Anda di halaman 1dari 3

Pemilu 2019

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Dinda Nabila Setiawan (1111180222), Yosefine (1111180421)
Fakultas Hukum, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Setiap warga negara mempunyai hak pilih untuk memilih pemimpin di NKRI ini. Hak
pilih ini diimplementasikan dalam sebuah pemilihan umum. Pemilihan Umum (Pemilu)
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujuyr dan adil dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Jabatan
tersebut beraneka ragam, muai dari jabatan presiden/eksekutif. Wakil rakyat/legislative di
berbagai tingkat pemerintahan sampai ke kepalada desa.Tujuan dari pemilu ini adalah sebagai
perwujudan kedaulatan rakyat untuk memperoleh pemerintahan negaran yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan
pemerintahan secara tertib dan damai, untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang
akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan, untuk melaksanakan prinsip
kedaulatan rakyat, dan untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara. Fungsi dari
Pemilu ini sendiri adalah : Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di
Indonesia, adanya masyarakat yang adil dan makmur menurut Pancasila, menjamin suksesnya
perjuangan orde baru, yakni tetap tegaknya Pancasila dan diangkatnya UUD 1945. Pemilu ini
dilakukan dengan berdasarkan asa LUBeR JurDil (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan
Adil). Pemilihan umum ini terbagi menjadi dua, yaitu pemilihan umum presiden/wakil presiden
dan pemilihan umum legislatif. Pada tahun 2019 ini untuk pertama kalinya pemilihan umum
legislatif dilaksanakan bersamaan dengan pemilihan umum presiden/wakil presiden.
Pemilu Serentak 2019 menghadirkan lima pemilihan sekaligus mulai dari Presiden-Wakil
Presiden, DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/kota, dan DPD RI. Pemilu serentak ini
dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019. Ada 14 partai politik yang sudah ditentukan sebagai
peserta pemilu. 1: Partai Kebangkitan Bangsa, 2: Partai Gerindra, 3: Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, 4: Partai Golkar, 5: Partai Nasdem, 6: Partai Garuda, 7: Partai Berkarya, 8: Partai
Keadilan Sejahtera, 9: Partai Perindo, 10: Partai Persatuan Pembangunan, 11: Partai Solidaritas
Indonesia, 12: Partai Amanat Nasional, 13: Partai Hanura, dan 14: Partai Demokrat. Sejak 17
Februari 2018 semua peserta pemilu melakukan kegiatan kampanye hingga 23 September 2018.
Masa kampanye pemilu baru akan berlangsung mulai 23 September 2018 hingga 13 April 2019.
Pemilu ini dilaksanakan kurang lebih 800.000 TPS (Tempat Pemungutan Suara).
Pelaksanaan pemilu serentak 2019 ini diwarnai sejumlah persoalan. Sejauh ini sedikitnya
16 petugas KPPS meninggal dunia. Jumlah korban terbanyak di Jawa Barat yang mencapai 12
orang. Adapun empat lainnya di Sulawesi Selatan. Hal lain, banyak pemilih kebingungan ketika
harus memilih calon anggota legislatif lantaran informasinya tenggelam oleh pemilihan capres
dan cawapres. Di luar negeri, pemilihan kehilangan haknya karena durasi pencoblosan yang
terbatas. Berbagai masalah tersebut diakui Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum
Kementerian Dalam Negeri, Soedarmo.
Penghitungan suara juga dilanda beberapa persoalan, salah satunya aksi 21-22 Mei 2019.
Pada tanggal 21 Mei 2019, dini hari sesudah KPU menyelesaikan seluruh rekapitulasi 34
provinsi dan 130 PPLN, KPU (Komisi Pemilihan Umum) mengumumkan hasil rekapitulasi
nasional pemilihan presiden yang menunjukkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebagai
pemenang, mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurut KPU, jumlah
suara sah nasional tercatat 154.257.601. Jumlah suara sah pasangan capres/cawapres nomor urut
01 Jokowi-Ma’ruf Amin mencapai 85.607.362 atau 55,50% dari total suara sah nasional. Jumlah
suara sah pasangan saingan mereka, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, adalah 68.650.239 suara
sah atau 44,50% dari total suara sah nasional. Ketua KPU Arief Budiman menggarisbawahi
bahwa yang ditetapkan pada Selasa dini hari adalah hasil rekapitulasi penghitungan suara.
Adapun penetapan presiden dan wakil presiden terpilih akan dilakukan tiga hari sesudah
pengumuman hasil rekapitulasi ini guna memberikan kesempatan kepada pasangan calon atau
partai politik yang mengajukan sengketa ke Mahkamah Konstitusi (MK) seandainya tidak ada
gugatan selama tiga hari ke depan, maka KPU akan menetapkan presiden dan wakil presiden
terpilih. Pengumuman hasil rekapitulasi suara nasional tersebut dikeluarkan sehari lebih awal
dari jadwal semula pada Rabu (22/05), dan dilakukan sebelum rencana aksi demonstrasi
menentang hasil pemilihan presiden digelar yang semula dijadwalkan akan mulai diadakan di
Jakarta pada sore harinya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu,
penetapan hasil pemilu wajib dilakukan paling lambat 35 hari setelah pemungutan suara. Batas
waktu tersebut yaitu tanggal 22 Mei 2019 seperti rencana semula.
Pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin menang di 21 provinsi, yaitu Gorontalo,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali, Sulawesi
Barat, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Jawa
Timur, NTT, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Papua Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Maluku,
dan Papua. Sisanya 13 provinsi lainnya dimenangkan oleh pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga
Uno, termasuk Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Aceh dan Sualawesi Tenggara.
Dalam pemilu 2019 ini terjadi peristiwa kerusuhan yang terjadi di sejumlah titid di
Jakarta. Kerusuhan ini dimulai sejak Selasa (21/5/2019) malam dan terus memanas hingga
memasuki Rabu (22/5/2019) dini hari. Kerusuhan yang berawal dari aksi unjuk rasa tersebut
terjadi pasca pengumuman hasil rekapitulasi pemilu 2019 yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) pada Selasa dini hari. Namun aksi memanas saat malam semakin larut. Berikut
adalah kronologi lengkap kerusuhan 22 Mei 2019 dini hari:

Pukul 10.00 WIB


Sejak Selasa siang, sejumlah massa berdatangan memadati Kantor Bawaslu RI, Jalan MH
Thamrin, Jakarta Pusat. Aksi unjuk rasa tersebut berlangsung dengan damai. Para peserta unjuk
rasa menggelar doa bersama, buka puasa bersama hingga Salat Tarawih berjamaah di depan
Kantor Bawaslu.

Pukul 21.00 WIB


Usai Salat Tarawih berjamaah, pihak kepolisian mengimbau agar massa aksi membubarkan diri
secara tertib. Para massa aksi pun menyambut imbauan tersebut dengan baik, sebelum
membubarkan diri mereka bersalaman dengan kepolisian yang berjaga di depan Kantor Bawaslu.
Satu persatu massa aksi pun membubarkan diri kembali ke rumah. Kondisi masih berjalan tertib,
damai dan kondusif.
Pukul 23.00 WIB
Tiba-tiba massa misterius datang menuju depan Kantor Bawaslu. Mereka langsung melakukan
aksi anarkis dan provokatif dengan merusak pagar kawat yang dipasang oleh petugas.
Sesuai dengan SOP yang berlaku, tidak diizinkan adanya aksi unjuk rasa hingga larut malam.
Polisi pun mendorong massa hingga ke Jalan Sabang dan Wahid Hasyim. Namun bentrokan
justru terjadi, massa misterius tersebut melempari batu, petasan, hingga bom molotov ke arah
petugas.
Polisi telah mengeluarkan imbauan untuk membubarkan diri hingga pukul 03.00 WIB. Namun
imbauan tersebut tak diindahkan, polisi terus mendorong maksa hingga massa terpecah sebagian
ke arah Jalan Sabang dan sebagian ke gang-gang kecil.

Pukul 02.45 WIB


Sekitar pukul 02.45 WIB, polisi telah berhasil mengurai massa yang sebelumnya rusuh di sekitar
Kantor Bawaslu. Namun, tiba-tiba muncul massa baru misterius.

Pukul 03.00 WIB


Pada saat yang bersamaan, muncul massa baru sekitar 200 orang berkumpul di KS Tubun,
Jakarta Pusat. Polisi menduga massa tersebut sudah dipersiapkan.
Polisi pun memberikan imbauan untuk membubarkan diri. Namun massa tersebut justru
melakukan penyerangan ke arah asrama Mabes Polri di Petamburan dengan bom molotov,
petasan dan botol.
Petugas di asrama berusaha mengurai massa dengan menembakkan gas air mata, massa terus
merangsek masuk ke dalam asrama Brimob. Puluhan mobil yang terparkir baik kendaraan dinas
maupun pribadi dibakar.
Total ada 11 mobil pribadi dan 3 mobil dinas yang terbakar. Sementara itu ada 11 unit mobil
yang mengalami kerusakan.
Pukul 05.00 WIB
Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono tiba di lokasi asrama Brimob. Massa misterius
tersebut masih berada di lokasi.
Polisi mengamankan 11 orang diduga provokator di lokasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai