Anda di halaman 1dari 3

Matahari semakin terang menerangi bumi.

Dipadatnya kota Jakarta terutama pada hari


Senin terlihat seorang gadis tengah berlari seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan
tangannya. Batinnya terus menggerutu kesal. Tidak masalah jika dia terlambat, hanya saja dia
murid baru yang akan mengikuti masa orientasi siswa (MOS). Jika dia terlambat sudah
dipastikan dia akan kena hukuman dan dijahili kakak pembina. Dan dia benci hal seperti itu.

Dia menghembuskan nafas lega ketika sudah memasuki gerbang sekolah yang hampir
tertutup.

“Lelet banget jalannya! Kalau perlu lari” sentak seseorang yang berdiri di depan
gerbang. Dasar senior gerutunya kesal

“Dikira gue daritadi jalan apa...Perlu dibawa ke dokter mata tuh senior” gumamnya
seraya berjalan menuju lapangan yang sudah ramai.

“Nggak berani ngomong depan orangnya langsung?” gadis itu tersentak kaget. Dia
menatap tajam seorang laki-laki di sampingnya.

“Woy..Kak yang berdiri di depan gerbang!... katanya dia, lo disuruh ke dokter mata”
teriak pemuda tersebut. Semua siswa yang berlalu lalang mendadak berhenti dan menatap
senior yang mukanya sudah memerah seperti kepiting rebus. Gadis itu hanya menutup
mukanya.

“Oon banget tuh orang. Ya ampun...”

Pemuda yang berteriak tadi tertawa senang mendengar penuturan gadis disampingnya.
Masih dengan santainya seperti tak berdosa akan kejadian tadi, pemuda tersebut berjalan
menuju lapangan.

“Gue malu banget anjir” ujar gadis berkuncir satu itu. Ia menundukan kepalanya dan
berjalan menuju lapangan untuk mengikuti apel.

Matahari semakin terik dan seakan kulit mereka terbakar, keringat bercucuran
membasahi wajah-wajah siswa baru yang berdiri dengan tegap di lapangan. Akhirnya apel
berakhir. Seseorang berdiri di depan dengan mic di tangannya, dia memperkenal kan dirinya
sebagai ketua panitia masa orientasi siswa hari ini dan dua hari kedepan.
“Sekarang keluarkan peralatan yang kemarin kalian tulis” perintahnya tegas. Semua
siswa dengan segera mengobrak abrik tasnya untuk mengambil peralatan yang diperintahkan,
kecuali satu siswa yang dengan santainya menenggak air yang diambil dari tasnya.

“Kamu! Siapa yang nyuruh kamu minum? Cepat ambil peralatanmu!!” Ujar Rian,
ketua panitia

“Gue nggak bawa peralatannya”

“Cepat ke depan!”

Pemuda itu berjalan kedepan dengan muka santainya. Ia berdiri menatap Rian dengan
muka datar, hal tersebut membuat Rian geram dan naik pitam.

“Berani-beraninya ya kamu nggak bawa peralatan! Memangnya kamu siapa hah!


Anak yang punya nih sekolah? Ckckck murid baru aja songgong”

Pemuda tersebut menyunggingkan senyum meremehkan.

“Oh jadi kakak pengin ngerti nama gue. Gue Nio, dan emang gue bukan anak yang
punya sekolah ini. Lagian buat apa gue bawa peralatan nggak guna gitu. Tuh...” ujar Nio
seraya menunjuk dot yang di kalungkan siswa baru di depannya

“Dot buat apaan? Gue juga bisa kali minum susu langsung dari sumbernya”

Seketika ucapan Nio membuat seluruh orang tertawa. Rian semakin geram, ia
mengepalkan tangannya. Sial umpatnya dalam hati. Tawa itu semakin redup saat Rian mulai
berteriak untuk diam. Semuanya bungkam dan tak berani menatap Rian yang membara
karena marah.

“Dan apa tuh disuruh bawa kalung bawang putih.. kakak kira kita mau ngelawan
vampir? Kakak tuh kebanyakan ngehayal. Mending kita disuruh bawa mie atau barang yang
bisa buat di kasih ke orang, kita bikin baksos kan lebih guna. Atau kalau nggak kita bikin
artikel tentang sekolah ini biar kita lebih ngenal sekolah yang bakal kita jalanin tiga tahun
kedepan”

Dalam hati semua siswa baru bahkan panitia acara ini membetulkan apa yang
dikatakan Nio. Nio termasuk orang pertama yang berani melakukan hal tersebut. Masa
orientasi siswa yang dulu-dulu pun tak ada yang berani memprotes apapun yang disuruh
panitia MOS. Rian semakin geram, bahkan dia sudah mengangkat kepalan tangannya. Nio
memegang lengan Rian yang hampir meninju pipinya. Ia kembali tersenyum meremehkan.

“Gue paling benci sama orang yang di kasih saran tapi nggak ngehargain. Dan ini
pantes buat orang tersebut”

Bugh

Nio mendaratkan kepalan tangannya ke pipi Rian. Rian bahkan sampai terjatuh dan di
sudut bibirnya mengeluarkan darah. Sontak semua panitia berlari menghampiri Rian dan Nio
untuk melerai keduanya. Karena kejadian tersebut, MOS akhirnya dibatalkan dan semua
siswa baru memasuki kelasnya masing-masing sesuai pembagian kelas yang di pasang di
mading.

-oOo-

“Ada untungnya juga kejadian tadi”

“He’em kita nggak jadi MOS dan bebas pelajaran dua hari ke depan”

“Makan dulu, jangan banyak ngomong. Keselek baru tahu rasa” ucap Nisya

Saat ini Nisya dan kedua teman barunya-Melia dan Linda- tengah makan di kantin.

Anda mungkin juga menyukai