Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Di zaman sekarang,dunia industri sudah banyak menggunakan teknologi


dalam mempermudah suatu pabrik.jadi,diperlukan alat-alat instrumentasi dalam
mempermudah pekerjaan suatu pabrik.Instrumentasi merupakan suatu alat yang
sangat penting dalam suatu sistem pengukuran yang salah satunya pengukuran
besarnya tinggi permukaan cairan, alat ini harus dapat berfungsi dengan baik
sesuai dengan kebutuhan instrumentasi di pabrik. Alat instrumentasi ini
merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil produksi, dimana alat
instrumentasi yang mengukur, mengontrol, mendeteksi, menganalisa, baik secara
manual maupun secara otomatis.

Bagi orang yang baru dalam bidang instrumentasi, dapat memahami


Instrumentasi dengan mengelompokkan Sinyal-sinyal dalam instrumentasi.
Sinyal-sinyal dalam instrumentasi dapat dikelompokkan menjadi 4 sinyal (4 I/O =
4 Input atau output) yaitu : AI (Analog Input), AO (Analog Output), DI (Digital
Input) dan DO (Digital Output).karena pada makalah ini membahas sinyal analog
input ,maka salah satu contoh dari analog input dalam dunia industri adalah
Temperatur Transmitter.

Temperatur Transmitter adalah salah satu contoh analog input


instrumentasi.temperatur transmitter memiliki beberapa jenis antara lain
Temperature transmitter terdiri dari 2 jenis sensor yaitu RTD ( Resistance
Temperature Detector) dan TC (Termocouple).temperatur transmitter sangat
berguna dalam dunia industri.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan instrumentasi ?
2.Apa yang dimaksud dengan Temperatur transmitter ?
3.Apa jenis-jenis sensor dari Temperatur transmitter ?
1.3 Tujuan
1.Mengetahui definisi dari instrumentasi
2.Mengetahui definisi dari Temperatur transmitter
3.mengetahui jenis-jenis dari temperatur transmitter
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari instrumentasi

Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk


pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih
kompleks. Instrumentasi bisa berarti alat untuk menghasilkan efek suara, seperti
pada instrumen musik misalnya, namun secara umum instrumentasi mempunyai 3
fungsi utama:sebagai alat pengukuran ,sebagai alat analisa, dan sebagai alat
kendali. .

Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik,


instrumentasi pengukuran suhu, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisa
banyak dijumpai di bidang kimia dan kedokteran. sementara contoh instrumentasi
sebagai alat kendali banyak ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan
pabrik-pabrik. Sistem pengukuran, analisa dan kendali dalam instrumentasi ini
bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga
dilakukan secara otomatis dengan mengunakan komputer (sirkuit elektronik).
Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan bidang
elektronika dan instrumentasi itu sendiri.

Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal
dari bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur
dari semua jenis besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa
contoh di antaranya adalah pengukur: massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu,
kelembaban, tekanan, aliran, pH (keasaman), level, radiasi, suara, cahaya,
kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan listrik, tahanan listrik),
viskositas, density.

Pada makalah ini ,lebih difokuskan pada Instrumentasi yang ada di


Industri dimana utamanya sebagai pengendali suatu mesin atau yang lainnya.
Komponennya berupa sensor-sensor yang disesuaikan dengan yang akan diukur
atau dikendalikan.

Instrumentasi pada industri juga memiliki fungsi.Fungsi instrumentasi


pada industri sangatlah penting, bias dikatakan bahwa instrumentasi adalah bagian
integral dari industri karena tidak ada suatu industri tanpa menggunakan
instrumentasi. Suatu Industri yang makin komplek maka instrumentasi yang
diperlukan juga makin komplek.Hal ini berkaitan engan jalannya proses produksi
pada industri tersebut dimana ketepatan dan keakuratan hasil menjadi hal yang
utama.

Sebagai contoh dalam pengolahan material, ada banyak variable-


variabelyang mempengaruhi proses tersebut. Untuk suatu proses nilai (harga) dari
variable-variabel ini sudah ditentukan pada saat designnya,jadi jika pada saat
proses variable-variabel ini berubah harganya maka jalannya proses tidak seperti
yang direncanakan sehingga hasilnyapun tidak seperti yang direncanakan
(kualitasnya).

Sistem yang tak kalah pentingnya yaitu sistim instrumentasi yang disebut
safe guarding system yaitu suatu system instrumentasi yang berfungsi mendeteksi
variable-variabel proses yang berhubungan dengan peralatan proses, apabila
variable-variabel tersebut tidak terkendali dan membahayakan peralatan proses
maka system akan menghentikan poses dari pada terjadi kerusakan pada peralatan
proses. Sistem safe guarding sangat penting dalam industri untuk menjaga
terhadap bahaya-bahaya kebakaran atau kerusakan peralatan lain sepertimotor-
motor listrik, mesin turbin dan peralatan proses yang lain.

2.2 Temperatur transmitter

Temperature Transmitter adalah suatu piranti yang digunakan untuk


mengirimkan sinyal yang diterima dari hasil sensing kemudian diteruskan ke
Temperature control maupun Temperature Indicator, tergantung bagaimana peran
Temperature Transmitter tersebut. Untuk mengetahui jumlah sinyal yang akan di
kirim, Temperature Transmitter membutuhkan sensor panas, baik itu
menggunakan RTD, Thermocouple maupun sensor panas lainnya.

Temperature transmitter merupakan salah satu contoh dari sinyal input


analog.Analog Input adalah Sinyal 4– 20 mA yang masuk ke kontroler (DCS)
yang biasanya berasal dari Transmitter atau Analizer, misalnya dari Transmitter
Temperature.Dalam dunia instrumentasi analog input ini berasal berbagai macam
transmitter ataupun analizer yang mengeluarkan sinyal 4–20 mA. Transmitter
ataupun Analizer mengeluarkan sinyal 4–20 mA (Outputnya) adalah merupakan
input bagi kontroler (DCS) yang nantinya dapat dipakai sebagai indikasi ataupun
set poin untuk alarm maupun interlock dalam suatu sistem. Salah satu contoh
kerjanya adalah seperti Temperatur transmitter yang akan mengirimkan sinyal 4–
20 mA ke kontroler (DCS), mengirim sinyal analog 4 mA saat zero indikasi
sampai sinyal analog 20 mA saat full range.

Karena pada range transmitter dan kontroler (DCS) 0 - 200°C; pada suhu 50
°C ini, transmitter akan mengirim sinyal 8 mA dan kontroler (DCS) akan
menerima dan menampilkan 8 mA ini sebagai suhu 50 °C, sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pembacaan. Jadi tidak ada masalah berapa pun range temperature
tersebut asalkan range di transmitter dan Kontroler (DCS) sama. pemilihan range
tersebut disesuaikan dengan range temperatur prosses yang diukur, misalnya air
0–100 °C, LP steam 0–300 °C, MP steam 0–400 °C, Bed temperatur boiler 0–
1200 °C.

Temperature transmitter bekerja dengan mengubah energi panas menjadi


tahanan untuk mengatur nilai sinyal output yang akan diterima oleh receiver.
Sinyal output temperature transmitter dengan nilai arus 4 mA untuk nilai
minimum dan 20 mA untuk nilai maksimum.Keuntungan
menggunakan temperature transmitter untuk mengirim signal
dari sensor (RTD dan thermocouple) untuk sistem kontrol antara lain adalah:

1. Signal yang dihasilkan dari bagian sensor yaitu RTD dan thermocouple adalah
kategori signal tingkat rendah, signal rendah sangat rentan, terutama pada
kondisi pengiriman signal jarak jauh. Jadi penggunaan Temperature
Transmitter dengan merubah menjadi arus antara 4 hingga 20 mA memberikan
solusi untuk menghilangkan faktor-faktor pengganggu signal seperti
kebisingan, konduksi, dll.

2. Dengan pengiriman arus hanya 4 – 20 mA, terhitung hanya membutuhkan


kabel ukuran kecil, dibandingkan dengan kabel yang mempertahankan sebuah
nilai resistansi dari RTD maupun thermocouple.

3. .Kotak kontrol kabel transmiter dapat digabung menjadi satu


diantara transmiter yang lainnya.

4. Tidak membutuhkan card kontrol khusus untuk RTD maupun thermocouple.


Cukup menghubungkan transmiter ke input analog I/O pada card kontrol.

5. Fasilitas pemeliharaan yang lebih simple, karena diagnosis langsung


pada transmiter.

Untuk loop 4-20 mA dengan transmitter 2-wire, catu daya umumnya dipasok
dengan tegangan 36 VDC, 24 VDC, 15 VDC dan 12 VDC.

2.3 jenis-jenis dari temperatur transmitter

Temperature transmitter terdiri dari 2 jenis sensor yaitu RTD ( Resistance


Temperature Detector) dan TC (Termocouple) .adapun jenis RTD itu sendiri ada
beberapa macam misalnya PT 100 yaitu RTD yang terbuat dari bahan platinum
dengan referensi 100 Ohm sama dengan nol derajat Celsius, selain itu ada PT 500,
PT 1000 dan jenis RTD lain. Sedang untuk termocouple juga terdiri dari beberapa
macam diantaranya TC type K, TC type R, TC type S dan lain-lain, masing-
masing memiliki spesifikasi yang berbeda-beda.berikut merupakan jenis –jenis
dari temperature transmitter :

2.3.1 Sensor RTD

Resistance Temperature Detector (RTD) adalah salah satu dari beberapa jenis
sensor suhu yang sering digunakan, dikenal juga dengan Detektor Temperatur
Tahanan yang merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai
atau besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif tahan
korosi dari kawat platina, tembaga, atau nikel murni, yang memberikan nilai
tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur di dalam kisaran suhunya.
Semakin panas benda tersebut, semakin besar atau semakin tinggi nilai tahanan
listriknya, begitu juga sebaliknya. Bahan yang terbaik adalah bahan platina karena
dapat digunakan menyensor suhu sampai 1500o C. Tembaga dapat digunakan
untuk sensor suhu yang lebih rendah dan lebih murah, tetapi tembaga mudah
terserang korosi. PT100 merupakan tipe RTD yang paling populer yang
digunakan di industri.

Resistance Temperature Detector merupakan sensor pasif, karena sensor ini


membutuhkan energi dari luar. Elemen yang umum digunakan pada tahanan
resistansi adalah kawat nikel, tembaga, dan platina murni yang dipasang dalam
sebuah tabung guna untuk memproteksi terhadap kerusakan mekanis.
Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan
listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi
ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada
pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena
memiliki tahanan suhu, kelinieran, stabilitas dan reproduksibilitas. Berikut
merupakan gambar dari Konstruksi RTD secara umum :

Gambar 2.1 kontruksi RTD secara umum

Gambar 2.2 Bagian dalam dari salah satu jenis RTD


RTD memiliki sebuah persamaan sebagai berikut :

dimana : Ro = tahanan konduktor pada temperature awal ( biasanya 0oC)


Rt = tahanan konduktor pada temperatur toC
α = koefisien temperatur tahanan
Δt = selisih antara temperatur kerja dengan temperatur awal.

Berikut overview Resistance Temperature Detector (RTD) sebagai sensor


suhu:

1. Bekerja berdasarkan perubahan resistansi logam karena


perubahan temperatur.
2. Berbagai logam yang sering digunakan untuk RTD
platina (linier, sangat mahal, umum dipakai)
Nikel (range temperatur lebih rendah, lebih murah, nonlinier)
Nickle alloys (range temperatur lebih rendah, lebih murah)
Tembaga (range temperatur lebih rendah).

RTD memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain :

Kelebihan :

1. Resistansi rendah (100Ω – 1000 Ω)


2. Range operasi lebar (-200 0C sampai 850 0C)
3. Akurasi Tinggi (±0,0006 0C sampai 0,1 0C)
4. Repeatability dan stabilitas tinggi
5. RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang mempunyai
ketelitian 0,03 0C dibawah 5000C dan 0,1 0C diatas 10000C.
Kekurangan :

1. Waktu respon lebih lambat (0,5 sampai 5 detik)


2. Sensitif terhadap shock dan vibrasi
3. Di-support dengan keramik, glass tube
4. Internal/self – heating (joule heating = I2R)

prinsip kerja RTD adalah Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka
resistansi elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu
logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya.
elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam ohm
pada nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω
(RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus
menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.
`Dalam prakteknya, arus listrik akan mengalir melalui elemen RTD
(elemen resistor) yang terletak pada tempat atau daerah yang mana suhunya akan
diukur. Nilai resistansi dari RTD kemudian akan diukur oleh instrumen alat ukur,
yang kemudian memberikan hasil bacaan dalam suhu yang tepat, pembacaan suhu
ini didasarkan pada karakteristik resistansi yang diketahui dari RTD.
RTD(PT100) dapat di aplikasikan dengan crystalizer tank. Pada Prinsip
Kerja RTD (PT100) dengan pengkristalan/ pendinginan minyak, RTD (PT100)
digunakan untuk mengukur dan mengatur penurunan suhu dari minyak RBDPO
(Refined Bleached Deodorized Palm Oil). Suhu minyak RBDPO yang masuk
(setelah melalui proses pemanasan pada unit Heat Exchanger) ke dalam tangki
Crystalizer adalah 70 oC. Sedangkan suhu yang ingin dicapai agar minyak dapat
menjadi butir-butiran kristal stearin adalah 13 derajat C, untuk produk minyak
goreng Avena. Pada gambar 2.3 dibawah, dapat dilihat hasil akhir dari minyak
RBDPO yang sudah menjadi butiran-butiran kristal stearin.
Gambar 2.3 Minyak yang sudah mengkristal

Dalam proses penurunan suhu minyak ini digunakan air sebagai


pendingin. Air pendingin ini berasal dari cooling tower (dengan suhu 28-30 0C)
dan dari mesin water chiller (dengan suhu 7-10 0C). RTD (PT100) dipasang pada
tangki crystalizer (untuk mengawasi penurunan suhu dari minyak) dan dipasang
pada saluran pipa masukan air pendingin ke dalam tangki crystalizer (untuk
mengatur debit air dan perubahan penggunaan air cooling menjadi air chilling).
Prinsip kerja dari RTD (PT100) yang digunakan untuk pengukuran
minyak ini adalah, ketika RTD pada tangki crystallizer menerima panas dari
minyak, maka panas tersebut akan dikonversikan oleh RTD ke dalam bentuk
besaran listrik yaitu tahanan. Panas yang dihasilkan berbanding lurus dengan
tahanan dari jenis elemen logam platina yang ada pada sensor RTD, kemudian
bentuk tahanan tersebut diterima oleh ttranduser kemudian tranduser merubahnya
menjadi sinyal fisi dan mengirimnya ke TRC.
TRC (Temperature Recorder Control) memberi perintah kepada control
valve. Control valve berfungsi untuk mengendalikan nilai input temperatur agar
sesuai dengan set poin, yaitu dengan cara menutup atau membuka katup secara
otomatis sehingga aliran minyak di tangki crystallizer dapat di control, RTD
(PT100) akan mengukur temperatur tersebut dan mengirimkannya ke tranduser,
untuk mengubah sinyal elektrik ke sinyal pneumatic lalu di kirimkan besaran
sinyal tersebut ke input TRC untuk di bandingkan dengan set point.
Pada tipe RTD (PT100) ini, jika suhu yang dibaca adalah 0°C berarti
tahanan yang dihasilkan oleh RTD dan diterima oleh Tranduser adalah 100Ω,
begitu juga jika suhu 100°C berarti tahanan yang dihasilkan oleh RTD dan
diterima TRC adalah 138,5 Ω.

Sedangkan RTD yang berada pada pipa saluran masukan air pendingin ke
tangki crystallizer, terinterkoneksi dengan Control Valve, yang akan mengatur
debit/ jumlah dari aliran air pendingin. RTD untuk air pendingin ini juga
berfungsi untuk menentukan pergantian dari air pendinginan yang menggunakan
air dari Cooling Tower, menjadi air pendingin dari Water Chiller.

Pada proses pengkristalan ini digunakan juga agitator yang berfungsi


untuk mengaduk isi dari crystallizer tank agar suhu minyak menjadi homogen.
Kecepatan putar dari motor pada agitator ini juga diatur dengan menggunakan
inverter (mengatur kecepatan putaran dengan merubah frekuensi dari motor).

Resistance Temperature Detector (RTD) yang banyak digunakan pada


industri adalah jenis Platinum Resistance Temperature Detector. Itu semua
ditetapkan oleh JIS C 1604 di Jepang.

Terdapat dua tipe dari RTD, tipe pertama adalah PT100 yang telah
disesuaikan dengan standar internasional, dan tipe kedua adalah JPT100 yang
telah disesuaikan dengan standar Jepang. Keduanya tidak dapat dipertukarkan
karena perbandingan dari nilai tahanan pada 100 0C dan 0 0C (R100/R0) adalah
berbeda.

2.3.2 Sensor Thermocouple

Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan


untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda
yang digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-
electric”.bentuk Thermocouple dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah ini.
Gambar 2.4 Sensor Thermocouple

Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas,
hingga 1800 K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan
suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang
suhu 0–100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor dan RTD
lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :

1. Industri besi dan baja


2. Penggunaan pada alat-alat pemanas
3. Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop

Thermocouple banyak digunakan sebagai alat ukur suhu di dunia industri, salah
satu keuntungannya yaitu mampu mengukur suhu yang sangat tinggi dan juga
suhu rendah.

Cara Penggunaan Thermocouple adalah dengan Memasang baterai 9


volt,kemudian menghubungkan probe dengan konektor pada bagian atas. Lalu
putar posisi ke ⁰C atau ⁰F (tergantung tipe). jika tidak ada probe terpasang, atau
jika membaca over-range, layar menampilkan berkedip strip. jika pengukuran
adalah sedikit di atas rentang spesifikasi meter, layar berkedip nilai skala penuh
terdekat. untuk mematikan termometer, putar kenop ke OFF.
Pada Thermocouple digital, angka hasil pengukuran langsung terlihat.
Pada Thermocouple analog, menggunakan rumus:

V = perubahan tegangan (Volt)


S = koefisien seebeck (40 mV/ )
T = perubahan suhu

Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya


Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan
digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada
Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap)
sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu
panas. Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel,dapat dilihat terlebih
dahulu pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Termokopel

Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction


memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui
dua persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika
persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau
dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua
persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya
sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan Listrik
yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat Celcius.
Tegangan tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang
telah ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti.

Termokopel memiliki beberapa jenis antara lain :

1. Termokopel Tipe E

Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium

Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan

Rentang Suhu : -200˚C – 900˚C


2. Termokopel Tipe J

Bahan Logam Konduktor Positif : Iron (Besi)

Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan

Rentang Suhu : 0˚C – 750˚C

3. Termokopel Tipe K

Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium

Bahan Logam Konduktor Negatif : Nickel-Aluminium

Rentang Suhu : -200˚C – 1250˚C

4. Termokopel Tipe N

Bahan Logam Konduktor Positif : Nicrosil

Bahan Logam Konduktor Negatif : Nisil

Rentang Suhu : 0˚C – 1250˚C

5. Termokopel Tipe T

Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)

Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan

Rentang Suhu : -200˚C – 350˚C


6. Termokopel Tipe U (kompensasi Tipe S dan Tipe R)

Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)

Bahan Logam Konduktor Negatif : Copper-Nickel

Rentang Suhu : 0˚C – 1450˚C

Termokopel juga memiliki kelebihan dan kekurangan :

Kelebihan Thermocouple :

• Self Powered

• Sederhana

• Murah

• Bentuk yang beragam

• Range respon suhu yang luas

Kekurangan Thermcouple :

• Tidak linier

• Tegangan output rendah

• Memerlukan tegangan referensi

• Kurang Stabil

• Kurang Sensitif
BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai