Anda di halaman 1dari 8

ISSN 1978-1059

J. Gizi Pangan, Maret 2016, 11(1):35-42

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG TEMPE KECAMBAH KEDELAI


(Physichochemical characteristics of germinated soybean tempe flour)

Made Astawan1*, Tutik Wresdiyati2, Muhammad Ichsan1


1
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
2
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmasi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

ABSTRACT

This research was conducted to compare physicochemical characteristics of germinated soybean tempe
flour (GST flour) and soybean tempe flour (ST flour). Soybean was germinated within 28 hours and then
processed into tempe. Germinated soybean tempe and soybean tempe were freeze-dried for 26 hours,
and then milled into GST flour and ST flour. The GST flour and ST flour were used for physical and
chemical analysis. The used of germinated soybean was proven to affect the quality of flour. GST flour
had 53.37 % db protein, 24.97 mg AEAC antioxidant capacity/100 g tempe, 5.08 mg tocopherol/100 g
db, 81.75 mg isoflavone/100 g db, and minerals (Ca, P, Fe, Zn) which were higher than that of the ST
flour. GST flour also had better quality than that of ST flour, in term of: higher bulk density (0.42 g/ml),
lower water activity (0.63), and lower repose angle (39.94o).

Keywords: chemical characteristic, germinated soybean tempe, physical characteristic, soybean tempe

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mempelajari perbandingan karakteristik fisikokimia tepung tempe kecambah
kedelai (tepung TKK) dan tepung tempe kedelai (tepung TK). Kedelai dikecambahkan dalam waktu 28
jam, kemudian diproses menjadi tempe. Tempe kecambah kedelai dan tempe kedelai dikeringbekukan
selama 26 jam, kemudian digiling menjadi tepung TKK dan tepung TK. Tepung TKK dan tepung TK
digunakan untuk analisis fisik dan kimia. Penggunaan kecambah kedelai terbukti memengaruhi kualitas
tempe. Tepung TKK memiliki 53,37 % bk protein, 24,97 mg AEAC kapasitas antioksidan/100 g tempe
bk, 5,08 mg vitamin E/100 g bk, 81,75 mg isoflavon/100 g bk, dan beberapa mineral (Ca, P, Fe, Zn)
yang lebih tinggi dibandingkan Tepung TK. Tepung TKK juga mempunyai kualitas yang lebih baik
dibandingkan tepung TK, yaitu dalam hal densitas kamba (0,42 g/ml) yang lebih tinggi, serta aktivitas
air (0,63) dan repose angle (39,94o) yang lebih rendah.

Kata kunci: karakteristik fisik, karakteristik kimia, tempe kedelai, tempe kecambah kedelai

PENDAHULUAN tein yang lebih tinggi dibandingkan biji-bijian


lainnya. Kandungan protein kedelai adalah 46,2
Tempe adalah makanan tradisional Indo- g/100 g basis kering (Astawan 2008). Indone-
nesia hasil fermentasi oleh kapang Rhizopus sp. sia, dikenal sebagai negara asal tempe sekaligus
Harganya yang relatif murah, sifat fungsional- negara pengimpor kedelai. Setiap tahunnya, In-
nya yang baik, dan kandungan proteinnya yang donesia harus mengimpor kedelai sebanyak 2,1
tinggi, membuat tempe semakin digemari oleh juta ton untuk memenuhi 71% kebutuhan kedelai
berbagai lapisan masyarakat. Saat ini, angka kon- dalam negeri.
sumsi tempe dalam negeri sudah mencapai 7,44 Tingginya angka impor kedelai disebabkan
kg/kapita/tahun. Angka ini lebih tinggi diban- oleh ketersediaan kedelai lokal yang tidak men-
dingkan tahun sebelumnya, yaitu 7,09 kg/kapita/ cukupi. Hal ini membuat para pengrajin tempe
tahun (Kementan 2014). umumnya menggunakan kedelai impor sebagai
Bahan baku utama tempe umumnya adalah bahan baku produksinya. Kondisi ini diperparah
kedelai, yang dikenal memiliki kandungan pro- dengan beberapa keunggulan kedelai impor, di

*
Korespondensi: Telp: +628161374074, Surel: mastawan@yahoo.com

J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016 35


Astawan dkk.

antaranya pasokannya terjamin, harganya lebih METODE


murah, dan ukuran bijinya lebih seragam diban-
dingkan kedelai lokal. Hal tersebut membuat Desain, tempat, dan waktu
para pengrajin cenderung lebih menyukai kedelai Desain yang digunakan dalam penelitian
impor sebagai bahan baku tempe yang diproduk- ini adalah eksperimental dengan rancangan acak
sinya. lengkap, yang terdiri dari dua perlakuan, yaitu
Penelitian Astawan et al. (2013) dan tepung tempe kecambah kedelai (tepung TKK)
Astawan et al (2015) telah membuktikan kede- dan tepung tempe kedelai (tepung TK). Produksi
lai lokal varietas Grobogan dapat mengimbangi kecambah kedelai dilakukan di pusat industri
mutu kedelai impor sebagai bahan baku tempe. tauge Kampung Leuwengkolot, Desa Girimul-
Tempe yang dihasilkan dari kedelai Grobogan ya RT 01/RW 03, Kecamatan Cibungbulang,
memiliki kadar air, protein, lemak, dan kapasitas Kabupaten Bogor. Produksi tempe dilakukan di
antioksidan yang sama dengan tempe dari kede- Rumah Tempe Indonesia, Jalan Cilendek Nomor
lai impor. Berdasarkan uji sensori, tempe kede- 27, Bogor. Analisis dilakukan di Laboratorium
lai Grobogan secara keseluruhan memperoleh Pengolahan Pangan, Laboratorium Kimia Pa-
tingkat kesukaan yang sama dengan tempe ke- ngan, Laboratorium Biokimia Pangan, Laborato-
delai impor. Fakta tersebut menunjukkan bahwa rium Analisis Pangan, dan Laboratorium Evalu-
kedelai lokal Grobogan memiliki potensi yang asi Sensori di Departemen Ilmu dan Teknologi
baik untuk terus dikembangkan guna mengu- Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
rangi ketergantungan pengrajin terhadap kedelai Pertanian Bogor.
impor.
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan Bahan dan alat
untuk meningkatkan mutu tempe kedelai Gro- Bahan utama yang digunakan dalam pene-
bogan adalah dengan memodifikasi bahan ba- litian ini adalah kedelai lokal Grobogan yang di-
kunya, yaitu menggunakan kecambah kedelai. peroleh dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Proses pengecambahan dipilih karena merupa- Selain itu terdapat pula bahan-bahan untuk pem-
kan teknologi yang aplikatif, yaitu meningkatkan buatan kecambah dan tempe, serta bahan-bahan
mutu gizi tempe dengan biaya relatif murah. Se- untuk analisis. Bahan-bahan yang dibutuhkan
lama pengecambahan, terjadi banyak perubahan untuk pembuatan kecambah yaitu air dan kapur
komponen pada kedelai, yaitu kadar karbohidrat, tohor, sedangkan bahan untuk tempe meliputi
lemak, protein, air, abu, dan mineral (Astawan ragi Raprima dan plastik pengemas polipropilen.
2009; Mwikya et al 2001); kapasitas antioksidan Adapun bahan-bahan untuk analisis meliputi ker-
dan profil isoflavon (Huang et al 2014); serta vi- tas saring, n-heksana, HCl, H2SO4, HgO, K2SO4,
tamin E (Shi et al 2010). Na2SO3, asam borat (H3BO3), HCl, batu didih, air
Masalah utama yang dihadapi pada tempe destilata, indikator fenolftalein (PP), indikator
adalah umur simpannya yang relatif pendek aki- MR-MB, NaOH, DPPH, minyak jagung, asam
bat kadar airnya yang cukup tinggi, serta adanya askorbat, NaCl dan metanol p.a.
kapang yang terus tumbuh dan berkembang biak,
menyebabkan degradasi protein dan membentuk Tahapan penelitian
amonia. Amonia yang terbentuk menyebabkan Pengecambahan kedelai. Proses penge-
munculnya aroma busuk (Astawan 2008). Oleh cambahan kedelai diawali dengan proses pe-
karena itu, pembuatan tepung merupakan alter- nyortiran basah untuk memisahkan kedelai tak
natif pengolahan untuk memperpanjang daya layak pakai dan pengotor non kedelai. Kedelai
tahan simpan dan daya guna tempe (Mursyid et hasil penyortiran selanjutnya direndam dalam air
al. 2014). selama enam jam kemudian ditiriskan. Kedelai
Penelitian ini bertujuan untuk menganali- selanjutnya dimasukkan ke dalam ember yang
sis karakteristik fisikokimia tepung tempe ber- bagian bawahnya dilubangi dan disiram larutan
bahan baku kecambah kedelai Grobogan, diban- kapur tohor untuk meningkatkan kandungan kal-
dingkan dengan tepung tempe kedelai tanpa sium yang berfungsi sebagai kation anorganik
proses pengecambahan. yang membantu dalam pembelahan sel dari ja-

36 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016


Karakteristik fisikokimia tepung tempe kecambah kedelai

ringan meristem yang dapat mempercepat daya Analisis fisik dan kimia. Tepung tempe
kecambah (Tjokrodirjo 1985). Ember kemudian dianalisis secara fisik dan kimia. Analisis fisik
ditutup untuk mencegah masuknya cahaya ma- meliputi densitas kamba (Adeleke dan Odejeji
tahari. Pengecambahan dilakukan pada suhu 2010), aktivitas air dan repose angle (Hartoyo &
ruang selama 28 jam. Selama proses pengecam- Sunandar 2006). Analisis kimia yang dilakukan
bahan tersebut, kedelai disiram air setiap selang meliputi proksimat (AOAC 2012), kapasitas an-
waktu tiga jam. tioksidan (Fayed 2009), total isoflavon (AOAC
Produksi tempe. Proses produksi tempe 2012), mineral dan vitamin E (Muchtadi et al.
mengacu pada proses produksi tempe di Rumah 1992).
Tempe Indonesia, Bogor (Maskar et al. 2015).
Diawali dengan proses penyortiran kedelai yang Pengolahan dan analisis data
bertujuan untuk membuang kedelai yang tidak Ada dua jenis tepung tempe yang diteliti
layak dan pengotor non-kedelai. Selanjutnya dalam penelitian ini, yaitu tepung tempe kecam-
adalah pencucian kedelai, perendaman selama bah kedelai (tepung TKK) dan tepung tempe ke-
dua jam, perebusan selama 30 menit pada suhu delai (tepung TK). Tepung TKK merupakan te-
100oC, dilanjutkan dengan perendaman kembali pung tempe yang dibuat dari kedelai Grobogan
selama 12 jam. Kedelai yang telah direndam, di- yang dikecambahkan, sedangkan tepung TK
kupas kulitnya dan dibelah menjadi dua dengan merupakan tepung tempe yang dibuat dari kede-
mesin dehuller sehingga dapat terpisah antara lai Grobogan tanpa perlakuan pengecambahan.
kulit dan lembaga. Kedelai bersih tanpa kulit, se- Analisis data menggunakan uji beda independent
lanjutnya disiram oleh air panas bersuhu 100oC sample t-test dengan taraf nyata 0,05.
dan setelah itu ditiriskan, didinginkan dan di-
keringkan dengan hembusan udara. Kedelai yang HASIL DAN PEMBAHASAN
telah kering diinokulasi dengan ragi tempe (1 g
ragi/1 kg kedelai), dikemas menggunakan plastik Karakteristik fisik
silinder diameter 5,5 cm dan dilubangi berjarak Aktivitas air (aw) adalah parameter yang
2 x 2 cm. Proses fermentasi dilakukan pada suhu umum digunakan sebagai kriteria keamanan dan
30oC, RH 80 % selama 40 jam. kualitas pangan. Semakin tinggi nilai aw maka
Tahapan proses produksi tempe kecambah semakin tinggi pula kemungkinan tumbuhnya
kedelai sama dengan tempe kedelai, namun ke- mikroorganisme dalam bahan pangan tersebut.
cambah tidak mengalami proses penyortiran dan Nilai aw tepung tempe kecambah kedelai (tepung
perendaman kembali, melainkan langsung dire- TKK) lebih rendah dibandingkan tepung tempe
bus selama 10 menit pada suhu 100oC. kedelai (tepung TK), yang berarti tepung TK le-
Pembuatan tepung tempe. Tempe dike- bih mudah menyerap air dari udara dibandingkan
ringkan dengan metode pengeringan beku (freeze tepung TKK (Tabel 1). Hal ini mungkin disebab-
drying), kemudian digiling dengan blender ke- kan oleh perbedaan ukuran partikel dari kedua
cepatan rendah selama satu menit, dan diayak jenis tepung.
dengan ayakan 48 mesh.

Tabel 1. Analisis sifat fisik tepung tempe


Jenis tepung tempe
Parameter
Tepung TKK Tepung TK
Aktivitas air 0,63 ± 0,01a 0,70 ± 0,03b
Densitas kamba (g/ml) 0,42 ± 0,01b 0,39 ± 0,00a
Repose angle 39,94 ± 1,48o a 42,66 ± 0,97o b
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05) dengan uji t. Masing-masing data
diperoleh dari dua ulangan.

J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016 37


Astawan dkk.

Selama pengecambahan, terjadi pemecah- tersebut menempati volume yang sama dengan
an berbagai molekul kompleks menjadi bentuk bobot yang lebih besar. Berdasarkan pengukuran
lebih sederhana (Elkhalifa & Bernhardt 2010), terhadap densitas kamba, diketahui bahwa den-
sehingga ukuran partikel tepung TKK menjadi sitas kamba tepung TKK dan tepung TK, ma-
lebih kecil. Ukuran partikel yang lebih kecil sing-masing adalah 0,42 dan 0,39 g/ml (Tabel 1).
diduga mengakibatkan partikel-partikel men- Densitas kamba tepung TKK lebih besar diban-
jadi lebih rapat dalam menempati volume ru- dingkan tepung TK (p<0,05), artinya dalam vo-
ang, sehingga menurunkan interaksi uap air di lume ruang yang sama (1 ml), tepung TKK dapat
udara dengan tepung TKK dan menurunkan ke- menempati ruang tersebut lebih banyak.
mampuan tepung TKK untuk menyerap uap air Penelitian Moongngarm et al. (2014) juga
(Saenab et al. 2010). Aktivitas air tepung TKK menunjukkan proses pengecambahan secara sig-
yang lebih kecil (0,63) bersifat menguntungkan, nifikan meningkatkan densitas kamba tepung
karena relatif memiliki umur simpan yang lebih beras yaitu dari 0,53-0,64 menjadi 0,65-0,69 g/
lama dibandingkan tepung TK. ml. Peningkatan ini terjadi karena proses germi-
Tabel 1 menunjukkan pengecambahan nasi akan memicu sistem enzim untuk bekerja
berpengaruh nyata dalam menurunkan repose memecah molekul kompleks seperti protein,
angle tepung tempe (p<0,05). Repose angle te- karbohidrat, dan lemak ke dalam bentuk yang
pung TKK (39,94o) lebih rendah dibandingkan lebih sederhana (Elkhalifa & Bernhardt 2010).
tepung TK (42,66o). Repose angle digunakan un- Hal ini pulalah yang menyebabkan ukuran par-
tuk mengetahui indeks alir suatu bahan. Repose tikel tepung TKK menjadi lebih kecil dan lebih
angle yang kecil nilainya menunjukkan indeks rapat dalam menempati suatu ruang. Tepung de-
alir tepung yang makin baik. Dalam proses peng- ngan densitas kamba yang lebih tinggi akan lebih
olahan di industri pangan, repose angle yang efisien dalam penempatannya di dalam kemasan.
kecil dari suatu bahan sangatlah diharapkan
(Saenab et al. 2010). Repose angle dari tepung Karakteristik kimia
dapat digolongkan pada kategori cukup baik jika Data pada Tabel 2 menunjukkan hasil
berada pada kisaran 30-40o (Priyanto et al. 2011). analisis proksimat, vitamin E, total isoflavon, dan
Hal ini berarti tepung TKK memiliki sifat meng- kapasitas antioksidan tepung TKK dan tepung
alir yang cukup baik saat pemindahan dan pen- TK. Kadar air dari kedua jenis tepung tempe
campuran bahan. diketahui berbeda nyata yaitu 3,14 % pada te-
Densitas kamba merupakan massa par- pung TKK dan 2,25 % pada tepung TK (p<0,05).
tikel yang menempati suatu unit volume tertentu. Kadar abu dan karbohidrat pada kedua je-
Densitas kamba menyatakan keringkasan suatu nis tepung diketahui tidak berbeda nyata. Tepung
bahan dalam menempati volume. Semakin besar TKK secara signifikan memiliki kadar lemak
densitas kambanya, maka semakin ringkas bahan yang lebih rendah dibandingkan tepung TK. Hal

Tabel 2. Analisis proksimat, vitamin E, total isoflavon, dan kapasitas antioksidan tepung tempe
Jenis tepung
Parameter
Tepung TKK Tepung TK
Kadar air (% bb) 3,14 ± 0,28b 2,25 ± 0,15a
Kadar abu (% bk) 1,89 ± 0,08 1,93 ± 0,04
Kadar protein (% bk) 53,37 ± 1,39b 50,18 ± 0,07a
Kadar lemak (% bk) 23,10 ± 0,30a 25,02 ± 0,55b
Kadar karbohidrat (% bk) 21,74 ± 1,17 22,88 ± 0,49
Kadar vitamin E (mg/100 g bk) 5,08 ±0,01 b 4,70 ± 0.00 a
Total isoflavon (mg/100 g bk) 81,75 ±1.25 b 53,08 ±1.10 a
Kapasitas antioksidan
24,97 ± 0,01b 15,75 ± 0,01a
(mg AEAC/100 g tempe bk)
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (p<0,05) dengan uji t. Masing-masing data diperoleh dari dua ulangan.

38 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016


Karakteristik fisikokimia tepung tempe kecambah kedelai

ini mungkin disebabkan oleh penggunaan lemak tempe. Reyes-Bastidas et al. (2010) juga me-
kedelai sebagai sumber energi utama untuk per- laporkan bahwa kandungan senyawa fenol me-
tumbuhan embrio selama proses pengecambahan. ningkat sebesar 9,13% setelah pengecambahan.
Degradasi lemak dan karbohidrat selama Peningkatan senyawa fenol disebabkan oleh
pengecambahan merupakan proses dimana tu- enzim β-glukosidase kapang yang mengatali-
juan esensialnya adalah penyediaan energi yang sis pelepasan aglikon dari substrat biji-bijian.
dibutuhkan untuk sintesis protein baru (Shi et al. Dugaan adanya peningkatan senyawa fenol di-
2010). Dengan demikian proses pengecambahan buktikan dengan hasil analisis total isoflavon te-
memiliki efek yang menguntungkan terhadap pung TKK yang nyata lebih besar dibandingkan
sintesis protein. Hal inilah yang menyebabkan tepung TK, yaitu masing-masing sebesar 81,75
tepung TKK secara nyata memiliki kadar lemak dan 53,08 mg/100 g berat kering tepung (p<0,05)
lebih rendah, tetapi kadar protein lebih tinggi (Tabel 2).
dibandingkan tepung TK (p<0,05) (Tabel 2). Kadar total isoflavon diukur berdasarkan
Perubahan komposisi proksimat tepung jumlah konsentrasi aglikon dan aglikon ekuiva-
tempe tidak hanya disebabkan oleh pengecam- len terhadap glukosida. Selama proses penge-
bahan, tetapi juga oleh proses fermentasi kedelai cambahan dan fementasi kedelai menjadi tempe,
menjadi tempe. Penelitian Reyes-Bastidas et al. terjadi peningkatan kadar aglikon (isoflavon
(2010) menunjukkan proses fermentasi bahan pa- bebas) dan penurunan glukosida (isoflavon teri-
dat (solid state fermentation) diketahui dapat me- kat). Hasil penelitian Huang et al. (2014) menye-
ningkatkan kadar protein sebanyak 21,7 %, serta butkan bahwa satu hari pengecambahan dapat
menurunkan kadar lemak sebesar 38,42 %, kadar meningkatkan kadar aglikon kedelai sebesar
abu sebesar 42,7 %, dan kadar karbohidrat sebe- 84%. Kadar aglikon tertinggi ditemukan setelah
sar 3,5 %. Peningkatan kadar protein disebabkan pengecambahan selama tiga hari, yaitu mening-
oleh penurunan kadar komponen lain, yang dise- kat sebesar 147%. Paucar-Menacho et al. (2010)
babkan oleh hilangnya senyawa-senyawa terlarut mengindikasikan bahwa peningkatan aglikon
ketika proses perebusan atau dikonsumsinya se- dan penurunan glukosida pada kecambah kede-
nyawa-senyawa non protein oleh kapang untuk lai disebabkan oleh hidrolisis enzim glukosidase
pertumbuhannya. selama perendaman dan pengecambahan. Enzim
Pengecambahan kedelai berpengaruh glukosidase ini aktif selama pengecambahan dan
terhadap kapasitas antioksidan tempe yang di- mengatalisasi terbentuknya aglikon.
hasilkannya. Tabel 2 menunjukkan bahwa kapa- Tepung TKK memiliki kadar vitamin E
sitas antioksidan tepung TKK nyata lebih tinggi yang lebih tinggi dibandingkan tepung TK, yaitu
dibandingkan tepung TK, yaitu masing-masing masing-masing sebesar 5,08 dan 4,70 mg/100 g
sebesar 24,97 dan 15,75 mg AEAC/100 g berat berat kering (Tabel 2). Lebih tingginya vitamin E
kering tempe. Penelitian sebelumnya pada ka- pada tepung TKK disebabkan oleh adanya proses
cang hijau juga menunjukkan kapasitas antiok- pengecambahan kedelai. Penelitian Plaza et al.
sidan yang meningkat maksimum hingga 486% (2003) menyebutkan bahwa pengecambahan me-
setelah lima hari pengecambahan (Huang et al. ningkatkan kadar vitamin E sebanyak enam kali
2014). lipat pada kedelai, yaitu dari 0,89 menjadi 5,91
Tingginya kapasitas antioksidan tepung mg/kg berat kering.
TKK disebabkan selama proses pengecambahan Selama proses pengecambahan, ter-
terjadi peningkatan senyawa fenol dan vitamin jadi perubahan komposisi tokoferol, dimana
E (Cevallos-Casals dan Cisneros-Zevallos 2010; α-tokoferol dan β-tokoferol meningkat, sedang-
Plaza et al. 2003). Senyawa fenol (isoflavon) dan kan kadar γ-tokoferol menurun. Perubahan ini
vitamin E (α-tokoferol) merupakan senyawa fito- menunjukkan bahwa biosintesis beberapa iso-
kimia pada kedelai yang memiliki aktivitas biolo- mer vitamin E membutuhkan proses degradasi
gis (Astawan 2013). Cevallos-Casals dan Cisne- terhadap bentuk isomer lainnya. Hasil observasi
ros-Zevallos (2010) menyebutkan bahwa kedelai membuktikan terjadi korelasi yang negatif an-
mengalami peningkatan senyawa fenol sebesar tara kadar α-tokoferol dan γ-tokoferol, dimana
201% setelah pengecambahan selama tujuh hari. peningkatan α-tokoferol diiringi dengan penu-
Senyawa fenol tidak hanya diproduksi runan γ-tokoferol selama proses germinasi (Zie-
pada saat proses pengecambahan kedelai, na- linski & Kozlowska 2003).
mun juga pada proses fermentasi kedelai menjadi

J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016 39


Astawan dkk.

Tabel 3. Kandungan mineral tepung tempe babkan selama proses pengecambahan, terjadi
pemecahan molekul-molekul kompleks (karbo-
Mineral Jenis Tepung Tempe
hidrat, protein, dan lemak) menjadi bentuk lebih
(mg/100 g bk) Tepung TKK Tepung TK sederhana. Pemecahan molekul ini menurunkan
Kalsium (Ca) 306,87 ± 0,75 292,88 ± 0,32a
b
ukuran partikel tepung tempe kecambah kedelai.
Fosfor (P) 498,18 ± 4,69b 431,39 ± 6,92a Ukuran partikel yang lebih kecil akan menurun-
kan daya absorpsi air dari udara dan meningkat-
Magnesium (Mg) 87,96 ± 0,36a 99,36 ± 1,17b
kan keringkasan bahan dalam menempati suatu
Besi (Fe) 16,13 ± 0,02b 8,10 ± 0,07a volume.
Seng (Zn) 6,48 ± 0,05b 5,35 ± 0,03a Secara kimia, tepung tempe kecambah
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang kedelai memiliki keunggulan pada kandungan
diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan hasil protein, kapasitas antioksidan, dan mineral (Ca,
yang berbeda nyata (p<0,05) dengan uji t. Masing- P, Fe, Zn). Proses pengecambahan merangsang
masing data diperoleh dari dua ulangan. pembentukan senyawa fenol (isoflavon aglikon)
dan α-tokoferol yang berperan sebagai antioksi-
dan. Lemak dan karbohidrat digunakan sebagai
Data analisis kandungan mineral pada Ta- sumber energi untuk pertumbuhan kecambah dan
bel 3 menunjukkan tepung TKK memiliki kadar pembentukan protein baru, sehingga menyebab-
kalsium, fosfor, besi, dan seng yang lebih tinggi, kan peningkatan kadar protein pada kecambah
namun memiliki kadar magnesium yang lebih kedelai.
rendah dibandingkan tepung TK. Selama penge- Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah
cambahan, terjadi perubahan terhadap beberapa perlunya aplikasi tepung tempe kecambah kede-
kadar mineral. Shi et al. (2010) melaporkan bah- lai pada berbagai produk pangan untuk mening-
wa kadar mineral Zn mengalami sedikit pening- katkan kandungan dan mutu gizinya.
katan dan kadar Fe mengalami fluktuasi selama
pengecambahan. Konsentrasi mineral lainnya, UCAPAN TERIMA KASIH
seperti Mg dan Ca tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
Hasil penelitian Ozcan dan Juhaimi (2014) pemberi dana penelitian, yaitu Direktorat Riset
menyatakan hal yang sedikit berbeda, yaitu dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal
umumnya kadar mineral Ca, Mg, dan P ditemu- Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementeri-
kan lebih tinggi dibandingkan kedelai mentah. an Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, me-
Perubahan ini kemungkinan merupakan akibat lalui skema Hibah Kompetensi 2015 atas nama
dari meningkatnya proporsi senyawa anorganik Made Astawan.
dan menurunnya senyawa organik selama proses
pengecambahan, sehingga konsentrasi mineral- DAFTAR PUSTAKA
mineral pada kecambah meningkat. Tingginya
kandungan mineral pada tepung TKK membuat- Adeleke RO, Odedeji JO. 2010. Functional pro-
nya bermanfaat untuk kesehatan, diantaranya perties of wheat and sweet potato flour
yaitu dalam pembentukan tulang, pencegahan blends. Pak J Nutr 9(6):535-538. http://
penyakit anemia, dan sebagai kofaktor enzim dx.doi.org/10.3923/pjn.2010.535.538.
dalam mekanisme antioksidan. [AOAC] Association of Official Analytical
Chemistry. 2012. Official Method of
KESIMPULAN Analysis. Association of Official Analyti-
cal Chemistry 19th Edition. Gaithersburg
Perlakuan pengecambahan pada kedelai (US): AOAC.
Grobogan menyebabkan perbedaan karakter- Astawan M. 2008. Sehat dengan tempe, panduan
istik pada tepung tempe yang dihasilkannya, lengkap menjaga kesehatan dengan tempe.
baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik, Jakarta: Dian Rakyat.
tepung tempe kecambah kedelai memiliki akti- Astawan M. 2009. Panduan karbohidrat terleng-
vitas air dan repose angle yang lebih rendah, na- kap. Jakarta: Dian Rakyat.
mun memiliki densitas kamba yang lebih tinggi Astawan M. 2013. Soy story. Food Rev 8(10):46-
dibandingkan tepung tempe kedelai. Hal ini dise- 51.

40 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016


Karakteristik fisikokimia tepung tempe kecambah kedelai

Astawan M, Wresdiyati T, Widowati S, Bintari of brown rice flour as affected by germi-


SH, Ichsani N. 2013. Karakteristik fisiko- nation. APCBEE Procedia 8:41-46. http://
kimia dan sifat fungsional tempe yang dx.doi.org/10.1016/j.apcbee.2014.01.077.
dihasilkan dari berbagai varietas kedelai. Muchtadi M, Palupi NS, Astawan M. 1992.
Pangan 22(3):241-252. Metode kimia biokimia dan biologi dalam
Astawan M, Wresdiyati T, Saragih AM. 2015. evaluasi nilai gizi pangan olahan. Bogor:
Evaluasi mutu protein tepung tempe dan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
tepung kedelai rebus pada tikus percobaan. Institut Pertanian Bogor
Jurnal Mutu Pangan 2(1):11-17. Mursyid, Astawan M, Muchtadi D, Wresdiyati
Cevallos-Casals B, Cisneros-Zevallos L. 2010. T, Widowati S, Bintari SH, Suwarno M.
Impact of germination on phenolic con- 2014. Evaluasi nilai gizi protein tepung
tent and antioxidant activity of 13 edible tempe yang terbuat dari varietas kedelai
seed species. Food Chem 119(4):1485- impor dan lokal. Pangan 23(1):33-41.
1490.http://dx.doi.org/10.1016/j.food- Mwikya SM, Camp JV, Rodrignuez R, Huyghe-
chem.2009.09.030. baert. 2001. Effects of sprouting on nutri-
Elkhalifa AEO, Bernhardt R. 2010. Influence of ent and antinutrient composition of kidney
grain germination on functional properties beans (Phaseolus vulgaris var. Rose coco).
of sorghum flour. Food Chem 121:387- Eur Food Res Technol 212:188-191. http://
392.http://dx.doi.org/10.1016/j.food- dx.doi.org/10.1007/s002170000200.
chem.2009.12.041. Ozcan MM, Juhaimi FA. 2014. Effect of sprout-
Fayed SA. 2009. Antioxidant and anticancer ing and roasting processes on some physi-
activities of Citrus reticulate (petitgrain co-chemical properties and mineral con-
mandarin) and Pelargonium graveolens tents of soybean seed and oils. Food Chem
(geranium) essential oils. Res J Agric Biol 154:337-342.http://dx.doi.org/10.1016/j.
Sci 5(5):740-747. foodchem.2013.12.077.
Hartoyo A, Sunandar FH. 2006. Pemanfaatan Paucar-Menacho LM, Berhow MA, Mandarino
tepung komposit ubi jalar putih (Ipomoea J.M, Mejia EG, Chang YK. 2010. Optimi-
batatas L), kecambah kedelai (Glycine sation of germination time and tempera-
max Merr.) dan kecambah biji hijau (Vir- ture on the concentration of bioactive com-
ginia radiata L) sebagai substituen par- pounds in Brazilian soybean cultivar BRS
sial terigu dalam produk pangan alternatif 133 using response surface methodology.
biskuit kaya energi protein. J Teknol dan Food Chem 119:636-642.http://dx.doi.
Industri Pangan 17(1):50-57. org/10.1016/j.foodchem.2009.07.011.
Huang X, Cai W, Xu B. 2014. Kinetic changes Plaza L, Ancos B, Cano MP. 2003. Nutritional
of nutrients and antioxidant capacities and health-related compounds in sprouts
of germinated soybean (Glycine max L.) and seeds of soybean (Glycine max), wheat
and mung bean (Vigna radiata L.) with (Triticum aestivum. L) and alfalfa (Medi-
germination time. Food Chem 143:268- cago sativa) treated by a new drying me-
276.http://dx.doi.org/10.1016/j.food- thod. Eur Food Res Technol 216:138-144.
chem.2013.07.080. Priyanto G, Yudhia, Hamzah B. 2011. Perubahan
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Pusat sifat fisik dan aktivitas antioksidan tepung
data dan sistem informasi pertanian. Bul rempah selama pengeringan. Prosiding
Konsumsi Pangan 5(2):13-14. Seminar Nasional Perteta 2011. Jember,
Maskar DH, Hardinsyah, Damayanthi E, Astawan Indonesia. Jember: Jember University
M, Wresdiyati T. 2015. Effects of geneti- Press-kerjasama dengan Perteta cabang
cally modified (GM) soybean and tempe Jember. hlm 233-242.
consumption on blood profile, malondial- Reyes-Bastidas M, Reyes-Ferna’ndez, Lo´pez-
dehyde (MDA) level and superoxide dis- Cervantes, Mila´n-Carrillo J, Loarca-Pin
mutase (SOD) activity of Sprague-Dawley GF, Reyes-Moreno C. 2010. Physico-
rats. IJSBAR 23(2):271-285. chemical, nutritional and antioxidant
Moongngarm A, Moontree TS, Deedpinrum P, properties of tempe flour from common
Padtong K. 2014. Functional properties bean (Phaseolus vulgaris L.). Food Sci

J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016 41


Astawan dkk.

Tech Int 16(5):427–428.http://dx.doi. sugar during soybean (Glycine max) ger-


org/10.1177/1082013210367559. mination. J Agric Food Chem 58(8):4970-
Saenab A, Laconi EB, Retnani Y, Mas’ud MS. 4976.http://dx.doi.org/10.1021/jf100335j.
2010. Evaluasi kualitas pelet ransum kom- Tjokrodirjo HS. 1985. Teknis bercocok tanam
plit yang mengandung produk samping tebu. Yogyakarta: Lembaga Pendidikan
udang. JITV 15(1):31-39. Perkebunan.
Shi H, Nam PK, Ma Y. 2010. Comprehensive Zielinski H, Kozlowska H. 2003. The content of
profiling of isoflavones, phytosterols, toco- tocopherols in cruciferae sprouts. Pol J
pherols, minerals, crude protein, lipid, and Food Nutr Sci. 12(4): 25-31.

42 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai