Anda di halaman 1dari 3

Nama : Agus Eryanto

NIM : 118207049

Prodi : Psikologi

Konsep kapabilitas Amartya sen dalam konteks keindonesiaan:

1. Konsep keberagaman dan focal variable

Dalam konsepnya, Sen mengungkapkan bahwa pentingnya penekanan terhadap kebergaman


yang dimiliki oleh manusia. Sejak seorang dilahirkan ke dunia ia memiliki perbedaan atas gender,
kesehatan, dan kecenderungan atas suatu penyakit faktor epidemiological secara langsung
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Dalam konteks keindonesiaan, keberagaman
yang ada di Indonesia sudah ada sejak Indonesia itu ada, dari suku, bahasa, budaya, pakaian adat.
Indonesia dengan berbagai keberagaman yang dimiliki memberikan sebuah warna. Perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh individu dalam hal ini adalah sebuah wilayah memberikan fakta
penting bagi variable penting yang akan digunakan dalam menguji sistem keadilan dalam usaha
menuju kesamarataan atau kesejahteraan. Lingkungan sosial dan komunitas dimana individu itu
dilahirkan kelak akan mempengaruhi kesempatan individu untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.

Focal variable dalam pengertian Sen sendiri merupakan beberapa hal yang digunakan untuk
diperbandingkan kondisi seseorang dengan orang lain diantaranya berkaitan dengan tingkat
pendapatan, kesehatan, hak, kebebasan, kualitas hidup, dll. Namun dalam pemahaman kita atas
adanya focal variable ini dapat digunakan untuk melihat kesamarataan menjadikan evaluasi ata
kesetaraan menjadi mungkin dilakukan. Dalam kontek keindonesiaan itu sendiri, focal variable bisa
dikategorikan yaitu : kesehatan masyarakat, kualitas hidup dari masyarakat, tingkat pendapatan
wilayah, dll. Keuntungan dan ketidakberuntungan yang timbul atas kondisi –kondisi lingkungan,
kondisi sosial, dan karakter fisik seseorang akan mempengaruhi individu tersebut dalam usahanya
mencapai well-being. Evaluasi atas keadilan yang berhubungan dengan kesamarataan dalam
distribusi keadilan menjadi sangat tidak relevan apabila kesamarataan hanya dianggap dengan
kepemilikan atas suatu komoditas atau barang. Misalkan kesamarataan dalam pendapatan atau
kepemilikan barang tidak dapat dilihat sebagai berjalannya sistem keadilan yang menjamin setiap
individu untuk meraih well-being.

Distribusi keadilan yang menggunakan salah satu focal variable tersebut cenderung akan
mengakibatkan ketidakadilan dalam variable lainyya. Penggunaan pendapatan sebagai alat ukur
sejauh mana individu mencapai kesejahteraannya. Tingkat pendapatan yang tinggi belum tentu
membuat individu berada dalam kesejahteraan yang baik, contohnya Indonesia pada tahun 1997
yaitu terjadi krisis moneter, saat itu pendapatan perkapita masyarakat tergolong baik. Namun
apakah kesejahteraan dalam bidang-bidang lain terpenuhi? Seperti hak-hak politik, kebebasan
berpendapat dan berekpresi, dll. Hal ini juga termasuk dalam focal variable yang harus
dipertimbangkan juga.

2. Kebebasan dan Kapabilitas

Begitu pentingnya focal variable dalam menguji struktur kerja sama sosial masyarakat. Namun
kesulitannya adalah untuk menentukan suatu nilai yang akan digunakan untuk menguji sistem
keadilan masyarakat secara komprehensif tidak bisa hanya focus pada satu nilai saja. Karena ada
nilai-nilai lainnya yang harus terpenuhi. Sen memberikan contoh jelas dalam hal ini adalah pada
kasus orang yang dalam masa kehamilan. Apabila kondisinya dibandingkan dengan orang lain,
misalkan dengan seorang pria, jelas bahwa kondisi kehamilannya itu mengakibatkan seoarang wanita
yang hamil meiliki sedikit kebebasan dibandingkan dengan orang lain yang tidak pada masa hamil
atau tidak hamil. Perbandingan interpersonal yang dilakukan tidak dibenarkan mereduksi atau
bahkan menghilangkan keberbagaian manusia dalam satu dimensi perbandingan interpersonal.
Human diversity merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perbandingan interpersonal antar
individu.

Ini menjelaskan bahwa ketidaksetaraan pada aspek yang berbeda seperti, pendapatan,
kegunaan, penghormatan, dan kebebasan lainnya akan menjadi sangat berbeda pada setiap orang
dengan memperhatikan variasi interpersonal yang ada. Sen menggambarkan sebuah kondisi seorang
yang hamil tidak hanya bisa dilihat dari seberapa besar pendapatan untuk mengukur kebahagiaan
seseorang, tapi juga seberapa besar ia memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu sebagai
konsekuensi keadaannya tersebut.

3. Nilai Objek dan Ruang Evaluasi

Dalam konsep kapabilitas yang dibangun oleh Sen, apakah bisa melihat bahwa tujuan yang
bernilai yang setiap orang idam-idamkan itu sudah tercapai atau belum. Sen sendiri memberikan
jawaban dengan menggunakan konsep ruang evaluasi. Yaitu menentukan dulu apa yang individu
anggap sebagai tujuan yang bernilai itu, seperti kebahagiaan atau pemenuhan hasrat. Dari sini akan
dinilai sudah terpenuhikah kepada seluruh anggota masyarakat.

Dalam pendekatan kapabilitas sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup ini akan dievaluasi
dalam ruang kefungsian dan kapabilitas atas kefungsian. Misalkan seperti yang diketahui bahwa
kemiskinan ekstrem adalah suatu hal yang harus dihilangkan dan merupakan cita-cita bersama.
Dalam mengevaluasi sesuatu hal yang dianggap baik atau pencapaian atas cita-cita kehidupan
dikatakan bahwa individu harus menentukan lebih dahulu apa yang sebenarnya dengan apa yang
dianggap bernilai itu.

Sen memberikan kebebasan kepada kemampuan individu untuk memilih dan menyeleksi hal
tersebut. Dalam contoh hal-hal yang dianggap pokok dan bernilai itu, kasus-kasus yang dijadikan
contoh adalah kasus seperti usaha-usaha dalam meningkatkan kapabilitas yaitu : Mengurangi
kelaparan ektrem, usaha dalam meningkatkan kesehatan, usaha dalam menyediakan tempat tinggal
yang layak. Jika melihat keadaan indonesia sekarang. Usaha-usaha ini sedang dilakukan oleh
pemerintah dalam upaya pemenuhan kapabilitas. Namun sepertinya usaha itu belum maksimal
dilakukan oleh pemerintah, karena masih banyak masyarakat yang tinggal di daerah terpencil sulit
mendapatkan akses jalan baik, pelayanan kesehatan, dan juga banyak masyarakat terpencil yang
memiliki hunial yang kurang layak. Dalam konsep kapabilitas yang diberikan Amartya Sen, Indonesia
masih harus banyak yang dilakukan perbaikan dari semua segi dan objeknya. Masih jauh dari kata
keadilan dan kesejahteraan. Tidak hanya sebatas dalam pendapatan perkapita, indeks pembangunan
manusia saja. Namun nilai – nilai lain juga harus terpenuhi. Contoh simpel adalah keadilan,
kesamaan hak di depan hukum, kesenjangan pembangunan indonesia barat dan indonesia timur.
Keadilan sepertinya masih begitu jauh untuk masyarakat indonesia.

Dalam ruang evaluasi yang dikonsep oleh Sen sendiri, indonesia banyak yang harus dibenahi,dari
nilai-nilai yang dicontohkan dalam kasus Sen sendiri. Hampir seluruh poin belum terpenuhi dalam
pencapaian keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat indonesia.

Anda mungkin juga menyukai