Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.
penulis
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Paham sekularisme
Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George Holoyake pada tahun 1846.
Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru, konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme
didasarkan, telah ada sepanjang sejarah. Ide-ide sekular yang menyangkut pemisahan filsafat dan agama
dapat dirunut baik ke Ibnu Rushdi dan aliran filsafat Averoisme. Holyoake menggunakan istilah
sekularisme untuk menjelaskan pandangannya yang mendukung tatanan sosial terpisah dari agama, tanpa
merendahkan atau mengkritik sebuah kepercayaan beragama. Sebagai seorang agnostik, Holyoake
berpendapat bahwa "sekularisme bukanlah argumen melawan Kekristenan namun terpisah dari itu.
Sekularisme tidak mengatakan bahwa tidak ada tuntunan atau penerangan dari ideologi lain, namun
memelihara bahwa ada penerangan dan tuntunan di dalam kebenaran sekular, yang kondisi dan sanksinya
berdiri secara mandiri dan berlaku selamanya. Pengetahuan sekular adalah pengetahuan yang didirikan di
dalam hidup ini, berhubungan dengan hidup ini, membantu tercapainya kesejahteraan di dunia ini, dan
dapat diuji oleh pengalaman di dunia ini."
Barry Kosmin dari Institut Pengkajian sekularisme di dalam Masyarakat dan Budaya membagi
sekularisme mutakhir menjadi dua jenis, sekularisme keras dan lunak. Menurutnya, "sekularis keras
menganggap pernyataan keagaaman tidak mempunyai legitimasi secara epistemologi dan tidak dijamin
baik oleh agama dan pengalaman." Namun, dalam pandangan sekularisme lunak, "pencapaian kebenaran
mutlak adalah mustahil dan oleh karena itu, toleransi dan skeptisme harus menjadi prinsip dan nilai yang
dijunjung dalam diskusi antara ilmu pengetahuan dan agama.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SEKULARISME
- Sekularisme, sekulerisme, atau sekuler saja dalam penggunaan masa kini secara garis besar
adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri
terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan
kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam
masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.
-Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan
pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan
agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan
pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan
melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.
4
mayoritas penduduk negeri itu. Pada masa awal Republik Turki berdiri, banyak ulama dan tokoh Islam
yang tak sepakat dengan sekularisme di penjara Salah satunya adalah Said Nursi. Pemberlakuan paham
sekularisme di Turki justru telah menimbulkan kesulitan politik secara terus-menerus. Umat Islam di
Turki pun mengalami kejengahan dengan pembatasan yang dilakukan oleh negara terhadap wilayah
keimanan dan keyakinan mereka. Sekularisme yang dipaksakan negara justru memicu perlawanan
dari kalangan Islamis di negara itu. Puncaknya, pada 1993, para Islamis itu membakar sebuah hotel yang
menjadi tempat diselenggarakannya konferensi kaum intelektual sekuler. Kini, sebagian besar rakyat
Turki mendambakan kembali suasana kehidupan di era Kekhalifahan Turki Usmani. Rakyat mulai
memilih partai yang memperjuangkan Islam. Kaum hawa sudah mulai berani mengenakan jilbab di
tempat umum. Menurut Esposito, pengalaman yang terjadi di Turki itu membuktikan betapa sekularisasi
yang disponsori oleh negara tidak dapat menciptakan budaya sekuler massa.
2. Merubah dan memanipulasi sejarah islam dan memberikan gambaran (kesan) terhadap masa-masa
keemasan pergerakan pembebasan islamsebagai zaman kebiadaban yang sarat dengan kekacauan dan
ambisi-ambisi pribadi.
3. Merusak sistem pendidikan dan memperalatnya untuk menyebarkan pemikiran sekuler, melalui:
a. Mempersempit ruang gerak penyebaran buku-buku islam, serta memperlebar ruang bagi
buku-buku menyimpang
b. Melonggarkan ruang bagi tokoh-tokoh secular
7. Menangkap aktivis dakwah, memusuhi dan melontarkan tuduhan palsu kepada mereka
5
8. Merongrong tokoh muslim yang tidak mau berdamai dengan ideologi sekular, dengan jalan isolasi atau
penjara
6
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Sebagai cabang dari pemikiran filsafat, sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara
garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan harus
berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan
bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutama yang politis, harus didasarkan pada apa yang
dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
Sekularisme menginginkan adanya pembebasan tajam antara agama dan ilmu pengetahuan
dan memandang ilmu pengetahuan otonom pada dirinya. Manusia mempunyai otonomi untuk
berbuat bebas sesuai dengan apa yang ia kehendaki berdasarkan rasio. Dalam perkembangannya
selanjutnya sekularisme yang terkristalkan dalam paham filsafat, menjadi paham ideologi politik
dan sosial, dimana negara dan kehidupan sosial terlepas dari interpensi agama.
Islam memandang sekularisme sebagai paham yang kontradiktif dengan ajaran Islam.
Dalam sekularisme pendiokotomian seluruh aspek kehidupan dengan agama sangat kontras,
karena ia meyakini tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara keduanya. Sedangkan Islam
merupakan sistem sempurna yang merangkum urusan kehidupan manusia semuanya. Ia
merangkum negara, kerajaan, rakyat, akidah, syariat, akhlak, ekonomi, keadilan, undang-undang,
ilmu, jihad, dakwah, kemiliteran dan lain-lain.
7
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, S.M.A., 1981, Islam dan Sekularisme, diterjemahkan oleh: Karsidjo Djodjosuwarno,
Peneribit Pustaka, Bandung.
Al-Qardhawi, Y., 1997, Islam dan Sekularisme, diterjemahkan oleh: Amirullah Kandu, Lc., CV.
Pustaka Setia, Bandung.
Hakim Atang abdul, 200. Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi, Bandung: CV Pustaka
Setia. 2008.
Ismail Faisal, 1984. Tentang Sekuler, Sekularisme, dalam Percikan Pemikiran Islam.
Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMI, 1995, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran,
diterjemahkan oleh: A. Najiyulloh, Al-Ishlahy Press, Jakarta.
Rasjidi, H.M., 1997, Koreksi terhadap Drs. Nurcholis Madjid tentang Sekularisme, Bulan Bintang,
Jakarta
Solihin, M., 2007, Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari Klasik Hingga Modern, CV. Pustaka Setia,
Bandung.