Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok tidak lepas dari


pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk menunjukkan perlunya individu
bekerja sama dengan individu lain. Kerjasama tersebut dilakukan agar timbul
solidaritas dalam kehidupan. Kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu
belajar diperlukan karena di dalam kelompok tersebut terdapat suasana saling
menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya,
makin kuat juga moralnya. Tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok
yang menjadi anggotanya. Jadi suatu kelompok mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan individu.

Proses peningkatan kemampuan berkelompok secara dinamis diperlukan


karena dapat menggali dan memperkuat potensi yang ada di dalam diri manusia dan
mampu memberikan pengalaman belajar secara langsung yang dapat mempengaruhi
otak sebagai sumber intelegensia, jiwa, sebagai sumber perasaan dan raga, sebagai
sumber karya (keterampilan). Dinamika kelompok sebagai suatu metode dan proses
merupakan salah satu alat manajemen untuk menghasilkan kerjasama kelompok yang
optimal, agar pengelolaan organisasi menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif.
Dinamika kelompok sebagai suatu metode dapat membuat setiap anggota kelompok
semakin menyadari siapa dirinya dan siapa orang lain yang hadir bersamanya dalam
kelompok dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kesadaran
semacam itu perlu diciptakan karena kelompok atau organisasi akan menjadi efektif
apabila memiliki satu tujuan, satu cara tertentu untuk mencapai tujuan yang
diciptakan dan disepakati bersama dengan melibatkan semua individu anggota
kelompok tersebut, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

1
Dinamika kelompok sebagai suatu proses berupaya menciptakan situasi
sedemikian rupa, sehingga membuat seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara
aktif dalam setiap tahap perkembangan atau pertumbuhan kelompok. Dinamika
kelompok sebagai suatu proses berupaya agar setiap orang merasakan dirinya sebagai
bagian dari kelompok dan bukan orang asing dan dengan demikian diharapkan bahwa
setiap individu dalam organisasi merasa turut bertanggung jawab secara penuh
terhadap pencapaian tujuan organisasi yang lebih luas.

1.2 Tujuan

1. Membangkitkan kepekaan sesama anggota kelompok agar timbul rasa saling


menghargai.
2. Menciptakan komunikasi terbuka terhadap sesama anggota kelompok.
3. Menciptakan kesadaran antara anggota kelompok agar mencapai tujuan yang
disepakati dalam kelompok.

1.3 Manfaat

1. Memberikan rasa saling menghargai didalam kelompok agar membentuk


kelompok yang efektif.

2. Tidak ada kesalahpahaman antara anggota kelompok dalam menjalankan


tugasnya masing-masing.

3. Membuat seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara aktif dalam


setiap tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengembangan Kelompok


Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan
melalui pendidikan dan latihan. Sedangkan kelompok adalah kumpulan orang yang
menyatukan diri dan bekerjasama dalam mengatasi masalah dan tantangan sosial
serta ekonomi yang tumbuhnya berkembang dari, oleh, dan untuk anggota dalam
rangka meningkatkan taraf hidup dan kepentingan bersama anggota kelompok.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan kelompok adalah usaha untuk
meningkatkan kemampuan satu individu dengan individu lain dengan cara
berkerjasama sehingga dapat meringankan beban, mengatasi masalah, dan tantangan
dalam bidang sosial ekonomi dan budaya.
2.2 Tujuan Pengembangan Kelompok
Kelompok yang hidup dan berkembang mempunyai arah, sasaran dan tujuan
yang jelas. Adapun yang menjadi tujuan kelompok adalah agar para anggota secara
bersama-sama saling membantu untuk memperbaiki taraf hidup berdasarkan
kemampuan sendiri.
2.3 Tahapan Proses Pengembangan Kelompok
Tuckman (1965) mengemukakan lima tahap dalam proses dinamika kelompok
yaitu forming, storming, norming, performing, dan adjourning. Tahap proses
perkembangan dinamika kelompok diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 1 Tahapan proses perkembangan dinamika kelompok


a. Forming
Tuckman menggambarkan tahap ini sebagai tahap percobaan atau
partisipasi dengan keragu–raguan, karena anggota kelompok mencari tahu
tingkah laku apa yang dapat diterima oleh kelompok dan awal individu

3
untuk menyesuaikan diri dengan yang lainnya. Pada saat ini anggota
kelompok masih sangat tergantung oleh pemimpin kelompok. Tahap ini
dicirikan oleh banyak sekali ketidakpastian mengenai maksud, struktur, dan
kepemimpinan kelompok. Tahap ini akan selesai ketika para anggota mulai
berpikir bahwa diri mereka merupakan bagian dari suatu kelompok.
Karakteristik pada tahap ini yaitu interaksi sementara, wacana kesopanan,
perhatian melalui ambiguitas, dan lebih cenderung diam.
b. Storming
Tahap storming dicirikan dengan adanya konflik dalam kelompok,
ketidakpuasan dengan yang lainnya, persaingan antar anggota, dan
ketikdaksetujuan akan prosedur yang ada. Anggota kelompok mengalami
konflik baik dengan sesama anggota kelompok ataupun pemimpin
kelompok. Berbeda dengan tahap forming, pada tahap ini anggota kelompok
lebih cenderung menunjukkan pribadinya masing–masing dan ketegangan
dalam kelompok meningkat. Karakteristik pada tahap ini yaitu terdapat ide-
ide yang dikritisi, pembiacara yang diinterupsi, kurangnya kehadiran
anggota, dan permusuhan dalam kelompok.
c. Norming
Norming merupakan masa penenangan setelah konflik. Tuckman
mendeskripsikannya sebagai tahap kohesif. Tahap ini terjadi ketika anggota
sudah dapat menerima keunikan dan perbedaan dalam kelompok. Anggota
kelompok merasa bagian dari kelompok dan menerima norma–norma dalam
kelompok.
Walaupun setiap anggota memiliki interpretasi dan persepsi yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun penekanannya terletak pada
harmoni. Anggota mengesampingkan konflik yang ada dan lebih
mengembangkan norma dalam kelompok. Mulai terbentuk struktur, peran,
dan rasa kebersamaan pada tahap ini. Karakteristik tahap ini adalah
persetujuan dalam peranan, pencarian mufakat, dan peningkatan suportivitas.
d. Performing
Performing terjadi ketika kelompok memfokuskan diri pada
tujuannya. Pada tahap ini, anggota kelompok saling bekerja sama untuk

4
mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Tuckman, struktur interpersonal
yang terbentuk dan berkembang pada tahap–tahap sebelumnya menjadi
modal dan sangat berpengaruh dalam penyelesaian masalah dan tugas untuk
mencapai tujuan tersebut.
Masalah interpersonal merupakan bagian dari masa lalu dan sebagai
pembelajaran bersama, seluruh anggota kelompok menuangkan energinya
untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristik pada tahap ini yaitu fokus
terhadap hasil, orientasi tugas yang tinggi, menekankan pada penampilan,
dan produktivitas.
2.4 Pengertian Komitmen Organisasi
Cut Zurnali (2010) mendefinisikan pengertian komitmen organisasional dengan
mengacu pada pendapat Meyer dan Allen (1993), Curtis dan Wright (2001), serta
S.G.A. Smeenk, dkk. (2006), yaitu bahwa komitmen organisasional didefinisikan
sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan
dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan
tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen
yaitu: komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif.
Definisi komitmen organisasional ini menarik, karena yang dilihat adalah
sebuah keadaan psikologi karyawan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Hal ini
dirasa sangat sesuai untuk menganalisis komitmen organisasional para karyawan
dalam organisasi bisnis atau organisasi berorientasi nirlaba.
2.5 Dimensi Komitmen
a. Dimensi Komitmen Menurut Mowday dkk
Mowday dkk dalam Curtis dkk (2001), mengemukakan bahwa
komitmen telah didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang
berada dalam sebuah organisasi. Curtis dkk (2001) menjelaskan bahwa
konsep ini dapat dipecah menjadi tiga komponen, yaitu:
1. Keinginan memelihara keanggotaan dalam organisasi;
2. Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi; dan
3. Kesediaan bekerja keras sebagai bagian dari organisasi.

5
b. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Porter dkk
Porter dkk dalam Ik-Whan dan Banks (2004), mengemukakan bahwa
definisi komitmen organisasional telah dikembangkan menjadi tiga bagian,
yakni:
1. Keyakinan dan penerimaan yang kuat dari tujuan dan nilai organisasi;
2. Kesediaan untuk bekerja keras sebagai bagian dari organisasi, dan
3. Keinginan yang kuat untuk mengingat organisasi.
c. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Newstrom dan Davis
Menurut Newstrom dan Davis (2002), komitmen organisasional
merupakan tingkat dimana individu memihak dan ingin secara kontinyu
berpartisipasi aktif dalam organisasi, yang tercermin melalui karakteristik-
karakteristi sebagai berikut:
1. Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas nilai dan tujuan
organisasi;
2. Kesediaan untuk mengusahakan yang terbaik bagi organisasi, dan
3. Adanya keinginan yang pasti untuk bertahan dalam organisasi.
d. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Allen dan Meyer
Menurut Cut Zurnali (2010), hal menarik dalam pengertian komitmen
organisasional adalah apa yang dikemukakan oleh Durkin (1999:127),
bahwa komitmen organisasional merupakan perasaan yang kuat dan erat dari
seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya
dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai tersebut.
Kemudian dinyatakan bahwa gambaran yang lebih jelas mengenai definisi
komitmen organisasional adalah yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer
(1993) yaitu: "commitment organizational is identified three types of
commitment; affective commitment, continuance commitment, and
normative commitment as a psychological state “that either characterizes
the employee’s relationship with the organization or has the implications to
affect whether the employee will continue with the organization".

6
Lebih lanjut Cut Zurnali (2010) mengemukakan bahwa pendapat Allen
dan Meyer (1993) tersebut sering digunakan oleh para peneliti di bidang
ilmu perilaku organisasi dan ilmu psikologi. Komitmen organisasional
sebagai sebuah keadaan psikologi yang mempengaruhi apakah karyawan
akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, teridentifikasi dalam tiga
komponen yaitu:
1. Komitmen afektif (affective commitment), yaitu keterlibatan emosional
seseorang pada organisasinya berupa perasan cinta pada organisasi.
2. Komitmen kontinyu (continuance commitment), yaitu persepsi
seseorang atas biaya dan risiko dengan meninggalkan organisasi saat ini.
Artinya, terdapat dua aspek pada komitmen kontinyu, yaitu: melibatkan
pengorbanan pribadi apabila meninggalkan organisasi dan ketiadaan
alternatif yang tersedia bagi orang tersebut.
3. Komitmen normatif (normative commitment), yaitu sebuah dimensi
moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggungjawab pada
organisasi yang mempekerjakannya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ilustrasi Games


Permainan ini disebut Mitela (Komitmen Bola). Pada permainan tersebut,
seluruh mahasiswa IKM A 2014 akan dibagi menjadi tiga kelompok besar. Kelompok
tersebut masing-masing beranggotakan 23 orang, yang nantinya akan dibagi lagi

7
untuk memenuhi 4 pos permainan yang telah disediakan. Mitela terdiri dari ice
breaking dan permainan dengan sistem 4 pos dengan keterangan sebagai berikut:
1. Nama Ice breaking: Simon Berkata
Teknis Permainan:
a. Pemberian penjelasan mengenai Mitela secara umum oleh
penyelenggara kepada seluruh peserta.
b. Simulasi sederhana akan diberikan untuk memudahkan mahasiswa
memahami ice breaking tersebut.
c. Ketika penyelenggara mengatakan “Simon Berkata“, seluruh peserta
wajib melakukan tugas apapun yang disebutkan setelah dua kata
tersebut. Tugas ini disebut dengan “Tugas Benar”. Apabila salah satu
dari kata “Simon Berkata“ tidak disebutkan, maka peserta tidak
diperbolehkan untuk melakukan tugas apapun yang disebutkan
setelahnya. Tugas ini disebut dengan “Tugas Salah”.
d. Peserta yang melakukan “Tugas Salah” akan dipisahkan dan dijadikan 3
kelompok besar yang masing-masing beranggotakan maksimal 23
orang.
Tujuan Permainan:
a. Melatih konsentrasi dan ketelitian dalam mendengar.
b. Menyatukan seluruh peserta secara acak dalam kelompok.
2. Nama Permainan: Buat Bola Bulat (Pos 1)
Teknis Permainan:
a. Tiap kelompok mengirimkan 3 orang untuk bermain.
b. Para pemain wajib membuat bola dengan menggunakan bahan yang
telah disediakan.
c. Bola diestafetkan ke pos selanjutnya.
Tujuan Permainan:
a. Menggambarkan terbentuknya suatu komitmen.
b. Melatih kreativitas, kecermatan, dan kesabaran.
3. Nama Permainan: Jembatan bersambung (Pos 2)
Teknis Permainan:
a. Tiap kelompok mengirimkan 6 orang untuk bermain.
b. Para pemain dianjurkan untuk berdiri berdampingan dengan membawa
alat yang telah disediakan .

8
c. Para pemain harus menggelindingkan bola yang sudah dibuat di pos 1 di
atas 4 potongan botol plastik. Botol plastik diposisikan sebagai
“jembatan” bola.
d. Setiap pemain menyalurkan bola tersebut kepada potongan botol plastik
pemain selanjutnya secara bergantian. Botol plastik tidak boleh
“berpindah” ketika bola sedang berada di atasnya.
e. Setelah seorang pemain menyalurkan bola, ia harus berpindah tempat ke
samping pemain lain yang paling ujung, untuk menutupi kekurangan
“jembatan”, terus-menerus hingga pos selanjutnya.
f. Bola tidak boleh jatuh ke tanah.
g. Apabila bola jatuh, permainan harus diulang dari garis awal.
Tujuan permainan:
a. Melatih kekompakkan dan konsistensi dalam menjaga komitmen.
b. Menunjukkan pentingnya menjaga komitmen.
4. Nama Permainan: Sendok Berjalan (Pos 3)
Teknis Permainan:
a. Tiap kelompok mengirimkan 6 orang untuk bermain.
b. Setiap pemain diberikan alat yang telah disediakan. Alat tersebut harus
dipegang menggunakan mulut.
c. Pemain yang paling dekat dengan pos sebelumnya diberikan bola. Bola
tersebut harus ditempatkan pada alat yang sudah dipegang di mulutnya.
d. Bola disalurkan sampai ke pemain ke-6 untuk diberikan kepada pemain
di pos selanjutnya.
e. Bola dan alat tidak boleh jatuh ke tanah serta tidak boleh dipegang
tangan.
f. Apabila bola dan/atau alat jatuh, permainan diulang dari garis awal.
Tujuan permainan:
a. Melatih keseimbangan dan konsentrasi.
b. Melatih kesabaran dalam berkelompok.
c. Menunjukkan pentingnya menjaga komitmen.
5. Nama Permainan: Gelang Berantai (Pos 4)
Teknis Permainan:
a. Tiap kelompok mengirimkan 7 orang untuk bermain dengan formasi
sebagai berikut: 1 orang di tengah, dikelilingi oleh 6 pemain lainnya
secara melingkar.
b. 6 pemain yang mengelilingi 1 pemain tersebut akan diberikan tali yang
telah diikat menyerupai matahari, yakni berbentuk lingkaran besar
dengan 6 rumbai di setiap pinggirnya.

9
c. Ke-6 pemain harus memegang setiap rumbai tali tersebut, sedangkan 1
orang di tengah harus berada di dalam lingkaran tali sambil memegang
sendok menggunakan mulut.
d. Bola dari pos sebelumnya akan ditempatkan pada sendok tersebut.
e. 1 pemain dengan sendok tersebut harus berjalan di dalam lingkaran tali
sambil terus menggigit sendok, tanpa menyentuh lingkaran tali.
f. 6 pemain yang memegang rumbai harus berjalan mengikuti 1 pemain
yang di tengah lingkaran, hingga garis finish.
g. Bola harus dijatuhkan ke dalam gelas yang berada pada garis finish.
h. Bola tidak boleh jatuh ke tanah.
i. Apabila 1 pemain yang berada di tengah lingkaran tali mengenai tali
tersebut dan/atau bola jatuh ke tanah, permainan akan diulang di garis
awal.
Tujuan permainan:
a. Melatih kedisplinan, konsentrasi, dan kesabaran.
b. Menunjukkan pentingnya menjaga komitmen.
3.2 Ketentuan dalam Permainan
1. Pemenang ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu:
a. Kecepatan kelompok dalam menyelesaikan permainan.
b. Kemampuan dan kejujuran kelompok dalam menjaga komitmen.
2. Keputusan penyelenggara dapat dipertanggungjawabkan.
3.3 Alat
Peralatan yang harus dipersiapkan menunjang terselenggaranya permainan
meliputi:
1. Kain
2. 3 buah jarum
3. 3 gulung benang
4. 6 buah botol air mineral 600ml
5. Benang wol
6. 21 buah sendok plastik
7. 1 gulung tali rafia
8. 3 buah gelas plastik
3.4 Relevansi Permainan dengan Materi
1. Ice breaking “Simon Berkata” menggambarkan tahap forming pada proses
pengembangan kelompok. Para peserta dihadapkan pada situasi yang
mengharuskan mereka untuk mengikuti perintah pemimpin (dalam hal ini:
penyelenggara permainan). Kemudian, mereka akan dipetakan dalam 3

10
kelompok besar. Selanjutnya, setiap dari mereka akan mulai menyadari
dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok.
2. Permainan Buat Bola Bulat menggambarkan tahap storming. Perintah
membuat bola kain yang diutarakan penyelenggara akan menciptakan suatu
konflik antar pemain pada pos Buat Bola Bulat ini. Selanjutnya, mereka
akan mulai beradaptasi dengan situasi tersebut dan menyadari bahwa mereka
harus bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diperintahkan.
Kerjasama yang berusaha mereka inisiasi tersebut menggambarkan tahap
norming.
3. Pembuatan bola kain, menggambarkan suatu proses pembentukan komitmen
kelompok. Karena, pembuatan bola tersebut dilakukan berdasarkan
kesepakatan bersama. Kemudian, sebagai konsekuensinya setiap pemain dari
semua kelompok baik pada pos 1 maupun pos lainnya akan merasakan suatu
keharusan untuk menjaga bola tersebut hingga garis finish.
4. Permainan Jembatan Bersambung, Sendok Berjalan, dan Gelang Berantai
akan memicu timbulnya keharusan untuk bekerjasama antar pemain dalam
satu kelompok. Kerjasama tersebut sangat diperlukan dalam menjaga
komitmen yang telah dibentuk dan menyelesaikan tugas (mencapai tujuan)
bersama. Ke-3 permainan tersebut menggambarkan tahap performing.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Manusia sebagai makhluk sosial akan cenderung hidup berkelompok.


Kelompok sosial yang ada di masyarakat dapat dikembangkan agar lebih
bermanfaat dan berkontribusi di masyarakat. Pengembangan kelompok itu
sendiri merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan satu individu
per individu lain dengan cara berkerjasama sehingga dapat meringankan
beban, mengatasi masalah, dan tantangan dalam bidang sosial ekonomi dan
budaya. Kelompok yang hidup dan berkembang mempunyai arah, sasaran dan
tujuan yang jelas yaitu agar para anggota secara bersama-sama saling
membantu untuk memperbaiki taraf hidup berdasarkan kemampuan sendiri.
Menurut pendapat Tuckman (1965) mengemukakan lima tahap dalam proses
dinamika kelompok yaitu forming, storming, norming, performing, dan
adjourning.
Sedangkan komitmen itu adalah sebagai sebuah keadaan psikologi
yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi atau
implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan
dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu
komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif. Komitmen
adalah sesuatu yang sangat penting pengaruhnya terhadap produktivitas
organisasi. Komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan terbentuk apabila
pimpinan mampu mendistribusikan kekuasaannya sehingga dapat diterima
dan dipandang sebagai sesuatu yang dapat mendorong untuk terciptanya
komitmen yang tinggi dari seluruh personel organisasi

12
DAFTAR PUSTAKA

www. Infed.org. “ Bruce W.Tuckman, Forming, Storming, Norming and


Performing “. http://infed.org/mobi/bruce-w-tuckman-forming-storming-norming-
and-performing-in-groups/. (Online) . Diunduh tanggal 9 Desember 2015.

www.journal.uny.ac.id. “Organization Management and Changes”.


http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/viewFile/582/439. (Online) . Diunduh
tanggal 8 Desember 2015.

www.library.usu.ac.id. “Peranan Dinamika Kelompok”.


http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-linda3.pdf. (Online). Diunduh tanggal 7
Desember 2015.

www.tsotoutbond.official.com. “Team Building and Teamwork Games”.


http://tsotoutbond.official.com/games/teambuildinggames/outbondjatim/article. (Online).
Diunduh tanggal 7 Desember 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai