ABSTRAK
The purpose of this research was to figure out the watershed characteristics
in Senakin which possessed the widespan of 16.192,98 ha and it was one of the
watersheds which was located in Sengah Temila District, Landak Regency,
Kalimantan Barat.
This research consist of two stages. The first which was conducted on the
field to observe and to take a bottle of water as sample a day in 5 days period. Then
it was continued to the next stage which was conducted in the Soil, Water, And
Environment Analysis Laboratory to analyze the sample.
The result of this research showed that the drainage pattern and the
watershed shapes took dendritics pattern and elongated, whereas the river
transverse profile took triangular form. The river’s orde consists of three orders
with drainage density index as mush 2,20 which included into medium category,
the water quality in watershed Senakin possed average pH as much 5,67 which
classified as good, and the average temperature as much 280 C which was
considered as normal. While the wataer brightness in Senakin watershed as much
30,6 cm.
After lab analysis was obtained by comparing the average TSS in the outlet with
standard TSS for agriculture, then the value of average TSS in Senakin watershed
was 9,40 which categorized as good.
PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi
yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di hulu sungai ke arah
lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumber daya lahan
tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya. Agar manfaat
DAS dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS
harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS memiliki karakteristik
yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jenis tanah,
kemiringan lahan, tata guna lahan dan panjang lereng (Asdak, 2002 : 16). Dimana
karakteristik DAS dibagi menjadi tiga, yaitu karakteristik fisik, kimia, dan biologi.
Karakteristik fisik meliputi konsentrasi sedimen, kekeruhan, warna, bau, rasa dan
suhu. Karakteristik kimia secara umum meliputi pH, alkalinitas dan kesadahan.
Sedangkan karakteristik biologi meliputi berbagai mikroorganisme yakni
organisme makroskopik, mikroskopik dan bakteri (Suripin, 2002 :148). Umumnya
alur sungai dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir. Setiap
DAS besar merupakan gabungan dari beberapa DAS sedang atau sub DAS dan sub
DAS adalah gabungan dari sub DAS kecil-kecil (Soewarno, 1991 : 20).
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu areal yang dibatasi oleh topografi
secara alami, dimana setiap air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir
pada suatu titik pengeluaran (outlet) tertentu yang sama. Dimana garis batas antara
DAS ialah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air
hujan menjadi aliran permukaan ke masing-masing DAS (Soewarno, 1991 : 20).
Perbedaan keadaan suatu DAS baik segi karakteristiknya, topografi,
vegetasi, penutup lahan, jenis tanah, penggunaan lahan dan curah hujan,
menyebabkan DAS tersebut berbeda. Sebagai suatu DAS keadaan daerah tersebut
menjadi salah satu faktor penting yang akan menunjukan perubahan yang terjadi
terhadap kondisi air yang ada di sungai. Setiap penggunaan lahan yang ada di DAS
akan mempengaruhi keadaan sungai tersebut, yang akhirnya menyebabkan
perubahan kualitas air sungai. Untuk itu keadaan DAS perlu diteliti kualitas airnya
guna mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi pada daerah aliran sungai.
Pengelolaan sumber daya lahan biasanya sudah menjadi keharusan
manakala sumberdaya tersebut tidak lagi mencukupi kebutuhan manusia maupun
ketersediaannya melimpah. Pada kondisi dimana sumberdaya tidak mencukupi
kebutuhan manusia pengelolaan DAS dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat
sebaik-baiknya dari segi ukuran fisik, teknik, ekonomi, sosial budaya maupun
keamanan-kemantapan nasional. Sedangkan pada kondisi dimana sumberdaya
DAS melimpah, pengelolaan dimaksudkan untuk mencegah pemborosan.
Tataguna lahan yang ada di DAS Senakin mencakup penggunaan lahan
berupa pertanian lahan kering campur 2.698 ha, perkebunan karet 5.400 ha, hutan
rawa skunder 2.698 ha serta terdapat juga pertanian lahan basah 5.397. Jadi luas
wilayah DAS Senakin adalah 16.192 ha.
4
METODE PENELITIAN
A. Pola Drainase
Pola drainase yang terbentuk pada DAS Senakin merupakan pola dendritik.
Pada pola aliran ini anak-anak sungai terlihat seperti cabang-cabang pohon. Pola
dendritik (percabangan pohon) menunjukkan bahwa sungai Senakin tersebut
terdapat suatu aturan aliran sungai dengan cabang dan anak sungai yang alirannya
akan mengalir ke induk sungai dimana anak-anak sungai kelihatan seperti ranting-
ranting pohon yang alirannya akan menuju cabang sungai dan memiliki satu sungai
utama sebagai titik keluaran. Semakin banyak anak sungai yang menuju aliran
induk semakin nampak jelas pola dendritik (percabangan pohon).
B. Bentuk DAS
DAS Senakin memiliki bentuk memanjang dengan anak-anak sungai
langsung masuk ke induk sungai sehingga bentuknya seperti bulu burung. Bentuk
ini biasanya akan menyebabkan debit banjirnya relatif kecil, karena perjalanan
banjir dari anak sungai berbeda-beda waktunya. Namun sebaliknya, jika terjadi
banjir akan berlangsung relatif lama, karena menyebabkan konsentrasi debit puncak
ke sungai lainnya memerlukan waktu yang relatif lama.
Indeks Kerapatan Drainase (IKD) pada DAS Senakin di sajikan pada tabel. 1
Tabel 1. Nilai IKD DAS Senakin
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa nilai IKD DAS senakin sebesar 2,20
km/km2,ini beratinya IKDnya termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukan suatu
gejala yang berhubungan dengan aliran sungai,gejala yang dimaksud adalah alur
melewati bantuan yang teristensi keras,maka angkutan sedimen yang terangkut
aliran sungai agak kecil jika dibandingkan pada alur sungai yang melewati bantuan
dengan resistensi yang lebih lunak,keadaan ini akan menunjukan bahwa air hujan
menjadi aliran akan lebih kecil jika dibandingkan suatu daerah dengan IKD yg
melewati bantuan yang permeabilitasnya besar (soewarno,1991 :38).
Tabel 2.Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air, Kedalaman Maksimum Dan Luas
Penampang Melintang Pada Outlet
6
11 meter
1m
Orde 1 2 3
Jumlah 24 8 4
Rb 4 3 -
Sumber : Analisis Data Primer Penelitian 2013
Dari tabel diatas tingkat percabangan sungai (Rb) DAS Senakin untuk Orde
1 adalah 4, orde 2 adalah 3 sedangkan orde 3 tidak memiliki nilai Rb. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa DAS Senakin memiliki Rb < 5, maka pada alur
sungai tersebut akan mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat,
sedangakan penurunannya berjalan dengan cepat.
F. Kualitas Air
1. pH
Karakteristik kimia merupakan salah satu karakteristik kualitas air
yang menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu
dalam menentukan kebutuhan hidup. pH atau derajat keasaman dalam air
meruapakan karakteristik kimia dalam menentukan air sunagi tersebut
asam, netral atau basa. Data hasil pengamatan pH selama 5 hari pada Outlet
di DAS Senakin dapat di lihat pada tabel 4, dimana dapat di ketahui bahwa
kisaran nialai pH adalah 5,49-6,01 dengan nialai rata-rata pH adalah 4,9.
Umumnya, tingkat perairan dengan tingkat pH lebih kecil dari 4,8
dan lebih besar dari 9,2 sudah dapat di anggap tercemar (Brook et al, 1989
dalam Asdak, 2002 : 536). Hal ini menunjukan pH pada outlet DAS Senakin
masih dalam kondisi yang seimbang di alam, hal ini berarti air sungai belum
tercemar dan masih memenuhi syarat dalam mendukung kehidupan
makhluk hidup, meskipun sudah berada pada batas yang terendah di
sebabkan adanya pencemaran dan erosi pada DAS tersebut. Pengaruh
aktivitas penggunahan lahan seperti kegiatan Perkebunan, sawah dan lokasi
pengukuran pH air yang jaraknya tidak jauh dari pemukiman penduduk
maka limbah-limbah rumah tangga dapat juga menurunkan pH. Selain itu
penyebab pH rendah di karenakan akar tanaman yang menyerap unsur hara
dalam bentuk kation H+ dalam jumlah yang setara, bila yang di serap adalah
anion, maka akar akan mengeluarkan HCO− 3 dengan jumlah yang setara
pula, dan bila curah hujan tinggi maka asam-asam yang larut dalam larutan
tanah akan terbawa oleh aliran permukaan dan menuju sungai, hal ini dapat
menurunkan pH air.
2. Suhu (ºC)
Suhu sangat berpengaruh pada kualitas fisik air. Suhu di dalam air
dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna
akuatis. Jenis, jumlah dan keberadaaan flora dan fauna akuatis sering kali
berubah dengan adanya perubahan suhu air (Asdak, 2002 : 535). Dijelaskan
lebih lanjut oleh Suripin (2002:144), bahwa suhu normal di alam sekitar
20ºC hingga 30ºC.
8
3. Kecerahan (cm)
Kecerahan air menunjukan tingkat kejernihan air yang di lakukan
oleh unsur-unsur muatan sedimen, baik yang bersifat mineral maupun
organik. Kecerahan air juga di anggap sebagai indikator kemampuan air
dalam meloloskan cahaya yang jatuh jatuh di atas badan air, apakah cahaya
itu kemudian di sebarkan atau di serap oleh air tersebut (Asdak, 2002 : 530).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
ukuran transparasi perairan yang di tentukan secara visual dengan
menggunakan Secci disk (Effendi, 2003 : 60). Pada penelitian ini nilai
kecerahan dinyatakan dengan satuan centimeter. Nilai ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan
padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Dari data hasil pengamatan kecerahan selama 5 hari, didapat kisaran
kecerahan air DAS Senakin pada outlet sebesar 22 cm hingga 39 cm dengan
nilai rata-rata sebesar 30,6 cm dari rata-rata ketinggian air 1,72 m.
Nilai kecerahan 22 cm merupakan nilai kecerahan yang terendah
dari hasil pengamatan selama 5 hari. Hal ini di duga adanya pada saat
sebelum pengamatan, karena apabila terjadi hujan maka nilai kecerahan
menjadi rendah di sebabkan sinar matahari tidak dapat menembus secara
maksimal, selain itu air hujan akan menyebabkan sedimen yang ada di
dalam air akan naik ke permukaan air sehingga air menjadi keruh. Semakin
rendah nilai kecerahan air suatu sungai akan menunjukan kualaitas air yang
rendah, sebab sedimen yang terjadi besar, kemudian sedimen ini akan
menghalangi cahaya matahari yang masuk ke sungai, akibatnya plankto-
plankton akan mengalami kesulitan dalam memperoleh cahaya guna
melakukan fhotosintesis. Selain itu hal ini akan mempangaruhi
ketersediaan oksigen di dalam air sehingga ketersediaannya berkurang,
akibatnya proses dekomposisi sampah-sampah organik yang ada di sungai
9
menjadi kotor dan keruh sehingga menjadi tercemar dan kualitas airnya
menjadi menurun. Sedangkan nilai kecerahan 39 cm merupakan nilai
kecerahan tertinggi dari hasil pengamatan 5 hari, dimana jarak tembus
cahaya matahari di dalam air lebih tinggi dari nilai kecerahan 22 cm dalam
arti air sungai dengan kedalaman nilai kecerahan 22 cm lebih keruh dari air
sungai dengan kecerahan 39 cm.
G. Debit
Hari
Kecepatan Debit Aliran
Pengamatan Luas Penampang (m2)
(m/detik) (m3/detik)
ke-
1 13,75 0,15 2,06
2 13,20 0,17 2,24
3 12,65 0,17 2,15
4 12,10 0,17 2,06
5 12,10 0,18 2,18
Jumlah 63,80 0,84 10,69
Rerata 12,76 0,17 2,14
Sumber : Data Primer Penelitian 2013
H. Sedimen
1. Konsentrasi Sedimen (mg/liter)
Konsentrasi sedimen melayang yang terdapat pada badan sungai
DAS Senakin di peroleh dari sampel air dan diukur di laboratorium dengan
metode gravimetri. Menurut Effendi (2003 : 63) konsentrasi sedimen atau
padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-
bahan tersuspensi yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter
pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik
nyang terutama di sebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang
terbawa ke dalam air. Menurut Alabaster (1982) dalam Effendi (2003 : 66)
jika Total Suspended Solid (TSS) < 25 mg/liter maka tidak berpengaruh
terhadap pertanian dan perikanan. Dari hasli analisi laboratorium pada tabel
6, maka di dapat kisaran nilai TSS sebesar 8 mg/liter hingga 11 mg/liter
dengan rata-rata konsentrasi sedimen sebesar 9,40 mg/liter. Berdasarkan
perbandingan antara TSS rata-rata di outlet dengan TSS standar untuk
pertanian, maka nialai TSS rata-rata pada DAS Senakin termasuk baik.
Pengukuran berat sedimen (TSS) di laboratorium di pergunakan untuk
mencari berat sedimen yang terdapat pada tabel diatas.
Nilai sebesar 8 mg/liter menunjukan nilai TSS yang terkecil,
sedangkan 11 mg/liter menunjukan nilai TSS yang terbesar dari nilai
pengamatan selama 5 hari. Nilai TSS yang kecil diduga disebabkan oleh
surutnya air pada saat itu dan menyebabkan aliran permukaan (run off)
menjadi kecil. Sedangkan nilai TSS yang besar disebabkan adanya turun
hujan sebelum pengambilan sampel yang menyebabkan air keruh karena
terjadi pengikisan tanah air hujan atau erosi , di tambah lagi dengan
keadaan kecerahan air dimana nilai TSS yang kecil nilai kecerahan air lebih
tinggi dari pada nilai TSS yang besar. Hal ini menunjukan keruh tidaknya
air sungai. Menurut Effendi (2002) : 60), kekeruhan menggambar sifat
optik air yang di tentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang di serap dan
di pancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Dengan adanya
kekeruhan berarti adanya bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada
perairan (misalnya lumpur dan pasir halus). Dijelaskan lebih lanjut oleh
Suripin (2002 : 149), kekeruhan tergantung pada konsentrasi partikel-
11
partikel Padat yang ada di dalam air. Jadi kekeruhan dapat menentukan
adanya TSS pada air sungai.
Konsentrasi sedimen (TSS) terkait erat dengan tingkat kepekaan
terhadap erosi, limpasan permukaan (run off) dan jenis tanah yang terdapat
pada DAS tersebut. Selain itu semakin besar luasan lereng yang lebih
curam pada DAS, maka tingkat bahaya erosi yang terjadi semakin tinggi
sehingga mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi sedimen dan dengan
adanya penggunaan lahan berupa pembukaan perkebunan Sawit yang di
lakukan oleh penduduk setempat turutn mempengaruhi konsentrasi
sedimen pada badan sungai. Jika konsentrasi nsedimen pada suatu aliran
sungai tinggi maka akan menyebabkan penurunan kualitas air.
Hari Pengamatan Qw Qs
C atau TSS
Ke- (m3/liter) (ton/hari)
1 8 2,06 1,42
2 8 2,24 1,55
3 10 2,15 1,86
4 10 2,06 1,78
5 11 2,18 2,07
Jumlah 47,00 10,69 8,68
Rerata 9,40 2,14 1,74
Sumber : Data Primer Penelitian 2013
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik DAS Senakin, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola drainase dan bentuk DAS Senakin adalah pola dendritik dan bentuk
memanjang, sedangkan profil melintang sungai berbentuk segi tiga. Orde
sungai terdiri dari 3 orde, dengan indeks kerapatan drainase (IKD) sebesar
2,20 yang tergolong dalam kategori sedang, kualitas air pada DAS Senakin
memiliki pH yang masih baik, dan suhu pada DAS Senakin masih dalam
keadaan normal di alam. Sedangkan tingkat kecerahan air rata-rata pada
DAS Senakin sebesar 30,6 cm. Pada DAS Senakin juga memiliki rata – rata
debit aliran 2,11 m3/detik dan konsentrasi sedimen dan debit sedimen
memiliki rata – rata 1,71 (ton/hari).
2. DAS Senakin memiliki rata-rata curah hujan 3.391,50 mm pertahun.
Dengan kemiringan lereng didominasi oleh Agak curam (74%) seluas
12.000 ha, pengguanaan lahan yang di dominasi oleh perkebunan Karet
seluas 5.400 ha dengan jenis tanah yang di dominasi oleh PMK (Podzolit
Merah Kuning) atau Ultisol seluas 10.000 ha.
3. Dari hasil analisis dan perhitungan pada penelitian, didapat nilai-nilai yang
baik dengan implikasi bahwa DAS Senakin mempunyai karakteristik yang
baik, dimana DAS tersebut dapat digunakan untuk kepentingan makhluk
hidup
B. Saran
1. Pada saat turun penelitian diharapkan melihat kondisi cuaca terlebih dahulu
karena apabila pengambilan sampel pada saat hujan akan berpengaruh besar
pada sampel anda karena akan membuat TSS menjadi lebih besar.
13
2. Untuk menekan tingkat kerusakan pada DAS maka di perlukan suatu tingkat
perencanaan dan pengelolaan dengan memperhatikan sistem konservasi
yang baik sehingga dapat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, MP selaku Dosen
Pembimbing Akademik serta teman-teman yang telah senantias membantu saya
dalam penelitian ini dan saya juga tidak lupa untuk berterima kasih untuk beasiswa
dana bantuan yang telah di berikan oleh pemerintah Landak yang untuk membantu
dan mendukung saya untuk menyesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA