PENDAHULUAN
Hati adalah organ dalam tubuh terbesar. Hati disebut sebagai pabrik metabolisme tubuh
karena peran penting yang dimainkannya dalam metabolism seperti cara sel mengubah
makanan menjadi energi setelah makanan dicerna dan diserap ke dalam darah. Hati yang sehat
diperlukan untuk bertahan hidup. Hati dapat meregenerasi sebagian besar sel-selnya sendiri
ketika mereka menjadi rusak. Namun, jika cedera pada hati terlalu parah atau bertahan lama,
regenerasi tidak lengkap, dan hati menciptakan jaringan parut. Bekas luka di hati, juga disebut
fibrosis yang dapat menyebabkan sirosis.
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif. Hal ini akibat nekrosis hepatoselular.
Penyebab tersering sirosis pada negara barat ialah alkoholik, sedangkan di Indonesia terutama
akibat infeksi virus Hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus
hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan virus hepatitis C 30-40% dan sisanya
termasuk kelompok virus bukan B dan C.1 Konsumsi alkohol dan autoimun juga dapat
mempengaruhi terjadinya sirosis hati.3 Penyakit perlemakan hati non alkoholik (NASH) yaitu
terdapat lemak dalam hepatosit (sel-sel hati) dapat menyebabkan komplikasi berupa
peradangan atau inflamasi hati atau fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis
kriptogenik (penyebab tidak diketahui pasti).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif. Hal ini akibat nekrosis hepatoselular.1
Sirosis merupakan komplikasi penyakit hati yang ditandai dengan menghilangnya sel-sel hati
dan pembentukan jaringan ikat dalam hati yang ireversibel. WHO memberi batasan histologi
sirosis sebagai proses kelainan hati yang bersifat difus (hampir merata), ditandai fibrosis dan
perubahan bentuk hati normal ke bentuk nodul-nodul yang abnormal.2 Sirosis berbeda dengan
fibrosis. Pembentukan nodul tanpa fibrosis, seperti dalam transformasi parsial, bukan
merupakan sirosis.3
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata dan sirosis hati
dekompensata. Sirosis hati kompensata artinya belum adanya gejala klinis yang nyata dan
merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik, sedangkan sirosis hati kompensata yang di
tandai gejala – gejala dan tanda klinis yang jelas.1
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
2
Penyebab tersering sirosis pada negara barat ialah alkoholik, sedangkan di Indonesia
terutama akibat infeksi virus Hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan
virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan virus hepatitis C 30-40% dan
sisanya termasuk kelompok virus bukan B dan C.1 Konsumsi alkohol dan autoimun juga dapat
mempengaruhi terjadinya sirosis hati.3 Penyakit perlemakan hati non alkoholik (NASH) yaitu
terdapat lemak dalam hepatosit (sel-sel hati) dapat menyebabkan komplikasi berupa
peradangan atau inflamasi hati atau fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis
kriptogenik (penyebab tidak diketahui pasti).2
Penyakit Infeksi
Bruselosis
Ekinokokus
Skistosomiasis
Toksoplasmosis
Defisiensi α1-antitrripsin
Sindrom Fanconi
Galaktosemia
Penyakit Gaucher
Hemokromatosis
Tirosinemia herediter
Penyakit Wilson
3
Alkohol
Amiodaron
Arsenik
Obstruksi bilier
Fibrosis Kistik
Pintas Jejunoileal
Sarkoidosis
1. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
pada hati. Infeksi kronis dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan, fibrosis, dan sirosis.
Virus hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, seperti kecelakaan
jarum suntik, penggunaan narkoba suntikan, atau menerima transfusi darah sebelum
pertengahan 1980-an. Hepatitis B juga dapat menyebar melalui kontak seksual dengan orang
yang terinfeksi dan dari ibu yang terinfeksi ke anak selama persalinan. Sayangnya, banyak
orang menyadari bahwa mereka memiliki hepatitis B kronis ketika mereka mengalami gejala
sirosis. Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin hepatitis B yang dapat diberikan pada bayi
baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa yang berisiko tinggi terkena hepatitis B.
2. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan peradangan, atau
pembengkakan, dan kerusakan pada hati. Virus hepatitis C menyebar melalui kontak dengan
darah yang terinfeksi, seperti dari kecelakaan jarum suntik, penggunaan narkoba suntikan,
4
atau menerima transfusi darah sebelum tahun 1992. Hepatitis C sering menjadi kronis akibat
infeksi virus jangka panjang. Hepatitis C kronis menyebabkan kerusakan pada hati yang
selama bertahun-tahun atau puluhan tahun dapat menyebabkan sirosis. Sayangnya, banyak
orang pertama kali menyadari bahwa mereka memiliki hepatitis C kronis ketika mereka
mengalami gejala sirosis.
3. Alkoholisme
Alkoholisme adalah penyebab paling umum kedua dari sirosis di Amerika Serikat.
Kebanyakan orang yang mengkonsumsi alkohol tidak mengalami kerusakan pada hati.
Namun penggunaan alkohol berat selama beberapa tahun membuat seseorang lebih mungkin
mengembangkan penyakit hati terkait alkohol. Jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk
merusak hati bervariasi setiap orang. Penelitian menunjukkan bahwa kurang dari dua
minuman sehari untuk wanita dan tiga minuman sehari untuk pria tidak dapat melukai hati,
namun minum lebih banyak dari jumlah ini akan mengarah ke lemak dan terjadi peradangan
di hati dan bila minum lebih dari 10-12 tahun dapat menyebabkan sirosis beralkohol.5,6
5
- Alagille syndrome: Kumpulan gejala yang menunjukkan gangguan pencernaan
genetik dan menyebabkan hilangnya saluran empedu pada masa bayi.
- Atresia bilier: Kondisi yang mengancam jiwa yang mempengaruhi bayi baru lahir di
mana saluran empedu hilang. Penyebabnya tidak diketahui. Atresia bilier adalah
alasan paling umum untuk transplantasi hati pada anak-anak
- Cystic fibrosis: Penyakit keturunan pada paru-paru, usus, pankreas, dan saluran
empedu di mana tubuh tidak menghasilkan cukup cairan dan lendir menjadi tebal dan
menghalangi saluran empedu kecil. Penyumbatan saluran empedu ini dapat
menyebabkan sirosis.
Penyumbatan saluran empedu jangka panjang oleh batu empedu dapat menyebabkan
sirosis. Sirosis juga dapat berkembang jika saluran empedu salah diikat atau terluka selama
operasi pada kantong empedu atau hati.4
2.4 Patogenesis
Pada sirosis, hubungan antara darah dan sel-sel hati hancur. Meskipun sel-sel hati yang
selamat atau dibentuk baru mungkin mampu untuk menghasilkan dan mengeluarkan unsur-
unsur dari darah, mereka tidak mempunyai hubungan yang normal dan intim dengan darah,
dan ini mengganggu kemampuan sel-sel hati untuk menambah atau mengeluarkan unsur-unsur
dari darah. Sebagai tambahan, luka parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah
melalui hati dan ke sel-sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada aliran darah melalui
hati, darah tersendat pada vena portal, dan tekanan dalam vena portal meningkat, suatu kondisi
yang disebut hipertensi portal. Karena rintangan pada aliran dan tekanan-tekanan tinggi
dalam vena portal, darah dalam vena portal mencari vena-vena lain untuk mengalir kembali ke
jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan yang lebih rendah yang membypass hati. Hati
tidak mampu untuk menambah atau mengeluarkan unbsur-unsur dari darah yang
membypassnya. Merupakan kombinasi dari jumlah-jumlah sel-sel hati yang dikurangi,
6
kehilangan kontak normal antara darah yang melewati hati dan sel-sel hati, dan darah yang
membypass hati yang menjurus pada banyaknya manifestasi-manifestasi dari sirosis.
Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan aliran darah porta dan
peningkatan resistensi vena portal. Hipertensi portal dapat terjadi jika tekanan dalam sistem
vena porta meningkat di atas 10-12 mmHg. Nilai normal tergantung dari cara pengukuran,
terapi umumnya sekitar 7 mmHg. Peningkatan tekanan vena porta biasanya disebabkan oleh
adanya hambatan aliran vena porta atau peningkatan aliran darah ke dalam vena splanikus.
Obstruksi aliran darah dalam sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi vena porta atau
cabang-cabang selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan tahanan vaskuler dalam hati yang
terjadi dengan atau tanpa pengkerutan (intra hepatik) yang dapat terjadi presinusoid,
parasinusoid atau postsinusoid dan obstruksi aliran keluar vena hepatik (supra hepatik).
Hipertensi portal adalah sindroma klinik umum yang berhubungan dengan penyakit
hati kronik dan dijumpai peningkatan tekanan portal yang patologis. Tekanan portal normal
berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul bila terdapat kenaikan tekanan dalam
sistem portal yang sifatnya menetap di atas harga normal.
Hipertensi portal dapat terjadi ekstra hepatik, intra hepatik, dan supra hepatik. Obstruksi
vena porta ekstra hepatik merupakan penyebab 50-70% hipertensi portal pada anak, tetapi dua
per tiga kasus tidak spesifik penyebabnya tidak diketahui, sedangkan obstruksi vena porta intra
hepatik dan supra hepatik lebih banyak menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5
tahun yang tidak mempunyai riwayat penyakit hati sebelumnya.
Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel hati dan
saluran-saluran melalui mana empedu mengalir. Pada sirosis, canaliculi adalah abnormal
dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak, tepat seperti hubungan antara sel-
sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid. Sebagai akibatnya, hati tidak mampu
menghilangkan unsur-unsur beracun secara normal, dan mereka dapat berakumulasi dalam
tubuh. Dalam suatu tingkat yang kecil, pencernaan dalam usus juga berkurang.
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang sering ditemukan secara tidak
sengaja. Gejala sirosis hati terbagi menjadi sirosis hati kompensata (gejala awal) seperti mudah
7
lelah, lemah, selera makan berkurang, perut kembung, mual, berat badan menurun, impotensi,
testis mengecil, ginekomastia, hilangnya gairah seksual. Gejala sirosis hati dekompensata
terjadi gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam subfebris, gangguan
pembekuan darah seperti perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus, air kemih
warna teh pekat, muntah darah dan/ melena serta perubahan mental meliputi mudah lupa, sukar
konsentrasi, bingung, agitasi hingga koma.1
1. Spider telangiektasi atau spider angiomata yaitu suatu lesi vaskuler terdiri dari arteriola
pusat yang dikelilingi beberapa vena-vena kecil. Tanda ini sering ditemukan pada bahu,
dada, punggung, muka dan lengan atas. Tanda ini bisa juga ditemukan selama hamil,
malnutrisi berat, bahkan ditemukan pada orang sehat.
2. Eritema palmaris yaitu warna merah pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Tanda
ini tidak spesifik pada sirosis dansering ditemuka pada orang hamil, Reumatoid artritis,
dan keganasan hematologi.
3. Perubahan kuku Muchrche berupa pita putih horizontal yang dipisahkan dengan warna
kuku. Sering pada hipoalbuminemia dan sindrom nefrotik.
4. Clubbing finger sering pada sirosis bilier. Kontraktur dupuytren akibat fibrosis fasia
palmaris yaitu terjadinya fleksi jari-jari tangan. Tanda ini juga bisa ditemukan pada
alkoholisme dan diabetes.
5. Ginekomastia akibat peningkatan androstenedione dan estradiol sebagai akibat
sekunder dari sirosis. Selain itu ditemukan juga hilangnya rambut dada pada laki-laki
dan cepat berhentinya menstruasi pada wanita.
6. Hipogonadisme, dengan gejala seperti impotensi, infertilitas, hilangnya dorongan
seksual, dan atrofi testis (mengecilnya buah zakar). Tanda ini menonjol pada sirosis
alkoholik.
7. Ukuran hepar dapat menjadi normal, membesar atau mengecil. Hati teraba keras dan
nodular.
8. Splenomegali sering ditemukan pada sirosis yang penyebabnya non alkoholik.
Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena hipertensi porta.
8
9. Asites terjadi akibat hipertensi porta dan hypoalbuminemia. Caput medusa juga sebagai
akibat hipertensi porta.
10. Pembengkakan atau penumpukan cairan pada kaki (edema)
11. Vetor hepatikum yaitu bau nafas yang khas disebabkan peningkatan konsentrasi dimetil
sulfit akibat pintasan portosistemik yang berat.
12. Jaundice yaitu menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir akibat hyperbilirubinemia
(2-3 mg/dl). Air kemih warnanya gelap seperti air teh.
13. Asterisis bilateral tapi tidak singkron berupa gerakan mengepak-ngepak dari tangan,
dorsoflesi tangan
14. Tanda lain yang menyertai diantaranya demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar,
batu pada vesika velea akibat hemolysis, pembesaran kelenjar parotis terutama pada
sirosis alkoholik. Kebingungan atau keterlambatan dalam berpikir, lemah, warna tinja
pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan, mual & muntah darah, mimisan
& gusi berdarah, kehilangan berat badan.
Gambaran laboratorium
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan tes laboratorium seperti SGOT dan SGPT
yang meningkat, dimana SGOT lebih tinggi daripada SGPT. Alkali phosphatase menigkat
kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal. GGT (Gamma Glutamil Transpeptidase) juga
meningkat pada penyakit hati alkoholik kronik. Bilirubin normal pada sirosis hati kompensata
dan meningkat pada sirosis hati dekompensata. Konsentrasi albumin menurun sesuai dengan
perburukan sirosis sedangkan globulin meningkat.
9
2.6 Diagnosis
Gold standard diagnosis sirosis hati adalah biopsi hati melalui perkutan, transjugular,
laparoskopi, atau biposi jarum halus. Biopsi tidak usah dilakukan apabila manifestasi klinis,
hasil laboratorium, dan radiologinya cenderung merujuk pada sirosis hati. Biopsi hati dapat
berakibat fatal, seperti perdarahan dan kematian.
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang. Seperti cukup kalori, protein
1gr/kgBB/hari dan vitamin
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon.
Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis
C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN
dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap hari.
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3x seminggu dan
RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg untuk berat badan
kurang dari 75kg) yang diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.
10
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih
tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta
unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA
negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti
a. Asites
b. Spontaneous bacterial peritonitis
c. Hepatorenal syndrome
d. Ensefalopati hepatik
1. Asites
- Istirahat
Untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah garam dan penderita dapat
berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan
pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari.
Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretik adalah hipokalemia dan hal ini
dapat mencetuskan encephalopaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton,
dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila
dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan
furosemid.
11
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime),
secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi
maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu.
Dapat juga diberikan Siprofloksasin 500 mg/hari per oral sebagai profilaksis pada
pasien risiko tinggi SBP, yaitu pasien dengan hipoalbumin, peningkatan PT atau INR, dan
albumin pada cairan asites rendah.
3. Hepatorenal Sindrom
Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asifosis intra seluler. Diuretik
dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan dan shock.
TIPS hasil jelek pada Child’s C, dan dapat dipertimbangkan pada pasien yang akan dilakukan
transplantasi. Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi
ginjal.
- Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannyayaitu : untuk
mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi darah
12
Skleroterapi / Ligasi aatau Oesophageal Transection.
5. Ensefalopati Hepatik
2. Intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-toxin yang berasal
dari usus dengan jalan :
2.8 Komplikasi
Ketika sirosis hati menjadi parah, tanda-tanda dikirim ke ginjal-ginjal untuk menahan
garam dan air didalam tubuh. Kelebihan garam dan air pertama-tama berakumulasi dalam
jaringan dibawah kulit pergelangan-pergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat
ketika berdiri atau duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. (Pitting
edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu
pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung
untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan. Ketika sirosis memburuk dan lebih
banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut
antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan ini (disebut ascites)
13
menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang
meningkat.
Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk bakteri-
bakteri berkembang. Secara normal, rongga perut mengandung suatu jumlah yang sangat kecil
cairan yang mampu melawan infeksi dengan baik, dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut
(biasanya dari usus) dibunuh atau menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati
dimana mereka dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul di dalam perut tidak mampu
untuk melawan infeksi secara normal. Sebagai tambahan, lebih banyak bakteri-bakteri
menemukan jalan mereka dari usus kedalam ascites. Oleh karenanya, infeksi didalam perut dan
asites, dirujuk sebagai spontaneous bacterial peritonitis atau SBP, kemungkinan terjadi. SBP
adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa.
Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali ke jantung
dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal). Ketika tekanan
dalam vena portal menjadi cukup tinggi, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui
vena-vena dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena yang paling
umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-vena yang melapisi bagian bawah
dari kerongkongan (esophagus) dan bagian atas dari lambung.
Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan tekanan yang
diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian atas
mengembang dan mereka dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan
portal, lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari
varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau lambung.
Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk dimana saja
didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini adalah jarang. Untuk sebab-sebab
yang belum diketahui, pasien-pasien yang diopname karena perdarahan yang secara aktif dari
14
varices-varices kerongkongan mempunyai suatu risiko yang tinggi mengembangkan
spontaneous bacterial peritonitis.
4. Hepatic encephalopathy
Ketika unsur-unsur beracun berakumulasi secara cukup dalam darah, fungsi dari otak
terganggu, suatu kondisi yang disebut hepatic encephalopathy. Tidur waktu siang hari daripada
pada malam hari (kebalikkan dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling
dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lain termasuk sifat lekas marah,
ketidakmampuan untuk konsentrasi atau melakukan perhitungan-perhitungan, kehilangan
memori, kebingungan, atau tingkat-tingkat kesadaran yang tertekan. Akhirnya, hepatic
encephalopathy yang parah/berat menyebabkan koma dan kematian.
5. Hepatorenal syndrome
6. Hepatopulmonary syndrome
15
paru berfungsi secara abnormal. Persoalan dasar dalam paru adalah bahwa tidak cukup darah
mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-paru yang berhubungan dengan
alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru. Darah yang mengalir melalui paru-paru
dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli.
Sebagai akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga.
7. Hyperspleenism
Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter) untuk
mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet-platelet
(partikel-partikel kecil yang penting uktuk pembekuan darah) yang lebih tua. Darah yang
mengalir dari limpa bergabung dengan darah dalam vena portal dari usus-usus. Ketika tekanan
dalam vena portal naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi aliran darah dari limpa. Darah
tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa membengkak dalam ukurannya, suatu
kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly. Adakalanya, limpa begitu bengkaknya sehingga
ia menyebabkan sakit perut.
Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih banyak sel-sel
darah dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam darah berkurang.
Hypersplenism adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, dan itu
behubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih
yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia).
Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan
thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada perdarahan yang
diperpanjang (lama).
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja meningkatkan risiko kanker hati
utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor
berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam
tubuh dan menyebar ke hati.
2.9 Prognosis
Prognosis dari sirosis hepar bervariasi dan dipengaruhi sejumlah faktor yaitu etiologi,
beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. Berdasarkan
16
Klasifikasi Child-Pugh angka kelangsungan hidup selama 1 tahun untuk pasien dengan Child
Pugh A, B, dan C berturut-turut 100,80, dan 45%.1
Tabel 2. Klasifikasi Child Pugh Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan Fungsi Hati
17
BAB III
SIMPULAN
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif. Hal ini akibat nekrosis hepatoselular.
Penyebab tersering sirosis pada negara barat ialah alkoholik, sedangkan di Indonesia terutama
akibat infeksi virus Hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus
hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan virus hepatitis C 30-40% dan sisanya
termasuk kelompok virus bukan B dan C.1 Konsumsi alkohol dan autoimun juga dapat
mempengaruhi terjadinya sirosis hati.3 Penyakit perlemakan hati non alkoholik (NASH) yaitu
terdapat lemak dalam hepatosit (sel-sel hati) dapat menyebabkan komplikasi berupa
peradangan atau inflamasi hati atau fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis
kriptogenik (penyebab tidak diketahui pasti).
Gejala sirosis hati kompensata adalah mudah lelah, lemah, selera makan
berkurang, perut kembung, mual, berat badan menurun, impotensi, testis mengecil,
ginekomastia, dan hilangnya gairan seksual. Sedangkan gejala sirosis hati dekompensata
terjadi lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta,
meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam subfebris, gangguan pembekuan
darah seperti perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus, air kemih warna teh
pekat, muntah darah dan/ melena serta perubahan mental meliputi mudah lupa, sukar
konsentrasi, bingung, agitasi hingga koma.
Stigmata sirosis hati meliputi spider naevi, eritema palmaris, perubahan kuku, clubbing
finger, ginekomastia, splenomegaly, edema, flapping tremor, caput medusa, dan ikterik. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan SGOT, SGPT, dan GGT yang meningkat. Bilirubin
normal pada sirosis hati kompensata dan meningkat pada sirosis hati dekompensata.
Tatalaksana sirosis hati diberikan secara simtomatik, suportif, dan sesuai etiologi.
Setiap komplikasi yang muncul juga perlu dikendalikan.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed 5. Jakarta: Interna
Publishing
2. Sulaiman, Akbar, Lesmana dan Noer. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta:
Jayabadi
3. Dooley, Lok, Burroughs dan Heathcote. 2011. Sherlock Diseases of The Liver and
Biliary System. 12th Edition. Singapore: Willey-Blackwell.
4. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease: Cirrhosis. Maret
2014. Diunduh dari: https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-
disease/cirrhosis.
5. O'Shea RS, Dasarathy S, McCullough AJ.2010. Alcoholic liver disease. Hepatology.
6. Gyamfi MA, Wan YJ.2010. Pathogenesis of alcoholic liver disease: the role of nuclear
receptors. Experimental Biology and Medicine.
20