Anda di halaman 1dari 7

Dengarlah

Bagaimana rasanya jika jarak memisahkan kamu dengan orang yang kamu cinta? Bagaimana
rasanya jika waktu membuat komunikasi kalian terbatas? Bagaimana hanya memandang
langit yang sama membuatmu seolah melihatnya secara dekat? Aku merasakannya, dan
sungguh ini menyakitkan. Percayalah, berjauhan dengan orang yang kamu cinta
menyesakkan jiwa. Bukankah cinta selebay itu?

Aku dan dia berada di tempat yang berbeda. Berkilo-kilo meter jarak memisahkan kami,
perbedaan waktu yang kentara membuat kami bersusah payah membangun komunikasi yang
baik. Namun apa daya, Jarak dan waktu seolah menguji kesabaran kami. Hanya kepercayaan
dan cintalah pondasi utama menegakkan kisah cinta ini.

Dering ponsel membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum senang saat tahu bahwa dialah
orang yang menghubungiku

“Halo... lama sekali kamu tidak memberiku kabar” serogohku

“Hey bagaimana aku mau menghubungimu? Pekerjaanku saja sudah menuntutku untuk
diselesaikan detik itu juga, belum lagi perbedaan waktu ini. Apa aku menganggu waktu
tidurmu? Disini masih sore”

“Sejak kapan seorang Djandu Pandu menganggu tidurku? Asal kau tahu ya bapak Pandu
terhormat, aku selalu menunggu kabarmu”

“Maaf...”

“Kenapa minta maaf? Kamu tidak salah oke”

“Kita videocall aja ya. Ada sesuatu yang mau aku tunjukin ke kamu”

Aku pun mulai menyalakan laptopku dan membuka skype. Tak berapa lama, panggilan dari
Pandu terpampang jelas dilayar laptop

“Hay...” pekiku girang.

Wajah tampannya terlihat jelas di layar laptop. Muka yang terlihat lelah dengan kantung mata
yang besar, rambut yang biasanya klimis kini terlihat kacau.

“Kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu?” tanyaku khawatir


“Apa maksud dari semua ini May?”

Aku menyipitkan mataku, melihat sebuah kertas yang berada di tangan Pandu.

“Oh itu fotoku dan Kak Ryan”

“Apa yang kalian lakukan di restauran?”

“Tentu saja makan. Kamu kenapa Pan?”

“Kamu bilang kenapa? Coba tanya diri kamu!” bentak Pandu membuatku terhenyak pasalnya
baru pertama kali Pandu membentakku. Dia kenapa sih?

“Kamu lagi ada masalah?”

“Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan, itu semakin menguatkan bukti bahwa kamu
selingkuh dengan dia”

“Kamu nuduh aku?” tanyaku. Baik sekali ini mata mulai memanas, plis jangan nangis
didepan Pandu. Aku bukan perempuan yang lemah

“Aku tidak menuduhmu! Itu memang nyatanya! Kamu terlihat bahagia dengan dia apalagia
dia menatapmu penuh memuja. Ckck pasangan serasi”

“Hanya segitu aja kamu memberiku sebuah kepercayaan? Hanya segitu sajakah kamu
memberiku ruang untuk menjelaskan segalanya? Apa artinya dua tahun kita bersama? Apa
artinya kesabaranku menunggumu? Kenapa hanya dengan sebuah foto membuatmu meragu?
Meragukan cinta dan penantianku? Untuk apa hah!” ujarku yang kini ikut emosi. Enak saja
dia bilang aku selingkuh!

“Tidakkah kamu tahu, aku disini berusaha menjaga cintamu. Disini, aku membangun sebuah
kepercayaan yang besar terhadapmu. Jarak dan waktu aku kira membuatmu lebih dewasa
dalam bertindak, aku kira kamu sudah memberiku kepercayaan yang besar terhadapku. Ckck
sungguh ini membuatku seolah tertampar keras oleh kenyataan.. hm.. kita tidak bisa bersama
lagi. Karena dalam menjalin sebuah hubungan, cinta tidak cukup untuk membangun benteng
pertahanan hubungan kita. Kepercayaan, yah kepercayaanlah pondasi utama dalam suatu
hubungan. Tapi lihatlah, kamu meragu akan diriku. Lalu untuk apa lagi aku mempertahankan
semuanya? Hanya membuahkan sia-sia belaka”
Aku mengehela nafas dalam, membiarkan air mata menetes semakin deras. Biarlah dia sadar
bahwa aku terluka oleh dirinya, terluka akan sikapnya. Aku tak habis pikir, kenapa dia malah
menuduhku selingkuh? Sedangkan hati dan fikiranku penuh akan dirinya, untuk melirik
pemuda lain saja sudah enggan. Dari mana sih pemikiran itu? aku saja tidak memikirkan
sama sekali untuk selingkuh darinya.

Aku dan kak Ryan hanya teman biasa. Kami berteman sejak smp, jadi apa salahnya aku
makan bersama dengan kak Ryan? Apalagi aku sudah menganggap kak Ryan seperti kakak
laki-laki yang selama ini aku idam-idamkan.

Apa cinta selalu membatasi ruang gerak kita? Apa cinta begitu kejam menjauhkan kita dari
kehidupan sosial? Apa cinta selalu menjadi nomor satu? Dan kenapa cinta begitu egois?

“May... aku...”

Aku menggelengkan kepalaku dan mengacungkan telapak tanganku untuk membuatnya


diam. Dengan kasar, tanganku menghapus air mata yang berada di pipiku. Menyunggingkan
senyum kearahnya, aku yakin senyumku ini teramat menyeramkan.

“Kita akhiri semuanya. Belajarlah memberi kepercayaan kepada seseorang yang kamu cinta.
Karena pada dasarnya kepercayaanlah hal utama yang nantinya akan membuat suatu
hubungan mengalami kemajuan. Kita akhiri ini, terimakasih. Semoga kamu mau menjadikan
ini sebagai cermin bahwa kamulah yang harus membangun benteng kepercayaan yang besar.
Aku pamit”

Aku mematikan sambungan telefon dengan Pandu. Tanganku mendekap erat mulutku untuk
menahan isakan yang akan terdengar menyakitkan.

Aku benci ini, kenapa penantianku berunjung pada kesia-siaan belaka? Apa arti kebersamaan
jika hanya untuk kesenangan sesaat? Kenapa rasanya sulit sekali memberi kepercayaan? Apa
aku tidak pantas untuk diberi kepercayaan?

Kenapa cinta dan sakit itu satu paket? Aku benci rasa ini yang datang bersamaan, membuatku
terhimpit dan terpojok dalam ruang gelap menyesakkan.
http://lifestyle.liputan6.com/read/2403845/5-cara-kreatif-hidupkan-gairah-ldr
http://www.zetizen.com/show/1102/4-hal-yang-cuma-bisa-dimengerti-pasangan-ldr
http://pedulisehat.info/dengar-lagu-galau-saat-patah-hati-justru-membuat-orang-lebih-
bahagia/
Namaku Maulidiah Nur Aliyah. Kerap kali aku disapa dengan Diyah atau Lidiah. Aku lahir
di Brebes, 22 juni 1999. Sekarang aku kelas XI IIS SMA N 1 Brebes. Aku tinggal di jln.prof
moh yamin gang cermai rt 04/10 pasarbatang brebes. hobiku menulis dan cita-citaku menjadi
kebanggaan buat mamah dan semuanya. No ponsel 089662268962, e-mail
Maulidiahnuraliyah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai