Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Perkembangan individu
berlangsung melalui kegiatan belajar. Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan
kegiatan mental yang tidak dapat dilihat, artinya proses perubahan yang terjadi dalam
diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat
menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Secara
umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan
sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat
untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa
dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan
sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki
atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena
itu pembelajaran Bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan Bahasa yang baik secara lisan maupun tertulis (Depdikbud,
1995:9). Kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan
yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan
pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian belajar dan pembelajaran ?
2. Bagaimana pengertian bahasa ?
3. Bagaimana pengertian pembelajaran bahasa ?
4. Bagaimana faktor dan prinsip pembalajaran bahasa ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran.
2. Untuk menjelaskan pengertian bahasa.
3. Untuk menjelaskan pengertian pembelajaran bahasa.
4. Untuk menjelaskan faktor dan prinsip pembalajaran bahasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian Belajar
Belajar menurut W. Gulo (2002: 23) adalah suatu proses yang berlangsung
di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat. James O. Whittaker (Djamarah,1999) menyatakan
bahwa belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Sedanghkan menurut R. Gagne (Djamarah ; 1999:22)
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan
perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (syah, 2003), dengan kata lain
belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan
dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah
yang dikemukakan oleh witting yaitu tahapan perolehan informasi, tahapan
penyimpanan informasi, tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang
menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62). Dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relatif dan menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai hasil dari suatu latihan atau pengalaman dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar
sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

3
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Proses belajar-mengajar perlu memperhatikan prinsip belajar yang meliputi :
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku Gagne (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003) mengemukakan perubahan perilaku dari belajar, yaitu :
a. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara
tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda,
definisi, dan sebagainya.
b. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya:
penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual
adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep
konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan
dalam menghadapi pemecahan masalah.
c. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara
berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
d. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih
macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan
dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam
menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran,
perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
e. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang
dikontrol oleh otot dan fisik.

4
2. Pengertian Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan
kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu
berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para
pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu
usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (1979:3).
mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sedanghkan dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru
dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh
peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of
teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi
kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga
dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran
dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik
tidak merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).

5
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik. Pembelajaran memiliki dua fungsi yaitu :
a. Pembelajaran sebagai system
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir
antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode
pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan
pengayaan).
b. Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
1) Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau media
cetak lainnya.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan
atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan
dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi,
dan sikapnya terhadap siswa;
3) Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa
pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Ciri pembelajaran meliputi :
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja
b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

6
B. Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan
sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk
beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan
sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut
makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu
konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa
memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan
konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
Bahasa memiliki fungsi alat komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi
atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, juga berfungsi sebagai :
1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Mampu
mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita
dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan
pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
2. Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang
melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat
menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para
pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang
dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang
memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara
berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal
dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan
berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka
symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu
diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi dilingkungan
sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan

7
kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar
pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada
saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa
suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan
bangsa.
4. Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur
kata seseorang. Kontrolsosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat,
contohnya buku- buku pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi
serta iklan layanan masyarakat. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa
sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat
peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk
meredakan rasa marah kita.

C. Pengertian Pembelajaran Bahasa


Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu
pembelajaran Bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan Bahasa yang baik secara lisan maupun tertulis (Depdikbud,
1995:9). Kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan
yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan
pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Untuk itu, dalam kurikulum pendidikan dasar 1994 rambu-rambu pembelajaran
bahasa dianjurkan agar dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa yang mencakup
aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan sastra Indonesia dapat
dipadukan atau dikaitkan dengan mata pelajaran lain seperti IPA, IPS, dan matematika
(Depdikbud, 1995:12).
Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa dilandasi pandangan bahasa
holistic (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang bulat dan
utuh. Whole language adalah suatu cara berpikir tentang bagaimana anak belajar
bahasa-bahasa lisan dan bahasa tulisan (Eisele, 1991:3). Anak itu secara alamiah
memperoleh bahasa lisan melalui mendengarkan (menyimak) dan berbicara. Selama
tahun-tahun perkembangan ini, kesempurnaan itu diharapkan; anak-anak itu bebas
berbuat kekeliruan. Orang dewasa mengerti dan menerima sebab mereka menyadari
bahwa belajar itu perlu waktu dan latihan. Bagaimanapun ketika anak memulai
membaca dan menulis, cepat berhasil itu sering diharapkan. Berkaitan dengan bahasa

8
lisan, anak-anak perlu banyak latihan membaca dan menulis melalui pengalaman-
pengalaman yang bermakna. Mereka juga perlu kebebasan untuk berbuat keliru dan
belajar dari kekeliruan mereka itu. Oleh karena para guru whole language mengetahui
bagaimana belajar bahasa, mereka memberikan waktu dan kesempatan belajar praktik
untuk perkembangan baca tulis.
Dalam pembelajaran bahasa di sekolah, guru tidak perlu memberikan tema-
tema yang spesifik karena anak-anak belajar bahasa seperti mencari teman belajar
tentang lingkungannya dan lingkungan keluarga sendiri. Routman menyatakan bahwa
keterpaduan sudah terkandung dalam pembelajaran whole language (Routman,
1991:276). Keterpaduan bahasa adalah suatu pendekatan belajar dan cara berpikir
yang menghargai keterhubungan dari proses bahasa itu seperti membaca, menulis,
berbicara, dan mendengarkan sebagai keterpaduan pembelajaran yang berarti dalam
segala bidang studi. Keterpaduan merupakan pendekatan dalam belajar dan cara
berpikir yang memandang proses berbahasa sebagai bagian integral dalam belajar di
bidang apapun. Ini berarti bahwa khususnya di SD bahasa tidak dipelajari sebagai
mata pelajaran seperti sains, misalnya, melainkan terpadu dalam penggunaannya
untuk mempelajari apapun. Aspek-aspek keterampilan berbahasa dikembangkan
secara langsung melalui kegiatan belajar dalam semua bidang. Agar dapat terjadi
keterpaduan dalam pembelajaran dapat menggunakan unit tematik. Hal ini menjadi
sarana keterpaduan di samping memberikan makna bagi anak.
Pembelajaran bahasa di gunakan untuk mengacu pada penguasaan bahasa-
kedua, baik yang di lakukan secara formal maupun informal. Ada dua tipe
pembelajaran yaitu :
1. Tipe Naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan.
Pembelajaran berlangsung di dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Tipe Formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi dan alat-alat bantu
belajar yang sudah di persiapkan.

D. Faktor dan Prinsip Pembelajaran Bahasa


Berbagai faktor, variabel, dan kendala menentukan berhasil tidaknya
pembelajaran bahasa. Faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor penentu
keberhasilan pembelajaran bahasa kedua dan faktor penentu keberhasilan bahasa
pertama.
1. Faktor-faktor Penentu Dalam Pembelajaran Bahasa Kedua

9
a. Faktor Motivasi, dalam kaitannya pembelajaran bahasa kedua faktor motivasi
memiliki dua fungsi.
1) Fungsi Integratif motivasi itu mendorong seseorang untuk mempelajari
suatu bahasa karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan
masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi anggota masyarakat bahasa
tersebut.
2) Fungsi Instrumental motivasi itu mendorong sesorang untuk memiliki
kemauan untuk mempelajari bahasa kedua karena tujuan yang bermanfaat.
b. Faktor Usia, Dari hasil penelitian di simpulkan bahwa faktor usia, adalah
faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua. Perbedaan umur
mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek
fonologi, morfologi, morfologi dan sintaksis, tetapi tidak berpengaruh dalam
pemerolehan urutanya.
c. Faktor Penyajian Formal, pembelajaran atau penyajian pembelajaran bahasa
secara formal tentu memiliki pengaruh terhadap kecepatan dan keberhasilan
dalam memperoleh bahasa kedua karena berbagai faktor dan variabel telah di
siapkan dan di adakan dengan sengaja. Demikian juga keadaan lingkungan
pembelajaran bahasa kedua secara naturalistik atau alami.
2. Faktor-faktor Penentu Dalam Pembelajaran Bahasa Pertama
a. Pengaruh Fisik Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang
berbeda baik sebelum maupun sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada
anak perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap guru, karena dipercaya bahwa
segala aktivitas-aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas yang menyangkut
mentalnya serta pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh kondisi dan
pertumbuhan fisik.
b. Pengaruh Psikis Proses psikososial, melibatkan perubahan – perubahan dalam
aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu, perkembangan identitas diri,
pola hubungan dengan anggota keluarga, teman, guru dan yang lainnya.
Contoh Pengaruh Psikis antara lain :
1) Perhatian, perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek
(benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

10
timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi
atau bakatnya.
2) Minat, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda
dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu
yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan
minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat
diusahakan agar ia mempunyai minat yang labih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-
hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan
dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
3) Bakat, bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”.
Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan
itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat
mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak
berbakat dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu
mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar pastilah
selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
Pembelajaran Bahasa dilaksanakan dengan mengacu pada wawasan
pembelajaran yang dilandasi prinsip humanisme, progresivme dan
rekonstruksionisme (Slamet, 1995 : 46-51).
1. Prinsip humanisme berisi wawasan sebagai berikut.
a. Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami
sesuatu. Pendidik bukan satu-satunya sumber informasi, siswa disikapi sebagai
subjek belajar yang secara kreatif mampu menemukan pemahaman sendiri dan
dalam proses belajar mengajar guru lebih banyak bertindak sebagai model,
teman pendamping, pemotivasi dan fasilitator.
b. Perilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Isi pembelajaran harus
memiliki kegunaan bagi siswa didik secara aktual, dalam kegiatan belajarnya

11
siswa harus menyadari manfaat penguasaan isi pembelajaran bagi
kehidupannya, dan isi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, pengalaman dan pengetahuan peserta didik.
c. Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan. Dengan maksud
bahwa layanan pembelajaran selain bersifat klasikal dan kelompok juga bersifat
individual. Selain ada yang dapat menguasai materi pembelajaran secara cepat
juga ada yang menguasai isi pembelajaran secara lambat dan siswa didik harus
disikapi dengan subyek yang unik, baik menyangkut proses merasa, berfikir dan
karakteristik individual secara hasil bentukan lingkungan keluarga, teman
bermain maupun lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya.
2. Prinsip progresivme beranggapan bahwa:
a. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi
memerlukan daya kreatifitas. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan
melalui kreativitas ini berkembang secara berkesinambungan.
b. Dalam proses belajarnya, siswa seringkali dihadapkan pada masalah yang
memerlukan pemecahan secara baru. Dalam memecahkan masalah tersebut
siswa perlu menyaring dan menyusun ulang pengalaman dan pengetahuan yang
dimilikinya secara coba-coba atau hipotesis. Dalam hal ini terjadi cara berfikir
yang terkait dengan suatu pengetahuan dengan pengalaman atau pengetahuan
lain melalui proses berpikir untuk menghasilkan sesuatu. Terdapatnya kesalahan
dalam proses memecahkan masalah maupun pada hasil yang dibuahkan sebagai
bagian dari kegiatan belajar merupakan sesuatu yang wajar.
3. Prinsip konstruksionisme beranggapan bahwa:
a. Proses belajar disikapi sebagai kretivitas dalam menata serta menghubungkan
pengalaman dan pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan. Dalam tindak
kreatif tersebut murid pada dasarnya merupakan subyek pemberi makna.
Kesalahan sebagai bagian dari kegiatan belajar justru dapat membuahkan
pengalaman dan pengetahuan baru.
b. Dalam mengembangkan materi atau bahan ajar, juga harus mempertimbangkan
beberapa prinsip seperti sahih, tingkat kepentingan, kebermanfaatan, layak
dipelajari, menarik minat. Bahan yang dipelajari siswapun harus memperhatikan
ruang lingkup, tata urutan, keberlanjutan dan keterpaduan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif dan menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai hasil dari suatu latihan atau pengalaman dengan ciri-ciri ditandai
dengan perubahan tingkah laku, perubahan perilaku relative permanent, perubahan
perilaku tersebut bersifat potensial, perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan
atau pengalaman dan pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen
yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-
lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau
konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau
makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu
pembelajaran Bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan Bahasa yang baik secara lisan maupun tertulis (Depdikbud,
1995:9). Kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan
yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan
pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Berbagai faktor, variabel, dan kendala menentukan berhasil tidaknya pembelajaran
bahasa. Faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor penentu keberhasilan
pembelajaran bahasa kedua dan faktor penentu keberhasilan bahasa pertama.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu kita tentang hakikat belajar
pembelajaran bahasa.
.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Wahyuni. 2010. Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Jakarta: Rineka Cipta
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cet. II, Bandung: Refika Aditama.
Gulö, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
http://eostudent.blogspot.co.id/2014/08/prinsip-prinsip-pembelajaran-bahasa.html

14

Anda mungkin juga menyukai