c. Masa erupsi/eksantema
menjadi krusta. Sambil lesi awal mengalami krusta, maka lesi yang
seperti tetesan air. Krusta akan lepas dalam waktu 1—3 minggu
berupa lesi ulseratif berukuran 2—3 mm. Lesi vesikular pada kelopak
penitipan anak
- Diawali oleh demam tidak begitu tinggi selama 1—2 jam sebelum
dan batuk
imunompromais
- Ruam dapat ringan, dengan lesi baru muncul hingga beberapa hari,
gejala neuritis akut minimal dan resolusi komplet terjadi dalam 1-2
b. Pemeriksaan Fisik
papula-pustula-krusta
tetesan udara
- Khas semua tingkatan lesi kulit dalam waktu bersama pada satu
area
- Lesi biasanya menjadi krusta pada hari ke-6 (2—12 jam) dan
- Varisela neonatal
c. Laboratorium
d. Pemeriksaan Penunjang
raksasa multinuclear.
Radioimmunoassay (RIA).
e. Pencitraan
pneumonia.12
5. Diagnosis Banding
Ruam vesikula yang disebabkan oleh agen infeksius seperti herpes
6. Tatalaksana
a. Manajemen Umum
sekunder
restriksi
b. Manajemen Khusus
(maks. 60 mg/kgBB/hari).
1. Definisi
Enterovirus.5
2. Etiologi
- Gejala sama dengan penyakit flu yaitu demam, batuk, malaise, dan nyeri
tenggorokan
- Diikuti dengan munculnya vesikel dan ruam di tangan, kaki, dan mulut
- Dengan terdapat lesi pada mulut dapat → anak sulit makan dan minum,
dalam 10—14 hari. Lesi pada tangan muncul 1—2 hari sesudah lesi di
cepat berubah menjadi bentuk vesikel. Lesi dapat ditemukan pada falang
distal jari dan ulna, biasanya disertai nyeri. Lesi pada kaki dapat muncul
berubah menjadi vesikel. Lesi dapat ditemukan pada batas pinggir kaki,
bagian distal jari, dan rongga interfalang. Penderita dapat mengeluh nyeri
b. Pemeriksaan Laboratorium
kardiopulmonal.
paru.
e. Isolasi EV71 dengan apus tenggorokan, feses, apus rektum, apus vesikel,
diagnosis enterovirus
4. Tatalaksana
mengurangi rasa sakit akibat ulkus di mulut dan demam serta nyeri:
diterapi medis dengan pemberian cairan melalui vena. Kumur air garam (2
sendok teh garam dalam 1 gelas air hangat) dapat mengurangi rasa nyeri
5. Komplikasi
1. Etiologi
yang diinduksi oleh produksi IL-1 dan TNF, yang menyebabkan hipotensi,
2. Manifestasi Klinis
Karakteristik:
- Demam
- Hipotensi
tongue.5,12,13
3. Diagnosis
usia)
- Muntah, diare
normal)
nilai normal)
fokal)
- Trombositopenia (s100.000/mm')
c. Kriteria Eksklusi
d. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan spesifik. Kultur bakteri dari fokus infeksi
S. aureus.5,12
4. Tatalaksana
produksi toksin.
1. Etiologi
2. Faktor Risiko
“sandpaper”.
dan leher.
- Setelah 1—2 hari, kulit menjadi berkerut dan dapat terjadi bula,
berkrusta.
Diagnosis dapat dilakukan dengan kultur dari kulit dan cairan bula.5,6
4. Tatalaksana
terkelupas.6
DAFTAR PUSTAKA
2004.
9. Ely JW, Stone MS. The generalized rash: part II. Diagnostic approach. Am
10. Hay WW, Deterding RR, Levin MJ, Abzug MJ. Current Diagnosis and
11. Djatnika S. Pendekatan Diagnosis Demam dan Ruam pada Anak. Div
Kesehatan Anak. Edisi ke-5. Dep/SMF Ilmu Kesehat Anak Fak Kedokt
13. Kang JH. Febrile Illnes with Skin Rashes. Department of Pediatrics,
2015;47(3):155—66.