RENDAH DI PUSKESMAS
TURI KABUPATEN SLEMAN
M.EKA YULI HARTANTI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAH ULUAN
A. Latar Belakang
kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahw a pelayanan
maternal neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan
gizi masyarakat. Sejumlah target itu, antara lain menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, dari 359 menjadi 306 pada tahun 2019;
M enurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup dari 32
per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2019; M enurunnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita, dari 19,6%
menjadi 17% pada tahun 2019; dan menurunkan prevalensi stunting pada anak
Salah satu penyebab Kematian neonatus tersering adalah bayi berat lahir
rendah (BBLR) baik cukup bulan m aupun kurang bulan (prematur). 3 Bayi yang
lahir dengan berat badan rendah berisiko kematian 35 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan diatas 2500 gram. 4
Penyebab BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Beberapa studi
(BBLR) adalah multifaktor, antara lain faktor demografi, biologi ibu, periksa
1
HUBUNGAN KEPATUHAN IBU DALAM ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DI PUSKESMAS
TURI KABUPATEN SLEMAN 2
M.EKA YULI HARTANTI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
hamil (perinatal care), gizi, riwayat o bstetri, faktor janin, dan faktor lingkungan.
eklamsi/eklamsia, ketuban pecah dini, dan hipertensi. Faktor dari janin antara lain
disebabkan karena adanya cacat bawaan (kelainan kongen ital), infeksi dalam
rahim, serta kehamilan ganda. Periksa hamil meliputi kualitas antenatal care,
pemenuhan gizi selama hamil. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan
meliputi paparan radiasi, paparan zat beracun (asap rokok, alkohol), dan kondisi
sosial ekonomi. 5
berbagai akibat yang ditimbulkan BBLR di atas, maka perlu upaya untuk
turun agar tidak meningkat lagi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna
teratur. Pemeriksaan rutin saat hamil atau antenatal care salah satu satu cara
dilakukan 4 kali selama kehamilan. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum
14 minggu), satu kali trimester kedua (antara minggu 14 -28), dan dua kali
dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36, dan setelah minggu 36), dan
pemeriksaan kehamilan adalah suatu cara untuk menyiapkan baik fisik maupun
mental ibu dalam menghadapi masa kehamilan dan kelahiran serta me nemukan
menurunkan angka kecacatan dan kematian baik ibu maupun janin, juga
antara lain adalah karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 20
tahun dan umur lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status sosial ekonomi yang
kurang, status perkaw inan yang tidah sah, tingkat pe ndidikan yang rendah).
Risiko medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR
(paritas, berat badan dan tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak
kelahiran). Status kesehatan reproduksi ibu berisiko terhadap BBLR (status gizi
ibu, infeksi dan penyakit selama kehamilan, riwayat kehamilan dan komplikasi
BBLR. 7
Antenatal Caree (ANC) Pada Ibu Hamil Trimester III Di W ilayah Kerja UPTD
kepatuhan ANC pada ibu hamil trimester III. 39 Pada penelitian tentang “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah D i Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Banda Aceh tahun 2013”, mengatakan bahwa ada hubungan
antara usia ibu dengan kejadian BBLR. 40 Sebagai faktor pemicu, karakteristik
ibu hamil yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan nomor kehamilan tidak
perilaku ibu untuk lebih memperhatikan kesehata nnya, makan teratur dan
puskesmas. 42
Ibu hamil yang menderita edema tungkai dan anemia mempunyai risiko
18 kali lebih besar untuk terjadi BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak
meningkatkan risiko 6 kali lebih besar untuk terjadi BBLR dibandingkan tidak
ada penyakit. Pada ibu yang jarang atau tidak melakukan kunjungan antenatal
care memiliki risiko 1,5 hingga 5 kali lebih tinggi terjadi BBLR, dan pada ibu
yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun juga meningkatkan risiko
melahirkan BBLR 2,04 kali lebih besar daripada jarak kelahiran lebih dari 2
tahun. 8
HUBUNGAN KEPATUHAN IBU DALAM ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DI PUSKESMAS
TURI KABUPATEN SLEMAN 5
M.EKA YULI HARTANTI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12 -24
minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
persalinan).
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali o leh tenaga
kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu w ilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan dibandingkan jumlah sasaran ibu
hamil di satu w ilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
demikian, terdapat dua provins i yang telah mencapai target tersebut. Kedua
yang kurang dari 50%, yakni Papua Barat (39,74%), M aluku (47,87%), dan
HUBUNGAN KEPATUHAN IBU DALAM ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DI PUSKESMAS
TURI KABUPATEN SLEMAN 6
M.EKA YULI HARTANTI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
beberapa puskesmas yang berada di Provinsi DIY akan tetapi untuk kejadian
BBLR Kabupaten S leman memiliki tingkat kejadian BBLR yang tinggi dengan
adalah sekitar 11,1% pada tahun 2011, termasuk tin ggi jika dibandingkan
angka BBLR di negara tetangga seperti V ietnam (5,3%) dan Thailand (6,6%).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0 -59 bulan)
BBLR yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (9%) pada tahun 2013. 9
2015, jum lah kasus BBLR di Kabupaten Sleman mencapai 823 ka sus (5,8%)
meliputi Puskesmas Turi dengan jumlah 10% dari jumlah kelahiran bayi di
memiliki jumlah kejadian BBLR yang paling tinggi dai daerah Sleman.
bayi berat lahir rendah yang terjadi di Puskesmas Turi Kabupaten Sleman pada
tahun 2015.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah adakah hubungan antara
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Lahir Rendah.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. M anfaat Teoritis
epidimiologi serta kesehatan ibu dan anak serta menambah pengalaman dari
penelitian sendiri.
2. M anfaat Praktis
b. Bagi Puskesmas
terjainya BBLR.
E. Keaslian Penelitian
neonatal (analisis data SDKI 2007). Persamaan letak tema penelitian ini
dini dan berat bayi lahir mempunyai hubungan yang signifikan dengan
analysis on the risk factor low birth wight. Pada penelitian yang
faktor-faktor risiko pada bayi berat lahir rendah, serta terdapat beberapa
ANC. Perbedaan pada penelitian ini dan penelitian Brown terletak pada
dengan pengisian kuisioner yang dibuat oleh peneliti dan diisi oleh