Anda di halaman 1dari 45

KEGIATAN BELAJAR 3.

JENIS - JENIS PERALATAN PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

A. Pengertian Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik


Sistem proteksi adalah suatu system pengaman terhadap peralatan listrik,
yang di akibatkan adanya gangguan pada system baik gangguan internal maupun
gangguan eksternal yang dapat menggangu kontinuitas dan kestabilan sistem.

Berdasarkan penyebab gangguan, gangguan pada system tenaga di bagi


menjadi dua yaitu:

 Gangguan arus lebih (over current fault)

Gangguan arus lebih terjadi akibat kenaikan arus pada saluran yang
menyebabkan kenaikan arus melebihi arus beban maksimum. Arus lebih
sendiri dibagi atas Arus beban lebih dan Arus hubung singkat.

 Gangguan tegangan lebih (over voltage fault)

Gangguan tegangan lebih umumnya terjadi akibat sambaran petir ke system,


baik secara langsung maupun tidak langsung (induksi). Sehingga
menyebabkan kenaikan tegangan pada system melampaui BIL (Basic
Insulation Level) dari peralatan system tenaga dan dapat merusak peralatan
system.

B. Fungsi sistem proteksi


Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi yaitu :

3.1.1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari
akibat adanya gangguan listrik

1
3.2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik

3.1.2. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen

Sistem pengaman yang baik harus mampu :

Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI


Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan
Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan
Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan
Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan

3.3. Persyaratan Sistem Proteksi


Peralatan proteksi dapat bekerja dengan baik apabila memenuhi 5 syarat utama
yaitu:

3.3.1. Sensitivitas (Kepekaan)

Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari
sistem tenaga listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan
daerah tugas suatu pengaman. Pengaman mendeteksi adanya gangguan yang
terjadi didaerah pengamanannya harus cukup sensitif untuk mendeteksi dengan
nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT atau Pelebur untuk memisahkan
bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat.

3.3.2. Selektivitas (Ketelitian)

Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan


pengamanan bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan diusahakan seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan
demikian disebut pengamanan selektif.
3.3.3. Keandalan (Reliabilitas)

Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat
bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-
alat pengaman harus dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada
desain, pengerjaan dan perawatannya

3.3.4. Kecepatan (Speed)

Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan


tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh gangguan.

3.4. Pengaman Arus lebih


3.4.1. Fuse Cut Out
a. Pengertian Fuse Cut Out ( F C O )

Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban
pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya
untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support),
pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat
diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut

 Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi


 Utamanya digunakan untuk penyulang (feeders) TM dan proteksi trafo
 Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang atau pada
crossarm
 Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan
operasinya
b. Klasifikasi Fuse Cut Out

Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini

High Voltage Fuses

Distribution cut out Power Fuses

Expulsion Expulsion Current Liquid filled


Liquid limiting
Filled

Boric sand
Open Fibre
oil Fibre Carbon
tube link Non Vented tetrachloride
Acid tube
enclosed
open
Vented Vented
Non
open enclosed Vented Non Vented
Single
elemen
Repeater Single Double element
elemen Single
Single
elemen

dropout Repeater S ing le elemen elemen Single elemen


Si m Non Drop Non Single elemen
dropout e Dropout Non
Drop out ng
dropout Dropout
le n Non dropout
dropout
ele dropout

Non out dropout indicating


Non Drop indicating
dropout out dropout Non
indicating
dropout i
indicating indicating indicating Non indicating indicating ndicating indicating
indicating indicating
indicating indicating indicating indicating

Gambar 3. Klasifikasi Fuse Tegangan Tinggi

Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk penggunaan pada
tegangan tinggi dapat dibedakan dalam 2 ( dua ) macam yaitu Cutout Distribusi
(Distribution Cutouts), dilapangan sering disebut: Fuse Cut Out disingkat FCO
dan Fuse TM (Power Fuse ) yang sering disebut MV Fuse atau Fuse pembatas
arus. Dilapangan keperluan dan cara pemasangan kedua jenis fuse ini berbeda.
Fuse cut out banyak dipergunakan pada saluran saluran percabangan dengan
konstruksi saluran udara terbuka sedangkan MV fuse banyak dipergunakan pada
panel panel cubicle dengan saluran kabel atau campuran.
Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse letupan
(Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse) Namun pada
kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan (expulsion) lebih banyak dipakai
untuk jaringan distribusi dibanding dengan power fuse, istilah letupan (expulsi)
merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur
listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.

Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa
penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di
deionisasi pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada
saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada tabung akibat naiknya
temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas didalam
tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin
besar pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api
padam partikel-partikel yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung
yang terbuka.

Klasifikasi fuse cut out yang kedua adalah fuse cut out liquid, fuse jenis ini
tidak dikenal di wilayah PT PLN . Namun menurut referensi Fuse Cut Out
semacam ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel
udara .

 Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber

Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse Cut-
Out (FCO) distribusi yaitu:

 Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse)


 Fuse link terbuka (Open link fuse)

Fuse cut-out bertabung fiber mempunyai fuse link yang dapat diganti-ganti
(interchangeability) dan terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder) berbentuk
tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk
Fuse Cut-Out terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse
cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar ini terlihat
fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik
dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya pada fuse cutout tertutup, tabung fuse
terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh kontak listriknya
terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat pada
gambar(3)

Kedua Fuse Cut out ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim
delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada
jaringan - jaringan yang menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan
pemutusan fuse cutout secara individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal
rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan kebutuhan operasinya

Gambar 4. Fuse Cut out terbuka Gambar 5. Fuse Cut out tertutup
 Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)

Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup
didalam sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel
penghubung tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang kedua ujung
tabungnya.terlihat pada gambar 3.4

Gambar 6. Fuse Cut out tipe Open Link

Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak


beban pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja
pegas ini dimaksudkan untuk menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse
terbuka pada saat fuse bekerja dan ini dipakai karena kemampuan pemutusan
pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse cutout ini dirancang untuk
dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal
pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber
Standar Fuse link

Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar pengenal fuse
link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. Pengenal N dispesifikasi
fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara
kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka
pengenalnya dalam waktu 5 menit [1]. Pada praktek dilapangan ketentuan tersebut
kurang memuaskan penggunanya karena hanya satu titik yang dispesifikasi pada
kerakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang dibuat oleh sejumlah pabrik
yang berbeda mempunyai keterbatasan dalam memberikan jaminan koordinasi
antar fuse link. Setelah fuse link dengan pengenal N kemudian muncul standar
industri fuse link dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951

Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus jaringan


listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih “cepat” dan pengenal T untuk
menyatakan fuse link bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan
waktu kerja lebih ”lambat”. Fuse link tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan
yang universal karena fuse link ini bisa ditukar tukar (interchangeability)
kemampuan elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi dalam standar. Fuse link
tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara mekanis akan sama dengan
fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi pabrik lain.

Karakteristik listrik link tipe K dan fuse link tipe T sudah distandarisasi dan
sebagai titik temu nilai arus maksimum dan minimum yang diperlukan untuk
melelehkan fuse link ditetapkan pada 3 titik waktu dalam kurva karakteristik
Kondisi ini lebih menjamin koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa
pabrik menjadi lebih baik dari pada yang dimiliki fuse link N.
Tabel 4. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan /
disukai

Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh


Pengenal 300 – 600 detik1 10 detik1 0,1 detik1 Rasio
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum Kecepatan
Arus Pengenal yang disarankan / disukai

6 12. 0 14. 4 13. 5 20. 5 72 86 6. 0


10 19. 5 23. 4 22. 5 34 128 154 6. 6
15 31. 0 37..2 37 55 215 258 6. 9
25 50 60 60 90 350 420 7. 0
40 80 96 98 146 565 680 7. 1
65 128 153 159 237 918 1100 7. 2
100 200 240 258 388 1520 1820 7. 6
140 310 372 430 650 2470 2970 8. 0
200 480 576 760 1150 3880 4650 8. 1

Tabel 5. Arus Leleh Fuse Link Tipe K Arus pengenal (rating) Fuse yang tidak disarankan /
disukai - intermediate

Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh Kecepatan


Pengenal 300 – 600 detik1 10 detik1 0,1 detik1
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

8 15 18 20. 5 31 166 199 11.1


12 25 30 34. 5 52 296 355 11. 8
20 39 47 57. 0 85 496 595 12. 7
30 63 76 93. 0 138 812 975 12. 9
50 101 121 152 226 1310 1570 13. 0
80 160 192 248 370 2080 2500 13. 0
Arus Pengenal dibawah 6 Amper
1 2 2. 4 .(2) 11 .(2) 100
2 4 4. 8 .(2) 11 .(2) 100 -
3 6 7. 2 .(2) 11 .(2) ` -
-
Tabel 7. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan /
disukai

Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh


Pengenal 300 – 600 detik1 10 detik1 0,1 detik1 Rasio
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum Kecepatan
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

8 15 18 18 27 97 116 6. 5
12 25 30 29. 5 44 166 199 6. 6
20 39 47 48 71 273 328 7. 0
30 63 76 77. 5 115 447 546 7. 1
50 101 121 126 188 719 862 7. 1
80 160 192 205 307 1180 1420 7. 4

Arus Pengenal dibawah 6 Amper


1 2 2. 4 .(2) 10 .(2) 58 -
2 4 4. 8 .(2) 10 .(2) 58 -
3 6 7. 2 .(2) 10 .(2) 58 -

Tabel 6. Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate – Tidak disarankan.

Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh


Pengenal 300 – 600 detik 1
10 detik 1
0,1 detik1 Rasio
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum Kecepatan
Arus Pengenal yang disarankan / disukai

6 12. 0 14. 4 15. 3 23 120 144 10


10 19. 5 23. 4 26. 5 40 224 269 11. 5
15 31. 0 37..2 44. 5 67 388 466 12. 5
25 50 60 73. 5 109 635 762 12. 7
40 80 96 120 178 1010 1240 13
65 128 153 195 291 1650 1975 12. 9
100 200 240 319 475 2620 3150 13. 1
140 310 372 520 775 4000 4800 12. 9
200 480 576 850 1275 6250 7470 13. 0

Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan dalam
karakteristik arus – waktu adalah :

 300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600 detik
untuk fuse link 140 amper dan 200 amper

 10 detik
 0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse
link tipe K dan tabel tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T

Karakteristik arus – waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat
semestinya tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan
karakteristik lebur minimum fuse link ini ditambah dengan toleransi dari
pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari nilai maksimum seperti pada tabel 1
dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T

Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link
dengan nilai arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) : 6 - 10 –
15 – 25 – 40 – 65 – 100 – 140 dan 200 amper, nilai arus pengenal kontinyu 8 –
12 – 20 – 30 – 50 – dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak
disarankan (non prefered countinues rating). sebagai standar intermediate.

Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus
penganal fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse
link yang disarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai
arus pengenal fuse link yang tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus
pengenal fuse link yang tidak di sarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih
besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga diperoleh antara fuse link
yang disarankan dengan fuse link yang tidak disarankan.

Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi,
nilai-nilai arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi
satu dengan yang lain namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6
ampere atau diatasnya. Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H
masing masing dapat dilihat pada gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7
seperti berikut :
Kurva Leleh

Minimum

Kurva Leleh

Gambar 7. Kurva Karakteristik Arus –Waktu Fuse link tipe K (kerja cepat)
Gambar 8. Fuse link tipe T (kerja lebih lambat)

Kurva Leleh Minimum

Kurva Leleh Maksimu

Pemutusan Rampung
Gambar 9. Fuse link tipe H (Tahan Surja)
Dari kedua Karakteristik kerja fuse ini masing-masing memiliki

a. Kurva waktu leleh minimum ( minimum melting time )

Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai dari saat
terjadinya arus lebih sampai dengan mulai meleburnya pelebur untuk
harga arus tertentu.

b. Waktu busur

Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat pemadaman

c. Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing time )

Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari saat


terjadinya arus lebih sampai dengan padamnya bunga api untuk harga arus
tertentu

d. Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal Fuse Link

Seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan dalam peningkatan mutu


pelayanan tenaga listrik. beragam tipe dan angka pengenal fuse cutout letupan
(expulsion) yang diproduksi dan dijual dipasaran pada masa kini. Salah satu
perusahaan pembuat fuse link menyediakan beberapa tipe yang diantaranya
adalah tipe K, T, H, N, D, S untuk sistim distribusi dengan tegangan sampai 27
kV dan tipe EK, ET dan EH untuk sistem distribusi dengan tegangan sampai 38
kV dengan pengenal seperti terlihat pada tabel 3.5
Tabel 8. Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik

Arus kontinyu yang di


ijinkan Jenis waktu
Arus Pengenal ( % Pengenal ) kerja Rasio Kecepatan
Tipe Fuse Link (A) Kerja
H
( Tahan Surja ) 1-2-3-5-8 100 Sangat lambat 6 s/d 18
D - Timah
(Tahan Surja ) 1-1,5-2-3-4-5-7-10-15-20 100 Sangat lambat 7 s/d 46
K – Timah
( Cepat ) 1 s/d 200 150 Cepat 6 s/d 8,1
K – Perak
( Cepat ) 6 s/d 100 100 Cepat 6 s/d 8,1
N – Timah
( Cepat ) 5 s/d 200 100 Cepat 6 s/d 11
T – Timah
( Lambat ) 1 s/d 200 150 Lambat 10 s/d 13.1
S – Tembaga
( Sangat Lambat ) 3 s/d 200 150 Sangat lambat 15 s/d 20
EK
( Cepat ) 6 s/d 100 150 Cepat 6 s/d 8.1
ET
( Lambat ) 6 s/d 100 150 Lambat 10 s/d 13.1
EH
(Sangat Lambat) 1,2,3,5 100 Sangat lambat 13 s/d 22

e. Standar PLN : SPLN 64 1985

Untuk keperluan peningkatan efisiensi dan tingkat keandalan pelayanan


sistem di PT PLN (Persero), jenis, tipe dan karakteristik perlu dipilih Fuse Cut
out yang sesuai dengan sistem dan kondisi yang ada di lingkungan PT. PLN
(Persero) sebagai perusahaan yang mengelola distribusi tenaga listrik. Untuk
keperluan ini PLN merumuskan kebijaksanaanya dalam standar PLN : SPLN 64 :
1985 mengenai Petunjuk dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Tegangan
Menengah dengan spesifikasinya adalah sebagai berikut:
Ketentuan Umum
1. Frekwensi kerja : 50 Hz
2. Tegangan pengenal : 20 kV, 24 kV untuk sistim 20 KV 3 fasa dengan
netral ditanahkan
3. Tingkat isolasi pengenal :
 Tegangan ketahanan impulse : polaritas positif dan negatif
 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV
(puncak)
 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif )
 Tegangan ketahanan sistim 50 Hz ( kering/ basah selama 1 menit )
 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV
(efektif)
 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif )

Kondisi standar suhu, tekanan dan kelembaban 200C, 760 mmHg dan
11g/m3 Air

 Suhu : suhu udara maksimum 400C suhu udara rata-rata 24 jam


maks 370C
 Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo amper
: fuse link

Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link dipilih dari seri R10
Bagi jenis pembatas arus dalam keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh
diambil dari seri R 20

Seri R 10 : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

Seri R 20: 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 –
3,55 – 4 – 4,5– 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

1. Batas kenaikan suhu


Fuse link dan rumah fuse (fuse support) harus dapat dilewati arus
pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan
suhunya seperti tertera pada tabel 4

2. Untuk pasangan luar tekanan angin tidak melebihi 700 N / m 2

3. Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif, gas mudah
terbakar uap atau garam

4. Ketinggian dari permukaan laut tidak melebihi 1000 m

Spesifikasi Fuse Cutout Jenis Letupan ( Expulsion Fuse )

Macam macam angka pengenal

a. Pengenal fuse

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus pengenal fuse dalam amper

Seri R 10. ( A ) :

1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( A ) :

1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 –
5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Kemampuan pemutusan pengenal dalam kilo ampere

Seri R 10. ( kA ) :

1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( kA ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 –
5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya

 Frequensi pengenal : 50 Hz

b. Pengenal rumah fuse ( Fuse Support )

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus maksimum pengenal : Nilai-nilai standar dari arus pengenal


rumah fuse adalah : 50 A, 100 A, 200A, 400A.

 Tingkat isolasi pengenal

1. Tegangan Ketahanan Impulse : Polaritas positif dan negatif

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 125 kV (puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 145 kV ( puncak )

2. Tegangan Ketahanan sitim 50 Hz ( kering / basah selama 1 menit )

 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50 kV (puncak)

 Antara jarak isolasi dari rumah pelebur 60 kV ( efektif )

c. Pengenal pemikul batang pelebur ( fuse holder )

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus maksimum

Seri R 10. ( A ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan


kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –
2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan
10 nya

 Kemampuan pemutusan pengenal dalam KA

Seri R 10. ( kA ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan


kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( kA ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –


2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan
10 nya

d. Pengenal fuse link

 Arus pengenal

Seri R 10. ( A ) : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan


kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( A ) : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –


2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan
10 nya

 Tegangan maksimum : 24 kV

e. Karakteristik pelebur

 Batas kenaikan suhu

Anak dan rumah pelebur ( Fuse link dan Fuse holder ) harus dapat
dilewati arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas
kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel Batas Suhu dan Kenaikan
Suhu berbagai komponen
 Kelas pelebur jenis letupan dibagi dalam dua kelas yaitu :

1. Fuse letupan (expulsion ) kelas 1 dipergunakan untuk


proteksi sekelompok trafo berkapasitas besar

2. Fuse letupan (eexpulsion ) kelas 2 dipergunakan untuk


proteksi trafo-trafo kecil untuk proteksi kapasitor atau untuk
keperluan seksionalisasi jaringan distribusi tegangan
menengah dengan saluran udara

f. Karakteristik waktu–arus fuse link

Pabrik harus menyediakan kurva-kurva yang diperoleh dari pengujian jenis


karakteristik waktu sesuai yang ditentukan pada publikasi IEC 282-2 1974 .

g. Konstruksi

 Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-jatuh (drop out)


dimana tabung, fuse holder dan fuse linknya akan jatuh dan
menggantung bila fuse linknya telah bekerja (putus)

 Pembukaan tanpa pemadaman dapat dilakukan dengan tambahan


alat kerja kerja keadaan bertegangan (hot stick) yang dilengkapi
dengan alat pemadam busur atau dengan dengan lengan pemutus
pelebur.

f. Pemasangan FCO

FCO pada jaringan distribusi tegangan menengah biasanya dipergunakan


pada saluran saluran percabangan untuk mengamankan saluran percabngan dari
adanya gangguan hubung singkat dan untuk mengamankan sistim dari gangguan
hubung singkat pada trafo distribusi. Konstruksi Pemasangan dari Fuse Cut Out
ini dapat dilihat seperti gambar gambar berikut
Porcelain insulator with higher
Crank shaft support / lower
A. Creepage distance and greater G.
housing in Brass.
insulation properties.

Upper eye bolt connector in Tin


B. H. Trigger in stainless steel.
plated brass.

Stainless steel spring provides


Upper contact - silver plated ETP
C. I. toggle action for fuse link
Copper.
ejector.

Galvanized steel hooks for load break


Lower eye bolt connector in Tin
D. tools & guiding the fuse tube J.
plated Brass.
during closure.

Fuse tube holder coated with UV


resistant paint, impervious to water &
E. K. Crank shaft.
constructed in Epoxy resin with
special arc quenching liner.

Lower contact in ETP grade copper


F. L. Galvanized mounting Brackets.
duly silver plated.
Gambar 10. bagian bagian dari konstruksi FCO

Gambar 11. Pemasangan FCO untuk Proteksi Saluran


Gambar 12. Pelepasan/Pemasukan Fuse Holder FCO Dengan Load Buster
Gambar 13. Load Buster alat untuk membuka Fuse
Holder Cut Out pada kondisi berbeban dengan
peredam busur api

g. Cara Pemilihan Arus Pengenal (Rating) Fuse Link FCO

a. Pemilihan Arus Pengenal Fuse link FCO untuk Proteksi


Percabangan

Pemilihan arus pengenal (Rating) fuse link Cut Out (FCO) untuk saluran
cabang sangat penting untuk dilakukan dengan sebaik baiknya dalam rangka
koordinasi sistem untuk memperoleh penampilan sistem yang optimal dengan
harapan target perusahaan dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan
peningkatan penjualan KWh dengan mengecilkan tingkat SAIDI dan SAIFI di
harapkan dapat terpenuhi.

Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen (persistant) yang
efektif adalah dengan memasang fuse pada tiap tiap percabangan atau anak
cabangnya (sub branch).

Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus
harapan perusahaan. Sering kerjanya (Trip) PMT Penyulang di Gardu Induk,
oleh karena sering terjadi gangguan di saluran-saluran cabang atau terutama
saluran-saluran anak cabang perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang
sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO
untuk proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai
arus beban maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau
anak cabang yang dimaksud.

Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out (FCO) yang
diproduksi oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan
pada pemilihan arus pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal
(rating) fuse link yang dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar dalam hal
ini PLN dalam SPLN 64 :1985 menentukan pilihan type K T dan H.

2. Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan


kemampuan arus kontinue fuse link.

3. Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT,
PBO dan Fuse Cut out ) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber)
dan sebelah hilirnya (beban).

4. Perhatikan Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.

5. Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya


bagi FCO yang terpasang dekat dengan sumber tenaga.

Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap
arus beban, juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan
mempunyai kemampuan pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin
terjadi dan dapat melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat
arus lebih.

Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau
terjadi kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah
hilirnya karena recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi
instantaneous tanpa memutuskan fuse link. Pada saat gangguan tetap fuse link
pertama pada sebelah sumber dari gangguan akan melebur dan membuka
rangkaian setelah operasi recloser.

h. Koordinasi Proteksi Antar Fuse Cut-0ut

Penggunaan fuse link yang benar membutuhkan sejumlah informasi tentang


karakteristik sistim dan karakteristik peralatan yang akan diproteksi seperti yang
telah dituliskan mengenai dasar pemilihan fuse link dengan definisi : Bila dua
atau lebih fuse link atau alat proteksi lain digunakan pada suatu sistim alat
proteksi yang paling dekat dengan titik gangguan dari arah sumber disebut
peralatan pemproteksi dan yang paling dekat selanjutnya disebut : backup atau
diproteksi seperti digambarkan pada gambar 12 dibawah ini

Protected
(Back up)
Gardu Induk Fuse Link Protecting
Fuse Link

Protecting
Fuse Link

Gambar 14. Koordinasi Fuse Dengan Fuse


Salah satu aturan yang sangat penting dalam aturan penggunaan fuse link
adalah: Clearing time maksimum dari fuse link pemroteksi tidak lebih dari 75 %
waktu leleh minimum dari fuse link diproteksi.

Prinsip ini untuk menjamin Fuse link pemroteksi akan memutuskan dan
menghilangkan gangguan sebelum fuse link diproteksi rusak. Aturan lain yang
harus dipegang adalah arus beban pada suatu titik pemakaian semestinya tidak
lebih besar dari kapasitas arus kontinyu yang dimiliki fuse link nya. Apabila arus
melebihi kapasitasnya maka semestinya fuse link akan mengalami pemanasan
lebih, membuat pemutusan dan rangkaian menjadi terpisah dari sistem. Kapasitas
arus kontinue fuse link rata–rata adalah 150 % dari arus pengenalnya untuk fuse
link type K dan type T dengan elemen pelebur dari timah dan 100% untuk fuse
link tipe H, N dan type K perak seperti terlihat pada tabel 5 pada SPLN 64 : 85
Kemampuan hantararus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion)
tipe T (lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :

a. 1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3 A
sampai dengan 100 A.

b. 1.3 kali arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 125 A
sampai dengan 160 A

c. Sama dengan nilai arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus


pengenal 200 A

d. Pelebur ltupan tipe H sama dengan arus pengenalnya

e. Pelebur jenis Pembatas Arus ( limmiting Current) atau disebut MV


Fuse ( Power Fuse) sama dengan arus pengenalnya
f. Kemampuan hantararus terus menerus dari pelebur harus sama atau
lebih besar dari arus beban maksimum terus menerus yang akan
melewatinya

Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk


dilasanakan untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya adanya
pemutusan yang tidak di inginkan demikian juga koordinasi operasi proteksi fuse
cut out dimana prinsipnya adalah : Memberi kesempatan pada fuse pemroteksi
(protecting) pada sisi beban yang berada di depan terdekat dari titik gangguan
untuk bekerja sepenuhnya (memutus rampung) terlebih dahulu sebelum fuse
sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai cadangannya mulai
bekerja.

Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus pengenal


yang memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara waktu pemutusan
maksimum Fuse pemroteksi pada sisi terdekat dengan gangguan dengan waktu
leleh minimum pelebur yang diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan
maksimum dari fuse pemroteksi hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum
fuse yang diproteksi. Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan
menggunakan tabel 6 dan tabel 7 dan 8 seperti berikut:

Tabel 9. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout


Tabel 10. Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link
Tipe T
Tabel 11. Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K

b. Pemilihan Arus pengenal ( Rating ) fuse FCO untuk Proteksi Trafo


Distribusi

 Dilihat dari karakteristik waktu–arusnya proteksi trafo dibatasi


dua garis kerja yaitu :

a. Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan batas


ketahanan pelebur dimana pelebur FCO tidak boleh bekerja
pada beban lebih yang masih dan harus dapat ditahan oleh
trafo tersebut yaitu :

 Beban lebih ( Beban Maksimum )


 Arus Beban Peralaihan ( Cold Load pick up )

 Hubung singkat JTR

 Arus Masuk Awal ( Inrush ) trafo

 Arus asutan motor

b. Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas


ketahanan trafo dimana pelebur (FCO) harus sudah
bekerja/melebur gangguan yang dapat melebihi batas
tersebut adalah hubung singkat pada sisi primer atau
sekunder trafo
 Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum
ditentukan oleh titik titik berikut :

2 x In selama 100 detik.................beban lebih

3 x In selama 10 detik.................Arus beban peralihan

6 x In selama 1 detik.................Arus beban peralihan

12 x In selama 0.1 detik ...........Arus Inrush trafo

25 x In selama 0.01 detik ............Arus Inrush trafo

Bila Beban Trafo berupa motor listrik maka :

3 x In selama 100 detik.................Arus beban peralihan

6 x In selama 10 detik.................Arus beban peralihan

10 x In selama 1 detik ................Arus Inrush trafo


 Ketahanan Pelebur terhadap surja kilat

Bagi trafo trafo berdaya kecil dibawah 100 KVApemilihan pelebur


harus memperhatikan ketahanan terhadap arus surja kilat :

 minimum 74 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 2 KA


 minimum 370 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 10 KA
 Garis batas ketahanan trafo ditentukan oleh kondisi sebagai
berikut :

2 x In selama 300 detik.................beban lebih, arus Hs JTR

4.75 x In selama 60 detik..................beban lebih, arus Hs JTR

6.7 x In selama 30 detik..................beban lebih, arus Hs JTR

11.3 x In selama 10 detik................Beban lebih, arus Hs JTR

25 x In selama 2 detik................Hubung singkat pada trafo

I2t=1.250 ..........................................Hubung singkat pada


trafo
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Jaringan


PT. PLN (Persero) Rayon Oesao sama halnya dengan unit PT. PLN lainnya memiliki
tugas untuk mengelola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik,
mengelola transaksi energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan sesuai
dengan kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan
secara efisien dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja
unit. Karena wilayah kerja yang luas, PLN Rayon Oesao memiliki 4 Sub Rayon (SR)
dan 8 Kantor Jaga (KJ).

PLN Rayon Oesao sendiri memilik sistem jaringan yang luas dengan 2 penyulang dan
1 penyulang lain (P. Rayon Kupang) dan ratusan gardu, baik gardu cantol maupun
gardu portal. Berikut adalah panjang jaringan sistem PLN Rayon Oesao.

Tabel 12. Data Penyulang

PENYULANG PANJANG JARINGAN


(KMS)

OESAO 18,2

P. CAMPLONG 138,6

P. BURAEN 174,695

KJ. BAUN 53,95


Gambar 15. SLD PLN Oesao

Luasnya wilayah kerja PLN Rayon Oesao sehingga memiliki banyak gardu dan beban
sebagai berikut:

Tabel 13.Data keselurahan Gardu pada tiap feeder

Penyulang/Unit PLN Jumlah Trafo Jumlah Daya

Oesao 19 BUAH 1.430 KVA

P. Camplong 70 BUAH 5.065 KVA

P. Buraen 60 BUAH 3.014 KVA

KJ. Baun 29 BUAH 1.400 KVA

KJ. Lelogama 10 BUAH 500 KVA


KJ. Bolou 8 BUAH 400 KVA

SR. Seba 34 BUAH 2.100 KVA

SR. Semau 23 BUAH 1.175 KVA

KJ. Oemofa 15 BUAH 750 KVA

SR. Naikliu 6 BUAH 350 KVA

Jumlah 274 BUAH 16.184A

4.2. Pengumpulan Data


Dalam perhitungan rating fuse link hanya diambil 1 buah feeder yakni feeder
camlpong yang mempunyai panjang jaringan 138,6 kms. Adapun data yang diambil
adalah data masing-masing gardu dari setiap percabangan yang terdapat pada feeder
tersebut. Dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 14. Data Gardu Pada Feeder Camplong

NO NAMA DAYA ARUS ALAMAT PENYULANG %BEBAN BEBAN


GARDU TERPAKAI
1 KR 088 50 1,445 OESAO CAMPLONG 57,93 0,837138728
2 KR 084 50 1,445 OEBOBOA CAMPLONG 38,95 0,562861272
3 KR 085 50 1,445 OEBOBOA CAMPLONG 17,65 0,255057803
4 KR 086 50 1,445 OEBOBOA CAMPLONG 17,42 0,251734104
5 KR 008 50 1,445 PUKDALE CAMPLONG 71,24 1,029479769
6 KR 095 100 2,89 MANUSAK CAMPLONG 5,04 0,14566474
7 KR 031 50 1,445 MANUSAK CAMPLONG 65,47 0,946098266
8 KR 077 100 2,89 MANUSAK CAMPLONG 31,72 0,916763006
9 KR 062 100 2,89 NAIBONAT CAMPLONG 60,98 1,762427746
10 KR 073 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 21,54 0,996069364
11 KR 074 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 20,47 0,946589595
12 KR 075 160 4,624 NAIBONAT CAMPLONG 20,4 0,943352601
13 KR 076 100 2,89 NAIBONAT CAMPLONG 35,6 1,028901734
14 SL 012 100 2,89 SULAMU CAMPLONG 63,87 1,845953757
15 SL 002 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 80,57 1,164306358
16 SL 001 100 2,89 SULAMU CAMPLONG 26,22 0,757803468
17 SL015 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 6,19 0,089450867
18 SL 014 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 43,43 0,627601156
19 SL 013 50 1,445 SULAMU CAMPLONG 22,18 0,320520231
20 SL 017 25 0,723 SULAMU CAMPLONG 15,89 0,114812139
21 SL 004 50 1,445 PARITI CAMPLONG 24,95 0,360549133
22 SL 005 50 1,445 PARITI CAMPLONG 65 0,939306358
23 SL 006 50 1,445 PARITI CAMPLONG 52,67 0,761127168
24 SL 007 50 1,445 PARITI CAMPLONG 50 0,722543353
25 SL 016 25 0,723 PARITI CAMPLONG 15,43 0,111488439
26 SL 009 50 1,445 OETETA CAMPLONG 55,12 0,796531792
27 SL 008 50 1,445 OETETA CAMPLONG 73,78 1,066184971
28 SL 011 50 1,445 OETETA CAMPLONG 53,13 0,767774566
29 KR 067 100 2,89 KUIMASI CAMPLONG 26,87 0,776589595
30 FT 001 160 4,624 CAMPLONG CAMPLONG 34,01 1,572716763
31 FT 002 100 2,89 CAMPLONG CAMPLONG 35,11 1,014739884
32 FT 011 50 1,445 CAMPLONG CAMPLONG 7,27 0,105057803
33 FT 012 50 1,445 CAMPLONG CAMPLONG 44,72 0,646242775
34 FT 009 50 1,445 OELTUNE CAMPLONG 23,28 0,336416185
35 FT 006 100 2,89 CAMPLONG CAMPLONG 97,74 2,824855491
1
36 KR 057 50 1,445 UEL CAMPLONG 55,76 0,805780347
37 KR 058 50 1,445 UEL CAMPLONG 25,78 0,372543353
38 FT 017 50 1,445 NUNSAEN CAMPLONG 29,85 0,431358382
39 FT 018 50 1,445 KABUKA CAMPLONG 11,46 0,165606936
40 FT 019 50 1,445 BISTEO CAMPLONG 15,15 0,218930636
41 FT 021 50 1,445 OELBITENO CAMPLONG 15,75 0,227601156
42 FT 022 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 11,5 0,166184971
43 FT 023 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 5,68 0,082080925
44 FT 024 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 9,56 0,138150289
45 FT 025 50 1,445 EKATETA CAMPLONG 18,02 0,260404624
46 KR 045 50 1,445 BIPOLO CAMPLONG 57,06 0,824566474
47 KR 039 25 0,723 NUNKURUS CAMPLONG 50 0,361271676
48 FT 015 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 5,51 0,079624277
49 FT 016 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 10,21 0,147543353
50 FT 008 50 1,445 TOLNAKU CAMPLONG 50 0,722543353
51 KR 055 100 2,89 KUIMASI CAMPLONG 7,67 0,221676301
52 KR 081 50 1,445 KUIMASI CAMPLONG 50 0,722543353

Untuk perhitungan arus dan beban terpakai pada tabel diatas digunakan persamaan
sebagai berikut :

Daya Trafo
I = (√3 × Tegangan TM)

% Beban
Beban terpakai = ( ) × Arus
100
4.3.Hasil Perhitungan
Dari tabel data diatas maka dapat ditentukan atau dihitung rating fuselink untuk
masing-masing percabangan yang diproteksi menggunakan fuse cut out. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 15. Hasil Perhitungan Rating FCO yang akan digunakan.

NAMA CO BEBAN I SET RATING FUSE DIPAKAI


LINK
CO OEBOBOA DALAM 0,251734 0,276908 2 3
CO OEBOBOA 1,069653 1,176618 2 3
CO PUKDALE 0,916763 1,008439 2 3
CO TATELEK 2,008526 2,209379 3 3
CO KTR. BUPATI 1,762428 1,938671 2 3
CO KEJAKSAAN 3,914913 4,306405 5 6
CO SMP 3,01026 3,311286 6 6
CO SL01 0,757803 0,833584 1 3
CO PITAI 4,485116 4,933627 6 6
CO PANTAI BERINGIN 4,805636 5,286199 6 6
CO JEMBATAN TUKA 4,920448 5,412493 6 6
CO LAMADAK 5,280997 5,809097 6 6
CO OETETA 0,796532 0,876185 1 2
CO OELBAKI 9,678179 10,646 11 11
CO TAPKOLE 10,44595 11,49055 12 12
CO BRIGIF 0,77659 0,854249 1 2
CO OELTUNE 0,336416 0,370058 1 3
CO BOK S 3,675173 4,042691 6 6
CO KTR LURAH 6,500029 7,150032 8 8
CO UEL 1,178324 1,296156 2 3
CO NAIFALO 0,446532 0,491185 1 3
CO KABUKA 0,165607 0,182168 1 3
CO BONI 0,646821 0,711503 1 2
CO LAOS 1,185838 1,304422 2 2
CO MBR 1,917486 2,109234 3 3
CO OELKUKU 2,640029 2,904032 3 3
CO BURUNG ONTA 3,584249 3,942673 6 6

Untuk menentukan Iset nya maka digunakan persamaan sebagai berikut :

Iset = Beban total × 1,1

Setelah dihitung Iset nya, maka dapat ditentukan nilai atau rating fuse link yang akan
dipakai oleh Fuse cut out untuk memproteksi percabangan tersebut, seprti yang
terlihat pada tabel diatas.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) adalah salah satu bentuk pendidikan dengan cara
memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah tengah
masyarakat (perusahaan atau instansi pemerintah atau swasta ) diluar kampus, dan
secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah - masalah yang dihadapi.
PKL dilaksanakan oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot
pendidikan bagi mahasiswa dan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar
pada pendidikan tinggi. Dan Kerja praktek merupakan salah satu bukti adanya
interaksi antara industri dengan lembaga pendidikan yang merupakan jembatan bagi
mahasiswa khususnya, yaitu mengenal dan memahami bagaimana dunia industri itu
sebenarnya, sebelum nanti masuk ke dunia industri tersebut.

Dari hasil praktek secara langsung dan data-data yang telah diperoleh selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Rayon Oesao yang
meliputi pengamatan langsung kelapangan, analisa proses kerja alat serta kegiatan
lain sebagai bagian integral dalam pelaksanaannya.

Maka didapat kesimpulan bahwa dalam menentukan rating suatu pengaman dalam
hal ini fuse link diperlukan analisa yang complete sehingga tidak terjadi kesalahan
yang meneyebabkan kegagalan pada sistem yang diproteksi. Apabila terjadi
kegagalan maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik kebeban dapat terganggu untuk
itu perlu dilakukan koordinasi yang baik antar pengaman.

Jaringan SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang


merupakan jaringan pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar
dari Gardu induk (GI) dan masuk ke Gardu distribusi.
Sistem pengamanan pada jaringan SUTM ini perlu dikoordinasikan dengan baik, agar
keamanan jaringan dapat terpelihara dengan baik sehingga jika terjadi gangguan
dapat dilakukan perbaikan dengan cepat. Adapun tujuan dari system pengamanan ini
ialah terpeliharanya distribusi pasokan tenaga listrik kepada pelanggan. Sedangkan
untuk penanganan pemeliharaan gangguan dan perbaikan gangguan dilakukan dengan
menggunakan radio komunikasi sebagai alat komunikasi dengan gardu induk saat
terjadi gangguan jadi tidak diketahui secara langsung pemantauan jaringannya
sehingga harus dipantau dari GI dan APJ terkait lalu dilaporkan statusnya kepada
UPJ.

5.2. Saran
 Sebaiknya PT. PLN (Persero) memperbaiki kondisi manajemennya sendiri
yang harus dimonitor, ditinjau kembali dan dikembangkan yang bertujuan
untuk memantapkan peran serta PLN dalam pembangunan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
 Ada baiknya PT. PLN menggunakan produksi dalam negeri terutama dalam
peralatan – peralatan konstruksi listrik yang telah memenuhi Standar Listrik
Indonesia (SLI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Internasional
Elektrotechnical (IEC).
 Seharusnya PLN lebih memperhatikan tingkat kontinuitas pelayanan listrik
pada konsumennya.
 Demi mempertimbangkan sisi keindahan, seharusnya PLN sudah saatnya
mengganti jaringan kabel udara dengan jaringan kabel tanah.
 Untuk kemajuan PT. PLN sebaiknya teknologi yang digunakan dinamis
seiring dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
[a] Suhardi, Dkk.2008. Teknik Distribusi Listrik Tenaga.(Jilid 1 Untuk SMK)

[b] Daman Suswanto: Distribusi Tenaga Listrik

[c] PT. PLN UDIKLAT. Proteksi Distribusi

[d] PT. PLN PUSDIKLAT. Perhitungan Setting Dan Koordinasi Proteksi Sistem
Distribusi

[e] SPLN 64: 1985. Petunjuk Pemilihan Dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem
Distribusi Tegangan Menengah

Anda mungkin juga menyukai