Anda di halaman 1dari 9

A.

KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA

Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat menimbulkan akibat buruk
bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan dalam keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia ‘’ Bising adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran ‘’. Dari kedua defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah semua
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan.

B. PENGERTIAN KEBISINGAN
Untuk memahami permasalahan kebisingan, kita perlu mengetahui arti dari beberapa
istilah tentang pengertian kebisingan itu sendiri.
1) Bunyi
Bunyi adalah rangsangan yang diterima olehtelinga karena getaran media elastis. Sifat
bunyi ini ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi bunyi adalah jumlah
gelombang bunyi yang lengkap yang diterima oleh telinga setiap detik. Frekuensi bunyi
yang bisa diterima oleh telinga manusia terbatas mulai frekuensi 16 – 20.000 Hertz. Bunyi
dengan frekuensi kurang dari 16 Hz disebut infrasonic dan di atas 20.000 Hz disebut
ultrasonic. Frekuensi bunyi yang terutama penting untuk komunikasi (pembicaraan) yaitu
sekitar 250 Hz – 3.000 Hz. Intensitas bunyi adalah besarnya tekanan yang dipindahkan oleh
bunyi. Tekanan ini biasa diukur dengan microbar. Untuk mempermudah pengukuran
digunakan satuan decibel. Satuan oksibel diukur dari 0 – 140, atau bunyi terlemah manusia
bisa mendengar hingga tingkat bunyi yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada
telinga manusia. Kata desibel biasa disingkat dB dan mempunyai 3 skala yaitu A, B dan C
dimana skala yang terdekat dengan pendengaran manusia adalah skala A atau dBA.
2) Desibel ( dB )
Desibel adalah satuan untuk mengukur tekanan suara, dan intensitas suara. Desibel
hampir sama dengan derajat kecil dari perbedaan kekerasan yang biasa di deteksi oleh
telinga manusia. Pada skala desibel, 1 mewakili suara lemah yang
terdengar 120 dB umumnya dianggap permulaan dari kesakitan.Skala desibel adalah skala
logaritmik, maka dari itunilai ini tidak dapat ditambah atau dikurangi perhitungannya. Dalam
penggabungan lebih dari tingkat decibel, dua tingkat yang paling tinggi harus digabungkan
dulu.
Penting untuk kita sadari bahwa suara-suara dari tekanan suara yang sama mungkin
bukan suara dengan kekerasan yang sama. Pada tekanan mendekati 100 desibel, frekuensi
antara 20 dan 1000 putaran per sekon suara dengan kekerasan yang sama. Pada tingkat
tekanan suara yang paling rendah, frekuensi suara terendah tidak kelihatan sama kerasnya
dengan 1000 putaran per sekon nada.
3) Frekuensi (Hz)
Frekuensi adalah bilangan dari variasi tekanan suara per sekon. Frekuensi biasanya
dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz) atau dalam putaran per sekon (pps). Telinga anak
muda yang sehat dapat mendeteksi suara dalam 20 sampai 20.000 putaran per sekon
jarak. Ketika proses penuaan terjadi, beberapa kerusakan pendengaran berlangsung.
Frekuensi yang berisikan pidato ditemukan antara 250 dan 3.000 putaran per detik.
4) Jenis Kebisingan
 Bising secara terus menerus adalah bising yang mempunyai perbedaan tingkat
intensitas
 bunyi diantara maksimum dan minimum yang kurang dari 3 dBA.
 Bising fluktuasi ialah bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat di antara
intensitas
 yang tinggi dengan yang rendah lebih dari 3 dBA.
 Bising impuls ialah bunyi bising yang mempunyai intensitas yang sangat tinggi dalam
waktu
 yang singkat seperti tembakan senjata api.
 Bising bersela adalah bunyiterjadi dalam jangka waktu tertentu dan berulang. Contoh:
bising
 ketika memotong besi akan berhenti apabila gergaji itu dihentikan.
5) Ciri-ciri Suara
Suara adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga. Pada umumnya,
suara adalah perubahan tekanan di udara. Namunsuara dapat juga merupakan perubahan
tekanan pada air atau tekanan pada benda yang sensitif. Bising adalah suara yang tidak
diinginkan atau tidak dikehendaki.Satuan pengukuran yang digunakan untuk mengukur
tingkatan yang masih dapat dinyatakan sebagai suara atau telah dikategorikan sebagai
kebisingan yang berbahaya kita gunakan satuan decibel atau satu persepuluh bel.Tabel1
menyatakan tingkatan decibel untuk berbagai suara yang sering digunakan. Kebisingan
yang ditimbulkan oleh daerah industri dapat dibedakan menjadi tiga seperti yang dijelaskan
oleh McDonalds sebagai berikut: bising yang berfrekuensi tinggi (wide band noise), bising
yang berfrekuensi rendah (narrow band noise) dan bising yang tiba-tiba dan keras (impulse
noise).

Sumber Decibel(dBA)

Berbisik 20
Kantor yang tenang 50

Percakapan normal 60

Kantor yang bising 80

Gergaji 90

Mesin gerindra 100


Truk yang lewat 100

Pesawat jet 150

Tabel1.Tingkatan Suara yang Digunakan


C. EFEK KEBISINGAN
1) Bahaya kebisingan
Kebisingan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran, mengganggu pidato dan
pendengaran, menyebabkan kejengkelan, dan merusak pekerjaan pada sejumlah batas.
Kehilangan pendengaran, juga dikenal sebagai permulaan yang berubah, mungkin bersifat
sementara atau bersifat tetap, tergantung pada lamanya dan kesederhanaan yang
didapat. Kebisingan yang tidak terlalu kuat untuk menyebabkan kerusakan pendengaran
mungkin masih mengganggu pudato dan yang lain yang masih menginginkan suara. Ketika
komunikasi penting dibanyak tempat pekerjaan, tingkat penerimaan berubah dengan alam
dari kesulitan bekerja. Untuk bisa berkomunikasi dengan berteriak, sebagai contoh,
mungkin puas ketika melakukan pekerjaan merawat pada mesin. Pada sisi lain,
meningkatkan suara sedikit untuk mengatasi ciri khas kebisingan kantor yang sama sekali
tidak diinginkan dalam ruang konferensi.
Mungkin reaksi kebisingan yang tersebar luas adalah kejengkelan. Beberapa karakter
kebisingan kelihatan lebih menjengkelkan daripada yang lain. Demikian, suara kuat lebih
menjengkelkan daripada yang kurang keras. Dengan cara yang sama, nada yang tinggi
mengandung lebih banyak frekuensi diatas 1500 lingkaran per sekonlebih menjengkelkan
daripada nada rendah dari kekerasan yang sama. Suara yang terjadi secara acak, berubah
kuatnya atau nadanya, ataupun berulang-ulang, kelihatannya untuk mengganti lokasi
mereka lebih menjengkelkan daripada mereka yang terus berlanjut, tidak berubah atau
setara.
Efek dari kebisingan yang berlebihan kepada efisiensi dan hasil bekerja relative kecil.
Pekerjaan yang dikerjakan serta cara kerja berulang sederhana tidak dapat muncul
pengaruhnya oleh kebisingan, sedangkan hilangnya dalam efisiensi pada banyak himpunan
pekerjaan cenderung menghilang dengan datangnya waktu. Hubungan antara bising yang
berlebihan dan faktor seperti perbandingan kecelakaan, pembolosan, dan penggantian
pegawai belum ditetapkan dengan jelas.

2) Faktor-faktor yang berpengaruh


Faktor-faktor yang mempemgaruhi resiko kehilangan pendengaran berhubungan dengan
terpaparnya kebisingan. Bagian yang paling terpenting adalah :
 Intensitas kebisingan (tingkat tekanan suara)
 Jenis kebisingan (wide band, narrow band, impulse)
 Lamanya terpapar per hari
 Jumlah lamanya terpapar (dalam tahun)
 Usia yang terpapar
 Masalah pendengaran yang telah diderita sebelumnya
 Lingkungan yang bising
 Jarak pendengar dengan sumber kebisingan
Dikarenakan faktor yang bervariasi ini, yang paling berbahaya adalah tingkat suara,
frekuensi, lama terpapar, dan penyebarannya. Telinga manusia yang tidak dilindungi sangat
berbahaya jika terpapar suara dengan intensitas lebih dari 115 dBA. Jika masih dibawah 80
dBA pendengar masih berada pada tahap aman. Jika terpapar kebisingan diatas 80 dBA
telalu lama harus dilindungi dengan alat pelindung diri (APD).
Untuk mengurangi resiko kehilangan pendengaran, terpapar kebisingan harus dibatasi
selama maksimal delapan jam dengan kebisingan sekitar 90 dBA. McDonalds menyatakan
peraturan umum yang perlu kita ketahui jika kita berada pada tempat kerja yang bising :
 Terpapar kurang dari 80 dBA dapat dinyatakan dalam tahap aman yang bertujuan
menghindari resiko
 Pada tingkat 90 dBA dinyatakan sebagai tahap maksimum untuk terpapar secara
langsung selama 8 jam per hari tanpa menggunakan alat pelindung apapun
 Terpapar terus menerus pada tingkat 115 dBA atau lebih tinggi tidak dianjurkan
 Impulse noise dibatasi hingga 140 dBA per 8 jam perhari untuk pemaparan menerus

D. IDENTIFIKASI DAN EVALUASI KEBISINGAN


Identifikasi dan evaluasi kondisi kebisingan yang berbahaya pada tempat kerja berkaitan
dengan mengadakan peninjauan kebisingan secara berkala dan followup atau tindak lanjut.
Disemua tempat kerja harus dilakukan pengukuran kebisingan, untuk kemudian diadakan
penilaian apakah ruang kerja tersebut memenuhi persyaratan atau harus diambil tindakan-
tindakan pencegahan terhadap bahaya kebisingan.

a) Pengaruh Kebisingan
Dalam beberapa industri terdapat berbagai intensitas kebisingan, misalnya pada:
 85 – 100 dB biasanya terdapat pada pabrik tekstil, tempat kerja mekanis seperti mesin
penggilingan, penggunaan udara bertekanan, bor listrik, gergaji mekanis
 100 – 115 dB biasanya terdapat pada pabrik pengalengan, ruang ketel, drill.
 115 – 130 dB biasanya terdapat pada mesin-mesin diesel besar, mesin turbin pesawat
terbang dengan mesin turbo, compressor sirine
 130 – 160 dB biasanya terdapat pada mesin-mesin jet, peledakan roket.
Mengadakan peninjauan berkaitan dengan pengukuran tingkat kebisingan di berbagai
tempat yang berada ditempat kerja. Alat yang biasanya digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan adalah sound level meter dan dosimeter. Sebuah sound level meter
menghasilkan pembacaan langsung yang menyatakan tingkat kebisingan yang spesifik
dalam waktu yang singkat. Dosimeter memberikan rata-rata watu pemaparan. Dosimeter
alat yang paling sering digunakan karena dapat mengukur jumlah pemaparan, dan telah
memenuhi standar yangditetapkan oleh badan OSHA (Occupation Safety and Health
Administration) dan ANSI (American National Standards Institute). Menggunakan dosimeter
diberbagai daerah kerja dan memberikan dosimeter pada satu atau lebih pekerja adalah
anjuran ke depan untuk menjamin keakuratan pembacaan.

b) Alat Pengukur Kebisingan


Ada 2(dua) cara untuk mengukur tingkat kebisingan ditempat kerja, yaitu :
1. Instrumen Pembaca Langsung
Instrumen Pembaca Langsung disebut juga ‘’sound level meter’’yang beraksi terhadap
suara atau bunyi, mendekati kepekaan telinga manusia. Alatdipakai untuk mengukur
tingkat kebisingan pada saat tertentu. Biasanya alat ini digunakan untuk mengidentifikasi
tempatyang tingkat kebisingannya lebih tinggi dari aturan batas maksimum yakni 85
dBA. Alat ini terdiri dari microphone, alat penunjuk elektronik, amplifier, 3 skala
pengukuran A, B, C.
 Skala pengukuran A: Memperlihatkan perbedaan kepekaan besarpada frekuensi
rendah dan tingginya yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah.
 Skala pengukuran B: Memperlihatkan kepekaan telinga pada intensitas sedang.
 Skala pengukuran C : untuk skala dengan intensitas tinggi. Ada 2(dua) jenis sound
level meter yang sering digunakan yaitu :
- Pocket Sound Level Meter type 2205, tipe untuk pengukuran pada skala
A,B,dan C.
- Precision Sound Level Meter type 2203, lebih besar dari tipe 2205 dan dapat
untuk pengukuran yang lebih teliti di samping dapat dilengkapi dengan filter
untuk frekuensi.
E. PENGENDALIAN BAHAYA KEBISINGAN
Dalam hal pengendalian suara yang menjadi bagian utamanya adalah sumber, penghubung
dan penerima. Secara skematik adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skematik sumber, penghubung dan penerima

Sumber (source) adalah tempat dimana suara tersebut dihasilkan dan penghubung (path)
adalah jalur suara di udara sehingga suara dapat sampai ke penerima (receiver) atau telinga.
Situasi yang lebih kompleks jelas memiliki sumber , penghubung dan penerima yang
bermacam-macam pula.
Kebisingan dapat dikurangi dengan pengendalian yang dilakukan oleh pihak ahli teknik atau
pihak manajemen mempergunakan salah satu atau kedua-duanya. Pengendalian kebisingan
yang paling penting adalah bagaimana mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber.
1. Pengendalian Suara Pada Sumber
Memodifikasi sumber suara adalah solusi yang paling tepat. Kebisingan berasal dari sumber
dan jika suara yang dihasilkan bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan maka tidak ada
yangdikhawatirkan lagi dalam hal pengontrolan di penghubung dan penerima.
Pengontrolan suara dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
 Menutup sumber (mengisolir sumber kebisingan)
 Mengubah desain peredam suara pada sumber
 Menurunkan tingkat kebisingan pada sumber
 Pemilihan dan pemasangan mesin dengan tingkat kebisingan rendah
 Pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin dengan teratur
 Penggunaan bahan-bahan peredam suara, menyekat sumber bising
 Membuat perubahan pada peralatan yang sudah ada
 Mengganti proses sehingga dengan suara yang lebih kecil dapat digunakan
Apabila tingkat kebisingan sudah di atas 85 Dba untuk shift 8 jam, 40 jam perminggu maka
koreksi dapat dilakukan dengan cara melakukan penanaman pohon-pohon dan pengaturan
tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan. Menempatkan
sumber bunyi sedemikian rupa sehingga terpisah dengan ruang sehingga tenaga kerja
berada, bekerja dengan menggunakan pemisah terbuat dari bahan/kontruksi yang dapat
yang dapat mengurangi penjalaran suara baik berupa tabir atau ruangan tertutup.
2. Pengendalian Suara Pada penghubung
Dalam berbagai situasi dan kondisi jika peralatan sudah ada maka tidak mungkin lagi untuk
memodifikasi mesin yang merupakan sumber suara. Dalam hal ini yang mungkin dilakukan
adalah mengubah jalur penerus gelombang suara (acoustic transmission path) yang ada
antara sumber suara dan penerima atau pendengar.
Cara tersebut diantaranya adalah :
 Memindahkan sumber jauh dari pendengar
 Menambah peredam suara pada jalur yang dilaluinya sehingga lebih banyak suara yang
diserap ketika suara merambat kependengar
Pengontrolan suara pada penghubung membutuhkan modifikasi antara sumber dan
penerima. Secara tidak langsung dapat digunakan bahan yang bersifat menyerap
dipermukaan materi untuk menyerap energy suara tersebut. Bahan-bahan tersebut
diantaranya adalah karet, bahan dari logam, gabus dan udara.Dinding penghalang terletak
antara sumber suara dan penerima yang berfungsi untuk mereduksi suara langsung yang
diterima oleh pendengar.
3. Pengendalian Suara pada penerima
Penerima suara adalah telinga manusia dan sangat disayangkan tidak ada yang bisa
dilakukan untuk mengontrol suara yang diterima. Jika semua usaha yang dilakukan untuk
mengurangi intensitas suara tidak berhasil ditempat yang harus ada manusia maka hanya
tinggal beberapa cara saja. Tetapi jika tingkat suara tersebut sangat tinggi dan tidak bisa
dikurangi maka satu-satunya cara adalah tidak meletakkan manusia di area tersebut dan
menggunakan remote control untuk mengoperasikan mesin yang ada.
Ketika alat pelindung telinga harus dipakai, maka harus ada sosialisasi dan pendidikan
kepada pekerja agar pekerja memahami bahaya apa yang ditimbulkan dan cara pemakaian
yang benar. Pencegahan terhadap bahaya kebisingan pada prinsipnya adalah mengurangi
tingkat dan / atau lamanya pemaparan terhadap kebisingan.
4. Pengurangan Waktu Pemaparan
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 / MENKES /
SK / XI / 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
maka lamanya pemaparan yang diizinkan yaitu sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini.

IntensitasKebisingan
Waktu Pemaparan per Hari
dB (A)
4 88
2 91
Jam
1 94
30 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 Menit 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 Detik 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139

Tabel 2. Waktu Paparan dan Intensitas Kebisingan


Beberapa aturan yang harus dipenuhi adalah :
 Pekerja tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat
 Bila pekerja terpapar pada beberapa tempat dengan tingkat kebisingan yang berbeda,
harus diperhatikan efek kombinasinya bukan efek satu per satu.
 Bila kebisingan pada suatu tempat kerja adalah 115 dBA atau lebih, maka tenaga kerja
tersebut tidak boleh masuk ke dalam tempat kerja tersebut tanpa menggunakan alat
pelindung yang tepat.
 Bila kebisingan pada suatu tempat kerja adalah 115 dBA atau lebih, maka tenaga kerja
tersebut tidak boleh masuk ke dalam tempat kerja tersebut tanpa menggunakan alat
pelindung yang tepat.
 Bila terdapat bunyi impulsif dengan tingkat kebisingan lebih dari 130 dba atau bunyi yang
bersifat ‘’FAST’’ dengan tingkat kebisingan 120 dBA maka alat pelindung telinga harus
dipakai.
 Tidak seorang pun boleh memasuki area dengan tingkat kebisingan 140 dBA dan harus
dipasang tanda peringatan.\

F. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG TELINGA


Fungsi alat pelindung telinga adalah menurunkan tingkat kebisingan yang mencapai alat
pendengar. Terdapat dua alat pelindung telinga yang dipergunakan yaitu:
1. Sumbat Telinga (Ear plug)
Sumbat telinga yang paling sederhana terbuat dari kapas yang dicelup dalam lilin
sampai dengan bahan sintetis sedemikian rupa sehingga sesuai dengan liang telinga
pemakai. Sumbat telinga ini dapat menurunkan intensitas kebisingan sebesar 25 dB sampai
30 dB. Dan sebagai peringatan kapas kerja tidak bisa digunakan sebagai sumbat telinga
karena tidak efektif.
Alat ini dimasukkan ke dalam lubang telinga dengan maksud untuk mengurangi suara
dari udara sebelumsampai pada gendang telinga. Alat ini mungkin terbuat dari karet, plastik,
neoprene, atau kapasyang dilapisi dengan lilin. Bahan dan bentuk memiliki keefektifan yang
sedikit dari penyumbat yang tersedia. Berlawanan terhadap pendapat yang popular, kapas
yang kering memberikan perlindungan yang lebih sedikit.
2. Penutup Telinga (Ear muff)
Penutup telinga lebih baik daripada penyumbat telinga, karena selain menghalangi
hambatan suara melalui udara, juga menghambat hantaran melalui tulang tengkorak.
Penutup telingadapat menurunkan intensitas kebisingan sebesar 30 dB sampai 40 dB.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penutup telinga adalah :
 Harus teruji efektifitasnya olehbadan yang berwenang untuk melakukan pengujian.
 Alat pelindung telinga harus disesuaikan dengan setiap individu tenaga kerja.
 pemeliharaan serta cara penggunaan alat pelindung telinga harus diketahui tenaga kerja
yang bersangkutan (sosialisasi).
 Alat-alat pelindung yang digunakan harus diperiksa pada waktu-waktu tertentu untuk
meyakinkan bahwa keadaannya tetap baik digunakan.
G. PENYAKIT AKIBAT KEBISINGAN
1. Presbycucis
Kehilangan pendengaran karena proses menuanya seseorang disebut presbycucis.
Penyakit ini terjadi karena meningkatnya frekuensi minimal yang dapat didengar.
2. Tinnitus
Tinnitus dapat dikatakan sebagai peringatan ringan terhadap kerusakan pendengaran.
Tinnitus adalah bunyi dalam telinga tanpa rangsangan diluar. Bunyi-bunyi telah
digambarkan sebagai bunyi berdering, mendenging, berdengung, berdesis, suara
‘’seasheel’’, ‘’cricket sound’’, ‘’motor sound’’ ataupun seperti suara gemuruh.Tinnitus jelas
dirasakan jika berada diruangan yang sunyi senyap atau malam pada waktu tidur.
3. Kerusakan Pendengaran Sementara
Kehilangan pendengaran mungkin saja bukan akibat dari tuanya usia tetapi juga akibat
kebisingan yang sangat keras. Kerusakan yang terjadi akibat dari kebisingan yang sangat
keras pertama kali di batas frekuensi 4000 Hz – 6000 Hz dan ini adalah batas paling sensitif
untuk telinga manusia. Kerusakan pendengaran sementara ini disebut
‘’Temporary Threshold Shift (TTS)’’ atau kelelahan pendengaran.
4. Kerusakan Pendengaran Total
Secara berulang sebelum pemulihan kerusakan pendengaran sementara selesai maka
akibatnya adalah kerusakan pendengaran total. Kerusakan pendengaran total ini disebut
‘’Permanen Threshold Shift (PTS)’’.

H. PROGRAM PENDIDIKAN KESELAMATAN


Para pekerja sering tidak mengerti mengapa mereka penting untuk memakai pelindung
telinga. Karena ituprogram pendidikan diperlukan untuk meyakinkan mereka dari pentingnya
perlindungan telinga. Pekerja tidak boleh kerja ditempat yang bising apabila yang bersangkutan
mempunyai penyakit-penyakit telinga tengah yang kronis, epilepsy dan kelainan
lainnya.Pemeriksaan kesehatan diperlukan untuk mencegah terhadap bahaya bising adalah :
- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (pre employment) meliputi: Riwayat
penyakit, Pemeriksaan klinis secara umum, Pemeriksaan klinis terhadap telinga.
- Test audiometer yang sederhana (screening I simplified audiometric test) meliputi:
(1) Pemeriksaan berkala: Riwayat penyakit secara pendek, Pemeriksaan klinis terhadap
telinga, Tes audiometer yang sederhana (2) Pemeriksaan khusus: Riwayat
penyakit, Pemeriksaan klinis secara umum, Pemeriksaan klinis yang menyeluruh terhadap
telinga, hidung dan tenggorokan, Tes audiometer yang kompleks.
Tenaga kerja dapat menentukan tingkat suara, termasuk bising melalui cara yaitu:
 Tenaga kerja harus berteriak atau berbicara keras dalam jarak rentangan tangan untuk
dapat dimengerti oleh lawan bicara.
 Telinga berdengung apabila pergi meninggalkan lokasi kerja
 Kesulitan menangkap pembicaraan biasa setelah bekerja
 Merasa pusing / mengantuk karena kebisingan

Anda mungkin juga menyukai