Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. (PERMENKES NO.75 Thn 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat).

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah


supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemerintah Kota Batam
mempunyai 20 puskesmas yang tersebar baik di mainland maupun di
hinterland.
Puskesmas Tanjung Sengkuang merupakan salah satu dari 20
Puskesmas yang ada di Kota Batam. Puskesmas Tanjung Sengkuang terletak
di Kelurahan Tanjung Sengkuang Kecamatan Batu Ampar. Luas wilayah
kecamatan Batu Ampar 11,3 km2, dengan kelurahan Tg. sengkuang yaitu 3,8
km2, kelurahan Kampung Seraya yaitu 1,5 km2, kelurahan Batu Merah yaitu
3,8 km2, kelurahan Sei Jodoh yaitu 2,2 km2. Puskesmas Tanjung Sengkuang
memiliki sarana kesehatan yaitu 1 unit Puskesmas, 2 unit Pustu, 1 unit
Polindes dengan jumlah pegawai sebanyak 54 orang.
Peserta diterima sebagai CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) Kota
Batam setelah melalui proses seleksi tes CAT dan ditugaskan di Puskesmas
Tanjung Sengkuang sebagai dokter ahli pertama sejak 1 Maret 2019. Sebagai
dokter ahli pertama peserta melakukan pelayanan medis dan konseling di poli
umum, poli anak, dan poli lansia. Peserta juga melakukan penyuluhan untuk
memberikan informasi kepada pasien tentang kesehatan. Selain kegiatan di
dalam gedung, peserta juga melaksanakan kegiatan luar gedung seperti
kegiatan posyandu, penyuluhan, penjaringan, PIS-PK, home visite serta
mengikuti pelatihan-pelatihan yang ditugaskan pimpinan kepada peserta.
Selama bertugas peserta ditugaskan pimpinan mengikuti pelatihan Usaha
Berhenti Merokok (UBM) dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan ditugaskan
sebagai pemegang program Kesehatan Kerja dan Olahraga (KESJAOR).
Selama kurang lebih 5 bulan bekerja, peserta melihat adanya beberapa
masalah yang terjadi di Puskesmas Tanjung Sengkuang. Sebagai dokter yang
melayani pasien di poli, pasien yang datang berobat sebagian besar dengan
diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang selalu menempati
urutan pertama dan hipertensi ( Penyakit Tidak Menular/PTM) yang
menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pada laporan bulanan
(LB 1) di Puskesmas Tanjung Sengkuang. PTM dapat dicegah dengan
mengendalikan salah satu faktor resikonya yaitu merokok. Didapatkan pula
dari data hasil survey Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PISPK) yang sedang berjalan terhadap 7347 kepala keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Sengkuang, didapatkan sebesar 61,90% masyarakatnya adalah
perokok. Dengan adanya Klinik UBM (Upaya berhenti Merokok) dapat
membantu atau memfasilitasi pasien atau masyarakat yang ingin mendapatkan
informasi lebih detail tentang bahaya rokok, berkeinginan untuk berhenti
merokok, dan ingin berkonsultasi lebih lanjut tentang dampak rokok dan cara
untuk berhenti merokok. Hal ini juga sebagai salah satu perwujudan dari
kebijakan yang telah dikeluarkan Walikota Batam berupa Peraturan Daerah
Kota Batam No.1 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu
peserta juga menemukan masalah Belum optimalnya penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) oleh petugas UGD dikarenakan petugas ingin langsung cepat
memberikan pertolongan kepada pasien dan karena faktor kelupaan oleh
petugas UGD. Belum optimalnya pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) oleh petugas dikarenakan kurangnya sosialisasi dan kesadaran
petugas tentang pentingnya CTPS sebelum dan sesudah memeriksa pasien.
Belum optimalnya pelaksanaan senam peregangan di Puskesmas Tanjung
Sengkuang setiap hari Senin sampai Sabtu pada pukul 10.00 WIB
dikarenakan pada jam tersebut adalah jam ramainya pelayanan,pasien sangat
banyak yang mengantri untuk menunggu mendapatkan pelayanan sehingga
petugas merasa tidak enak hati untuk sejenak meninggalkan tempat untuk bisa
berkumpul di tempat yang sudah disepakati sebagai lokasi dilaksanakannya
senam peregangan. Dan masih kurangnya sosialisasi akan pentingnya
pelaksanaan senam peregangan setiap hari kerja pada pukul 10.00 kepada
petugas. (Manajemen ASN). Dan yang terakhir belum optimalnya
pelaksanaan Pos UKK PEDAS SEHAT di kelompok pekerja seken
dikarenakan belum adanya SOP dan jadwal yang tetap untuk pelaksanaannya.

B. ANALISIS ISU
a. Environmental Scanning

Selama kurang lebih 5 bulan bertugas di Puskesmas Tanjung


Sengkuang sebagai dokter ahli pertama peserta mengamati beberapa
masalah yang sering terjadi dalam pelayanan sehari-hari yang perlu
dicarikan segera solusinya. Dikaitkan dengan Manajemen ASN, Whole of
Government (WoG), dan Pelayanan Publik, peserta menemukan beberapa
isu sebagai berikut:

1. Belum adanya Klinik UBM (Upaya berhenti Merokok) di


Puskesmas Tanjung Sengkuang. Klinik UBM merupakan
perpaduan antara upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang
berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dan upaya
kesehatan perseorangan (UKP) sebagai bagian dari tatalaksana
dalam pengendalian konsumsi rokok. Rokok merupakan 60%
penyebab kematian di dunia maupun Indonesia (WHO 2008 dan
Riskesda 2010). Rokok merupakan salah satu faktor resiko PTM
(Penyakit Tidak Menular) seperti hipertensi yang menempati
urutan kedua pada laporan bulanan (LB 1), disamping itu paparan
rokok juga dapat menmpengaruhi terjadinya penyakit Infeksi
Saluran Nafas Atas (ISPA) dimana penyakit ISPA selalu
menempati urutan pertama pada laporan bulanan (LB 1) selama
peserta bertugas di Puskesmas Tanjung Sengkuang. Didapatkan
pula dari data hasil survey Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PISPK) yang sedang berjalan terhadap 7347
kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sengkuang,
didapatkan sebesar 61,90% masyarakatnya adalah perokok.
Dengan adanya Klinik UBM (Upaya berhenti Merokok) dapat
membantu atau memfasilitasi pasien atau masyarakat yang
berkeinginan untuk berhenti merokok, ingin mendapatkan
informasi yang lebih detail tentang bahaya rokok dan ingin
berkonsultasi lebih lanjut tentang dampak rokok dan cara untuk
berhenti merokok. Hal ini juga sebagai salah satu perwujudan dari
kebijakan yang telah dikeluarkan Walikota Batam berupa
Peraturan Daerah Kota Batam No.1 Tahun 2016 tentang Kawasan
Tanpa Rokok. (Pelayanan Publik)
2. Belum optimalnya penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) oleh
petugas UGD Puskesmas Tanjung Sengkuang. Hal ini dikarenakan
petugas ingin langsung cepat memberikan pertolongan kepada
pasien dan karena faktor kelupaan oleh petugas UGD.
(Manajemen ASN)
3. Belum optimalnya pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
oleh petugas di Puskesmas Tanjung Sengkuang. Hal ini
dikarenakan kurangnya sosialisasi dan kesadaran petugas tentang
pentingnya CTPS sebelum dan sesudah memeriksa pasien.
(Manajemen ASN)
4. Belum optimalnya pelaksanaan senam peregangan di Puskesmas
Tanjung Sengkuang setiap hari Senin sampai Sabtu pada pukul
10.00 WIB. Hal ini dikarenakan pada jam tersebut adalah jam
ramainya pelayanan,pasien sangat banyak yang mengantri untuk
menunggu mendapatkan pelayanan sehingga petugas merasa tidak
enak hati untuk sejenak meninggalkan tempat untuk bisa
berkumpul di tempat yang sudah disepakati sebagai lokasi
dilaksanakannya senam peregangan. Dan masih kurangnya
sosialisasi akan pentingnya pelaksanaan senam peregangan setiap
hari kerja pada pukul 10.00 kepada petugas. (Manajemen ASN)
5. Belum optimalnya pelaksanaan Pos UKK PEDAS SEHAT di
kelompok pekerja seken Tanjung Sengkuang. Hal ini dikarenakan
belum adanya SOP dan jadwal yang tetap untuk pelaksanaannya.
(Pelayanan Publik)
b. Alat Bantu Analisis
Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, akan dilakukan
penetuan prioritas isu yang akan dicarikan solusi oleh peserta. Proses
penentuan prioritas isu dilakukan dengan menggunakan metode AKPL
(Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan KeLayakan) untuk memilih
3 dari 5 isu yang telah ditemukan. Kemudian dari 3 isu tersebut dipilih
1 prioritas isu dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, dan Growth). Rentang penilaian pada kedua metode ini
adalah 1-5.
Melalui tahapan tersebut maka di temukan 5 buah isu yang telah
diidentifikasi yaitu :
1. Belum adanya Klinik UBM (Upaya berhenti Merokok) di
Puskesmas Tanjung Sengkuang. (Pelayanan Publik)
2. Belum optimalnya penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
oleh petugas UGD Puskesmas Tanjung Sengkuang.
(Manajemen ASN)
3. Belum optimalnya pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) oleh petugas di Puskesmas Tanjung Sengkuang.
(Manajemen ASN)
4. Belum optimalnya pelaksanaan senam peregangan di
Puskesmas Tanjung Sengkuang setiap hari Senin sampai Sabtu
pada pukul 10.00 WIB. (Manajemen ASN)
5. Belum optimalnya pelaksanaan Pos UKK PEDAS SEHAT di
kelompok pekerja seken Tanjung Sengkuang. (Pelayanan
Publik)

Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode AKPL


tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 1 Analisis Penilaian Isu dengan AKPK

N Identifikasi Isu Kriteria AKPK Total Nilai


o A K P L
1 Belum adanya klinik UBM (Upaya 4 5 5 4 18 I
berhenti Merokok) di Puskesmas
Tanjung Sengkuang

2 Belum optimalnya penggunaan APD 4 4 4 4 16 II


(Alat Pelindung Diri) oleh petugas
UGD Puskesmas Tanjung
Sengkuang
3 Belum optimalnya pelaksanaan Cuci 2 3 3 3 11 V
Tangan Pakai Sabun (CTPS) oleh
petugas di Puskesmas Tanjung
Sengkuang
4 Belum optimalnya pelaksanaan 4 2 3 4 13 IV
senam peregangan di Puskesmas
Tanjung Sengkuang setiap hari
Senin sampai Sabtu pada pukul
10.00 WIB
5 Belum optimalnya pelaksanaan Pos 3 4 3 4 14 III
UKK PEDAS SEHAT di kelompok
pekerja seken Tanjung Sengkuang

Keterangan : Skala likert 1 – 5 (5=Sangat besar, 4=besar, 3=sedang,


2=kecil, 1= sangat kecil) A: Aktual, K: Kekhalayakan, P: Problematik, K:
KeLayakan (AKPL).

Setelah didapatkan peringkat tiga besar berdasarkan metode AKPL, isu


yang ada dianalisis lagi dengan metode USG untuk memilih isu yang akan di
carikan solusinya.

Tabel 2 Analisis Penilaian Isu dengan USG

N Isu U S G Total Pering


o kat
1 Belum adanya klinik UBM (Upaya 5 5 5 15 1
berhenti Merokok) di Puskesmas
Tanjung Sengkuang
2 Belum optimalnya penggunaan APD 3 4 3 10 3
(Alat Pelindung Diri) oleh petugas
UGD Puskesmas Tanjung Sengkuang
3 Belum optimalnya pelaksanaan Pos 4 4 3 11 2
UKK PEDAS SEHAT di kelompok
pekerja seken Tanjung Sengkuang
C. RUMUSAN ISU
Berdasarkan hasil analisis prioritas masalah, maka didapatkan core
issue yang akan dianalisis lebih lanjut dan dirancang kegiatan-kegiatan untuk
melaksanakannya yaitu “Belum adanya klinik UBM (Upaya berhenti
Merokok) di Puskesmas Tanjung Sengkuang”

D. IDENTIFIKASI SUMBER ISU


Belum adanya klinik UBM (Upaya berhenti Merokok) di Puskesmas
Tanjung Sengkuang. Klinik UBM adalah klinik layanan konseling upaya
berhenti merokok yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil
dari bahasa latin yaitu counselium, artinya bersama atau bicara bersama.
Pengertian bicara bersama dalam hal ini adalah pembicaraan antara konselor
(counselor) dengan seseorang klien (counselee). Menurut Frank Parsons pada
tahun 1908 mengemukakan bahwa konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor/pembimbing)
kepada individu yang mengalami suatu maslah (disebut konsele) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Carl Rogers, seorang
psikolog humanistic terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan
hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self
(diri) pada pihak klien. Konseling berhenti merokok adalah proses dialog
antara konselor dan klien sehubungan dengan kebiasaan merokok untuk
diberikan motivasi cara tahapan menghentikan kebiasaan merokoknya dengan
harapan klien dapat meribah perilaku dengan hidup sehat. Klinik UBM
merupakan perpaduan antara upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang
berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) sebagai bagian dari tatalaksana dalam pengendalian
konsumsi rokok
Indonesia saat ini dihadapkan pada Triple Burden Disease yaitu
penyakit menular, penyakit tidak menular dan re-emerging disease. Dengan
berubahnya tingkat kesejahteraan dan umur harapan hidup di Indonesia, pola
penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan
beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular
bergeser ke penyakit tidak menular (Non Communicable Disease).Penyakit
Tidak Menular (PTM) merupakan 60% penyebab kematian di dunia maupun
di Indonesia (WHO 2008 dan Riskesdas 2010). PTM menjadi salah satu
tantangan dalam pembangunan dibidang kesehatan, dimana kelompok
masyarakat yang terpapar mayoritas adalah usia produktif, mereka yang
diperlukan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara sebagai sumber daya
manusia yang menanggung beban pembiayaan hidup dan generasi penerus
yang pada usia tumbuh kembang. PTM dapat dicegah dengan mengendalikan
salah satu faktor resikonya yaitu merokok.

Secara umum perilaku kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia


merupakan salah satu masalah kesehatan karena konsumsi tembakau yang
masih cenderung tinggi. Riskesdas 2007 menunjukkan konsumsi rokok di
Indonesia naik tujuh kali lipat dari 33 milyar batang menjadi 240 milyar
batang, dengan tingkat konsumsi 240 milyar batang/tahun sama dengan 658
juta batang rokok per hari, atau sama dengan uang senilai 330 milyar rupiah
dibakar oleh para perokok Indonesia setiap hari.

Rokok terbukti sebagai faktor resiko utama penyakit stroke dengan


kecenderungan kesakitan sebesar 12,1%, penyakit hipertensi 31,7%, dan
penyakit jantung 0,3% (Riskesdas 2013). Sehubungan dengan hal tersebut,
beban biaya yang berkaitan dengan penyakit akibat mengkonsumsi rokok
semakin meningkat. Konsumsi rokok dapat menyebabkan terjadinya penyakit
tidak menular seperti gangguan pernafasan (PPOK, asma), penyakit jantung
dan pembuluh darah, stroke dan kanker paru. Akibat dari konsumsi rokok
bukan hanya meningkatkan biaya pengobatan tetapi juga biaya hilangnya hari
atau waktu produktivitas. Penyakit tidak menular berpotensi besar
menghambat pertumbuhan ekonomi dan pencapaian target MDGs karena
tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh Negara untuk mengobati PTM.
PTM adalah isu kedua setelah HIV/AIDS (tahun 2002) yang akan diangkat
pada level global di PBB agar mendapat perhatian dan komitmen politik dari
pemerintah untuk menanggulanginya, oleh karena itu disetiap daerah
dihimbau agar memprioritaskan program pencegahannya. Ancaman penyakit
tidak menular dan beban ekonomi yang diakibatkan dianggap sebaga “salah
satu tantangan terbesar pembangunan dalam abad ke-21”

Selain dari rokok terbukti sebagai faktor resiko utama penyakit


hipertensi, paparan asap rokok juga dapat mempengaruhi terjadinya Infeksi
Saluran Nafas Atas (ISPA). Di Puskesmas Tanjung Sengkuang, hipertensi
menempati urutan kedua dan ISPA selalu menempati urutan pertama pada
laporan bulanan (LB 1) selama peserta bertugas kurang lebih selama 5 bulan.
Didapatkan pula dari data hasil survey Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PISPK) yang sedang berjalan terhadap 7347 kepala
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sengkuang, didapatkan sebesar 61,90%
masyarakatnya adalah perokok.

Dengan adanya Klinik UBM (Upaya berhenti Merokok) dapat


membantu atau memfasilitasi pasien atau masyarakat yang ingin mendapatkan
informasi lebih detail tentang bahaya rokok, berkeinginan untuk berhenti
merokok, dan ingin berkonsultasi lebih lanjut tentang dampak rokok dan cara
untuk berhenti merokok. Hal ini juga sebagai salah satu perwujudan dari
kebijakan yang telah dikeluarkan Walikota Batam berupa Peraturan Daerah
Kota Batam No.1 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

E. ANALISIS DAMPAK

Klinik UBM adalah klinik layanan konseling upaya berhenti merokok


yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Klinik
UBM (Usaha Berhenti Merokok) dapat membantu atau memfasilitasi pasien
atau masyarakat yang ingin mendapatkan informasi lebih detail tentang
bahaya rokok, berkeinginan untuk berhenti merokok, dan ingin berkonsultasi
lebih lanjut tentang dampak rokok dan cara untuk berhenti merokok. Apabila
Klinik UBM tidak diadakan segera maka akan berdampak sebagai berikut :

a. Dampak bagi Dokter


Dokter tidak dapat melakukan konseling terhadap pasien tentang bahaya
rokok, bagaimana upaya berhenti merokok secara lebih detail dan dengan
pendekatan kekeluargaan serta tidak dapat menggali lebih dalam
permasalahan terkait kebiasaan merokok pasien.
b. Dampak bagi Organisasi
Jumlah kunjungan sakit ke Puskesmas yang disebabkan oleh ISPA dan
hipertensi akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan
sakit ke Puskesmas menunjukkan bahwa fungsi dan peran utama Puskesmas
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya untuk
masyarakat tidak berjalan dengan baik. Disamping itu program dari
Pemerintah Kota Batam tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tidak tercapai.
c. Dampak bagi Masyarakat
Meningkatnya jumlah perokok aktif dan pasif yang bisa berdampak buruk
terhadap lingkungan masyarakat itu sendiri, yang merupakan faktor resiko
untuk penyakit ISPA dan penyakit tidak menular seperti hipertensi dan asma.
Dan masyarakat berhak untuk menghirup udara segar dan bebas tanpa asap
rokok.

F. RUANG LINGKUP
Rancangan Aktualisasi Peserta Pelatihan Dasar CPNS ini meliputi
penetapan isu, analisis isu, dan kegiatan dalam rangka menyelesaikan isu
tersebut sesuai dengan rincian kinerja yang terdapat pada Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) yang terdiri atas tugas pokok, tugas tambahan dan tugas
kreatifitas dengan menetapkan nilai-nilai ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti korupsi) sebagai
Aparatur Sipil Negara (ASN) serta dengan mempertimbangkan aspek
pelayanan publik, manajemen ASN serta whole of government. Kegiatan
aktualisasi akan dilaksanakan selama 30 hari terhitung dari tanggal 12
Agustus – 16 September 2019 di UPT. Puskesmas Tanjung Sengkuang.

Berkaitan dengan isu yang diangkat maka penulis akan melakukan


beberapa kegiatan, yaitu :

1. Lapor rencana kegiatan kepada Kepala Puskesmas tentang rancangan


aktualisasi. Kegiatan ini merupakan sasaran kerja pegawai.
2. Pembuatan SK dan SOP Klinik UBM. Kegiatan ini merupakan tugas
pimpinan.
3. Persiapan sarana dan prasana Klinik UBM. Kegiatan ini merupakan
tugas pimpinan dan kreatifitas.
4. Sosialisasi Klinik UBM. Kegiatan ini merupakan tugas pimpinan dan
kreatifitas.
5. Pelaksanaan Klinik UBM. Kegiatan ini merupakan sasaran kerja
pegawai dan kreatifitas.

G. LEMBAR KONFIRMASI ISU


Persetujuan Coach dan Mentor
Coach Mentor

dr. Wilda Hayati, MM drg. Irma Solvia


NIP. 19650603 196602 2 001 NIP. 19581231 198103 1 063
Tanggal 01 agustus 2019 Tanggal 01 agustus 2019
H. JUDUL AKTUALISASI
“Penguatan Layanan UKM ( Usaha Kesehatan Masyarakat) dengan
Pengadaan Klinik UBM (Upaya Berhenti Merokok) di Puskesmas
Tanjung Sengkuang”
BAB II
PELAKSANAAN AKTUALISASI

A. RANCANGAN AKTUALISASI
a. Unit Kerja
Dokter ahli pertama di Puskesmas Tanjung Sengkuang
b. Identifikasi Isu
Perilaku kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia merupakan
salah satu masalah kesehatan karena konsumsi tembakau yang masih
cenderung tinggi
Rokok terbukti sebagai faktor resiko utama penyakit hipertensi
dimana hipertensi menempati urutan kedua setelah ISPA yang
menempati urutan teratas pada laporan bulanan LB 1.
Dari data hasil survey Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PISPK) yang sedang berjalan terhadap 7347 kepala
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sengkuang, didapatkan sebesar
61,90% masyarakatnya adalah perokok.
c. Isu yang diangkat
Berdasarkan hal di atas diatas peserta memilih isu, “Belum adanya
Klinik UBM di Puskesmas Tanjung Sengkuang”.
d. Gagasan Pemecahan Isu

Tabel 2.1. Jenis dan Sumber Kegiatan


NO JENIS KEGIATAN SUMBER KEGIATAN
e. Rancangan Kegiatan

B. JADUAL KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai