dengan yang diharapkan oleh sekolah dengan tidak melaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Mentalitas siswa masih belum siap untuk memasuki dunia kerja. Gambaran keliru yang erlalu
indah tentang dunia industry dibandingkan kenyataan sehari-hari dalam hal budaya kerja
menimbulkan rasa kecewa, Sehingga siswa tidak merasa betah dan terbebani dengan praktik
kerja industri tersebut.
Dalam pelaksanakan PKL ini peserta didik mengalami masa peralihan dan pengenalan dari dunia
pendidikan ke dunia kerja sehingga kalau masa peralihan ini tidak terkendali mengakibatkan kejutan
perilaku-perilaku. pada minggu-minggu awal masih belum bisa menanamkan rasa disiplin yang ada
pada dirinya. Siswa keberatan dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, selain itu ada
siswa yang merasa keberatan dengan kerja keras yang tinggi apabila siswa berada di perusahaan
karena tidak terbiasa untuk bekerja. memang kegiatan yang ada di perusahaan lebih membutuhkan
kerja keras yang tinggi daripada hanya di sekolah.
Hal ini tentu saja menjadikan hambatan bagi du/di sebagai mitra dan pengguna lulusan SMK.
pembimbing dari Du/Di merasa kesulitan tentang cara untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang
seharusnya diterapkan dalam pelaksanaan praktik kerja industri, mengingat karakter awal antara
orang satu dengan yang lainya itu berbeda.
Tidak dapat dipungkiri bahwasannya dalam pelaksanaan akan terjadi suatu kendala atau
permasalahan. siswa cenderung memiliki kemampuan
berbeda satu dengan yang lainnya, ada siswa yang memiliki kemampuan yang
lebih tinggi ada pula siswa yang cenderung mempunyai kemampuan yang lebih
rendah. Tinggi rendahnya kemampuan siswa menunjukkan kemampuan mereka
secara teknis dan kemampuan merekan secara mental. Siswa yang mempunyai
pengalaman kerja yang tinggi akan mempunyai percaya diri yang besar terhadap
kemampuan kerja yang dimilikinya. Dengan demikian dapat diduga siswa
tersebut akan lebih siap menghadapi dunia kerja industri. Oleh karena itu pentingnya
ditanamkan pendidikan karakter dalam pelaksanaan praktik kerja industri.
Kondisi objektif yang dapat kita amati tentang sistem pendidikan kejuruan pada umumnya banyak
yang hanya mengejar target kelulusan 100% dan cenderung melupakan DU/DI sebagai salah satu
“user” tamatan SMK. Dunia pendidikan kejuruan belum berfikir apakah tamatan SMK dapat bekerja
sesuai dengan kebutuhan industri serta dapat mengembangkan diri sesuai dengan akselerasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.