PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Keliat, dkk dalam Prabowo (2014), kesehatan jiwa suatu kondisi
mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagian
yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya.
Mampu menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerjadengan
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang da pada dirinya dan merasa
nyaman dengan orang lain.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung,
komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yg bersangkutan.
1. Sehat jiwa
Orang yang dikatakan sehat jiwa bila terdapat indikator berikut; yaitu
mempunyai pikiran yang logis, perilaku yang sesuai, presepsi akurat,
emosi konsisten, dan mampu melakukan hubungan sosial dengan
masyarakat.
Respon ini disebut adaptif karena dapat berfungsi dengan efektif dalam
kehidupan sehari-hari dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri
mereka sendiri.
2. Masalah Psikososial
Adapun kriteria sehat jiwa menurut Riyadi, Sujono (2013) dalam bukunya
yang berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa meliputi:
5. Otonomi
Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).
· Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
· Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.
Manusia
Lingkungan
Kesehatan
Keperawatan
sejarah evolusi keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan model
keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa
periode. Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan
oleh petugas kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan). Perawatan
bersifat isolasi dan penjagaan. Mereka ditempatkan dalam suatu tempat khusus,
yang kemudian berkembang menjadi Primary Consistend of Custodial Care.
Baru sekitar tahun 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model
kuratif (model Curative Care). Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian
pengobatan. Baru tahun 1950 fokus perawatannya mulai befokus pada klien,
anggota keluarga tidak dianggap sebagai bagian dari tim perawatan. Obat-obat
psychotropic menggantikan Restrains dan seklusi (pemisahan).
Deinstitutionalization dimulai, mereka bukan partisipan aktif dalam perawatan
dan pengobatan kesehatan mereka sendiri. Hubungan yang terapetik mulai
diterpakan dan ditekankan. Fokus utama pada preventiv primer. Perawatan
kesehatan jiwa diberikan di rumah sakit jiwa yang besar (swasta atau pemerintah)
yang biasanya terletak jauh dari daerah pemukiman padat.
Sekitar dekade berikutnya, pada saat terjadi Pergerakan Hak-Hak Sipil (The Civil
Rights) di 1960-an, penderita gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. The
Community Mental Health Centers Act (1963) secara dramatis mempengaruhi
pemberian pelayanan kesehatan jiwa. Undang-Undang inilah yang menyebabkan
fokus dan pendanaan perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat-
pusat kesehatan jiwa masyarakat yang mulai banyak didirikan.
Baru pada akhir abad ke-20, biaya perawatan kesehatan yang tinggi dan
kebutuhan pembatasan biaya menjadi focus nasional. Pada saat ini sistem
manajemen perawatan mengatur hubungan antara pembayar, penyedia jasa, dan
konsumen layanan kesehatan. Sistem ini memantau distribusi pelayanan, tindakan
penyedia jasa, dan hasil perawatan. Tujuan dari sistem ini adalah mengurangi
biaya sambil tetap meningkatkan mutu pelayanan. Hubungan antara penyedia jasa
dan pengguna layanan tidak lagi bersifat primer. Manajer dan pihak asuransi
kesehatan memantau hubungan antara penyedia jasa dan konsumen layanan
kesehatan.
Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan berbasis
komunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui pusat
kesehatan mental, praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, home
visite dan hospice care. Pada saat ini banyak terjadi perubahan yang signifikan
dalam perawatan kesehatan jiwa. Managed care menghubungkan struktur dan
layanan baru. Seorang manajer kasus ditugaskan untuk mengkoordinasikan
pelayanan untuk klien individu dan bekerja sama dengan tim multidisipliner. Alat-
alat manajemen klinis yang menunjukkan organisasi, urutan dan waktu intervensi
yang diberikan oleh tim perawatan untuk satu gangguan yang teridentifikasi pada
klien. Pemberian dan pemfokusan layanan pencegahan primer (bukan hanya
perawatan berbasis penyakit); mencakup identifikasi kelompok-kelompok
berisiko tinggi dan penyuluhan untuk mencegah gaya hidup guna mencegah
penyakit.
Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit. Inilah
yang disebut keseimbangan dan ketidakseimbangan. Dia menulis bahwa
ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan
rasa sakit di badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat
mencipatakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang
berhubungan dengan kejiwaan lainnya.
Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab depresi. Menurut dia, depresi bisa
disebabkan alasan yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau kehilangan.
Ini bisa disembuhkan secara psikologis. Kedua, depresi bisa terjadi oleh alasan-
alasan yang tak diketahui, kemukinan disebabkan alasan psikologis. Tipe kedua
ini bisa disembuhkan melalui pemeriksaan ilmu kedokteran.
Pencegahan primer
↓
Penanganan multidisiplin
A. DULU
B. SEKARANG
– Meningkatkan Iptek
1. Psychoanalitycal
Menurt konsep model ini kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat
adanya ancaman.Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety), ansietas
timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan
orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari
adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi
menurut konsep ini adalah Build Feeling Security (berupaya membangun rasa
aman bagi klien), Trusting Relationship and Interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasaan dalam bergaul dengan
orang lain sehingga pasien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam
model konsep ini adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai
apa-apa yang dirasakan pasien, apa yang dicemaskan oleh pasien saat
berhubungan dengan orang lain), theraspist use empathyand relationship (perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh
pasien). Perawat memberikan respon verbal yang
mendorong rasa aman pasien dalam berhubungan dengan orang lain seperti: “Saya
senangberbicara dengan anda, saya siap membantu anda, anda sangat
menyenangkan bagi saya”.
3. Social
4. Exitensial
5. Supportive Therapy
6. Medical
KESIMPULAN