Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

A. LATAR BELAKANG

Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya


manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi
yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling
menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan
faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang
yang sehat dan berstatus gizi baik.

Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa
yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu.
Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung
ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan
secara individual. Adanya kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait
dengan nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi,
anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan
khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan
status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat
penyembuhan.

Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada
penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit
saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak sadar dalam
waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat kemoterapi.
Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan
darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya
sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang
bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien,
yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera
kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang
disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk
karena tidak di perhatikan keadaan gizi.

Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya
harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian
diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis
dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama
tenaga yang bergerak di bidang gizi.

B. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :

1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan

2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap

3. Penyelenggaraan Makanan

Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk Tim
Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan, termasuk
pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Jalan.

C. TUJUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

C.1. Tujuan Umum

Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan gizi di
rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dam penyakit, serta
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan
dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit.

C.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin di capai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi yang
mencakup :

1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan


anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium).

2. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan


anamnesis diet dan pola makan.

3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.


4. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan,
jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan makanan.

5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai


perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium

6. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan


kebutuhan dan keadaan penyakit

7. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.

8. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada


klien/ pasien dan keluarga.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang mempunyai
kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:

1. Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan


hasil pemeriksaan yang dilakukan.

2. Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian


makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolisme pasien.

3. Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa diet
( sistim recall dan record)

4. Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan


menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien.

5. MenyelenggaraKAN ADMINISTRASI PELAYANAN GIZI.

6. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien
dan keluarganya.

D. BATASAN OPERASIONAL

Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka


konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi

1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat
jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun
mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif,
dan promotif.

2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan
di institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/
pasien.

3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrisionst/dietisien, dan
perawat dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition
care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.

4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan


penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu
penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan,
agar klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah
disusun.

5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.

6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi
gizi.

7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien
yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh
nutrisionis/dietisien.

8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2


(dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
sehingga membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.

9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang


secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di
bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit,
dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.

10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan


dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat
sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan
yang menyelenggarakan terapi dietetik.

11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat
dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap
maupun pengunjung rawat jalan.
12. Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah
sakit yang sudah berstatus rawat jalan.

13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan


masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.

E. LANDASAN HUKUM

Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di


rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect). Beberapa
ketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit

4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M.


PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
E. KERANGKA KONSEP

Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pasien Masuk Rs

Ruang Rawat Inap Ruang Rawat Jalan


Tahap Penapisan

Ya

Tahap Pengkajian Pasien Dirawat


Berisiko ?
Masalah Gizi Ya

Pengkaian Diet
Dukungan Gizi

Perencanaan Diet Perencanaan Diet


Makanan Biasa Makanan Khusus
Terapi
Diet
Tahap Intervensi/
Implementasi Pengelolaan Makanan biasa dan makanan khusus

Penyajian Makanan biasa dan makanan Penyuluha


n Gizi
Umum
Tahap Monev Pemantauan Asupan Pemantauan Asupan
Makanan Makanan

Konseling
Gizi (klinik
Masala Penyesuaia Gizi)
h Gizi? n Diet

Tidak

Tidak
Konseling Gizi
bagi pasien Pulang
Tidak Ya
Seles Kunjungan
Perlu
ai Rumah
Tindak
Lanjut

Penjelasan Kerangka Konsep

Klien / Pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua ) kategori , yaitu :

1. Pasien Rawat Inap

Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,

antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan


apakah pasien memerlukan terapi atau tidak.

Pada tahap intervensi/ implementasi :

a. Bila tidak memerlukan terapi diet :

1) Pasien dipasankan makanan biasa ke tempat makanan biasa ke tempat


pengolahan.

2) Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di


ruang perawatan makanan di sajikan ke pasien.

3) Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan mengenai


gizi umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan kesehatan dan
lingkungannya.

4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium dan


lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia memerlukan
penyesuaian diet atau tidak.

5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.

6) Bila memerlukan terapi diit, prosesnya sama dengan bila ia dari semula
memerlukan terapi diet.
b. Bila memerlukan terapi diet :

1) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/ diet, yang sesuai
dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan.

2) Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar


diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima serta
menjalankan diet.

3) Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari


tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan
makanan khusus disajikan ke pasien.

4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan


lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinannya apakah memerlukan
penyesuaian diet atau tidak.

5) Bila penyesuaian diet ini nerupa perubahan makanan biasa proses


selanjutnya sama dengan butir a.

6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus proses selanjutnya
lihat pada butir b.

7) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet maka saat akan
pulang pasien memperoleh penyuluhan konseling gizi tentang penerapan diet di
rumah.

8) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi
rawat jalan.

9) Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke
puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.

2. Pasien Rawat Jalan

Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter


lainnya, kemudian menentukan apakan pasien perlu terapi diet.

a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan
gizi umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan darinya dan lingkungannya.
b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk
memperoleh penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan dokter. Proses
selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut.

BAB II
KETENAGAAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

A. Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit

1. Kepala Unit Pelayanan Gizi

Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penganggung jawab umum organisasi


unit pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang
berlaku. Kepala unit pelayanangizi rumah sakit bertugas memimpin
penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya
bertanggung jawab kepada Direktur Bidang Penunjang Medis.

Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi :

a. Menyusun Perencanaan Pelayanan Gizi

b. Menyusun Rencana Evaluasi Pelayanan Gizi

c. Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian

d. Melaksanakan Pengkajian Data Kasus.

e. Melaksanakan Penelitian Dan Pengembangan

Rumah Sakit Umum Kec. Mandau saat ini berada pada kelas Tipe C, Untuk
melaksanakan tugas- tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi
rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :

a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.

b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi

c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja tertentu.

2. Koordinator Unit- Unit

Koordinator unit- unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan :

a. Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi

b. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi.


c. Pemantauan proses pelayanan

d. Pengkajian data kasus

Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut, maka pendidikan tenaga


koordinator unit di rumah sakit umum kec. Mandau yang mempunyai kelas
Tipe C harus mempunyai kriteria tertentu:

a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.

b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi

c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi.

3. Supervisor

Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan


pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan
pendistribusian dan pelayanan paska rawat dan rujukan. Bidang tugas aspek
yang diawasi mencakup aspek dietetik dan non dietetik.

Supervisor/ pengawas mempunyai klasifikasi pendidikan sebagai berikut:

a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.

a. Lulusan D4 – Gizi atau D3- Gizi

b. Lulusan D3- perhotelan, atau serendah- rendahnya lulusan SMK-


Tataboga + pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal
selama 3 tahun.

Supervisor dapat ditukar/ digantikan (rotasi) secara bergiliran berdasarkan


pertimbangan tertentu , baik berdasarkan kemampuan teknis, keterampilan
maupun masa tugas.

4. Pelaksana

Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai Juru
Masak, Perbekalan, Pranata komputer, dan Ketatausahaan

a. Juru Masak
Juru masak yaitu tenaga pengolahan bahan makanan yang bertugas
mulai dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian mempunyai
kriteria pendidikan SMU/ SLTP + Kursus Masak.

b. Urusan Gudang/ Perbekalan

Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan


bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan
makanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan
mempunyai kriteria pendidikan D1- Gizi, SMU, atau yang sederajat.

c. Operator komputer

Operator komputer bertugas terutama pada perencanaan dan evaluais


untuk mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta
kebutuhan bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam
pengoganisasian data untuk mendukung efektifitas pelaporan. Pendidikan
dasar tenaga untuk operator komputer adalah D3 Gizi + kursus komputer.

d. Tata Usaha

Tugas – tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan


keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta
pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian Pendidikan dasar
tenaga untuk tata usaha adalah D3 Gizi + kursus komputer

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada


unit pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah
sakit adalah sebagai berikut :

• Tenaga untuk penyelenggaraan makanan

• Tenaga untuk asuhan rawat jalan

• Tenaga untuk rawat inap


• Tenaga untuk litbang gizi.

BAB III

STANDART FASILITAS

A. DENAH RUANG DAPUR INSTALASI GIZI RSU KELAS C

X
VI V IV III II I

VIII

VII XI

XII

IX

XIII

Keterangan Denah Dapur RSU Kec Mandau Kelas C

a. Luas :

b. Kapasitas : 200 – 600 t.t

c. Bagian- bagian :

I. Ruang Penerimaan

II. Ruang Penyimpanan bahan makanan kering

III. Ruang penyimpanan bahan makanan basah dan kering

IV. Ruang Formula Bayi

V. Ruang Penyimpanan Alat

VI. Ruang Pencucian Alat

VII. Ruang Pemasakan

VIII. Tempat Pemasakan


IX. Tempat Pembagian Makanan

X. Ruang Locker

XI. Ruang Pengawas Pengolahan dan administrasi Instalasi Gizi

XII. Tempat Amprahan Makanan

XIII. Pintu Keluar Untuk Distribusi Makanan

B. STANDART FASILITAS

Pelayanan Gizi RSUD Kec. Mandau Mempunyai Standart Fasilitas


Poliklinik Gizi. Adapun Fasilitas yang ada adalah :

a. Meja dan kursi

b. Lemari buku

c. Lemari display (kaca)

d. Telepon

e. Komputer

f. Wastafel

g. Food Model

h. Alat ukur tinggi dan berat badan dewasa


BAB IV.

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PRODUKSI DAN DISTRIBUSI MAKANAN

1. Pengertian

Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian kegiatan


mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal
melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan
pencatatan, pelaporan dan evaluasi.

2. Tujuan

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan


untuk menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang
sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien
atau konsumen yang membutuhkannya.

3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan

Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan


instalasi gizi, atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. Sistem
penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh RSUD kec. Mandau
adalah sistem swakelola, yaitu mulai instalasi bertanggung jawab untuk
melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari
perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi.

4. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan

Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan meliputi :

a. Perencanaan Menu

Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang


akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien, dan kebutuhan
zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.

Tujuannya adalah tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan


yang ada di rumah sakit , misalnya siklus menu 10 hari

b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan

Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan


berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata- rata jumlah
konsumen atau pasien yang dilayani.

Tujuannya adalah agar tersedianya daftar pesanan bahan makanan


sesuai standart atau spesifikasi yang ditetapkan.

Adapun persyaratan Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan


adalah sebagai berikut :

• Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan

• Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan

• Adanya spesifikasi bahan makanan

• Adanya daftar pesanan bahan makanan

• Tersedianya dana

Sehingga untuk melakukan pemesanan bahan Makanan harus


mempunyai langkah- langkah sebagai berikut :
 Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk
esok hari dengan cara : standar porsi x jumlah psien.

 Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik

 Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan


permintaan.

 Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan


(order)

5. Penerimaan, Penyimpanan dan penyaluran Bahan Makanan

i. Penerimaan Bahan Makanan

Penerimaan Bahan Makanan adalh suatu kegiatan uang meliputi


pemeriksaan / penelitian , pencatatan dan pelaporan tentang macam,
kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan
pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.

Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap untuk


diolah.Peryaratannya adalah :

a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam


dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.

b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan

Langkah- langkah Penerimaan Bahan Makanan :

a. Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik kemudian


diperiksa satu persatu, untuk mengetahui ada barang yang ada, kurang
atau berlebih.

b. Kemudian bahan makanan disimpan di gudang penyimpanan kecil


sesuai jenis- jenis barang.

c. Esok harinya masing- masing bagian pengolahan mengambil bahan


makanan sesuai dengan kebutuhannya.
ii. Penyimpanan Bahan Makanan

Penyimpanan Bahan Makanan adalah suatu tata cara menata ,


menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik
kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah
serta pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya agar tersedianya bahan
makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai
dengan perencanaan. Untuk memenuhi hal ini maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

a. Adanya sistem penyimpanan barang

b. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai


persyaratan.

c. Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuk bahan makanan.

iii. Penyaluran Bahan Makanan

Penyaluran Bahan Makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan


makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuannya agar tersedianya
bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
dengan pesanan. Sehingga harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut :

a. Adanya bon permintaan bahan makanan

b. Tersedianya kartu stok/ buku catatan keluar masuk makanan

6. Persiapan Bahan Makanan

Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam


penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain
membersihkan, memotong, mengupas, mengupas, mengocok, merendam.
Tujuannya adalah mempersiapkan bahan- bahan makanan, serta bumbu-
bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Sehingga untuk melakukan
persiapan bahan makanan harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
• Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan

• Tersedianya peralatan persiapan

• Tersedianya protap persiapan

• Tersedianya aturan proses – proses persiapan

7. Pengolahan Bahan Makanan

Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah


( memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuannya pengolahan bahan
makanan adalah :

• Mengurangi resiko kehilangan zat- zat gizi bahan makanan.

• Meningkatkan nilai cerna

• Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan


penampilan makanan.

• Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.

Untuk dapat memenuhi hal tersebut, maka harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut :

 Tersedianya siklus menu.

 Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP)

 Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.

 Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan

 Tersedianya aturan penilaian.

 Tersedianya prosedur tetap pengolahan.


8. Pendistribusian Makanan

Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran


makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang
dilayani ( makanan biasa maupun makanan khusus.) Tujuannya agar
konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Agar
pendistribusian makanan dapat berjalan dengan baik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

 Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut


standar penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.

 Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit

 Adanya peraturan pengambilan makanan

 Adanya bon permintaan makanan.

 Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan


konsumen.

 Tersedianya peralatan makanan

 Tersedianya sarana pendistribusian makanan

 Tersedianya tenaga pramusaji.

 Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.

Adapun sistem penyaluran makanan dirumah sakit umum kec. Mandau


adalah sietem sentralisasi maksudnya adalah makanan pasien dibagikan dan
disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan.

B. ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT JALAN DAN RUANG RAWAT INAP

Pada pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada
pasien rawat jalan dan rawat inap.

i. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan.


Pengertian asuhan gizi rawat jalan adalah keriatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet
hingga evaluasi rencana diet kepada klien/ pasien rawat jalan. Tujuannya
adalah memberikan pelayanan gizi kepada pasien/ klien rawat jalan agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Pelayanan gizi pasien rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi :

1) Pengkajian status gizi.

2) Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit.

3) Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara
pemberian makanan

4) Konseling dan penyuluhan gizi.

5) Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

ii. Asuhan Gizi Rawat Inap

Pengertian asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan


pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga
evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar


memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan gizi pasien rawat inap
merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang meliputi :

1) Pengkajian status gizi.

2) Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit.

3) Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara
pemberian makanan

4) Konseling dan penyuluhan gizi.


5) Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

C. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI

1. Pengertian

Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi rumah


sakit atau unit pelayanan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS,
yang dilaksanakan secara terencana dan terus menerus seperti halnya
kegiatan gizi yang lain, dalam rangka meningkatkan pelayanan gizi di
rumah sakit. Unit pelayanan gizi menyusun program- program penelitian
dan pengembangan yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu
pelayanan gizi, yang disusun berdasarkan kaidah- kaidah penelitian yaitu
adanya usulan penelitian atau proposal, laporan hasil penelitan, serta
dokumen hasil penelitian. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi
terapan diupayakan dengan mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana
yang tersedia.

2. Tujuan

a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS

b. Evaluasi kegiatan PGRS

c. Mengembangkan teori, tatalaksana atau standar baru

3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan besdasarkan aspek


asuhan gizi dan penyelenggaraan makanan di rumah sakit.

4. Ruang Lingkup Pengembangan

Kegiatan pengembangan di unit pelayanan gizi dapat dilakukan pada


berbagai aspek penting untuk pengembangan mutu pelayanan gizi.
Beberapa aspek penting adalah aspek sumber daya manusia, standar
terapi diet, standar sarana prasarana dan penggunaan berbagai perangkat
lunak serta berbagai tehnik pengolahan makanan.

BAB V

SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

A. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Rawat Jalan/ Klinik Gizi.

Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan


optimal, maka perlu didukung dengan sarana peralatan dan perlengkapan
yang memadai untuk rawat jalan.

1. Bangunan Ruang Konsultasi Gizi RSUD Kec Mandau Tipe C : x m2

2. Sarana peralatan yang ada adalah :


a) Meja dan kursi

b) Lemari buku

c) Lemari display (kaca)

d) Telepon

e) Komputer

f) Wastafel

g) Food Model

h) Alat ukur tinggi dan berat badan dewasa

i) Leaflet diet

j) Daftar bahan makanan penukar

k) Buku- buku pedoman tatalaksana program (ASI, Gizi Buruk, Xeroftalmia,


Diabetes Melitus dll)

B. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Unit Pelayanan Gizi.

1. Ruang Penyelenggaraan Makanan

a. Fasilitas Ruang Yang Dibutuhkan

• Tempat penerimaan bahan makanan

• Tempat/ ruang penyimpanan bahan makanan

• Tempat persiapan bahan makanan

• Tempat pemasakanan dan distribusi makanan

• Tempat pencucian dan penyimpanan alat

• Tempat pembuangan sampah

• Ruang fasilitas pegawai


• Ruang pengawas

C. Sarana Fisik

Kontruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan sangat


mempengaruhi efisiensi kerja pelayanan makanan di RSUD Kec Mandau.
Hingga saat ini, masih dijumpai sarana fisik instalasi hanya merupakan lokasi
atau ruangan yang tersisa, sehingga letaknya kurang memenuhi syarat
karena berdampingan dengan lokasi tempat pencucian/ londri.

D. Arus Kerja

Arus kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan, mulai


dari penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/
distribusi makan juga kurang memadai, karena arusnya masih bolak balik.
Hal ini disebabkan tempatnya yang begitu sempit.

E. Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan.

Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan makanan di


RSUD Kec. Mandau juga masih kurang lengkap. Berdasarkan arus kerja
maka ruangan dan peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai barikut :

1) Ruang penerimaan dan peralatan yang dibutuhkan :

Timbangan 100- 300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta angkut,
pembuka botol, pisau dsb

2) Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar

Timbangan 20 – 100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer,

3) Ruang persiapan bahan makanan

Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin pemotong dan penggiling
daging, mixer, blender, timbangan meja, talenan, bangku kerja, bak cuci.

4) Ruang masak dan alat yang dibutuhkan.


5) Ketel uap 10-250 lt, tungku masak, oven, penggorengan, mixer, blender,
lemari es, meja pemanas,pemanggang, toaster, meja kerja, bak cuci, kereta
dorong, rak alat, bangku, meja pembagi.

6) Ruang pencuci dan penyimpanan alat

7) Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari

8) Dapur Susu

Meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci botol, mixer,
blender, lemari es, tungku, meja pemanas.

9) Ruang pegawai

Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC, tempat tidur.

10)Ruang perkantoran

Meja kursi, filling cabinet, lemari buku. Lemari es, alat peraga, alat tulis
menulis, komputer, printer, lemari kaca, AC, TV, dsb.
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

1. PENGERTIAN

Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.

2. TUJUAN

Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat


keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan
:

a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c) Mencegah, mengurangi bahaya ledakan


d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian yang berbahaya.

e) Memberi pertolongan pada kecelakaan

f) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,


kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi

g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/


psikis, keracunan, infeksi dan penularan

h) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

i) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

j) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan


penyimpanan barang

k) Mencegah terkena aliran listrik

3. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan.

a. Pengendalian teknis mencakup :

• Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan

• Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur dari
bahan- bahan kontruksi yang memenuhi syarat.

• Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang


praktis

• Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat

• Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai


b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai

c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari


pegawai

d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan.

e. Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap


dalam kondisi yang layak dipakai

f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai

g. Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai

h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.


BAB VII

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI

A. PENGERTIAN

1. Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang


mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi,
pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya
agar mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Pengendalian

Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan


pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah
yang ditetapkan. Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama.
Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan
administratif, sedangkan pengendalian tidak. Pengawasan dan pengendalian
bertujuan agar semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna
dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas,
rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan
yang berlaku.

3. Evaluasi/ Penilaian

Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen.


Evaluasi ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang
lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.

B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian

1. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan


data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka
waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan
gizi rumah sakit maupun untuk pengambilan keputusan.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi.

a) Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan

• Formulir pemesanan bahan makanan harian.

• Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang


instalasi gizi pada hari itu.

• Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahan


makan basah dan bahan makanan kering.

• Pencatatan data permintaan/ pesanan bahan makanan berdasarkan


bon- bon pemesanan dari masing- masing.

b) Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan Makanan

• Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi (berisi


pesan- pesan yang penting)

• Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus.

• Buku laporan pasien baru makanan biasa

• Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.

c) Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan Instalasi


Gizi.

• Membuat kartu inventaris peralatan masak.

• Membuat kartu inventaris peralatan makan


• Membuat kartu inventaris peralatan kantor

• Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk aimpan pinjam)

• Formulir untuk pelaporan alat- alat masak.

• Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari

• Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.

d) Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan

• Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan


harian selama 1 kali putaran menu

• Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang


akan datang selama triwulan/ tahunan.

• Rekapitulasi tentang pemasukan dan an pemakaian bahan makanan

• Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang perhari dalam
satu kali putaran menu

• Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan

• Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan

e) Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi Di Ruang Rawat Inap.

• Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk


catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.

• Formulir permintaan makanan untuk pasien baru

• Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang

• Formulir perubahan diet

• Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.

• Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan

f) Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi/


Poliklinik Gizi.

• Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis


diet, antropometri)

• Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.


• Formulis anemnesis.

• Formulir frekwnsi makan

• Formulir status pasien.

• Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan Kesehatan


Masyarakat Rumah Sakit, laporan pada pasien rawat jalan dan rawat
inap). Semua laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman kemudian
disampaikan kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi untuk
dimanfaatkan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan rumah sakit.

2. Pengawas Standar Porsi

a) Untuk bahan makanan (pada) pengawasan porsi dilakukan dengan


penimbangan.

b) Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan
bumbu dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat ukur lain
yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang.

c) Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis


hidangan. Dapat dipakai alat-alat pemotong.

d) Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan


kontainer/panci yang standar dan bentuk sama.

e) Untuk mendapatkan porsi yang tetap(tidak berubah-ubah) harus


digunakan standar porsi dan standar resep.

C. INDIKATOR KEBERHASILAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT.

1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi


berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh
(laboratorium)

2. Terselenggarany pengkajiann dietetik dan pola makan berdasarkan


anemnesis diet dan pola makan.

3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien

4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan,


jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
BAB VII

PENUTUP

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang


kesehatan dan kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik. Pelayanan
gizi yang dilaksanakan di rumah sakit tentunya akan disesuaikan dengan
perkembangan jaman.

Pelayanan Gizi Rumah Sakit (GPRS) ,meru[akan bagian integral dari


pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan cara menyeluruh merupakan salah
satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien
rawat inap maupun rawat jalan.

Pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) bertujuan untuk memberikan


acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi
di rumah sakit yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, dalam mengimlementasikan dan mengevaluasi kemajuan dan
perkembangan gizi yang holistik

Anda mungkin juga menyukai