Nama : Yuniarti
Kelas :B
NIM : 091314025
Kelompok : VI
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Nama : Yuniarti
Kelas :B
NIM : 091314025
Kelompok : VI
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Drs.H.Alimin, M.S
A. Judul Percobaan
“Konduktometri”
B. Tujuan Pecobaan
1. Untuk mengetahui cara kerja alat.
2. Untuk mengetahui daya hantar suatu larutan
C. Prinsip Dasar
Berdasarkan daya hantar listrik larutan dan gerakan ion-ion di
dalam larutan.
D. Latar Belakang
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan
bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar
listrik berhubungan dengan pergeseran suatu ion dai dalam larutab ion
yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R)
sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik
dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya
hantar listrk (G) berbanding lurus dengan luas penampang elektroda (A).
Kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik disebut
daya hantar ekivalen yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram
ekivalen zat terlarut diantara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda
1 cm. yang dimaksud dengan berat ekivalen adalah berat molekul dibagi
jumlah muatan positif atau negative. Pengukuran daya hantar
memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan
(rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan tersebut (Masyuari,
2011).
Metode konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik
ekivalen suatu titrasi, berupa beberapa titrasi konduktometri. Titrasi asam
kuat-basa kuat sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua
larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya
ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Daya hantar H+ turun sampai titik
ekivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam
larutan. Sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik ekivalen
tercapai karena jumlahnya bertambah di dalam larutan. Jumlah ion Cl - di
dalam larutan tidak bertambah, karena itu daya hantar konstan dengan
penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-
lahan.
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi
jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah
penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui, berarti selama
pengkuran yang berturut-turut jarak elektrodanya harus tetap. Hantaran
sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature tetap, tetapi
pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara
linear lagi dengan konsentrasi. Kurva pengukuran untuk titrasi NaOH
terhadap HCl akan terlihat bahwa hantaran ion H+ berkurang sampai titik
ekivalen tercapai. Kemudian dengan penambahan titran terlihat bahwa
hantaran total sesudah titik ekivalen akan naik kembali. Ion Cl - tidaklah
memberikan sumbangan yang cukup berarti. Ion H+ sendiri memberikan
82% sedangkan Cl- 18% dari hantaran (Khopkar, 2008).
E. Alat dan Bahan
1. Alat;
a. Gelas piala 250 ml 1 buah
b. Konduktometer 1 set
c. Gelas kimia 100 ml 1 buah
d. Botol semprot 1 buah
e. Statif 1 buah
f. Klem 1 buah
g. Buret 1 buah
h. Pipet tetes 2 buah
i. Pipet volum 25 ml 1 buah
2. Bahan;
a. Larutan NaOH 0,1 N
b. Larutan HCl 0,1 N
c. Aquades
d. Tissue
F. Prosedur Kerja
1. Dihubungkan alat dengan sumber arus.
2. Di pipet 25 ml larutan HCl ke dalam gelas piala yang telah disediakan.
3. Di ukur daya hantarnya dengan menggunakan konduktometer.
4. Di titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dan setiap penambahan 3 ml
mencatat perubahan konduktans dari larutan yang diukur. Pada
proses ini sebaiknya menggunakan volume NaOH sampai sekitar 50
ml baru mengakhiri proses pengamatan.
5. Di buat kurva dengan memplot nilai konduktan dengan volume NaOH
0,1 N.
6. Ditentukan titik ekivalenya.
G. Hasil Pengamatan
HCl 0,1 N = 25 ml
Penambahan NaoH 0,1 N Konduktans (µs) Konduktans (Ω-1)
0 ml 29,20 29,20 x 10-6
3 ml 23,90 23,90 x 10-6
6 ml 19,30 19,30 x 10-6
9 ml 15,30 15,30 x 10-6
12 ml 12,10 12,10 x 10-6
15 ml 9,10 9,10 x 10-6
18 ml 5,64 5,64 x 10-6
21 ml 5,76 5,76 x 10-6
24 ml 6,66 6,66 x 10-6
27 ml 7,20 7,20 x 10-6
30 ml 9,50 9,50 x 10-6
33 ml 10,30 10,30 x 10-6
36 ml 10,80 10,80 x 10-6
39 ml 11,20 11,20 x 10-6
42 ml 11,90 11,90 x 10-6
45 ml 12,20 12,20 x 10-6
48ml 12,30 12,30 x 10-6
H. Analisis Data
Dik : V HCl = 25 mL
λº H+ = 349,8 Ω-1. mol-1. cm2
λº Cl- = 76,3 Ω-1. mol-1. cm2
1
Dit : =….? (untuk setiap volume NaOH 0,1 N)
𝑅
Penyeleseian :
Konversi µs menjadi Ω-1
1 siemens = 1 x 10-6 µs
1s = 1 Ω-1
1𝑠 1 Ω−1
1 µs = 1 µs x 106 µ𝑠 x 1𝑠
1 µs = 10-6 Ω-1
𝑉 𝐻𝐶𝑙
L = C x 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 (λº H+ + λº Cl-)
= 1. 10-5 mol/cm2
1). Untuk NaOH = 3 ml
25 𝑚𝑙
L = 1. 10-5 mol/cm2 x (349,8 + 76,3) Ω-1. mol-1. cm2
3 𝑚𝑙
Daftar Pustaka
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.