Anda di halaman 1dari 21

1.

Definisi citra tubuh


Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental seseorang
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan
memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain 7 Universitas Sumatera Utara
terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar
merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang
subyektif (Dewi, 2009). Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter &
Perry, 2005). Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan
perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004). Sejak lahir individu
mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya dan menerima stimulus
orang lain. Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan
pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis.
Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi
penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998).
Citra tubuh atau pandangan diri manusia perlu dilakukan untuk
memberikan dampak positif kepada manusia tersebut dalam melanjutkan kehidupan
sebagai makhluk sosial. Menurut Rice (1995), citra tubuh merupakan gambaran yang
dimiliki individu secara mental mengenai tubuhnya, gambaran tersebut dapat berupa
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensai, kesadaran dan
perilaku yang terkait dengan tubuhnya (dalam Mukhlis, 2013:7). Citra tubuh merupakan
ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya menarik di hadapan orang lain
(Chaplin, 2011:63). Senada dengan yang disampaikan oleh Papalia, Olds dan Feldman
(2008:546) bahwa citra tubuh adalah sebagai keyakinan deskripftif dan evaluasi mengenai
penampilan seseorang. Berk juga mengatakan bahwa citra tubuh merupakan konsepsi dan
sikap terhadap penampilan fisik seseorang (2012:508).
Gardner dalam Faucher (2003) memaknai citra tubuh dengan gambaran yang
dimiliki seseorang dalam pikirannya tentang penampilan (misalnya ukuran dan bentuk)
tubuhnya, serta sikap yang dibentuk seseorang terhadap karakteristik-karakteristik dari
tubuhnya. Jadi terdapat dua komponen dari citra tubuh, yaitu komponen perseptual
(bagaimana seseorang memandang tubuhnya sendiri) dan komponen sikap (bagaimana
seseorang merasakan tentang penampilan atau tubuh yang dipersepsinya) (Faucher, 2003).
Selanjutnya Cash mengatakan bahwa citra tubuh mulai terbentuk pada saat anak-anak
prasekolah menginternalisasikan pesan- pesan dan standar-standar kecantikan dari
masyarakat dan kemudian menilai diri mereka sendiri berdasarkan standar-standar
tersebut (Mukhlis, 2013). Dengan cara ini, anak-anak mengembangkan konsep-konsep
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dengan melihat proporsi tubuh dan penampilan
mereka, seperti tinggi badan, berat badan, kondisi otot, warna rambut, dan gaya atau
merek pakaian mereka.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan
sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan
untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa
ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan
menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat
mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial
(Wald & Alvaro, 2004). Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa
tersembunyi atau tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang
berubah secara signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau
penyakit. Beberapa individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan,
keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat
merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri.
(Kozier, 2004).
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi
tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap
individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya. Beberapa hal
terkait citra tubuh antara lain:
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis
individu tersebut.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang
lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi
rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai
kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra
tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah:

1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit


2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infuse
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan
alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll

Dari uraian definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah gambaran diri
terhadap dirinya sendiri, gambaran ini akan menyesuaikan dengan bagaimana orang lain
memperhatikannya, sehingga dapat menggambarkan diri dengan melihat bagaimana
respon orang lain ketika memperhatikannya. Citra tubuh merupakan persepsi diri
terhadap dirinya sendiri di mata orang lain dan anggapan dirinya sendiri untuk terlihat
pantas di lingkungan sekitarnya.

2. Jenis citra tubuh


a. Citra tubuh negatif
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk
individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya.
Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran
tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-
conscious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah
terhadap badannya (Dewi, 2009).
b. Citra tubuh positif
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk
individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu
menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan
fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai
dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang
unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan
kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).
3. Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh,
preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008)
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan
dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri.
Menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka lari atau menghindar secara emosional, menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
d. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
e. Persepsi negatif terhadap tubuh
f. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi
g. Mengungkapkan keputusasaan
h. Mengungkapkan ketakutan
i. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
4. Fase
5. Pskiopatologi
a. Faktor predisposisi
1. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
2. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau
penyakit).
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
4. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
b. Faktor presipitasi
1. Trauma
2. Ketegangan peran
3. Transisi peran perkembangan
4. Transisi peran situasi
5. Transisi peran sehat-sakit
c. Stressor
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infuse.
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh.
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan
tanda vital, dll).
d. Perilaku
1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
2. Menolak bercermin.
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
4. Menolak usaha rehabilitasi.
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
6. Menyangkal cacat tubuh.
- Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep
diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial jugamempengaruhi citra tubuh.
Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan
pandangan orang lain.
- Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari
konsep diri (Potter & Perry, 2005).
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh :

1. Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)


2. Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
3. Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
4. Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi.

b. Faktor Prespitasi
Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :

1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu


2. Menolak bercermin
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
6. Menyangkal cacat tubuh
- Kondisi Patofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat
menimbulkan gangguan citra tubuh :
a. Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuhenterostomi
1. Mastaktomi
2. Histerektomi
3. pembedahan kardiovaskuler
4. pembedahan leher radikal
5. laringektomi
b. Amputasi pembedahan atau traumatik
1. Luka bakar
2. Trauma wajah
c. Gangguan makan
1. Anoreksia nervosa
2. bulimia
3. Obesitas
d. Gangguan muskuluskeletal
1. atritis
e. Gangguan integumen
1. Psoriasis
f. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan
1. Lesi otak
g. Cerebrovaskular accident
1. Demensia
2. Penyakit parkinson
h. Gangguan afektif
1. Depresi
2. Skizofrenia
i. Gangguan endokrin
1. Akromegali
j. Sindroma chusing
1. Penyalahgunaan bahan kimia
2. Prosedur diagnostik
3. Kehilangan atau pengurangan fungsi
k. Impotensi
1. Pergerakan/kendali
2. Sensori/persepsi
3. Memori
l. Terapi modalitas
1. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi, dialisis)
2. Kemoterapi
m. Nyeri
n. Perubahan psikososial atau kehilangan
1. Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial
2. Dukungan orang terdekat
3. Perceraian
4. Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)
5. Translokasi/relokasi
o. Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
1. Umpan balik interpersonal negatif
2. Penekanan pada produktivitas
p. Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat)
6. Pemeriksaan
7. Askep citra tubuh
A. Pengkajian
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah
diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon
pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan
pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998).
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang
atau penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
B. Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan
akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan
diagnosa aktual. Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan
citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa yang
mungkin Muncul diantaranya:
1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
2. Isolasi social : menarik diri
3. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan konsep diri : identitas personal berhubungan dengan perubahan
penampilan peran.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh,
menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya,
mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan
tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).
Diagnose I : gangguan citra tubuh
Data Objektif :
a. Mengurung diri
b. Dari hasil pemeriksaan dokter pasien mengalami Goncangan Emosi.
c. Hilangnya bagian tubuh.
d. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
e. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
f. Menolak melihat bagian tubuh.
g. Aktifitas sosial menurun.
Data Subyektif :
e. Nafsu makan tidak ada.
f. Sulit tidur
g. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
h. Pasien mengeluh sesak nafas.
i. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan
hasil operasi.
j. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
k. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
l. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
m. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
n. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
o. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
SP Pasien
Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klain kembali normal
Tujuan khusus :
1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
3. Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4. Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
5. Gunakan protese, wig, kosmetik atau yg lainnya sesegera mungkin,gunakan
pakaian yang baru.
6. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
7. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
8. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada pembentukan
tubuh yang ideal.
9. Lakukan interaksi secara bertahap
10. Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
11. Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan sosial.keluarga
dan sosial.
12. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran
pentingbaginya.
13. Beri pujian thd keberhasilan pasienmelakukan interaksi.
SP keluarga
Tujuan umum :
Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
Tujuan khusus :
1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
2. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.\
3. Keluarga mengetahui cara mengatasi.
4. Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah
gangguan citra tubuh
5. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
6. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanKeluarga mampu mengevaluasi
kemampuanpasien dan memberikan pujian ataspasien dan memberikan pujian
ataskeberhasilannya.keberhasilannya.
Intervensi
1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
3. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
5. Menfasilitasi interaksi dirumah.
6. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien
8. TAK : stimulasi persepsi HDR pasien

D. Implementasi
Tindakan terhadap Perubahan Konsep Diri ( Gangguan Citra Tubuh )
Intervensi keperawatan membantu pasien memeriksa penilaian kognitif dirinya
terhadap situasi yang berhubungan dengan perasaan untuk membantu pasien
meningkatkan penghayatan diri dan kemudian melakukan tindakan untuk mengubah
perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tingkat intervensi yang
progresif, sebagai berikut :
1. Meluaskan kesadaran diri
2. Eksplorasi diri
3. Evaluasi diri
4. Perencanaan yang realistic
5. Komitmen terhadap tindakan
Tabel 1.1 Intervensi keperawatan untuk mengubah konsep diri pada Tingkat 1
Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Meluaskan Kesadaran Diri Pasien


Bina hubungan Kurangi ancaman yang Tawarkan penerimaan tanpa syarat.
terbuka, saling terlihat dalam sikap Dengarkan pasien.
percaya. perawat terhadap pasien, Dukung pembahasan tentang pikiran dan
bantu pasien untuk perasaan pasien.
meluaskan dan menerima Berespons tanpa mendakwa.
semua aspek kepribadian. Sampaikan bahwa pasien adalah seorang
yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri.

Bekerja dengan Kekuatan ego tingkat Identifikasi kekuatan ego pasien.


pasien bagaimanapun tertentu, seperti kapasitas Pedoman bagi pasien dengan sumber ego
kekuatan egonya. untuk uji realitas, kontrol yang terbatas :
diri, atau tingkat integritas
1. Mulai dengan meyakinkan identitas
ego, dibutuhkan sebagai pasien.
dasar asuhan keperawatan
2. Berikan dukungan untuk mengurangi
kemudian. tingkat ansietas panik.
3. Dekati pasien dengan cara tidak
menuntut.
4. Terima dan upayakan klarifikasi
komunikasi verbal dan nonverbal.
5. Cegah pasien dari pengisolasian diri.
6. Bina rutinitas yang sederhana bagi
pasien.
7. Tetapkan batasan untuk perilaku yang
tidak tepat.
8. Orientasi pasien terhadap realitas.
9. Kuatkan perilaku yang sesuai.
10. Tingkatkan aktifitas dan tugas yang
dapat memberikan pengalaman positif
secara bertahap.
11. Bantu dalam kebersihan dan kecantikan
diri.
12. Dukung pasien dalam asuhan mandiri.
Maksimalkan peran Timbal balik diperlukan
serta pasien dalam bagi pasien untuk Tingkatkan peran serta pasien secara
hubungan terapeutik. menerima tanggung jawab bertahap dalam membuat keputusan yang
terhadap perilaku dan berkaitan dengan asuhan dirinya.
respons kopinnya yang Sampaikan bahwa pasien adalah individu
maladaptif. yang bertanggung jawab.

Tabel 1.2 Intervensi keperawatan untuk mengubah konsep diri Tingkat 2


Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Mendukung Eksplorasi Diri Pasien


Bantu pasien untuk Dengan menunjukkan minat Dukung ekspresi emosi, keyakinan,
menerima perasaan- dan penerimaan terhadap perilaku, dan pikiran pasein-secara
perasaan dan pikiran perasaan dan pikiran pasien, verbal, nonverbal, simbolik, atau
– pikirannya. perawat membantu pasien langsung.
untuk melakukan hal yang Gunakan keterampilan komunikasi
sama. terapeutik dan respon empati.
Catat penggunaan pemikiran logik dan
tidak logik pasien serta laporkan dan
amati respon emosinya.
Bantu pasien Pengungkapan diri dan
mengklarifikasi pemahaman terhadap Bangkitkan persepsi pasien tentang
konsep diri dan persepsi diri diperlakukan kelebihan dan kekurangan diri yang
hubungan dengan untuk membawa perubahan dimiliki.
orang lain melalui yang akan datang; Bantu pasien untuk menguraikan ideal
pengungkapan diri. pengungkapan diri dapat diri.
mengurangi ansietas. Identifikasi kritik diri pasien.
Waspada dan Kesadaran diri Bantu pasien untuk menguraikan
kendalikan perasaan memungkinkan perawat keyakinan tentang bagaimana ia
anda sendiri. memberikan model perilaku berhubungan dengan orang lain dan
autentik dan membatasi dengan peristiwa.
pengaruh negatif Terbuka terhadap perasaan anda
kontertransferens dalam sendiri.
hubungan. Terima perasaan positif dan negatif.
Gunakan diri secara terapeutik dengan
:
Berespons empatik, 1. Berbagi perasaan anda dengan pasien.
bukan simpatik, Simpati dapat menimbulkan
2. Mengungkapkan tentang apa yang
tekankan bahwa rasa kasihan pasien; mungkin orang lain rasakan.
kekuatan untuk sebaliknya, perawat harus
3. Mencerminkan persepsi anda terhadap
berubah berada pada mengkomunikasikan bahwa perasaan pasien.
pasien. situasi kehidupan pasien
memerlukan kendali diri. Gunakan respons empatik dan pantau
diri anda terhadap perasaan simpati
dan kasihan.
Tegaskan bahwa pasien bukan tidak
berdaya atau tak kuasa dalam
menghadapi masalah.
Tunjukkan pada pasien baik secara
verbal maupun melalui perilaku bahwa
pasien bertanggung jawab terhadap
perilakunya sendiri, termasuk memilih
respon koping yang adaptif dan
maladaptif.
Gunakan sistem pendukung dari
keluarga dan kelompok untuk
memfasilitasi eksplorasi diri pasien.
Bantu pasien dalam mengenali sifat
konflik dan respon koping maladaptif.

Tabel 1.3 Intervensi Keperawatan terhadap perubahan konsep diri Tingkat 3


Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Membantu Evaluasi Diri Pasien


Bantu pasien untuk Hanya setelah masalah Identifikasi stresor yang relevan dan
menjabarkan dujabarkan dengan benar, penilaian pasien terhadap stresor.
masalah secara jelas. pilihan alternatif dapat Klarifikasi bahwa keyakinan pasien
diusulkan. mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
Identifikasi bersama keyakinan yang salah,
persepsi yang tidak benar, ilusi dan tujuan
yang tidak realistik.
Identifikasi bersama area kekuatan.
Tempatkan konsep keberhasilan dan
kegagalan dalam pandangan yang sesuai.
Gali penggunaan sumber koping pasien.

Gali respons adaptif Penggalian koping Uraikan kepada pasien bahwa semua
dan maladaptif tersebut penting untuk respons koping dapat dipilih dan
pasien terhadap memeriksa pilihan koping mempunyai akibat baik positif maupun
masalah. pasien dan mengevaluasi negatif.
akibat positif dan negatif. Bandingkan respon adaptif dan maladaptif.
Identifikasi bersama kerugian respons
koping yang maladaptif.
Identifikasi bersama keuntungan, atau
“hasil” respons koping adaptif.
Bahas bagaimana hasil tersebut mendukung
penggunaan respons koping adaptif
selanjutnya.
Gunakan berbagai keterampilan terapeutik,
seperti :
1. Komunikasi fasilitatif.
2. Konfrontasi suportif.
3. Klarifikasi peran.
4. Reaksi transferens dan kontertransferens
dalam hubungan perawat-pasien.
5. psikodrama
Tabel 1.4 Intervensi Keperawatan terhadap perubahan konsep diri Tingkat 4
Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Membantu Pasien dalam Merumuskan Rencana Tindakan yang Realistik


Bantu pasien Hanya setelah semua Bantu pasien memahami bahwa hanya
mengidentifikasi solusi alternatif yang dia yang dapat mengubah dirinya,
alternatif. memungkinkan dievaluasi bukan orang lain.
baru dapat terjadi suatu Jika pasien berpegang pada persepsi
perubahan. yang tidak konsisten, bantu pasien
untuk melihat bahwa dia dapat
mengubah :
1. keyakinan atau ideal mendekati suatu
kenyataan.
2. Lingkungan membuatnya konsisten
dengan keyakinan pasien.
Jika konsep diri tidak konsisten dengan
perilaku, pasien dapat mengubah :
1. Perilaku yang sesuai dengan konsep
diri.
2. Keyakinan yang melatar belakangi
konsep diri termasuk perilaku.
3. Ideal diri.
Tinjau bersama bagaimana pasien
Bantu pasien Penetapan tujuan harus dapat lebih baik menggunakan sumber
mengkonsepualisasi mencakup jabaran yang koping.
tujuan yang realistik jelas tentang perubahan
yang diharapkan. Dorong pasien untuk merumuskan
tujuannya sendiri ( bukan tujuan anda
).
Bahas bersama konsekuensi yang
bersifat emosional, praktikal dan
realistik dari tiap tujuan.
Bantu pasien untuk menjabarkan
secara jelas perubahan konkrit yang
diinginkan.
Gunakan latihan peran, contoh peran,
permainan peran, dan visualisasi jika
sesuai.

Tabel 1.5 Intervensi Keperawatan terhadap perubahan konsep Gangguan Citra Diri
Tingkat 5
Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Tujuan : Membantu Pasien agar Bertekat untuk Membuat Keputusan dan Mencapai
Tujuannya Sendiri
Bantu pasien Tujuan utama dalam Berikan kesempatan kepada pasien untuk
melakukan tindakan meningkatkan mengalami suatu keberhasilan.
yang diperlukan untuk penghayatan adalah Dukung kekuatan, keterampilan, dan
mengubah respons membuat pasien aspek yang sehat dari kepribadian
koping maladaptif dan mengganti respons pasien.
mempertahankan koping yang maladaptif Dukung pasien untuk memperoleh
respons koping yang dengan yang lebih bantuan (pekerjaan, finansial, pelayanan
adaptif. adaptif. masyarakat ).
Gunakan kelompok untuk meningkatkan
harga diri pasien.
Tingkatkan perbedaan diri pasien dalam
keluarga.
Beri pasien waktu yang cukup untuk
berubah.
Beri sejumlah dukungan yang sesuai dan
positif untuk membantu pasien
mempertahankan kemajuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1993, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia. III Depkes

RI.

Keliat,.B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai