NIM: 111220038
TAHUN 2015
A. Definisi Tuberculosis Paru Pada Anak
Tuberculosis Paru merupakan penyakit infeksi menular pada sistem
pernapasan yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosa yang dapat
mengenai bagian paru. Tuberculosis, yang disingkat TBC atau TB adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Umumnya
TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary TB. (Maryunani
Anik 2010).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yaitu suatu tahan asam.Penyakit Tuberculosis Paru
dapat diderita oleh siapa saja, orang dewasa atau anak-anak dan dapat mengenai
seluruh organ tubuh kita manapun, walaupun yang terbanyak adalah organ
paru.(Suriadi dan Rita Yuliani 2010).
B. Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.Kuman
TB berbentuk batang dan memiliki sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada
penaaran, sehingga sering disebut juga sebagai Basil atau Bakteri Tahan Asam
(BTA).Bakteri ini cepat mati bila terkena sinar mathari langsung.Tetapi dalam
tempat lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama
beberapa jam.Dlam tubuh, kuma ini dapat tidur lama (dorman) selama beberapa
tahun. (Anik Marunani 2010).
C. Gejala Klinis
Gejala TB anak adalah sebagai berikut:
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan
adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi
yang baik.
b. Demam lama (≥2 minggu) atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam
umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala
spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik
atau umum lain.
c. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
d. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failure to thrive).
e. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
f. Diare persisten atau menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku diare. (KEMENKES 2013).
D. Klasifikasi
a. TB dengan konfirmasi bakteriologis
Pada anak kuman TB sangat sulit ditemukan disamping karena sulitnya
mendapatkan spesimen pemeriksaan, TB anak bersifat paucibacillary
(kuman sedikit).Sehingga tidak ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan
dahak tidak menyingkirkan diagnosis TB anak.
TB dengan konfirmasi bakteriologis terdiri dari hasil positif baik
dengan pemeriksaan BTA, biakan maupun tes cepat.TB anak yang sudah
mengalami perjalanan penyakit post primer, dapat ditemukan hasil BTA
positif pada pemeriksaan dahak, sama dengan pada dewasa. Hal ini biasa
terjadi pada anak usia remaja awal. Anak dengan BTA positif ini memiliki
potensi untuk menularkan kuman M tuberculosis kepada orang lain di
sekitarnya.
b. Tuberkulosis Meningitis
Tuberkulosis meningitis, merupakan salah satu bentuk TB pada
Sistem Saraf Pusat yang sering ditemukan pada anak, dan merupakan TB
dengan gejala klinis berat yang dapat mengancam nyawa, atau meninggalkan
gejala sisa pada anak. Anak biasanya datang dengan keluhan awal demam
lama, sakit kepala, diikuti kejang berulang dan kesadaran menurun
khususnya jika terdapat bukti bahwa anak telah kontak dengan pasien TB
dewasa BTA positif.Apabila ditemukan gejala-gejala tersebut, harus segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
c. TB Milier
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB dengan gejala
klinis berat dan merupakan 3 –7% dari seluruh kasus TB, dengan angka
kematian yang tinggi (dapat mencapai 25% pada bayi).TB milier terjadi
oleh karena adanya penyebaran secara hematogen dan diseminata, bisa ke
seluruh organ, tetapi gambaran milier hanya dapat dilihat secara kasat mata
pada foto torak. Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1) Kuman M. tuberculosis(jumlah dan virulensi).
2) Status imunologis pasien (nonspesifik dan spesifik), seperti infeksi
3) HIV, malnutrisi, infeksi campak, pertusis, diabetes melitus, gagal ginjal,
keganasan, dan penggunaan kortikosteroid jangka lama.
4) faktor lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang
padat, polusi udara, merokok, penggunaan alkohol, obat bius, serta
sosioekonomi).
d. Tuberkulosis Tulang atau Sendi
Tuberkulosis tulang atau sendi merupakan suatu bentuk infeksi TB
ekstrapulmonal yang mengenai tulang atau sendi.Insidens TB sendi berkisar
1 –7% dari seluruh TB. Tulang yang sering terkena adalah: tulang belakang
(spondilitis TB), sendi panggul (koksitis), dan sendi lutut (gonitis). Gejala
dan tanda spesifik spesifik berupa bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri
pada pergerakan dan sering ditemukan setelah trauma. Bisa ditemukan
gibbus yaitu benjolan pada tulang belakang yang umumnya seperti abses
tetapi tidak .menunjukkan tanda-tanda peradangan. Warna benjolan sama
dengan sekitarnya, tidak nyeri tekan, dan menimbulkan abses dingin.
Kelainan neurologis terjadi pada keadaan spondilitis yang berlanjut,
membutuhkan oprasi bedah sebagai tatalaksanya kelainan pada sendi
panggul dapat dicurigai jika pasien berjalan pincang dan kesulitan
berdiri.Pada pemeriksaan terdapat pembengkakan di daerah lutut, anak sulit
berdiri dan berjalan, dan kadang-kadang ditemukan atrofi otot paha dan
betis.Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah foto radiologi, CT scan
dan MRI.Prognosis TB tulang atau sendi sangat bergantung pada derajat
kerusakan sendi atau tulangnya.Pada kelainan minimal umumnya dapat
kembali normal, tetapi pada kelainan yang sudah lanjut dapat menimbulkan
sekuele (cacat) sehingga mengganggu mobilitas pasien.
e. Tuberkulosis Kelenjar
Infeksi TB pada kelenjar limfe superfisial, yang disebut dengan
skrofula, merupakan bentuk TB ekstrapulmonal pada anak yang paling
sering terjadi, dan terbanyak pada kelenjar limfe leher.Kebanyakan kasus
timbul 6 –9 bulan setelah infeksi awal M. tuberculosis, tetapi beberapa kasus
dapat timbul bertahun-tahun kemudian.Lokasi pembesaran kelenjar limfe
yang sering adalah di servikal anterior, submandibula, supraklavikula,
kelenjar limfe inguinal, epitroklear, atau daerah aksila.Kelenjar limfe
biasanya membesar perlahan-lahan pada stadium awal penyakit.Pembesaran
kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras, diskrete, dan tidak nyeri.Pada
perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada jaringan di bawah atau di
atasnya.Limfadenitis ini paling sering terjadi unilateral, tetapi infeksi
bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik di daerah dada dan leher-
bawah saling bersilangan.
f. Tuberkulosis Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan abnormal cairan dalam rongga
pleura.Salah satu etiologi yang perlu dipikirkan bila menjumpai kasus efusi
pleura di Indonesia adalah TB. Efusi pleura TB bisa ditemukan dalam 2
bentuk, yaitu (1) cairan serosa, bentuk ini yang paling banyak dijumpai (2)
empiema TB, yang merupakan efusi pleura TB primer yang gagal
mengalami resolusi dan berlanjut ke proses supuratif kronik.
Gejala dan tanda awal meliputi demam akut yang disertai
batuknonproduktif (94%), nyeri dada (78%), biasanya unilateral
(95%).Pasien juga sering datang dalam keadaan sesak nafas yang
hebat.Pemeriksaan foto toraks dijumpai kelainan parenkim paru. Efusi pleura
hampir selalu terjadi di sisi yang sama dengan kelainan parenkim parunya.
g. Tuberkulosis Kulit
Skrofuloderma merupakan manifestasi TB kulit yang paling khas dan
paling sering dijumpai pada anak.Skrofuloderma terjadi akibat penjalaran
perkontinuitatum dari kelenjar limfe yang terkena TB.Skrofuloderma
biasanya ditemukan di leher dan wajah, dan di tempat yang mempunyai
kelompok kelenjar limfe, misalnya di daerah parotis, submandibula,
supraklavikula, dan daerah lateral leher.Selain itu, skrofuloderma dapat
timbul di ekstremitas atau trunkus tubuh, yang disebabkan oleh TB tulang
dan sendi.Lesi awal skrofuloderma berupa nodul subkutan atau infiltrat
subkutan dalam yang keras (firm), berwarna merah kebiruan, dan tidak
menimbulkan keluhan (asimtomatik). Infiltrat kemudian meluas atau
membesar dan menjadi padat kenyal (matted and doughy). Selanjutnya
mengalami pencairan, fluktuatif, lalu pecah (terbuka ke permukaan
kulit), membentuk ulkus berbentuk linear atau serpiginosa, dasar yang
bergranulasi dan tidak beraturan, dengan tepi bergaung (inverted), berwarna
kebiruan, disertai fistula dan nodul granulomatosa yang sedikit lebih
keras. Kemudian terbentuk jaringan parut atau sikatriks berupa pita atau
benang fibrosa padat, yang membentuk jembatan di antara ulkus-ulkus
atau daerah kulit yang normal. Pada pemeriksaan, didapatkan berbagai
bentuk lesi, yaitu plak dengan fibrosis padat, sinusyang mengeluarkan
cairan, serta massa yang fluktuatif.
Diagnosis definitif adalah biopsi aspirasi jarum halus atau BAJAH atau
fine needle aspiration biopsy=FNAB,) ataupun secara biopsi terbuka (open
biopsy). Pada pemeriksaan tersebut dicari adanya M. Tuberculosisdengan
cara biakan dan pemeriksaan histopatologis jaringan. Hasil Padapat berupa
granuloma dengan nekrotik di bagian tengahnya, terdapat sel datia langhans,
sel epiteloid, limfosit, serta BTA.
Tatalaksana pasien dengan TB kulit adalah dengan OAT dan
tatalaksana lokal atau topikal dengan kompres atau higiene yang baik.
h. Tuberkulosis Abdomen
TB abdomen mencakup lesi granulomatosa yang bisa ditemukan di
peritoneum (TB peritonitis), usus, omentum, mesenterium, dan hepar.M
tuberculosissampai keorgan tersebut secara hematogen ataupun penjalaran
langsung.Peritonitis TB merupakan bentuk TB anak yang jarang dijumpai,
yaitu sekitar 1 –5% dari kasus TB anak.Umumnya terjadi pada dewasa
dengan perbandingan perempuan lebih sering dari laki-laki (2:1).
i. Tuberkulosis Mata
Tuberkulosis pada mata umumnya mengenai konjungtiva dan kornea,
sehingga sering disebut sebagai keratokonjungtivitis fliktenularis (KF).
Keratokonjungtivitis fliktenularis adalah penyakit pada konjungtiva dan
kornea yang ditandai oleh terbentuknya satu atau lebih nodul inflamasi yang
disebut flikten pada daerah limbus, disertai hiperemis di sekitarnya.
Umumnya ditemukan pada anak usia 3 –15 tahun dengan faktor risiko
berupa kemiskinan, kepadatan penduduk, sanitasi buruk, dan malnutrisi.
Manifestasi klinis KF dapat berupa iritasi, nyeri, lakrimasi, fotofobia,
dan dapat mengeluarkan sekret mata, disertai gejala umum TB.Untuk
menyingkirkan penyebab stafilokokus, perlu dilakukan usap konjungtiva.
j. Tuberkulosis Ginjal
Tuberkulosis ginjal pada anak jarang karena masa inkubasinya
bertahun-tahun.TB ginjal merupakan hasil penyebaran hematogen.Fokus
perkijuan kecil berkembang di parenkim ginjal dan melepaskan kuman TB
ke dalam tubulus. Massa yang besar akan terbentuk dekat dengan korteks
ginjal, yang mengeluarkan kuman melalui fistula ke dalam pelvis ginjal.
Infeksi kemudian menyebar secara lokal ke ureter, prostat, atau epididimis.
Tuberkulosis ginjal seringkali secara klinis tenang pada fase awal,
hanya ditandai piuria yang steril dan hematuria mikroskopis.Disuria, nyeri
pinggang atau nyeri abdomen dan hematuria makroskopis dapat terjadi
sesuai dengan berkembangnya penyakit.
Pengobatan TB ginjal bersifat holistik, yaitu selain pemberian OAT
juga dilakukan penanganan terhadap kelainan ginjal yang terjadi.Apabila
diperlukan tindakan bedah, dapat dilakukan setelah pemberian OAT selama
4 –6 minggu.
k. Tuberkulosis Jantung
Tuberkulosis yang lebih umum terjadi pada jantung adalah perikarditis
TB, tetapi hanya 0,5–4% dari TB anak. Perikarditis TB biasanya terjadi
akibat invasi kuman secara langsung atau drainase limfatik dari kelenjar
limfe subkarinal.
Gejalanya tidak khas, yaitu demam subfebris, lesu, dan BB turun.Nyeri
dada jarang timbul pada anak. Dapat ditemukan friction rub dan suara
jantung melemah dengan pulsus paradoksus. Terdapat cairan perikardium
yang khas, yaitu serofibrinosa atau hemoragik. Basil Tahan Asam jarang
ditemukan pada cairan perikardium, tetapi kulturdapat positif pada 30 –70%
kasus. Hasil kultur positif dari biopsi perikardium yang tinggi dan adanya
granuloma sering menyokong diagnosis TB jantung. Selain OAT diberikan
kortikosteroid,Perikardiotomi parsial atau komplit dapat diperlukan jika
terjadi penyempitan perikard (KESMAS 2013).
E. Patofisiologi
M. Tuberculosis terhirup udara
M. Bovis masuk ke paru-paru
↓
Menempel pada bronchiole atau alveolus
Memperbanyak setiap, 18-24 jam
↓
Proliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan
organ yang terinfeksi (tuberculosis). Basil menyebar melalui kelenjar getah bening,
menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi
↓
Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan
↓
Meluas keseluruh paru-paru (bronchi atau pleura)
↓
Erosi pembuluh darah
↓
Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh (TB milier)
↓ ↓ ↓
Otak Ginjal Tulang
(Suriadi dan Rita Yuliani 2010).
F. Komplikasi
a. Kerusakan paru
b. Kerusakan tulang
c. Meningitis
d. Spondilitis
e. Pleuritis
f. Bronkopneumoni
g. Atelektasis
G. Pencengahan
Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan –tindakan
pencegahan selayaknya untuk menghindarkan droplet infectiondari penderita ke
orang lain. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut atau
hidung dengan sapu tangan atau kertas tissue untuk kemudian didesinfeksi
dengan Lysol atau dibakar. Bila penderita berbicara dianjurkan untuk tidak
terlalu dekat dengan lawan bicaranya.Ventilasi yang baik dari ruangan juga
memperkecil bahaya penularan. (Ikn’s 2006)
H. Pemeriksaanpenunjang
TB merupakan salah satu penyakit menular dengan angka kejadian yang
cukup tinggi di Indonesia.Diagnosis pasti TB seperti lazimnya penyakit menular
yang lain adalah dengan menemukan kuman penyebab TB yaitu kuman
Mycobacterium tuberculosispada pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi
yang terdiri dari beberapa cara, yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung
atau biopsi jaringan untuk menemukan BTA dan pemeriksaan biakan kuman
TB. Pada anak dengan gejala TB, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan serologi yang sering digunakan tidak
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai sarana diagnostik TB
dan Direktur Jenderal BUK Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran pada
bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode serologi untuk
penegakan diagnosis TB.
Pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
mendapatkan spesimen.Spesimen dapat berupa sputum, induksi sputum atau
pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut, apabila fasilitas
tersedia. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
histopatologi (PA atau Patologi Anatomi) yang dapat memberikan gambaran
yang khas. Pemeriksaan PA akan menunjukkan gambaran granuloma dengan
nekrosis perkijuan ditengahnya dan dapat pula di temukan gambaran sel datia
langhans atau kuman TB (KEMENKES 2013).
Perkembangan Terkini Diagnosis TB
Cara Mendapatkan sampel pada Anak
a. Berdahak
Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dahak mikrokopis, terutama bagi anak yang mampu
mengeluarkan dahak.Kemungkinan mendapatkan hasil positif lebih tinggi
pada anak >5 tahun.
b. Bilas lambung
Bilas lambung dengan NGT (Naso Gastric Tube) dapat dilakukan pada
anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak.Dianjurkan spesimen
dikumpulkan selama 3 hari berturut-turut pada pagi hari.
c. Induksi Sputum
Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak
semua umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama
apabila menggunakan lebih dari 1 sampel.Metode ini bisa dikerjakan secara
rawat jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan peralatan yang memadai untuk
melaksanakan metode ini.
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup penting adalah pemeriksaan foto
toraks. Namun gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena juga dapat
dijumpai pada penyakit lain. Dengan demikian pemeriksaan foto toraks saja
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran TB milier.
Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB adalah sebagai berikut:
a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat
(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks
lateral)
b. Konsolidasi segmental atau lobar
c. Efusi pleura
d. Milier
e. Atelektasis
f. Kavitas
g. Kalsifikasi dengan infiltrate
h. Tuberkuloma
1. Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal
kota dan daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama
hamil
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi ,
asfiksia ikterus
d. Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk
yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang
lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah
berobat tapi tidak teratur?)
2) Pernah dirawat dirumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun.
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG
e. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan
sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota
keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lamadan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
i. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
1) Pertumbuhan
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
b) BB normal
c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R
= usia dalam tahun
e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek
dengan mata, mengoceh.
b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda,
tertawa, dan mengais meringis
c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke
tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu
mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan
berpartisipasi dalam permainan.
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu,
bersaing
f) usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata
dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis,
memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3
kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara
dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
b. Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
c. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
proses Penyakit
3. Intervensi Keperwatan
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing
Interventions Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -
2014. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Aanak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Aanak Edisi 2. Jakarta: Sagung
Seto.