Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

INDUSTRI NaCl
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

Muhammad Fazlun Nazar NIM. 150140017


Lukman Nur Hakim NIM. 150140065
Junita Adiandasari NIM. 150140076
Eri Priyana NIM. 150140098

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
BUKIT INDAH
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Industri NaCl

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing pada :


Hari : Senin
Tanggal : 19 September 2016

Pembimbing

Wusnah, ST., MT
197807242006042010

Page i
KATA PENGANTAR

Makalah ini berjudul “Industri NaCl” merupakan salah satu materi yang
dipelajari dalam Mata Kuliah Proses Industri Kimia.
Secara umum tujuan dari penulisan ini adalah agar mahasiswa/i memahami
tentang industri garam mulai dari bahan baku sampai menjadi produk.
Metode penulisan yang digunakan adalah metode teknik studi literatul dan
teknik studi dari buku dan media internet. Penulisan ini dilakukan dalam jangka
waktu 2 minggu dari hari Selasa (6/9/16) sampai dengan hari Minggu (18/9/16)
mulai dari studi pustaka dari buku dan media internet, pengumpulan data, analisa
data hingga penulisan akhir. Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa
statistik pada data yang bersifat kualitatif. Data yang telah dikumpulkan akan
dianalisa selanjutnya dideskripsikan kembali.
Berdasarkan hasil penyusunan, makalah ini memuat materi tentang
pengertian garam, karakteristik garam, sumber garam, jenis garam, kegunaan
garam, bahaya garam, daftar industri garam di indonesia, proses-proses
pembuatan garam, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan garam,
limbah proses pembuatan garam, evaporator, kegunaan evaporator dan jenis-jenis
evaporator.

Page ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan
Lembar Pengesahan.............................................................................. i
Kata Pengantar...................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3. Tujuan........................................................................................ 2
BAB II INDUSTRI NaCl..................................................................... 3
2.1. NaCl.......................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian NaCl........................................................................ 3
2.1.2. Karakteristik NaCl.................................................................... 3
2.1.3. Sumber NaCl............................................................................. 4
2.1.4. Jenis dan Kegunaan NaCl......................................................... 5
2.1.5. Bahaya NaCl............................................................................. 6
2.2. Daftar Industri NaCl di Indonesia............................................. 7
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan NaCl................ 8
2.4. Proses Produksi NaCl beserta Flow Sheet dan Blok Diagram.. 10
2.4.1. Penguapan Air Laut (Solar Evaporation)................................. 10
2.4.2. Proses Open Pan........................................................................ 13
2.4.3. Penambangan Batuan Garam (Rock Salt)................................. 14
2.4.4. Multiple Effect Evaporation...................................................... 17
2.5. Limbah Proses Produksi Garam................................................ 18
BAB IIIEVAPORATOR....................................................................... 20
3.1. Evaporator................................................................................. 20
3.2. Prinsip Kerja Evaporator........................................................... 20
3.3. Jenis-jenis Evaporator............................................................... 20
3.3.1. Horizontal Tube Evaporator...................................................... 20

Page iii
3.3.2. Basket Evaporator..................................................................... 21
3.3.3. Standard Vertical-Tube Evaporator........................................... 22
3.3.4. Long Tube Vertical Evaporator................................................. 23
3.3.5. Vertical Tube Evaporator with Forced Circulation................... 24
BAB IV PENUTUP................................................................................ 25
4.1. Kesimpulan............................................................................... 25
4.2. Saran.......................................................................................... 26
Daftar Pustaka

Page iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan kemajuan jaman, pembangunan di segala bidang makin
harus diperhatikan. Salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa
adalah dengan pembangunan industri, termasuk diantaranya adalah industri kimia,
baik yang menghasilkan suatu produk jadi maupun produk antara untuk diolah
lebih lanjut.
Pembangunan industri kimia yang menghasilkan produk antara ini sangat
penting, karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar
negeri, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi pengeluaran devisa untuk
mengimpor bahan tersebut, termasuk diantaranya garam dapur.
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari
kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia.
Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan
produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya.
Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium
dan magnesium kurang banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini
garam beryodium serta garam industri.
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah
kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam
industri.Pembuatan garam dapat dilakukan dengan beberapa kategori berdasarkan
perbedaan kandungan NaCl nya sebagai unsur utama garam. Jenis garam dapat
dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori baik sekali, baik dan sedang.
Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar
NaCl 90–95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan
adalah yang kandungan garamnya di atas 95%.
Garam industri dengan kadar NaCl >95% yaitu sekitar 1.200.000 ton sampai
saat ini seluruhnya masih diimpor, hal ini dapat dihindari mengingat Indonesia
sebagai negara kepulauan.

Page 1
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam makalah ini diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan NaCl?
2. Apa itu industri NaCl?
3. Bagaimana jenis dan kegunaan garam?
4. Apa saja bahaya garam?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembuatan NaCl?
6. Bagaimana flow sheet proses pembuatan NaCl?
7. Bagaimana blok diagram proses pembuatan NaCl?
8. Apa yang dimaksud dengan evaporator?
9. Apa saja kegunaan dari evapotator?
10. Apa saja jenis-jenis dari evaporator?

1.3. Tujuan
Tujuan umum dari makalah ini adalah mendeskripsikan proses pembuatan
garam mulai dari bahan baku sampai menjadi produk. Secara khusus tujuan dari
makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengertian NaCl.
2. Mendeskripsikan pengertian industri NaCl.
3. Menjelaskan jenis dan kegunaan garam.
4. Mendeskripsikan bahaya garam.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan
NaCl.
6. Menjelaskan flow sheet proses pembuatan NaCl.
7. Menjelaskan blok diagram proses pembuatan NaCl.
8. Mendeskripsikan pengertian evaporator.
9. Mendeskripsikan kegunaan evaporator.
10. Mendeskripsikan jenis-jenis evaporator.

Page 2
BAB II
INDUSTRI NaCl

2.1. NaCl
2.1.1. Pengertian NaCl
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat,
kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis
yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 -
0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.
Garam natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya
dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) yang merupakan
padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis dan apabila
mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan
terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk
makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan
keramik, kaca, dan pupuk), sebagai zat pengawet.

2.1.2. Karakteristik NaCl


Natrium klorida

Nama lain
Garam dapur
Sifat
Rumus molekul NaCl
Massa molar 58.44 g/mol

Page 3
Penampilan Tidak berwarna/berbentuk kristal
putih
Densitas 2.16 g/cm3
Titik lebur 801 °C (1074 K)
Titik didih 1465 °C (1738 K)
Kelarutan dalam 35.9 g/100 mL (25 °C)
air
Sumber : Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_klorida)

2.1.3. Sumber NaCl


a. Air laut, air danau asin (3% NaCl)
Yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazilia, RRC,
Australia dan Indonesia yang mencapai ± 40 %. Adapun yang
bersumber dari danau asin terdapat di Yordania (Laut Mati), Amerika
Serikat (Great Salt Lake) dan Australia yang mencapai produksi ± 20
% dari total produk dunia.

b. Deposit dalam tanah, tambang garam (95-99% NaCl)


Terdapat di Amerika Serikat, Belanda, RRC, Thailand, yang
mencapai produksi ± 40 % total produk dunia.

c. Sumber air dalam tanah


Sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang ekonomis
maka jarang (sama sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di Indonesia
terdapat sumber air garam di wilayah Purwodadi, Jawa Tengah
(Burhanuddin, 2001).

d. Larutan garam alamiah (20-25% NaCl)


Dari jumlah 41 ton produksi garam d USA bersumber pada
batuan garam (30%), larutan garam alamiah (56%) dan air laut (14%),

Page 4
sedangkan pemakaiannya adalah : 50% untuk pembuatan NaOH, 6%
untuk pembuatan Na2CO3, 21% untuk dipakai d jalan raya dan 3%
sebagai bahan pengawet dan makanan.

2.1.4. Jenis dan Kegunaan Garam


1. Garam Industri
Garam industri yaitu jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97
% dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium dan kalsium serta
kotoran lainnya) yang sangat kecil. Kegunaan garam industri antara
lain untuk industri perminyakan, pembuatan soda dan chlor,
penyamakan kulit dan pharmaceutical salt.

2. Garam Konsumsi
Garam konsumsi merupakan jenis garam dengan kadar NaCl
sebesar 97 % atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impuritis
(sulfat, magnesium dan kalsium)sebesar 2%, dan kotoran lainnya
(lumpur, pasir) sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar 7%.
Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi
rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri
pengasinan dan pengawaten ikan.

3. Garam Pengawetan
Jenis garam ini biasa ditambahkan pada proses pengolahan
pangan tertentu. Penambahan garam tersebut bertujuan untuk
mendapatkan kondisi tertentu yang memungkinkan enzim atau
mikroorganisme yang tahan garam (halotoleran) bereaksi
menghasilkan produk makanan dengan karakteristik tertentu. Kadar
garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan
terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan
mikroorganisme yang tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi
tertentu penambahan garam berfungsi mengawetkan karena kadar

Page 5
garam yang tinggi menghasilkan tekanan osmotik yang tinggi dan
aktivitas air rendah.

4. Garam Dapur
Garam dapur/laut dibuat melalui penguapan air laut, dengan
proses sederhana, dan meninggalkan sejumlah mineral dan elemen
lainnya (tergantung sumber air). Jumlah mineral yang tidak signifikan
menambah cita rasa dan warna pada garam laut. Sehingga, tekstur
garam laut di pasaran lebih bervariasi. Beberapa diantaranya lebih
kasar, namun ada juga yang lebih halus. Garam jenis ini mengandung
± 0,0016% yodium.

5. Garam Meja
Berbeda dengan garam laut, garam meja ditambang dari
cadangan garam di bawah tanah. Proses pembuatan garam meja lebih
berat untuk menghilangkan mineral dan biasanya mengandung aditif
untuk mencegah penggumpalan. Kebanyakan dari garam meja di
pasaran telah ditambahkan yodium, nutrisi penting yang terjadi secara
alami dalam jumlah kecil dalam garam laut. Garam ini bebas yodium,
Mg, Ca dan K2.

2.1.5. Bahaya NaCl


Tanpa garam masakan terasa hambar. Akan tetapi dibalik kegurihan garam,
kita harus berhati-hati. Kenikmatan makanan dengan garam juga bisa
menimbulkan beragam penyakit. Kandungan garam normal di dalam tubuh
sebesar adalah 500 gram.
Kadar garam yang berlebihan di dalam tubuh akan dikeluarkan, hal ini juga
mengakibatkan kalsium turut keluar. Jika terus berlangsung akan menyebabkan
osteopeni, yaitu kepadatan tulang berkurang. Kondisi ini jika berlangsung terus-
menerus akan menyebabkan osteoporosis. Bahkan, berisiko menyebabkan patah
tulang. Hal senada diungkapkan Profesor Graham MacGregor dari Cash

Page 6
(Consensus Action on Salt and Health). Menurutnya, asupan garam yang
berlebihan di dalam tubuh akan menyebabkan stroke dan serangan jantung,
bahkan bisa berakibat lebih parah. "Tingginya kadar garam di dalam cairan tubuh
akan mempengaruhi fungsi organ tubuh yang lain atau otak. Kadar garam yang
berlebihan menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Kondisi fatal adalah
pecahnya pembuluh darah, dan terjadilah stroke," ujar MacGregor. Lebih lanjut
dia mengungkapkan, ketika level sodium terlalu tinggi tubuh akan menahan
terlalu banyak volume cairan di dalam tubuh yang terus meningkat.

2.2. Daftar Industri NaCl di Indonesia


1. PD. Multi Chemical
Jln. Panglima Polim Raya No. 125F Kebayoran Baru
Jakarta Selatan, Jakarta, Indonesia
2. PT. Ar Rayyan Al-Mubarrak
Ruko Modern Walk Blok MW No. 20 Cikokol
Tangerang, Banten, Indonesia
3. CV. Wahana Jaya Mandiri
Jln. Kedinding Tengah 8 No. 40 Kenjeran
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
4. PT. Cheetham Garam Indonesia
Krakatau Industrial Estate Jln. Australia 1 Kav. 1.3/1 Kawasan
Industri KIEC\Cilegon, Banten, Indonesia
5. UD. Asmana S&D
Jln. Raya Kalianget, Lison RT 01 RW 01
Sumenep, Jawa Timur, Indonesia
6. PT. Makmur Agung
Jln. Cimanuk No. 29A
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
7. PT. Garam (Persero)
Jln. Klanpis Haji 2 No. 9
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Page 7
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan NaCl
1. Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk
kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang
diperlukan untuk pemekatan (penguapan).

2. Cuaca
a. Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan”
yang diberikan kepada kita untuk membuat garam
dengan pertolongan sinar matahari.
b. Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya
dalam setahun rata-rata merupakan indikator yang
berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya
mempengaruhi daya penguapan air laut.
c. Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu
udara sangat mempengaruhi kecepatan penguapan
air, dimana makin besar penguapan maka makin besar
jumlah kristal garam yang mengendap.

3. Tanah
a. Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan
perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah yang di
peminihan ataupun di meja.
b. Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada
kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama
pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
c. Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian
(impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.

4. Pengaruh Air

Page 8
a. Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja
kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
b. Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus
antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air tua belum mencapai
25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak
mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be
Magnesium akan banyak mengendap.

5. Cara pungutan garam


Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi
garam dan jadwal pengerjaan tanah meja (pengerasan dan
pengeringan). Demikian pula kemungkinan dibuatkan alas meja dari
kristal garam yang dikeraskan, makin keras alas meja makin baik.
Pungutan garam ada 2 sistem :
a. Sistem Portugis
Pungutan garam di atas lantai garam, yang terbuat
dari kristal garam yang dibuat sebelumnya selama 30 hari,
berikut tiap 10 hari dipungut.
b. Sistem Maduris
Pungutan garam yang dilakukan di atas lantai tanah,
selama antara 10–15 hari garam diambil di atas dasar tanah.

6. Air Bittern
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak
mengandung garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya
dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun
masih dapat menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam
dimeja terjadi antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.

2.4. Proses Produksi NaCl beserta Flow Sheet dan Blok Diagram

Page 9
Ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk memproduksi garam.
Proses produksi garam tergantung dari bahan baku yang digunakan, diantaranya
dengan cara solar evaporation, open pan, multiple effect evaporation dan
pembuatan garam dari batuan garam.

2.4.1. Penguapan Air Laut (Solar Evaporation)

Gambar Flow Sheet Pembuatan Garam Evaporasi

Kondisi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30 oC dan tekanan


1 atm karena proses evaporasi air laut menggunakan tenaga surya dan dilakukan
di ruang terbuka. Air laut yang diuapkan sampai kering mengandung setiap
liternya sejumlah 7 mineral seperti CaSO4, MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan
air dengan berat total 1.025,68 gram. Setelah dikristalkan pada proses selanjutnya
akan diperoleh garam dengan kepekatan 16,75-28,5oBe yang setara dengan
23,3576 gram. Untuk menghasilkan garam dapur hanya akan diperoleh 40,97 %
dari jumlah semula. Kemurnian garam yang dibuat dengan penguapan air laut
biasanya lebih dari 99%.

Page 10
Langkah–langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan garam melalui solar
evaporation yakni:
a. Pengeringan Lahan
Tahap Pengeringan Lahan untuk pembuatan garam terdiri dari :
1) Pengeringan Lahan Pemenihan.
2) Pengeringan Lahan Kristalisasi.
Lahan pembuatan garam dibuat secara berpetak-petak secara
bertingkat, sehingga dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke
hilir kapan saja dikehendaki. Kalsium dan magnesium sebagai
unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut selain NaCl
perlu diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat. Kalsium
dan magnesium dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat,
karbonat dan oksalat. Dalam proses pengendapan atau kristalisasi
garam karbonat dan oksalat mengendap dahulu, menyusul garam
sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.

b. Pengolahan Air Peminihan/Waduk


1) Pemasukan air laut ke Peminihan.
2) Pemasukan air laut ke lahan kristalisasi.
3) Pengaturan air di Peminihan.
4) Pengeluaran air garam ke meja kristal dan setelah habis
dikeringkan selama seminggu.
5) Pengeluaran Brine selanjutnya dari peminihan tertua melalui
Brine Tank.
6) Apabila air peminian cukup untuk memenuhi meja kristal,
selebihnya dipompa kembali ke waduk.

c. Pengolahan Air dan Tanah


1) Proses Kristalisasi
Pada proses pengkristalan apabila seluruh zat yang
terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran
bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium
Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak

Page 11
diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang
demikian disebut “kristalisasi total”.
2) Proses Pungutan
a) Umur kristal garam 10 hari secara rutin (tergantung
intensitas cahaya matahari).
b) Pengaisan garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air
meja cukup atau 3-5 cm.
c) Angkut garam dari meja ke timbunan membentuk profil
(ditiriskan), kemudian diangkat ke gudang dan siap untuk
proses pencucian.

d. Proses Pencucian
1) Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan
mengurangi unsur Mg, Ca, SO4 dan kotoran lainnya.
2) Air pencuci garam yang digunakan semakin bersih dari kotoran
maka akan menghasilkan garam cucian lebih baik dan lebih
bersih.
3) Air garam (Brine) dengan kepekatan 20-24oBe. (Secara kasar,
1oBe nilainya 10 gram per liter. Jadi kalau air laut itu 3,0oBe
berarti kandungan garamnya 30 gram per liter).
4) Kandungan Mg ≤ 10 gr/Liter.
Untuk mengurangi impuritis dalam garam dapat dilakukan
dengan kombinasi dari proses pencucian dan pelarutan cepat pada saat
pembuatan garam. Sedangkan penghilangan impuritis dari produk
garam dapat dilakukan dengan proses kimia, yaitu mereaksikannya
dengan Na2CO3 dan NaOH sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan
Mg(OH)2. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:

Page 12
2.4.2. Proses Open Pan

Gambar Flow sheet Pembuatan Garam dengan Proses Open Pan

Pembuatan garam dengan proses open pan ini menggunakan bahan


baku brine yang berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut
juga proses “Grainer”, dimana air laut dijenuhkan dengan cara memanaskan
pada heater pada suhu 230oF (110oC). Larutan brine panas kemudian
diumpankan pada graveller yang berfungsi untuk memisahkan calcium
sulfate pada larutan brine. Larutan brine kemudian didinginkan pada flasher
dengan suhu yang dijaga agar garam (NaCl) masih dalam kondisi larut
dalam air. Larutan brine dingin kemudian diumpankan ke open pan yang
berfungsi untuk menguapkan air dengan suhu 205oF (96oC) sehingga
dihasilkan kristal garam yang kemudian dipisahkan dari mother liquor pada
sentrifuge. Mother liquor kemudian direcycle kembali pada open pan,
sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian ditambahkan kalium iodat
untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga dihasilkan
sodium chloride.
Sodium chloride kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian
disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride
kemudian siap dikemas dan dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada proses
ini adalah 99,9%.

2.4.3. Penambangan Batuan Garam (Rock Salt)

Page 13
Gambar replika proses penambangan industri garam

Di zaman kuno, sumber utama garam adalah batuan garam, batu


kristal yang ditambang sama seperti batu bara, dan endapan garam kering
yang ditemukan di area dekat laut, seperti rawa-rawa. Batuan garam umum
ditemukan di berbagai lokasi di dunia. Namun, tambang garam tertua di
dunia tampaknya yang ada di Lembah Araxes di Azerbaijan. Dikenal dengan
nama area endapan garam Duzdagi, area ini ditemukan oleh para arkeolog
pada tahun 1970-an, sebagai peninggalan milenium kedua sebelum masehi.
Batuan garam didapatkan dari hasil penggalian yang tidak begitu
dalam. Batuan garam juga terkenal dengan sebutan karang garam, batuan
garam terbentuk akibat mengeringnya samudra pada jutaan tahun yang lalu.
Cadangan terbesar batuan garam ditemukan di Amerika Serikat, Kanada,
Jerman, Eropa timur, dan Cina. Karena adanya tekanan dari dalam bumi
maka tebentuklah kubah garam, kejadian ini bisa ditemukan di Amerika
Serikat di sepanjang pantai teluk Texas dan Lousian.
Pengolahan batuan garam secara umum terdiri dari beberapa tahap
mulai dari penggalian batuan lalu proses crushing, grinding, screening lalu
dihasilkan garam.
Berikut ini adalah tahapan secara detail pengolahan batuan garam
yang dilakukan oleh beberapa perusahaan tambang garam.

Page 14
a. Sedimen garam bawah tanah biasanya ditemukan oleh prospectors
dengan mencari air atau minyak. Ketika garam terdeteksi, bor
berongga digunakan untuk mengambil sampel di beberapa lubang
teratur di seluruh area sedimen. Sampel ini dianalisis untuk
menentukan apakah pertambangan garam akan menguntungkan.

b. Ketika sebuah area telah dipilih untuk mulai pertambangan, lubang


digali hingga ke tengah sedimen atau deposit garam. Kemudian mesin
bergergaji digunakan untuk memotong slot dengan tinggi sekitar 6,0
inci (15 cm), lebar sekitar 66 kaki (20 m), dan kedalaman sekitar 10
kaki (3 m) hingga ke dasar lapisan. Proses ini dikenal sebagai
undercutting. Serangkaian lubang dibor ke dalam garam yang telah di-
undercut dengan bor listrik yang mengandung sedikit tungsten
karbida. Lubang ini diisi dengan bahan peledak seperti dinamit atau
amonium nitrat. Tutup peledak listrik dipasang dengan kabel panjang,
dan ledakan dilakukan dari jarak yang aman. Pemotongan dan
peledakan diulang dan meninggalkan bentuk pilar garam untuk
mendukung daerah atap pertambangan. Hal ini dikenal sebagai
metode ruang-dan-pilar dan juga digunakan di tambang batubara.

c. Potongan-potongan batuan garam yang telah hancur lalu diangkut ke


area penghancuran bawah tanah dan melewati kisi yang dikenal
sebagai grizzly. Grizzly akan mengumpulkan potongan-potongan kecil
berukuran sekitar 9 inci (23 cm). Potongan yang lebih besar hancur
dalam silinder berputar di antara rahang dengan logam berduri. Garam
tersebut kemudian diangkut ke luar tambang menuju ke area proses
penghancuran sekunder dimana grizzly yang lebih kecil dan crusher
yang lebih kecil akan mengurangi ukuran partikel garam menjadi
sekitar 3,2 inci (8 cm). Pada proses ini benda asing sepertik kotoran
akan dihilangkan dari garam, proses yang dikenal sebagai picking.
Logam akan dihilangkan oleh magnet dan bahan-bahan lain dengan
tangan. Material batuan-batuan juga dapat dihilangkan dalam

Page 15
Penghancur Bradford, yaitu drum metal yang berputar dengan lubang
kecil di bagian bawah. Garam dimasukkan ke drum, lalu dipecah
ketika bertubrukan di bagian bawah, dan melewati lubang. Batuan-
batuan umumnya lebih keras dari garam, sehingga tidak pecah dan
tidak akan melewati alat tersebut. Garam yang lolos kemudian
dipindahkan ke area penghancuran tersier, di mana grizzly paling kecil
dan crusher akan menghasilkan ukuran partikel sekitar 1,0 inci (2,5
cm). Jika diinginkan partikel garam lebih kecil, maka garam
dilewatkan melalui penggiling terdiri dari dua silinder logam bergulir
terhadap satu sama lain. Jika diinginkan garam murni, maka garam
dilarutkan dalam air untuk membentuk air garam untuk diproses lebih
lanjut. Biasanya garam dihancurkan atau ditumbuk lalu dilewatkan
melalui penyaring untuk dipisahkan berdasarkan ukuran. Kemurnian
garam hasil tambang berbeda-beda dalam komposisinya, bergantung
pada lokasi, namun biasanya mengandung 95-99,5%. Selanjutnya
garam hasil ini dituangkan ke dalam bag packing, dan dikirim ke
konsumen.

2.4.4. Multiple Effect Evaporation

Page 16
Gambar Flow Sheet Pembuatan garam dengan multiple effect evaporator

Pada proses ini biasanya digunakan saturated brine (leburan garam


jenuh) alami, yang terkandung di dalam tanah atau danau. Saturated
brine dapat juga diperoleh dari hasil samping produksi natrium karbonat
dengan proses Solvey.
Pertama-tama saturated brine (leburan garam) dari air dalam tanah
dengan kadar H2S yang terlarut dalam garam NaCl maksimum 0.015%.
Perlakuan pendahuluan dari bahan baku brine adalah dengan aerasi untuk
menghilangkan kandungan hidrogen sulfida. Penambahan sedikit klorin
dimaksudkan untuk mempercepat penghilangan H2S dalam brine. Brine
setelah proses aerasi, kemudian diumpankan dalam tangki pengendap untuk
mengendapkan lumpur atau solid yang tidak diinginkan seperti kalsium,
magnesium dan ion besi. Pengendapan dibantu dengan penambahan
campuran caustic soda, soda ash dan brine sehingga didapat larutan garam.
Setelah proses pengendapan, kemudian larutan garam dipekatkan pada
evaporator multi efek. Larutan garam pekat kemudian dicuci dengan brine
untuk memurnikan garam. Larutan garam kemudian difiltrasi pada filter
untuk proses pemisahan garam dan larutan brine. Garam yang terpisah
kemudian ditambahkan kalium iodat untuk penambahan kandungan
yodium pada garam sehingga dihasilkan sodium chloride. Sodium chloride
kemudian dikeringkan pada dryer dan kemudian disaring untuk
mendapatkan ukuran yang seragam. Sodium chloride kemudian siap
dikemas dan dipasarkan. Yields yang dihasilkan pada proses ini adalah
99,8%.
Proses dengan multiple effect evaporation merupakan proses yang
paling klasik untuk produksi garam. Jumlah evaporator yang diterapkan
bervariasi antara 2, 6, mungkin 7. Langkah-langkah prosesnya adalah
sebagai berikut :
a. Umpan yang berupa larutan NaCl 26% dipanaskan terlebih dahulu di
preheater.

Page 17
b. Larutan NaCl yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam
evaporator 5 tahap. Evaporator divakumkam sehingga dari satu
evaporator ke evaporator berikutnya, titik didihnya semakin menurun.
Di evaporator larutan garam dipanaskan dengan steam.
c. Uap yang dihasilkan pada proses sebelumnya digunakan lagi untuk
proses penguapan di evaporator berikutnya.
d. Dari evaporator dihasilkan slurry garam yang selanjutnya dialirkan ke
alat sentrifugasi.
e. Di alat sentrifugasi kristal garam terpisahkan dari air namun masih
basah.
f. Garam yang basah tersebut dikeringkan lalu dipak dan siap
didistribusikan.

2.5. Limbah Proses Produksi Garam


Proses produksi garam rakyat, melalui berbagai tahapan, diantaranya :
penyediaan lahan (tambak), pengaliran air laut kelahan, proses penguapan
air laut, proses kristalisasi garam, pemisahan garam dari airnya sehingga
diperoleh garam rakyat.
Air sisa dari proses produksi garam rakyat ini, berwarna kuning muda,
dibuang (tidak dimanfaatkan), disebut dengan istilah "Air Tua" atau
"Bittern". Air tua (bittern) ini merupakan air limbah dari proses produksi
garam rakyat, jumlahnya cukup besar sehingga dibutuhkan pengelolaan
yang dapat dimanfaatkan. Kualitas air limbah industri garam ini (bittern) :
Kandungan ion magnesium (Mg) : 36,45 gram/L
Kandungan ion kalium (K) : 10,95 gram/L
Kandungan ion kalsium (Ca) : 0,14 gram/L
Kandungan ion sulfat (SO4) : 52,14 gram/L
Berat Jenis : 1,250 gram/mL

Page 18
BAB III
EVAPORATOR

3.1. Evaporator
Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk mengevaporasikan atau
menguapkan cairan refrigeran pada tekanan dan temperatur rendah dan
selama proses evaporasi refrigeran mengambil atau menyerap kalor dari
lingkungan sehingga terjadi pendinginan. Kalor yang diserap dapat berupa
kalor dari cairan atau udara dari lingkungan yang diinginkan.
Evaporasi berbeda dengan distilasi, dalam hal uap yang dihasilkan
biasanya merupakan komponen tunggal, bahkan jika uapnya adalah
multikomponen, tidak ada usaha untuk memurnikan uapnya menjadi fraksi-
fraksi komponen penyusunnya.

3.2. Prinsip Kerja Evaporator


Prinsip evaporator adalah penambahan kalor atau panas untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik
didih tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah sehingga
dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi.

3.3. Jenis-jenis Evaporator


3.3.1. Horizontal Tube Evaporator

Page 19
Alat ini merupakan evaporator yang paling klasik dan sederhana.
Evaporator ini banyak digunakan untuk keperluan – keperluan kecil dengan
teknologi sederhana.
Sifat – sifat dari evaporator jenis ini adalah :
1. Tidak memberikan kondisi untuk terjadinya sirkulasi / aliran cairan,
sehingga koefisien transfer panas rendah yang menjadikan
perpindahan panas tidak efisien.
2. Pengendapan kerakter jadi diluar pipa, sehingga sulit untuk
dibersihkan.
3. Konstruksi alat harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bundel
pipa bisa dikeluarkan untuk dibersihkan.

3.3.2. Basket Evaporator

Sifat – sifat dari evaporator jenis ini adalah :


1. Sirkulasi/aliran cairan bisa berjalan dengan baik sehingga koefisien
transfer panas akibat konveksi alami (natural convection) besar,
menjadikan transfer panas cukup efisien. Sirkulasi aliran terjadi secara
alami (natural circulation) karena adanya beda antara cairan yang
berada diluar pipa dengan cairan yang ada didalam pipa (p dalam-pipa
<pirt-diluar-pipa).

Page 20
2. Pengendapan kerak terjadi didalam pipa, sehingga Iebih mudah untuk
dibersihkan.

3.3.3. Standard Vertical-Tube Evaporator

Pada alat ini, cairan mengalir dalam pipa sedangkan steam


pemanas mengalir dalam shell. Cairan dalam tabung mendidih, uap yang
timbul bergerak keatas dengan membawa cairan. Sirkulasi aliran dalam pipa
terjadi karena beda rapat massa yang terjadi karena perbedaan fasa antara
fluida dalam pipa yaitu campuran uap-cair dengan yang diluarpipa (cair).
Diatas pipa terdapat ruang uap yang berfungsi untuk memisahkan
cairan dengan uap. Uap akan menuju lubang pengeluaran diatas,
sedangkan cairan jatuh kebawah melewati saluran besar yang ada ditengah
bejana, dan kembali bersirkulasi masuk pipa – pipa. Konveksi alami (natural
convection) berjalan baik sehingga transfer panas Iebih efisien. Kerak dan
endapan terbentuk didalam pipa, sehingga Iebih mudah untuk dibersihkan.

Page 21
3.3.4. Long Tube Vertical Evaporator

Untuk memperbesar kecepatan sirkulasi cairan dengan harapan


koefisien perpindahan panas makin tinggi, pipa – pipa trnsfer panas dibuat
lebih panjang. Aliran cairan, setelah masuk ruang uap untuk dipisahkan
dengan uap yang terbentuk, kembali kebawah melalui pipa diluar
evaporator.
Keuntungannya adalah Koefisientransfer panas karena sirkulasi alami
(natural circulation) lebih besar, sehingga transfer panas bisa lebih efisien.
Kerugiannya adalah jumlah cairan yang menguap setiap pasa ssangat besar
(karena pipa panjang) sehingga konsentrasi lokal dimulut pipa konsentrasi
padatan local). Hal ini dapat menyebabkan kristalisasi/pembentukan gel
pada pipa, sehingga bisa mengganggu sirkulasi aliran.

Page 22
3.3.5. Vertical Tube Evaporator with Forced Circulation

Sirkulasi cairan untuk memperbesar koefisien transfer panas dibantu


dengan pompa. Perpindahan panas terjadi karena konveksi paksa
(forcedconvection) sehingga koefisien transfer panas bisa lebih tinggi.
Disamping sirkulasi besar, maka penyumbatan aliran oleh pompa.
Pipa tidak terlalu panjang. Sirkulasi berjalan cepat, sehingga larutan
dalam evaporator lebih homogen.Adanya pompa yang menjadi satu dengan
evaporator membuat alat ini lebih mahal (baik biaya pembelian maupun
biaya operasinya). Karena aliran keluar pipa cepat, maka pemisahan uap-
cairan dalam ruang uap menjadi Iebih sulit, sehingga diperlukan baffle,
yang Iebih baik dan ruang pemisah yang Iebih besar dibagian atas.

Page 23
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyusunan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya:
1. Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk
kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar
natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium
klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain.
2. Sumber NaCl dapat didapat dari air laut, air danau asin, tambang
garam, sumber air dalam tanah serta larutan garam alamiah.
3. Jenis dan kegunaan NaCl diantaranya sebagai garam industri, garam
konsumsi, garam pengawetan, garam dapur dan garam meja.
4. NaCl dapat berbahaya menyebabkan penyakit osteopeni dan lainnya.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan NaCl diantaranya air
laut, cuaca, tanah, pangaruh air, cara pungutan garam dan bittern.
6. Proses pembuatan NaCl dapat dilakukan dengan cara Penguapan Air
Laut (Solar Evaporation), Proses Open Pan, Penambangan Batuan
Garam (Rock Salt) dan Multiple Effect Evaporation.
7. Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk mengevaporasikan atau
menguapkan cairan refrigeran pada tekanan dan temperatur rendah
dan selama proses evaporasi refrigeran mengambil atau menyerap
kalor dari lingkungan sehingga terjadi pendinginan.
8. Prinsip evaporator adalah penambahan kalor atau panas untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang memiliki
titik didih tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah
sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki
konsentrasi yang tinggi.

Page 24
9. Evaporator dibagi menjadi Horizontal Tube Evaporator, Basket
Evaporator, Standard Vertical-Tube Evaporator, Long Tube Vertical
Evaporator dan Vertical Tube Evaporator with Forced Circulation.

4.2. Saran
Setelah penulis mengkaji proses pembuatan NaCl mulai dari bahan
baku hingga menjadi produk, penulis memberikan beberapa saran dibawah
demi kelancaran serta optimasi pembelajaran proses industri kimia
khususnya pada proses pembuatan NaCl diantaranya:
1. Alangkah baiknya apabila proses belajar diiringi dengan praktek
sederhana pembuatan NaCl.
2. Alangkah baiknya apabila dilakukan kunjungan ke industri garam
pada jam mata kuliah Proses Kimia Industri.

Page 25
DAFTAR PUSTAKA

Adshead, Samuel A.M. Salt and Civilization. MacMillan, 1992.

Evaporator. http://dokumen.tips/download/link/evaporator-makalah (Diakses,


selasa 7/9/16 pukul 20.00)

Ketut Arhie. 2010. http://www.scribd.com/doc/76868720/Kristalisasi-garam-


KasarNatrium Klorida. https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_klorida
(Diakses, selasa 7/9/16 pukul 20.05)

Multhauf, Robert P. Neptune's Gift. Johns Hopkins, 1978.

Rumah pintar kimia. 2011. http://rumahpintarkimia.blogspot.com/2011/06/ lapo


ran-praktikum.html (Diakses, 7/9/16 Pukul 20.20)

Anda mungkin juga menyukai