Anda di halaman 1dari 35

P2

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum berjudul Asam Sitrat yang disusun oleh:


Kelompok : 6 / Rabu
Anggota : Annisa Sekar Larasati NIM: 21030117140039
M. Anif Shofa NIM: 21030117120025
M. Rafif Fadillah NIM: 21030117130155
Stephanus Dwipa Puja R. NIM: 21030117140018

Telah disetujui oleh asisten pengampu materi Asam Asetat pada


Hari :
Tanggal :

Semarang, Mei 2019

Mengetahui,
Asisten Pengampu

Dita Baeti Pridiana

NIM. 21030116120002

ii
P2

RINGKASAN

Asam sitrat merupakan senyawa intermediet dari asam organik yang


berbentuk kristal atau serbuk. Asam sitrat dapat dihasilkan dari pemecahan
karbohidrat dengan cara fermentasi. Kapang (mold) Aspergillus niger adalah
kapang yang dapat menghasilkan enzim yang dapat mengubah karbohidrat menjadi
asam sitrat. Aspergillus niger merupakan mikroorganisme utama yang digunakan di
industri untuk produksi asam sitrat karena menghasilkan lebih banyak asam sitrat
per satuan waktu dan juga kemampuannya untuk memproduksi asam sitrat dari
bahan yang murah. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuat asam sitrat dari
tongkol jagung dengan cara fermentasi pada media semi padat, untuk mengetahui
pengaruh penambahan MgSO4, KH2PO4, dan urea terhadap asam sitrat yang
dihasilkan, dan untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap pH
Asam sitrat merupakan senyawa intermediet dari asam organik yang
berbentuk kristal atau serbuk. Pemecahan karbohidrat dengan cara fermentasi dapat
menghasilkan berbagai macam senyawa organik diantaranya adalah asam sitrat.
Dengan enzim amylase, glukoamilase, atau amiloglukosidase, senyawa karbohidrat
akan dipecah menjadi glukosa, dan melalui jalur EMP glukosa akan diubah menjadi
asam piruvat. Asam piruvat melalui siklus krebs atau siklus TCA akan diubah
menjadi menjadi asam sitrat. Kapang (mold) Aspergillus niger adalah kapang yang
dapat menghasilkan enzim yang dapat mengubah karbohidrat menjadi asam sitrat.
Penggunaan asam sitrat untuk industri misalnya makanan, minuman, dan farmasi
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Sari buah nanas,
Aspergillus niger, MgSO4.7H2O, KH2PO4, Urea, Sekam padi, Bekatul, NaOH, dan
Aquadest. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Petridish, Erlenmeyer,
beaker glass, gelas ukur, buret, statif ,klem, pipet tetes, inkubator statis, inkubator
goyang, dan oven. Langkah – langkah yang harus dilakukan yaitu sterilisasi alat,
menyiapkan sumber karbohidrat (sari buah nanas), tambahkan nutrisi (MgSO4,
KH2PO4, dan Urea) sesuai variabel. Tambahkan aquadest dan atur pH. Selanjutnya
tutup dengan aluminium foil dan dipanaskan sampai 70°, biarkan hingga dingin.
Lalu, tanami dengan spora, inkubasikan selama 7 hari. Tambahkan aquadest, saring
dan ambil filtrat, lakukan analisa hasil.
Hasil percobaan yang didapat yaitu seiring berjalannya waktu fermentasi, pH
yang didapat mengalami penurunan pada setiap variabel. pH yang didapat mula-
mula yiatu 3 lalu turun pH 2.Untuk volume titran, semakin lama waktu fermentasi
maka semakin tinggi kebutuhan volume titran karena adanya peningkatan produksi
asam sitrat. Hal ini sesuai dengan prinsip titrasi alkalimetri. Penambahan MgSO4
hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil dalam fermentasi asam sitrat. Sedangkan untuk
penambahan KH2PO4 dan Urea, jika semakin banyak KH2PO4 dan Urea yang
ditambahkan maka asam sitrat yang dihasilkan semakin meningkat.
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini yaitu agar mempercepat
proses penyaringan dengan pompa vakum, tutup sampel dengan plastik dan beri
karet di sekelilingnya, cermat ketika mengukur dan menimbang tiap variabel, dan
sebaiknya inkubator lebih dibersihkan dan dalam keadaan steril agar proses
fermentasi dapat berlangsung baik tanpa tercemar.

iii
P2

PRAKATA

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya
sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum mikrobiologi ini dengan judul “Asam
Sitrat”. Laporan praktikum mikrobiologi ini merupakan salah satu mata kuliah yang
wajib diambil oleh semua mahasiswa. Dalam penyusunan laporan praktikum
mikrobiologi ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan tahapan-tahapan
praktikum dengan laporan yang telah dibuat dan disetujui.

Pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa,


2. Dr. Siswo Sumardiono, S.T.,M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro,
3. Dr. Ing. Silviana, S.T., M.T. selaku Penanggung jawab Laboratorium
Mikrobiologi Industri,
4. Jufriyah, S.T. selaku PLP Laboratorium Mikrobiologi Industri,
5. Praktika Febrianti dan Dita Baeti Pridiana sebagai asisten pengampu materi Asam
Asetat,
6. Diny Dwi Anugrainy, selaku Koordinator Asisten Laboratorium Mikrobiologi
Industri,
7. Asisten Laboratorium Mikrobiologi Departemen Teknik Kimia Universitas
Diponegoro,
8. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu atas terselesaikannya
laporan praktikum ini.
Laporan Minyak masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun diharapkan untuk pelajaran kami kedepannya. Akhir kata,
semoga laporan dapat berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.

Semarang, Mei 2019

Penyusun

iv
P2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
RINGKASAN ....................................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Pengertian Asam Sitrat ............................................................................ 3
2.2 Teori Aspergillius niger .......................................................................... 3
2.3 Reaksi Pembuatan Asam Sitrat dan Pemurniannya ................................. 5
2.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Fermentasi Asam Sitrat ............................. 6
2.5 Kandungan Sampel .................................................................................. 7
2.6 Perbedaan Media Cair dan Semi Padat .................................................... 8
2.7 Fungsi Penambahan Nutrient ................................................................. 10
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 12
3.1 Rancangan Praktikum ............................................................................ 12
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ........................................................... 13
3.3 Prosedur Praktikum ................................................................................ 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 16
4.1 Hubungan Antara Waktu Fermentasi Terhadap pH ............................... 16
4.2 Hubungan Antara Waktu Fermentasi Terhadap Volume Titran ............ 17
4.3 Kadar Optimum Penambahan MgSO4.............................................................................18
4.4 Kadar Optimum Penambahan KH2PO4 ..........................................................................19
4.5 Kadar Optimum Penambahan Urea ....................................................... 20
BAB V PENUTUP............................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21
5.2 Saran ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LEMBAR PERHITUNGAN ............................................................................ A-1

v
P2

DATA PENDUKUNG ...................................................................................... B-1

vi
P2

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Kandungan Gizi Tongkol Jagung ................................................. 7


Tabel 3.1 Variabel Operasi ................................................................................... 12

vii
P2

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aspergillius niger ................................................................................ 5


Gambar 3.1 Skema Rancangan Praktikum ........................................................... 12
Gambar 3.2 Petridish ............................................................................................ 13
Gambar 3.3 Beaker glass ...................................................................................... 13
Gambar 3.4 Erlenmeyer ........................................................................................ 13
Gambar 3.5 Gelas Ukur ........................................................................................ 13
Gambar 3.6 Buret, Statif, dan klem ...................................................................... 13
Gambar 3.7 Pipet Tetes ......................................................................................... 13
Gambar 3.8 Inkubator Goyang.............................................................................. 14
Gambar 3.9 Kertas Saring ..................................................................................... 14
Gambar 3.10 Oven ................................................................................................ 14
Gambar 3.11 Pompa Vakum ................................................................................. 14
Gambar 3.12 Kertas Saring ................................................................................... 14
Gambar 3.13 Kertas pH ........................................................................................ 14
Gambar 3.14 Bunsesn ........................................................................................... 14
Gambar 3.15 Kaawat Osse .................................................................................... 14
Gambar 4.1 Hubungan antara Waktu Fermentasi Terhadap pH ........................... 16
Gambar 4.2 Hubungan antara Waktu Fermentasi Terhadap Volume Titran ........ 17

viii
P2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asam sitrat termasuk salah satu produk andalan yang di ekspor
Indonesia ke berbagai negara. Termasuk negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, Inggris, dan lain-lain. Kebutuhan dunia akan asam sitrat terus
meningkat dari tahun ke tahun dan produksi asam sitrat setiap tahunya meningkat
sebesar 2- 3%. Asam sitrat merupakan senyawa intermediet dari asam organik
yang berbentuk kristal atau serbuk. Asam sitrat dapat dihasilkan dari pemecahan
karbohidrat dengan cara fermentasi. Kapang (mold) Aspergillus niger adalah
kapang yang dapat menghasilkan enzim yang dapat mengubah karbohidrat
menjadi asam sitrat. Aspergillus niger merupakan mikroorganisme utama yang
digunakan di industri untuk produksi asam sitrat karena menghasilkan lebih
banyak asam sitrat per satuan waktu dan juga kemampuannya untuk
memproduksi asam sitrat dari bahan yang murah.
Asam sitrat dapat diproduksi melalui ekstraksi sederhana. Proses
ekstraksi sederhana telah lama ditinggalkan seiring dengan pengembangan
metode fermentasi. Sedangkan sintesa secara kimia belum bisa sepenuhnya
diterima konsumen karena faktor keamanan pangan produk yang dihasilkan.
Produksi asam sitrat melalui proses fermentasi menggunakan mikroba dinilai
prospektif untuk diterapkan di industri. Asam sitrat juga dapat diproduksi melalui
proses fermentasi menggunakan mikroorganisme penghasil asam sitrat.
Aspergilus niger merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan
pada proses produksi asam sitrat. Aspergillus niger mampu mensintesa asam
sitrat dalam media yang kadar garamnya rendah dan mengandung gula sebagai
sumber karbon dan proses sintesa secara kimia. (Sasmitaloka, 2017).
Fermentasi adalah reaksi dengan menggunakan biokatalis untuk
mengubah bahan baku menjadi produk. Biokatalis yang digunakan adalah
bakteri, yeast atau jamur (Riadi, 2007 dalam Ovelando 2008). Pada praktikum ini
dilakukan dengan metode fermentasi semi padat menggunakan Aspergillus niger
dengan bahan baku tongkol jagung. Fermentasi media semi padat merupakan
proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak terlarut, namun
mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Produk dari
fermentasi media semi padat misalnya oncom, kecap, dan tape (Dharma, 1992).
Fermentasi media (substrat) semi padat mempunyai kandungan nutrien per
volume jauh lebih pekat sehingga hasil per volume dapat lebih besar. Menurut

9
P2

Dharma (1992), faktor yang mempengaruhi fermentasi semi padat yaitu kadar
air, temperatur dan pertukaran gas.
Adapun limbah pertanian yang belum termanfaatkan secara maksimal
namun memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan keberadaannya sangat melimpah
yaitu tongkol jagung. Tongkol jagung merupakan salah satu limbah pertanian
non kayu yang mengandung komponen kimia sebagai berikut : abu 6.04 %,
selulosa 36,81 %, hemiselulosa 27,1 %, dan lignin 15,70 % (Sutoro, Sulaeman
dan Iskandar, 1988). Asam sitrat merupakan salah satu asam organik yang
banyak digunakan dalam industri, misalnya industri makanan, minuman, dan
farmasi (Sasmitaloka, 2017).

1.2. Perumusan Masalah


Melihat banyaknya kebutuhan asam sitrat, maka dilakukan penelitian
untuk menghasilkan asam sitrat. Poesponegoro (1991) melakukan penelitian
mengenai fermentasi asam sitrat dari tetes tebu, secara bias-rendam dengan
Aspergillus niger. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tetes tebu dapat
digunakan sebagai substrat untuk produksi asam sitrat dengan fermentasi. Pada
penelitian selanji digunakan bahan baku buah markisa (Fermentasi Buah Markisa
(Passiflora) menjadi Asam Sitrat oleh Redho Ovelando dkk., 2008). Namun,
buah markisa dianggap kurang efektif karena harganya yang mahal. Maka dicari
alternatif lain dengan menggunakan limbah tongkol jagung. Hambali (2016)
dalam memanfaatkan limbat kulit pisang dalam memproduksi asam sitrat dengan
fermentasi menggunakan Aspergillus niger. Puspadewi (2017) dalam
memanfaatkan kulit limbah singkong memproduksi asam sitrat dengan
fermentasi menggunakan Aspergillus wentii.. Selain itu, Sasmitaloka (2017) juga
telah melakukan penelitian produksi asam sitrat dengan media kultivasi media
cair menggunakan Aspergillus niger. Hasil yang didapat dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa pH memiliki pengaruh penting terhadap proses fermentasi.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
asam sitrat dapat diperoleh dari berbagai macam bahan baku.
Pada praktikum ini akan dipelajari cara membuat asam sitrat dari
tongkol jagung dengan cara fermentasi menggunakan media semi padat. Dapat
mengetahui pengaruh perbedaan penambahan MgSO4, KH2PO4, dan urea
terhadap asam sitrat yang dihasilkan, mengetahui pengaruh waktu fermentasi
terhadap pH, mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap volume titran,
serta mengetahui media yang ideal untuk fermentasi asam sitrat dari tongkol
jagung.

10
P2

1.3. Tujuan Praktikum


1. Untuk membuat asam sitrat dari tongkol jagung dengan cara fermentasi pada
media semi padat.
2. Untuk mempelajari pengaruh penambahan MgSO4, KH2PO4, dan urea
terhadap asam sitrat yang dihasilkan.
3. Untuk mempelajari pengaruh waktu terhadap pH.

1.4. Manfaat Praktikum


1.4.1 Industri
1. Industri pertanian dapat memanfaatkan dan mengolah salah satu limbah
kegiatan industri pertanian yaitu tongkol jagung untuk pembuatan asam
sitrat.
2. Industri asam sitrat dapat meningkatkan produktivitas asam sitrat
dengan menambah sumber bahan baku berupa tongkol jagung.
1.4.2 Pendidikan
1. Mahasiswa dapat melakukan penelitian lainnya dalam produksi asam
sitrat menggunakan bahan baku yang mengandung glukosa.
2. Mahasiswa dapat memahami pemilihan fermentasi yang tepat
berdasarkan bahan baku yang digunakan baik fermentasi padat,
fermentasi semi padat, dan fermentasi cair.
1.4.3 Pemerintah
1. Pemerintah dapat membentuk UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk
mengolah salah satu limbah kegiatan industri pertanian yaitu tongkol
jagung menjadi asam sitrat dengan proses fermentasi
2. Pemerintah dapat menaikkan pendapatan daerah karena naiknya nilai
ekonomi limbah tongkol jagung yang diolah menjadi asam sitrat.
1.4.4 Lingkungan
1. Limbah dari salah satu industri pertanian yaitu tongkol jagung dapat
berkurang karena dapat dimanfaatkan untuk pembuatan asam sitrat.
2. Pembuatan asam sitrat dengan cara fermentasi lebih ramah
lingkungan.

11
P2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asam Sitrat


Asam sitrat merupakan senyawa intermediet dari asam organik yang
berbentuk kristal atau serbuk. Pemecahan karbohidrat dengan cara fermentasi
dapat menghasilkan berbagai macam senyawa organik diantaranya adalah asam
sitrat. Dengan enzim amylase, glukoamilase, atau amiloglukosidase, senyawa
karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa, dan melalui jalur EMP glukosa akan
diubah menjadi asam piruvat. Amilase merupakan enzim pemecah pati,
glikogen dan polisakarida lain dengan cara menghidrolisis ikatan glikosidik α-
1,4 atau ikatan glikosidik α-1,6. Enzim glukoamilase atau amiloglukosidase (a-
1,4 glukan glukohidrolase EC 3.2.1.1) adalah eksoamilase yang menghidrolisa
ikatan α-1,4 secara berurutan dari ujung nonreduksi rantai amilosa, amilopektin
dan glikogen dengan melepaskan glukosa. Enzim ini juga menghidrolisa ikatan
α-1,6 dan α-1-3, kecepatannya bekerja dengan ikatan α-1,4 jauh lebih tinggi
(Naiola, 2006). Dalam proses ferrmentasi, asam sitrat dibentuk melalui siklus
TCA (Tricarboxylic Acid Cycle). Lintasan Embden Meyerhof Parnas (EMP)
akan memecah glukosa melalui reaksi–reaksi dalam lintasan tersebut.
Reaksi:
Glukosa + 2NAD+ + 2Pi +2ADP = 2 Piruvat + 2 ATP + 2 NADH +2H2O
Proses glikolisis terjadi pada semua organisme. Proses ini berfungsi
untuk menukarkan glukosa menjadi piruvat dan akan menghasilkan ATP tanpa
menggunakan oksigen. Glikolisis dimulai dengan satu molekul glukosa yang
memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6H12O6) dan akan dipecahkan menjadi
dua molekul piruvat yang masing-masing memiliki 3 atom karbon (C3H3O3)
yang merupakan hasil akhir bagi proses ini
Asam piruvat ini akan dioksidasi dan menghilangkan 1 dari 3 karbon
pada asam piruvat (karbon hilang dalam bentuk CO2. Menghasilkan fragmen
yang memiliki 2 atom C yang disebut kelompok asetil dan mengubah NAD+
menjadi NADH. Pada akhir reaksi, kelompok asetil (fragmen yang memiliki 2
atom C) bergabung dengan kofaktor koenzim A (KoA) sehingga membentuk
senyawa asetil-KoA. Asetil-KoA yang terbentuk kemudian akan memasuki
siklus Krebs.
2 C3H4O3+ 2 KoA = 2 C3H3O – KoA + 2 CO2
2 piruvat + 2 KoA = 2 asetil-KoA + karbon dioksida

12
P2

Acetyl-CoA dan oksaloasetat dalam siklus TCA dengan adanya nitrat


sintase akan berkondensasi membentuk asam sitrat (Haryani K, 2011 dalam
Puspadewi dkk., 2017). Siklus Krebs dilakukan dilakukan pada kondisi kedap
udara, suhu rendah dan menggunakan tekanan tinggi.

Gambar 2.1 Siklus Krebs


Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun
ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8 % bobot kering.
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Struktur asam ini tercermin pada nama
IUPAC nya asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat (Febrianty dkk., 2007
dalam Ovelando dkk., 2008). Asam sitrat digunakan di dalam industri
bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam
proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena asam nitrat dapat
menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk keperluan tersebut, sementara
asam sitrat tidak. Asam sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk
menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak. Dalam resep makanan,
asam sitrat dapat juga digunakan sebagai pengganti sari jeruk. (Ahira, 2012
dalam Ovelando dkk., 2008)
Asam sitrat memiliki sifat fisika dan kimia berbeda dengan asam
lainnya, berikut sifat fisika asam sitrat (Ovelando dkk., 2008).
1. Berat molekul : 192 gr/mol
2. Spesific gravity :1,54 (20°C)
3. Titik lebur : 153°C
4. Titik didih : 175°C

13
P2

5. Kelarutan dalam air : 207,7 gr/100 ml (25°C)


6. Pada titik didihnya asam sitrat terurai (terdekomposisi).
7. Berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa asam
Berikut sifat kimia yang dimiliki asam sitrat (Ovelando dkk., 2008).
1. Kontak langsung (paparan) terhadap asam sitrat kering atau larutan
dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata.
2. Mampu mengikat ion-ion logam sehingga dapat digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan dalam air.
3. Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil -COOH
yang dapat melepas proton dalam larutan.
4. Asam sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau berupa
kristal monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap
molekulnya.
5. Bentuk anhidrat asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan
bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi Asam Sitrat dalam air
dingin.
6. Bentuk monohidrat asam sitrat dapat diubah menjadi bentuk anhidrat
dengan pemanasan pada suhu 70-75°C
7. Jika dipanaskan di atas suhu 175°C akan terurai (terdekomposisi)
dengan melepaskan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O).

2.2 Teori Aspergillus niger


Aspergillus niger ditemukan oleh Currie pada tahun 1917. Aspergillus
niger merupakan jenis kapang terbaik penghasil asam sitrat. Miselium
Aspergillus niger terdiri dari hifa yang bercabang-cabang dan bersekat,
berwarna terang atau tidak berwarna (Doelger dan Prescott, 1934), sebagian
kedalam dan sebagian keluar. Sel kaki kadang didalam medium dan kadang
diluar, lebih besar dari bagian lain serta berdinding lebih tebal. Dari sel kaki
timbul batang konidiafor yang tumbuh tegak lurus. Apeks atau ujung sebelah
atas membentuk visikel yang membesar dan ditumbuhi sterigmata primer dan
sekunder, serta menghasilkan konidia yang terbentuk oleh pemanjangan atau
pembelahan sel sterigmata.
Kepala spora bervariasi dalam pengaturan warna, ukuran dan bentuk,
contohnya pada Aspergillus terricola var. americana berbentuk setengah bola,
Aspergillus clavatus berbentuk elips, Aspergillus vulvipes berbentuk kolumnar,
bentuk dan karakteristik lain masih banyak. Pada umumnya kapang Aspergillus

14
P2

niger dapat ditemui dimana-mana, terutama pada tanah di daerah tropis dan
subtropis serta dapat diisolasi dari bermacam substrat, termasuk biji-bijian.
Galur untuk memproduksi asam sitrat cukup banyak, tetapi hanya
mutan Aspergillus niger dan Aspergillus wentii yang banyak digunakan untuk
memproduksi asam sitrat secara komersil. Secara alami asam sitrat merupakan
produk metabolisme primer, tidak diekskresi oleh mikroorganisme dalam
jumlah yang cukup berarti dan peggunaan Aspergillus niger dapat menekan
produk-produk samping yang tidak diinginkan seperti: asam oksalat, asam
isositrat dan asam glukonat (Rahman, 1992 dalam Widyawati, 2010).
Kondisi spora licin, tidak berwarna atau kuning kecoklatan, lemak atau
merupakan campuran tiga warna atau lebih, konidia berkepala hitam
coklat/ungu coklat besar dan berbentuk bola. Dalam kepala yang besar terdapat
bubuk bola yang mengembang. Serbuk pada seluruh permukaan kepalanya
kering, menyusut menyerupai kubah dari konidia spora pendek. Konidia spora
terlihat bertangan besar dan berwarna coklat hitam (Wangge et al, 2012).

Gambar 2.2 Aspergilus niger


Aspergillus niger mempunyai banyak manfaat, seperti memiliki kemampuan
untuk memproduksi asam sitrat. Aspergillus niger merupakan jamur yang dapat
menghasilkan protease. Protease dari cendawan Aspergillus niger memiliki lebih
banyak keuntungan daripada protease bakteri dalam pemisahan enzim karena
miselium dapat dihapus hanya dengan filtrasi. Protease yang dihasilkan oleh A. niger
lebih baik karena menghasilkan protease yang lebih tinggi, waktu produksinya lebih
singkat dan biayanya relatif murah (Indratiningsih et al., 2013 dalam Irma 2015).
Aspergillus niger bersifat toleran terhadap aktivitas air rendah, mampu tumbuh pada
substrat dengan potensial osmotik cukup tinggi dan sporulasi pada kelembaban relatif
rendah (Rahman, 1989 dalam Irma, 2015).
Menurut Oktariani (2017), pertumbuhan Aspergillus niger dan pertumbuhan
produk dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Temperatur berpengaruh langsung pada kecepatan pertumbuhann
mikroorganisme, kecepatan sintesa enzim dan kecepatan. Jamur pada

15
P2

umumnya tidak tahan terhadap temperatur tinggi, temperatur terlalu tinggi


dapat mengakibatkan proses pengeringan protein yang menyebabkan
kematian sel, sedangkan temperatur yang terlalu rendah akan mengurangi
aktifitas enzim hingga pertumbuhan mikroorganisme terganggu. Aspergillus
niger tumbuh optimum pada suhu 35-37°C, dengan suhu minimum 6-8°C dan
suhu maksimum 45-47°C.
2. Nilai pH media adalah salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan
mikroorganisme dan pembentukan produk fermentasi. Jamur umumnya lebih
toleran terhadap suasana asam sampai netral yaitu pada pH sekitar 3 sampai 7.
Aspergillus niger mempunyai kisaran pH untuk tumbuh cukup luas yaitu 2,8 –
8,8.
3. Zat makanan (nutrien), karbon adalah sumber nutrien utama yang diperlukan
dalam pertumbuhan jamur. Aspergillus niger akan tumbuh dengan baik jika
menggunakan glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, xylosa dan manosa sebagai
sumber karbonnya. Nutrien lain yang cukup memegang peranan penting
adalah unsur nitrogen. Selama fase pertumbuhan, jamur menggunakan
nitrogen dengan cepat dan pada periode ini enzim mulai terdapat di dalam
media.

2.3 Reaksi Pembuatan Asam Sitrat dan Permuniannya


a. Reaksi Pembentukan
Karbohidrat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu karbohidrat
yang terkandung dalam tongkol jagung. Karbohidrat diurai menjadi glukosa
dengan menggunakan air melalui proses hidrolisis. Hidrolisis merupakan
proses pemecahan dua molekul dengan penambahan air (Osvaldo dkk.,
2012). Peningkatan suhu, keasaman, kadar air dan tekanan osmotik sistem
akan menjadi driving force bagi proses hidrolisis. Kemudian melalui proses
glikolisis dan siklus krebs akan dihasilkan asam sitrat. Dalam proses ini
digunakan enzim dekarboksilase dan pengoksidasi nitrat sintase (Puspadewi,
2017). Berikut reaksi pembentukan asam sitrat.
(C6H10O5)n(s) + n(H2O)(l) → (C12H22O11)(s)
Karbohidrat Sukrosa
(C12H22O11)(s)+ (H2O)(l) →(C6H12O6)(s)+ (C6H12O5)(s)
Sukrosa Air Glukosa Fruktosa
(C6H12O6)(s)+ O2(g) → (C6H8O7)(s)+ 2 (H2O)(l)
Glukosa Oksigen Asam Sitrat Air
b. Reaksi Pemurnian

16
P2

Asam sitrat direaksikan dengan kalsium hidroksida membentuk kalsium


sitrat. Penambahan kalsium hidroksida dilakukan untuk memisahkan asam
sitrat dengan asam oksalat dengan prinsip presipitasi yang memanfaatkan
sifat kelarutan garamnya, dimana asam oksalat akan tidak larut sedangkan
asam sitrat tidak larut (Padmudji, 2009).
(C6H8O7)(s) + 3(Ca(OH)2)(l) → (Ca3(C6H5O7)2)(s) + 6(H2O)(l)
Asam Sitrat Calcium Hidroksida Calcium Sitrat Air
Setelah itu kalsium sitrat direaksikan dengan asam sulfat. Penambahan asam
sulfat berfungsi untuk meregenerasi asam sitrat yang yang terisolasi dalam
kalsium sitrat (Noto, 2010). Penambahan natrium hidroksida berfungsi untuk
membuat suasana menjadi basa (Setiono L, 1985 dalam Puspadewi dkk.,
2017). Filtrat akhir yang didapat adalah asam sitrat yang akan digunakan
untuk pengujian kuantitatif asam sitrat.
(Ca3(C6H5O7)2)(s) + 3(H2SO4)(l) → 3(CaSO4)(s) + 2 (C6H8O7)(s)
Calcium Sitrat Asam Sulfat Calcium Sulfat Asam Sitrat
(C6H8O7)(s) + 3(NaOH)(l) → (Na3(C6H8O7))(s) + 3 (H2O)(l)
Asam Sitrat Natrium Hidroksida Natrium Sitrat Air
(Syamsuriputra et al, 2006).

2.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Fermentasi Asam Sitrat


1) Waktu
Waktu optimum untuk fermentasi adalah 7 hari. Bila kurang dari 7
hari, bahan baku belum terfermentasi semua. Jika lebih lama, asam sitrat
dapat berubah menjadi asam oksalat (Sasmitaloka, 2017)
2) Mikroba
Pada percobaan ini digunakan jamur Aspergillus niger. Keuntungan
dari penggunaan jamur ini adalah penanganannya mudah, dapat digunakan
bahan baku yang murah, yield tinggi dan konsisten, serta ekonomis
(Marison, 1988)
Yield Asam Sitrat dapat dihitung dengan persamaan berikut (Sasmitaloka,
2017).
𝐘𝐩⁄ = 𝐂𝐜𝐦 𝟏𝟎𝟎
𝐒𝐨 𝐒𝐨 − 𝐒
Keterangan
Yp/So: Yield asam sitrat
Ccm : Konsentrasi asam sitrat maksimum
So : Konsentrasi substrat awal

17
P2

S : Konsentrasi substrat akhir.


3) Konsentrasi gula awal
Konsentrasi gula awal menentukan yield asam sitrat dan asam organik lain.
Untuk Aspergillus niger adalah 15-18%, jika lebih dari 18% tidak ekonomis
dan jika kurang dari 15% terbentuk asam oksalat (Sasmitaloka, 2017)
4) pH
Pengaturan pH sangat penting dalam fermentasi. Ini disebabkan pada pH
tertentu, strerilisasi mudah dilakukan. Sterilisasi mula-mula dilakukan pada
pH 2,2 atau lebih rendah. Sebagai pengatur digunakan asam CH3COOH.
Sedangkan kadar pH yang paling optimum, yaitu pH 2-3 (Satrio dkk, 2012
dalam Hambali, 2016). Jika pH alkalis menyebabkan pembentukan asam –
asam oksalat dan glukonat dalam jumlah banyak. Karenanya pengendalian
kondisi proses secara cermat merupakan prasyarat untuk mempertahankan
keteraturan metabolik dan mendukung pembentukan asam sitrat yang lebih
banyak (Sasmitaloka, 2017). Untuk kondisi tertentu (misal percobaan)
kadang akan menghasilkan enzim yang hanya berfungsi mengubah
karbohidrat menjadi asam sitrat. Untuk kondisi lain akan dihasilkan enzim
yang lain pula (Papagianni et al, 1999
5) Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen yang terlalu banyak menimbulkan efek merugikan bagi
hasil asam sitrat. Hal ini memungkinkan reoksidasi sitoplasma NADH tanpa
pembentukan ATP dan melibatkan suatu cabang respirasi alternatif yang
berbeda dari rantai respirasi normal (Sasmitaloka, 2017). Sebaliknya, bila
pemberian oksigen terlalu sedikit akan kurang menguntungkan. Pada proses
fermentasi asam sitrat Aspergillus niger bersifat aerobik dimana proses
fermentasi membutuhkan oksigen sehingga penambahan sekam dalam
proses dalam proses fermentasi asam sitrat berfungsi untuk membentuk
rongga udara dalam media fermentasi. Menurut DTC-IPB, sekam padi
mengandung oksigen 33,64% (Wahyuni, 2016)
6) Suhu
Suhu optimum Aspergillus niger untuk dapat tumbuh dan berkembang yaitu
kisaran 29ºC-37ºC dan dengan suhu minimumnya sekitar 6ºC-8ºC (Hambali,
2016). Suhu optimum dari Aspergillus niger ini tergolong cukup tinggi. Hal
ini dikarenakan Aspergillus niger bersifat mesofilik (Fardiaz, 1989 dalam
Purkan, 2016) sehingga enzim yang dihasilkan juga bersifat tahan terhadap
panas. Namun apabila enzim berada di atas suhu optimumnya maka
aktivitas akan menurun. Hal ini terjadi karena enzim termasuk jenis protein

18
P2

yang dapat mengalami denaturasi pada suhu tinggi. Sehingga produksi asam
sitrat menurun dan akan menyebabkan terbentuknya asam oksalat.

2.5 Kandungan Sampel


Adapun kandungan zat makanan tongkol jagung berdasarkan
persentase bahan basah dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tabel kandungan gizi tongkol jagung
Kandungan Gizi Presentase (%bb)
Air 5,39
Abu 1,62
Lemak 3,02
Protein 2,41
Serat Kasar 38,07
Karbohidrat 54,73

Menurut Emmanuela (2010), produksi asam sitrat maksimum biasanya


dicapai pada konsentrasi gula 14-22 % (w/v). Menurut Oktariani (2017), karbon
adalah sumber nutrien utama yang diperlukan dalam pertumbuhan jamur.
Aspergillus niger akan tumbuh dengan baik jika menggunakan glukosa,
fruktosa, maltosa, sukrosa, xylosa dan manosa sebagai sumber karbonnya.
Sampel yang digunakan adalah tongkol jagung dengan kandungan karbohidrat
adalah 54,73%. Kandungan kompleks dalam tongkol jagung menyebabkan
jamur Aspergillus niger membutuhkan waktu lebih lama untuk menguraikan
menjadi komponen-komponen sederhana yang dapat diserap sel yang digunakan
untuk sintesis sel dan energi (Aini, 2015)

2.6 Perbedaan Media Cair dan Semi Padat


A. Media Cair
Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang melibatkan
air sebagai fase kontinyu dari sistem pertumbuhan sel yang bersangkutan
atau substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi
sebagai partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi cair meliputi minuman
anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt dan kefir (Dharma,
1992).
Fermentasi cair dengan teknik tradisional tidak dilakukan pengadukan,
berbeda dengan fermentasi teknik fermentasi cair modern melibatkan
fermentor yang dilengkapi dengan: pengaduk agar medium tetap homogen,

19
P2

aerasi, pengatur suhu (pendingin atau pemanasan) dan pengaturan pH.


Proses fermentasi cair modern dapat dikontrol lebih baik dan hasil uniform
dan dapat diprediksi. Juga tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan,
perebusan dan pengukusan mematikan banyak mikroba competitor
(Dharma, 1992).
Jenis-jenis fermentasi media cair yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut (Dharma, 1992):
1. Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air.
Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas
yang cocok atau yang lebih modern dengan menggunakan fermentor
dimana substratnya larut sempurna dalam air. Pengambilan substrat oleh
mikroba melalui fase larutan dalam air. Pada kultur labu yang dikocok,
agitasi dilakukan dengan bantuan alat pengocok (shaker). Pada
fermentor agitasi dikerjakan dengan pengaduk yang dijalankan oleh
motor dan dapat dibantu oleh aerasi (gelembung udara).
2. Fermentasi yang diagitasi dimana zat yang tak larut dalam air
tersuspensi dalam fasa cair.
Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air
tetapi dalam bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air
yang banyak. Garam dan zat hara lain mungkin terlarut dalam air.
Konsentrasi substrat dalam media dapat bervariasi mulai dari satu persen
sampai pada suatu keadaan yang menyerupai bubur. Pengambilan
substrat oleh mikriba biasanya disertai dengan produksi suatu faktor
yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler atau terletak
didalam dinding dalam air sehingga partikel substrat tersipresi secara
merata dalam medium yang mengandung air agar terjadi kontak dengan
mikroba secara maksimum.
3. Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tak larut dalam air
tersuspensi dalam fase cair.
Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat
dengan yang kedua kecuali substrat bersifat cair.
4. Fermenatasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fasa
cair.
Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya
tidak diagitasi atau dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair.
Medium didistribusikan berupa larutan yang dangkal dalam suatu baki
atau dalam suatu wadah yang mempunyai permukaan yang luas dan

20
P2

dalamnya media biasanya 2,5 – 5,0 cm untuk produksi yang sangat


tinggi.

B. Media Semi Padat


Fermentasi media semi padat merupakan proses fermentasi yang
berlangsung dalam substrat tidak terlarut, namun mengandung air yang
cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Produk dari fermentasi media semi
padat misalnya oncom, kecap, dan tape (Dharma, 1992).
Fermentasi media (substrat) semi padat mempunyai kandungan nutrien
per volume jauh lebih pekat sehingga hasil per volume dapat lebih besar.
Adapun faktor yang mempengaruhi fermentasi media semi padat
diantaranya (Dharma, 1992):
1. Kadar air: kadar optimum tergantung pada substrat, organisme, dan
tipe produk akhir. Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%.
Kadar air yang tinggi akan mengakibatkan penurunan porositas,
pertukaran gas, difusi oksigen, volume gas, tetapi meningkatkan resiko
kontaminasi dengan bakteri.
2. Temperatur: temperatur berpengaruh pada laju reaksi biokimia selama
proses fermentasi
3. Pertukaran gas: pertukaran gas antara fase gas dengan substrat semi
padat mempengaruhi proses fermentasi.
Fermentasi substrat semi padat dengan kapang mempunyai keuntungan yaitu
(Dharma, 1992):
1. Medium yang digunakan dan pengoperasian relative sederhana
2. Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relative kecil,
karena air yang digunakan sedikit.
3. Inokulum dapat disiapkan secara sederhana.
4. Kondisi medium tempat pertumbuhan fungi mendekati kondisi habitat
alaminya.
5. Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang udara diantara tiap
partikel substrat.
6. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa
sampel yang akan digunakan pada pembuatan asam sitrat ini adalah tongkol
jagung yang di golongkan dalam media semi padat, karena media masih
mengandung air dan memerlukan air dalam proses fermentasinya. Juga
mengingat kelebihan dengan menggunakan fermentasi semi padat yaitu

21
P2

produktivitas yang tinggi sehingga hasil yang didapatkan lebih banyak selain
itu medium dan pengoperasian relatif sederhana (Dharma, 1992)

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.3 Cara Kerja


1. Sterilisasi Alat
a. Cuci erlenmeyer sampai bersih dan keringkan.
b. Sterilisasi alat dengan alkohol semprot lalu keringkan.
2. Penyiapan Media
Pada praktikum ini dilakukan fermentasi pada media semi padat:
Media semi padat :
a. Tongkol jagung disiapkan seberat 20 gr dengan dikupas lalu dihaluskan
dan airnya dibuang / dituang dengan cara diperas sedikit kering.
b. Setelah agak kering, tongkol jagung ditimbang sesuai variabel dan
kedalamannya ditambahkan nutrient–nutrient. Pada variabel 1
ditambahkan 0,15 gr MgSO4, 0,23 gr KH2PO4, 0,56 gr Urea, 3 gr sekam,
dan 4 gr bekatul. Pada variabel 2 ditambahkan 0,2 gr MgSO4, 0,23 gr
KH2PO4, 0,56 gr Urea, 3 gr sekam, dan 4 gr bekatul. Pada variabel 3
ditambahkan 0,15 gr MgSO4 , 0,35 gr KH2PO4 , 0,56 gr Urea, 3 gr sekam,
dan 4 gr bekatul. Pada variabel 4 ditambahkan 0,15 gr MgSO4, 0,23 gr
KH2PO4, 0,95 gr Urea, 3 gr sekam, 4 gr bekatul. Aduk sampai homogen
di dalam erlenmeyer.
c. aquadest ditambahkan hingga media menjadi lembab (sampai becek).
d. pH diatur hingga menjadi 3.
e. Media di erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan panaskan hingga

22
P2

mencapai suhu 700C.


f. Erlenmeyer dibiarkan dingin pada suhu kamar. Setelah dingin, media
ditanami dengan suspensi spora di dalam ruang aseptik. Suspensi spora
diaduk yang baik agar dapat tersebar merata dalam media, lalu media
ditutup kembali dengan alumunium foil.
g. Cara penanaman suspensi spora :
1) Menyiapkan kawat osse, Bunsen, Alkohol, dan HCl
2) Semprot ruang aseptic dengan menggunakan alkohol dan diamkan
selama ± 1 menit. Lalu bisa dilakukan penanaman suspensi spora.
3) Penanaman suspensi spora dilakukan dengan cara mensterilkan kawat
osse: Panaskan kawat osse menggunakan bunsen, kemudian
masukkan ke larutan HCl, kemudian panaskan kawat osse lagi.
4) Ambil beberapa kawat osse Aspergillus niger dari biakan murni yang
telah disediakan dan masukkan ke dalam sampel yang sudah di
autoclave, lalu siap diinkubasikan.
5) Inkubasikan selama 7 hari pada 28 – 30 0C (dalam inkubator untuk
media semi padat).
6) Setelah selesai inkubasi, tambahkan aquadest ke dalam erlenmeyr
sedikit demi sedikit dan lumat semua isi erlenmeyr hingga tercampur
merata. Volume aquadest yang ditambahkan maksimal 50 ml.
7) Saring dengan kertas saring atau pompa vakum dan filtratnya dites
untuk asam sitratnya
3. Analisa Hasil
a. Filtrat dipanaskan yang diperoleh dari percobaan diatas sampai 700C.
Tambahkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 10 ml. buat larutan Ca(OH)2
dengan melarutkan 5 gram Ca(OH)2 dengan aquadest sampai 50 ml (juga
temperatur konstan)
b. Endapan yang timbul cepat-cepat disaring (dalam keadaan panas 700C),
kemudian dicuci dengan air panas 70°C. Endapan tersebut adalah kalsium
sitrat.
c. Endapan dikeringkan di oven kemudian timbang dan catat beratnya.
d. Endapan tersebut dilarutkan dengan H2SO4 encer, sesuai perhitungan,
saring dengan kertas saring. Filtratnya merupakan asam sitrat dan
endapannya adalah kalsium sulfat.
e. Untuk mengetahui berat asam sitrat yang diperoleh pada percobaan, 1 ml
filtrat encerkan menjadi 10 ml dengan aquadest, lalu titrasi dengan NaOH
0,1 N dan catat kebutuhan titran.

23
P2

* Menghitung kebutuhan H2SO4 encer

Ca3 (C6H5O7)2(s) + 3H2SO4(l) →3CaSO4(s) +2C6H8O7(s)


𝑋 𝑔𝑟
= A mol 3A mol
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑆𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡

Buat larutan
Buat larutan H2SO4 dengan melarutkan 5 mL H2SO4 pekat menjadi 100 mL gr

H2SO4 = vol H2SO4. 𝜌H2SO4 .kadar H2SO4

=5 mL . 1,84 gr/cm3. 98 /100

=9,016 gr

𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟/𝐵𝑀
Molar H2SO4 = =
𝑣 𝑉

9.016 𝑔𝑟
98 𝑔𝑟/𝑚𝑙
= 0,1 𝐿

=0,92 M

3𝐴 𝑚𝑜𝑙
0,92 M = 𝑉

V = .............. L = .................. mL

BAB IV

24
P2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan antara Waktu Fermentasi terhadap pH


3.5

2.5

2 Variabel 1
pH

1.5 Variabel 2

1 Variabel 3

0.5 Variabel 4

0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)

Gambar 4.1 Hubungan antara waktu fermentasi terhadap pH

Grafik diatas merupakan hubungan antara pH dengan waktu pada


fermentasi asam sitrat. Terlihat bahwa semakin lama proses fermentasi, maka
pH akan menurun seiring berjalannya waktu. Kondisi pH sampel menurun
dari 3 hingga menjadi 2, dan fenomena ini terjadi pada semua variabel.

Berdasarkan teori, produksi asam sitrat akan optimal dengan pH


sekitar 2 (Sasmitaloka, 2017). Jika kondisi tersebut tidak diperoleh hasil
produksiakan berkurang (Mattey, 1992). Papagianni (1995) dan Papagianni et
al. (1999) melaporkan bahwa pH mempengaruhi morfologi dan produktivitas
asam sitrat dari Aspergillus niger dari hasil data kuantitatif. Morfologi dengan
agregat yang kecil dan filamen yang pendek berkaitan dengan meningkatnya
produksi asam sitrat pada pH sekitar 2,0 ± 0,2. Pada pH 1,6 morfologi akan
berkembang abnormal (bulbous hyphae) dan produksi asam sitrat akan
menurun secara drastis. Pada pH 3,0 agregat mempunyai bentuk perimeter
yang lebih panjang dan terbentuk asam oksalat. Jika pH lebih tinggi (alkalis)
menyebabkan pembentukan asam – asam oksalat dan glukonat dalam jumlah
banyak. Karenanya pengendalian kondisi proses secara cermat merupakan
prasyarat untuk mempertahankan keteraturan metabolik dan mendukung
pembentukan asam sitrat yang lebih banyak (Sasmitaloka, 2017).

Berdasarkan teori diatas, hasil praktikum yang didapat sesuai dengan


teori. Selama proses fermentasi, nilai pH cenderung akan menurun karena
terbentuknya asam sitrat. Hal itu terjadi disetiap variabel. Semua variabel
sudah pada pH optimum yang diinginkan untuk memproduksi asam sitrat.

25
P2

4.2 Hubungan antara Waktu Fermentasi Terhadap Volume Titran


3

2.5
Volume Titran (ml)

2
Variabel 1
1.5
Variabel 2
1 Variabel 3
Variabel 4
0.5

0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)

Gambar 4.2 Hubungan antara waktu fermentasi terhadap volume titran


Dapat dilihat pada gambar 4.2 menunjukkan hubungan antara waktu
fermentasi terhadap volume titran yang didapat. Seiring berjalannya waktu
fermentasi, volume titran yang dibutuhkan mengalami kenaikan pada setiap
variabel. Volume titran NaOH yang didapat variabel 1 pada hari ke-1 0,5 ml;
hari ke-2 0,6 ml; hari ke-3 0,8 ml; hari ke-4 2 ml; dan hari ke-5 2,2 ml.
Variabel 2 yaitu pada hari ke-1 0,6 ml; hari ke-2 0,7 ml; hari ke-3 0,9 ml; hari
ke-4 2,1 ml; dan hari ke-5 2,3 ml. Variabel 3 yaitu pada hari ke-1 0,7 ml; hari
ke-2 0,8 ml; hari ke-3 1 ml; hari ke-4 2,2 ml; dan hari ke-5 2,4 ml. Dan untuk
variabel 4 yaitu pada hari ke-1 0,8 ml; hari ke-2 0,9 ml; hari ke-3 1,1 ml; hari
ke-4 2,3 ml; dan hari ke-5 2,5 ml.

Secara teoritis, semakin lama fermentasi dilakukan, maka volume


NaOH yang diperlukan juga semakin banyak. Hal ini disebabkan adanya
proses fermentasi yang menyebabkan kandungan asam sitrat yang meningkat.
Tingkat keasaman yang meningkat mengakibatkan kebutuhan titran yang
lebih banyak (Haryani, 2011). Hal ini sesuai dengan prinsip metode titrasi
yang dilakukan yaitu titrasi alkalimetri. Titrasi alkali metri adalah titrasi
larutan yang bersifat asam (asam bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis
yang berasal dari basa lemah) dengan larutan standart basa. Larutan NaOH
dalam praktikum ini berperan sebagai larutan standart basa. Prinsip dari titrasi
ini adalah reaksi penetralan dimana untuk mengetahui kadar larutan asam
ditentukan dengan larutan basa. Titran ditambahkan ke larutan asam sedikit

26
P2

demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen. Jika tingkat keasaman yang
tinggi mengakibatkan kebutuhan titran yang lebih banyak (Andari, 2013).

Dapat disimpulkan bahwa pada keempat variabel fenomena yang


terjadi dari hari pertama hingga hari terakhir sesuai dengan teori, yaitu
semakin lama fermentasi dilakukan maka volume NaOH yang diperlukan juga
semakin banyak. Hal ini disebabkan adanya proses fermentasi yang
menyebabkan kandungan asam sitrat yang meningkat.

4.3 Kadar Optimum Penambahan MgSO4


Pada fermentasi asam sitrat, digunakan Aspergillus niger sebagai
pembentuk enzim selulase. Pada proses penggunaan Aspergillus niger,
dibutuhkan beberapa nutrien dalam pemebentukan enzim selulase diantaranya
MgSO4. Menurut Vendenberghe (2014), MgSO4 merupakan elemen dalam
kuantitas kecil yang berpengaruh dalam pembentukan produk asam sitrat
dalam fermentasi asam sitrat. Menurut Kapoor et al. (1983) dalam jurnal
Vendenberghe (2014), MgSO4 merupakan sumber magnesium untuk
pertumbuhan bakteri maupun produksi asam sitrat, konsentrasi magnesium
sulfat yang optimal berada di rentang 2 gram sampai 5 gram per 100 gram
sumber karbohidrat.
Banyaknya MgSO4 yang digunakan dalam proses fermentasi asam
sitrat berturut-turut sesuai dengan variabel 1 dan variabel 2 adalah 0,15 gram,
dan 0,2 gram yang digunakan dalam media semi padat dengan 20 gram
sumber karbohidrat, atau jika dikonversi dalam per 10 gram sumber
karbohidrat pada variabel 2 yakni 5 g/100 gram sumber karbohidrat,
sedangkan pada variabel 3 yakni 10 g/100 gram sumber karbohidrat. Sehingga
pada variabel 3 terlihat melampaui batas optimum MgSO4 yang dibutuhkan
dalam fermentasi asam sitrat, dan ketika dititrasi dengan NaOH, variabel 3
membutuhkan titran yang paling sedikit dibanding variabel 1 dan 2. Hal itu
dikarenakan penambahan MgSO4 yang berlebihan akan menimbulkan efek
yang buruk pada pertumbuhan miselium sehingga akumulasi produksi asam
sitrat akan berkurang (Vendenberghe, 2014). Dari teori yang telah
dikemukakan pada paragraf diatas dapat disimpulkan bahwa MgSO4
merupakan sumber magnesium yang berpengaruh dalam proses pembentukan
asam sitrat dari fermentasi asam sitrat. Namun MgSO4 hanya dibutuhkan
dalam kuantitas kecil, karena jika memiliki kuantitas yang besar akan
menimbulkan efek buruk pada pertumbuhan miselium sehingga akumulasi
produksi asam sitrat akan berkurang. Berkurangnya akumulasi produksi asam

27
P2

sitrat akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan volume titran ketika


dititrasi dengan NaOH sehingga pada variabel dengan konsentrasi MgSO4
yang melampaui batas optimum akan membutuhkan volume titran dalam
jumlah yang paling sedikit.
4.4 Kadar Optimum Penambahan KH2PO4
Pada fermentasi asam sitrat, digunakan Aspergillus niger sebagai
pembentuk enzim selulase. Pada proses penggunaan Aspergillus niger,
dibutuhkan beberapa nutrien dalam pemebentukan enzim selulase diantaranya
KH2PO4. Fungsi penambahan KH2PO4 pada fermentasi asam sitrat adalah
sebagai salah satu sumber fosfor, fosfor merupakan unsur esensial yang
dibutuhkan dalam proses pertumbuhan Aspergillus niger. Dalam jurnal
Vendenberghe, dkk. (2014), Shu dan Johnson (1948) mengatakan bahwa
konsentrasi optimum fosfor yang dibutuhkan oleh jamur Aspergillus niger
dalam sebuah media cair untuk memproduksi hasil fermentasi asam sitrat
yang maksimal berkisar antara 0,5 g/L hingga 5,0 g/L, sedangkan untuk media
padat berkisar antara 1,5 gram hingga 2,0 gram per 10 gram sumber
karbohidrat. Banyaknya KH2PO4 yang digunakan dalam proses fermentasi
asam sitrat berturut-turut sesuai dengan variabel 1, 2, dan 3 adalah 5 gram, 4
gram, dan 4 gram yang digunakan dalam media semi padat dengan 20 gram
sumber karbohidrat, atau jika di konversi dalam per 10a gram sumber
karbohidrat pada variabel 1 adalah 2,5 g/10 gram sumber karbohidrat,
sedangkan pada variabel 2 yakni 2,0 g/10 gram sumber karbohidrat. Sehingga
pada variabel 1 terlihat melampaui kadar optimum KH2PO4yang dibutuhkan
dalam fermentasi asam sitrat namun ketika di titrasi dengan NaOH
membutuhkan volume titran yang paling banyak. Jurnal Vendenberghe, dkk.
(2014) mengatakan bahwa ekses fosfor dalam KH2PO4 dalam memicu
pembentukan asam-asam yang berasal dari gula (sugar acids). Dari teori yang
telah di kemukakan di paragraf diatas dapat disimpulkan bahwa variabel 1
dengan konsentrasi KH2PO4 yang melampaui batas optimum kadar
KH2PO4membutuhkan volume titran NaOH yang lebih banyak dari yang
lainnya, dikarenakan terbentuknya asam-asam yang berasal dari gula, salah
satunya adalah asam sitrat atau asam-asam karboksilat lainnya. Dengan
semakin bertambahnya konsentrasi asam yang terdapat dalam sampel, ketika
dititrasi dengan NaOH, akan membutuhkan volume titran yang lebih banyak.

4.5 Kadar Optimum Penambahan Urea

28
P2

Pada fermentasi asam sitrat, digunakan Aspergillus niger sebagai


pembentuk enzim selulase. Pada proses penggunaan Aspergillus niger,
dibutuhkan beberapa nutrien dalam pembentukan enzim selulase, diantaranya
yaitu urea, yang mana variabel 1 ditambahkan 0,56 gram sedangkan variabel 4
ditambahkan 0,95 gram.
Secara teori semakin banyak nutrisi nitrogen maka laju pertumbuhan
mikroba meningkat dan mengakibatkan jumlah pertumbuhan mikroba
meningkat dan mengakibatkan asam sitart yang dihasilkan semakin bertambah
(Madonna dan Disa, 2006). Kadar optimum penambahan urea yaitu sebesar
0,3 g/l atau 0,06 gr per 20 mL (Fuadi dkk., 2015). Fungsi dari penambahan
urea selain sebagai nutrisi nitrogen yang diperlukan dalam proses fermentasi
karena dapat mempengaruhi aktivitas dari Aspergillus niger. Pada proses
fermentasi untuk dapat menghasilkan enzim selulase sumber nitrogen yang
optimal adalah urea. Selain itu penambahan nutrient nitrogen dari senyawa
urea juga dapat menurunkan pH media fermentasi (Onikayanti, 2015).

Pada hasil praktikum ditinjau pada volume titran bahwa pada


penambahan urea 0,56 gram memiliki kadar asam sitrat yang lebih rendah dari
pada penambahan urea 0,95 gram. Hal ini disebabkan karena jumlah mikroba
yang ada masih tersedia banyak, sehingga nutrisi yang diperlukan untuk
mikroba juga harus banyak meskipun melebihi kadar optimumnya. Jika
dilihat dari kadar optimum penambahan urea maka bisa dikatakan bahwa
penambahan urea kedua variabel diatas kadar optimum penambahan urea.

29
P2

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Fenomena waktu fermentasi terhadap pH berbanding terbalik seiring
berjalannya waktu, dikarenakan terbentuknya asam sitrat selama proses
fermentasi.
2. Fenomena waktu terhadap volume titran yang dibutuhkan berbanding lurus
seiring dengan berjalannya waktu, dikarenakan terbentuknya asam sitrat yang
dapat meningkatkan konsentrasi asam.
3. Sampel dengan konsentrasi KH2PO4 yang melampaui batas optimum (1,5 g –
2,0 g/10 gram sumber karbohidrat) akan memicu pembentukan asam-asam
dari gula sehingga menurunkan yield asam sitrat.
4. Sampel dengan konsentrasi MgSO4 yang melampaui batas optimum (2 g – 5
g /100 gram sumber karbohidrat) akan menimbulkan efek buruk pada
pertumbuhan miselium sehingga akan mengurangi produksi asam sitrat.

5.2 Saran
1. Untuk mempercepat proses penyaringan dengan pompa vakum, tutup sampel
dengan plastik dan beri karet di sekelilingnya untuk memberikan suasana
hampa udara dan dapat mempercepat penyaringan.
2. Cermat ketika mengukur dan menimbang tiap variabel.
3. Sebaiknya inkubator lebih dibersihkan dan dalam keadaan steril agar proses
fermentasi dapat berlangsung baik tanpa tercemar.

30
P2

DAFTAR PUSTAKA

Andari, Susilowati. 2013. Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet secara


Alkalimetri dengan Spektrofotometi-U. Jurnal Eduhealth. Vol. 3. (2)

Hambali dkk. 2016. Pembuatan Asam Sitrat Dari Limbah Kulit Pisang Dengan
Fermentasi Menggunakan Aspergillus Niger. Universitas Sriwijaya.
Palembang

Haryani, Kristinah. 2011. Studi Kinetika Pertumbuhan Aspergillus niger pada


Fermentasi Asam Sitrat dalam Reaktor Air-Lift External Loop. FT UNDIP
Semarang.
Madonna, Naomi, dan Rizki Nur Dias A. 2009. Fermentasi Ampas Ubi Jalar Menjadi
Asam Sitrat Menggunakan Metode “Surface Culture”. Semarang:
Universitas Diponegoro
Marison, I.W. (1988). Citric Acid Production. In: Scragg, A.H. ed. Cell Chemistry
Biotechnology for Engineers. Ellis Horwood Ltd, Chichester, p. 323-328.

Ovelando, Redho, Mutiara Alytsia Nabilla, dan Azhary H Suret. 2008. Fermentasi
Buah Markisa (Passiflora) Menjadi Asam Sitrat. Palembang: Universitas
Sriwijaya
Sasmitaloka, K. S. 2017. Produksi Asam Sitrat Oleh Aspergillus niger Pada Kultivasi
Media Cair. Banten: Universitas Ageng Tirtayasa.
Syansuriputra, A.A.; Setiadi, T.; Kushandayani, R.; Yunus, R.F., Pengaruh Kadar Air
Substrat dan Konsentrasi Dedak Padi pada Produksi Asam Sitrat dari
Ampas Tapioka menggunakan Aspergillus Niger ITBCCL 74. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Palembang, 19 – 20 Juli 2006.

Vandenberghe, Luciana P.S. 1999. Microbial Production of Citric Acid. Université de


Technologie de Compiègne, Cedex.

Wangge, E.S., Suprapta D,N., Susanta G,N. 2012. Isolasi Dan Identifikasi Jamur
Penghasil Mikotoksin Pada Biji Kakao Kering Yang Dihasilkan Di Flores.
Universitas Udayana: Bali

Widyanti. 2010. Produksi Asam Sitrat Dari Substrat Molase Pada Pengaruh
Penambahan Vco (Virgin Coconut Oil) Terhadap Produktivitas Aspergillus
Niger Itbcc L74 Terimobilisasi. Magister Teknik Kimia Universitas
Diponegoro: Semarang.

31
P2

LEMBAR PERHITUNGAN

1. Perhitungan NaOH yang Dibutuhkan


Massa NaOH yang dibutuhkan dalam praktikum Asam Sitrat dengan 5 kali
praktikum lanjutan dan satu kali praktikum utama yang tidak menggunakan
NaOH.
Diketahui :
t=5 BM NaOH = 40 gram/mol
N = 0,1 N Volume NaOH = 250 ml
𝑤 1000
𝑁= 𝑥
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑣 (𝑚𝑙)
𝑤 1000
0,1 𝑁 = 𝑥
40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 250 𝑚𝑙
w = 1 gram
Dengan 5 kali praktikum lanjutan (t = 5) maka kebutuhan total NaOH selama
praktikum adalah :
W total = w x t = 1 gram x 5 = 5 gram

2. Volume H2SO4 yang Dibutuhkan


Perhitungan kebutuhan H2SO4 encer
Ca3 (C6H5O7)2 + 3 H2SO4  3 CaSO4 + 2 C6H8O7
Perbandingan koefisien Ca3 (C6H5O7)2 dengan H2SO4 adalah 1 : 3
1. Mencari massa H2SO4
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻2 𝑆𝑂4 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 𝑥 𝜌𝐻2 𝑆𝑂4 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐻2 𝑆𝑂4
𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻2 𝑆𝑂4 = 5 𝑚𝑙 𝑥 1,84 𝑥 98%
𝑐𝑚3
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻2 𝑆𝑂4 = 9,016 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Mencari Molaritas H2SO4
9,016 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝑔/𝐵𝑀 98 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻2 𝑆𝑂4 = = = = 0,92 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟
𝑣 𝑣 0,1 𝑙
3. Menghitung Volume H2SO4 dalam setiap sampel
a. Variabel 1
 Menghitung mol H2SO4
𝑤 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2
= 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
𝐵𝑀 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2
1,61 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔 = 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
498
𝑚𝑜𝑙

A-1
P2

mol H2SO4 = 0,003232 mol


 Menghitung Kebutuhan Volume H2SO4
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4 × 3
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 𝐻2 𝑆𝑂4 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4
0,0096987 𝑚𝑜𝑙
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 =
0,92 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 = 0,01054 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 10,54 𝑚𝑙
b. Variabel 2
 Menghitung mol H2SO4
𝑤 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2
= 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
𝐵𝑀 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2
1,82 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔 = 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
498
𝑚𝑜𝑙
mol H2SO4 = 0,003654 mol
 Menghitung Kebutuhan Volume H2SO4
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4 × 3
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 𝐻2 𝑆𝑂4 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4
0,01096 𝑚𝑜𝑙
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 =
0,92 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 = 0,01192 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 11,92 𝑚𝑙
c. Variabel 3
 Menghitung mol H2SO4
𝑤 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2
= 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
𝐵𝑀 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2
1,92 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔 = 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
498
𝑚𝑜𝑙
mol H2SO4 = 0,003855 mol
 Menghitung Kebutuhan Volume H2SO4
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4 × 3
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 𝐻2 𝑆𝑂4 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4
0,01156 𝑚𝑜𝑙
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 =
0,92 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 = 0,01257 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 12,57 𝑚𝑙
d. Variabel 4
 Menghitung mol H2SO4
𝑤 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2
= 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
𝐵𝑀 𝐶𝑎3 (𝐶6 𝐻5 𝑂7 )2

A-2
P2

2,17 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔 = 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4
498
𝑚𝑜𝑙
mol H2SO4 = 0,004357 mol
 Menghitung Kebutuhan Volume H2SO4
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑆𝑂4 × 3
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 𝐻2 𝑆𝑂4 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4
0,01307 𝑚𝑜𝑙
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 =
0,92 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻2 𝑆𝑂4 = 0,01421 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 14,21 𝑚𝑙

A-3
P2

DATA PENDUKUNG

1. Tabel Hubungan Waktu dengan pH


Variabel pH
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-7
Variabel I 3 3 3 2 2
Variabel II 3 3 3 2 2
Variabel III 3 3 3 2 2
Variabel IV 3 3 3 2 2

2. Tabel Hubungan Waktu dengan Volume Titran


Variabel Volum Titran (ml)
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-7
Variabel I 0,5 0,6 0,8 2 2,2
Variabel II 0,6 0,7 0,9 2,1 2,3
Variabel III 0,7 0,8 1 2,2 2,2
Variabel IV 0,8 0,9 1,1 2,3 2,5

B-1
P2

B-2

Anda mungkin juga menyukai