Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gagal Ginjal Kronik

1. Definisi

Gagal ginjal kronik adalah suatu spektrum proses patofisiologis yang

berbeda beda sesuai dengaan penyaakit yang menjadi penyebab dan

berkaitan deangan penurunan laju filtrate glomerulus (LFG). Istilah GGK

berlaku bagi proses pengurangan nefron ginjal yang terjadi secar terus

menerus dan ireversibel dan dalam tahap ini memasuki stadium terakhir (end

stage renal disease) (Smeltzer & Bare, 2008)

Gagal ginjal kronik adalah hasil dari perkembangan dan

ketidakmampuan kembalinya fungsi nefron. Gejala klinis yang serius sering

tidak terjadi sampai jumlah nefron yang berfungsi menjadi rusak setidaknya

70-75% di bawah normal. Bahkan, konsentrasi elektrolit darah relatif normal

dan volume cairan tubuh yang normal masih bisa di kembaikan sampai

jumlah nefron yang berfungsi menurun di bawah 20-25 persen. (Ridiastuti,

2014).

Penyakit gagal ginjal kronik (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal

selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, yang bersifat irreversible

yang akhirnya mempengaruhi seluruh organ tubuh. Parenkim dan nefron

rusak dan fungsi ginjal menurun secara progresif (Smeltzer & Bare, 2008).

13
14

Black & Hawks (2009) menjelaskan bahwa ketika pasien telah

mengalami kerusakan ginjal yang berlanjut sehingga memerlukan terapi

pengganti ginjal secara terus menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk

ke stadium akhir penyakit ginjal kronik, yang dikenal juga dengan gagal

ginjal kronik.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa gagal ginjal

kronis adalah kerusakan ginjal yang ireversibel sehingga fungsi ginjal tidak

optimal dan diperkukan terapi yang membantu kinerja ginjal serta dalam

beberapa kondisi diperlukan transplantasi ginjal.

Kriteria penyakit ginjal kronik adalah :

a. Kerusak ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural

atau fungsional dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus

(LFG)

b. Terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam komposis darah

atau urin. Pada keadaan tidak terdapat kerusak ginjal lebih dari 3bulan,

dan LFG sama atau lebih 60 ml/menit/1,73 m2 tidak termasuk kriteria

penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2013).

2. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Klasifikasi gagal ginjal menurut (Sodikin, 2015) :

1. Stadium 1 :

Kerusakan ginjal (kelainan atau gejala dari patologi kerusakan, mencakup

kelainan dalam pemeriksaan darah atau urin atau dalam pemeriksaan


15

pencitraan) dengan laju filtrasi glomerulus (GFR) normal atau hampir

normal, tepat atau di atas 90 ml per menit (≥ 75% dari nilai normal).

2. Stadium 2 :

Laju filtrasi glomerulus antara 60 dan 89 ml per menit (kira-kira 50% dari

nilai normal), dengan tanda-tanda kerusakan ginjal. Stadium ini dianggap

sebagai salah satu tanda penurunan cadangan ginjal. Nefron yang tersisa

dengan sendirinya sangat rentan mengalami kegagalan fungsi saat terjadi

kelebihan beban. Gangguan ginjal lainnya mempercepat penurunan ginjal.

3. Stadium 3 :

Laju filtrasi glomerulus antara 30 dan 59 ml per menit (25% sampai 50%

dari nilai normal). Insufisiensi ginjal dianggap terjadi pada stadium ini.

Nofron terus-menerus mengalami kematian.

4. Stadium 4 :

Laju filtrasi glomerulus antara 15 dan 29 ml per menit (12% sampai 24%

dari nilai normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisa.

5. Stadium 5 :

Gagal ginjal stadium lanjut; laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml per

menit ( < 12% dari nilai normal). Nefron yang masih berfungsi tinggal

beberapa. Terbentuk jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal

3. Etiologi

Menurut Cahyaning 2011 etiologi penyakit ginjal kronik sangat

bervariasi antara satu negara lainnya dan Perhimpunaan Nefrologi Indonesia

(PENEFRI) tahun 2012 mencatat penyebab gagal ginjal kronik yang


16

menjalani hemodialisa di Indonesia yaitu Glomerulonefritis (46,39%),

Diabetes mellitus (18,65%), Obstruksi dan infeksi (12,85%), Hipertensi

(8,46%). Sebab lain (13,65%). Sebab lain ini di kelompokkan diantara nya

nefritis lupus, nefropati urat, intosikasi obat, penyakit ginjal bawaan , tumor

ginjal, dan penyebab yang tidak diketahui.

4. Manifestasi Klinis

a. Manifestasi klinis antara lain (Smeltzer, 2008) :

1) Gejala dini : sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat baadn

kekurangan, mudah tersinggung, depresi.

2) Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas

dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem

yang disertai lekukan, pruritis, mungkin tidak ada tapi mungkin juga

sangat parah.

b. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2008) antara lain :

Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem renin

– angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongesif dan udem pulmoner

(akibat cairan berlebihan) dan perikarditis(akibat iriotasi pada lapisan

perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual muntah dan cegukan,

kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu

berkonsentrasi)

c. Manifestasi klinik menurut Elizabeth J. Corwin, 2009 adalah sebagai

berikut :
17

1) Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi

perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,

gangguan iram jantung atau edema .

2) Gangguan pulmoner

Nafas dangkal, batuk dengan sputum kental dan riak.

3) Gangguan gastrointestinal

Anoreksia dan fomitus yng berhubungan dengan metabolisme

protein daalaam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal,

dan pendarahan mulut, nafas bau, ammonia.

4) Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg sindrom (pegal pada kaki sehingga selalu digerakan),

burning feet sindrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama

ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan otot dan hipertropi

otot otot ekstermitas).

5) Gangguan integumen

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan

akibat penimbunan urokom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis

dan rapuh.

6) Gangguan endokrin

7) Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun,

gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa,

gangguan metabolik lemak dan vitamin D .


18

8) Gangguan cairan elektrolit dan kesimbangan asam dan basa

Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi

kehilangan naatrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,

hipomagnesemia, hipokalsemia.

9) System hematologi

Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi

ertopoetin, sehingga rangsangan ertopoesis pada sum sum tulang

berkurang, hemolisi akibat berkurang nya masa hidup eritrosit

dalam suasana uremia toksik dapat juga terjaadi gangguan fungsi

trombosis dan trombositopeni.

5. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagaian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) diduga utuh, sedangkan yang lain rusak (hipotesa

nefron utuh). Nefron nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume

filtrasi yang meningkatkan disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan

penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal

untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron nefron rusak. Beban bahan yang

harus dilarut menjadi besar daripada yang bisa di reabsorpsi berakibat

diuresis osmotik disertai poiuri dan haus. Selanjutnya karenaa jumlah

nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk

sisa. Titik dimana timbulnya gejala gejala pada pasien menjadi lebih jelas

dan muncul gejala gejala khas kegagalan ginjal bila kira kira fungsi ginjal

telah hilang 80%-90% . Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
19

kreaatinin clearance turun 15 ml/menit atau lebih rendah itu .(Elizabeth J.

Corwin, 2009)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah

maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah

dialis (Elizabeth J. Corwin, 2009)

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

a. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada staadium kadar kreatinin

serum normal dan penderita asimptonik.

b. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah

rusak, blood urea nitrogen (BUN) meningkat dan kreatinin serum

meningkat.

c. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

6. Penatalaksaan

Penatalaksanaan pada pasien CKD dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Konservatif

1) Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin

2) Obsevarsi balance cairan

3) Obsevarsi adanya odema

4) Batasi cairan yang masuk

b. Dialyis

1) Peritoneal dialysis
20

Biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency. Sedangkan dialysis

yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD

(Continues Ambulator Peritonial Dialysis)

2) Hemodialisi

Yaitu dialysis yang dilakukan melaui tindakan infasif di vena dengan

menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialis dilakukan melalui

femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisai

kejantung)

3) Operasi

a. Pengambilan batu

b. Tranplantasi ginjal

7. Pemeriksaan Penunjang

Didalam memberikan pelayanan keperwatan terutama intervensi maka perlu

pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan secara medis ataupun kolaborasi

antara lain :

1. Pemeriksaan lab darah

a. Hematologi

b. Hb , ht , erotrosit , lekosit, trombosit

c. RFT (renal fungsi test)

d. Ureum dan kreatinin

e. LFT (liver fungsi test)


21

f. Elektrolit

g. Klorida, kalium , dan kalsium

h. Koagulasi studi

i. PTT, PTTK

j. BGA

2. Urine

a. Urine rutin

b. Urine khusus : benda keton , analisis kristal batu

3. Pemeriksaan kardiovaskuler

a. ECG

b. ECO

4. Radidiagnostik

a. USG abdominal

b. CT Scan abdominal

c. Renogram RPG (retio pielografi)

8. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik

Komplikasi yang sering ditemukan pada penderita gagal ginjal kronik

menurut .Elizabeth J. Corwin, 2009 antara lain :

a. Anemia

Terjadi nya anemia karean gangguan pada produksi hormon eritropoietin

yang bertugas mematangkan sel darah, agar tubuh dapat menghasilkan

energi yang dibutuhkan untuk medukung kegiatan sehari hari. Akibat dari

gangguan tersebut, tubuh kekurangan energi karena sel darah merah yang
22

bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan tidak

mencukupi. Gejala dari gangguan sirkulasi darah adalah kesemutan,

kurang energi, cepat lelah, luka lebih lambat sembuh, kehilangan rasa

(baal) pada kaki dan tangan.

b. Osteodistofi ginjal

Kelainan tulang karena tulang kehilangan kalsium akibat gangguan

metabolisme mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah sangat

tinggi, akan terjadi pengendapan garam dalam kalsium fosfat di berbagai

jaringan lunak (klasifikasi metastatik) berupa nyeri persendian (atritis),

batu ginjal (nefrolaksonosis), pengerasan dan penyumbatan pembulu

darah, gangguan irama jantung, dan gangguan penglihatan.

c. Gagal jantung

Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalam jumlah yang

memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap berkerja, tetapi kekuatan

memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada

penderita gagal ginjal kronik dimulai dari anemia yang mengakibatkan

jantung harus berkerja lebih keras, sehingga terjadi pelebaran bilik

jantung kiri (left venticular hypertrophy / LVH). Lama lama otot jantung

akan melemah dan tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana

mestinya (sindrom kardional).

d. Difungsi ereksi

Ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan

ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan seksual dengan


23

pasangan nya. selain akibat gangguan sistem endokrin ( yang

memproduksi hormon testeron) untuk mengurangi hasrat seksual (libido),

secara emosional penderita gagal ginjal kronik menderita perubahan

emosi (depresi) yang menguras energi. Namun, penyebab utama

gangguan kemampuan pria penderita gagal ginjal kronik adalah suplai

darah yang tidak cukup ke penis yang berhubungan langsung dengan

ginjal .

9. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik

Terdapat 2 jenis terapi pengganti ginjal yaitu : dialisis dan transplantasi ginjal

a. Dialisis yang terdiri dari hemodialisis, dialisis peritoneal dan hemotrofi

Cuci darah apabila fungsi ginjaal untuk membuang zat zat metabolik yang

beracun dan kelebihan cairan dari tubuh sudah sangat menurun (lebih dari

90%) sehingga tidak mampu lagi menjaga kelangsungan hidup penderita

gagal ginjal, maka harus dilakukan dialisis (cuci darah) sebagai terapi

pengganti fungsi ginjal. Ada dua jenis dialisis yaitu :

1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)

Cara yang umum dilakukan di Indonesia adalah dengan

menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai

ginjal buatan. Darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam

mesin dialiser untuk dibersihkan melalui proses difusi dan ultrafiltrasi

dengan dialisat (cairan khusus untuk dialisis). Kemudian diaalirkan

kembali kedalam tubuh.


24

Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, perlu dibuatkan

akses untuk keluar masuknya darah dari tubuh. Akses tersebut dapat

bersifat sementara (temporer). Akses temporer berupa kateter yang

dipasang pada pembulu darah balik (vena) di daerah leher. Sedangkan

aakses permanen biasanya dibuat dengan akses fistula, yaitu

menghubungkan salah satu pembulu darah balik dengan pembulu

darah nadi (arteri) padaa lengan bawah, yang dikenal nama cimino.

Untuk memastikan aliran darah pada cimino teap lancar, secara

berkala perlu adanya getaran yang di timbulkan oleh aliran darah pada

cimino tersebut.

2) Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)

Metode cuci darah dengan baantuan membran selaput rongga perut

(peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan dari tubuh

untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis. Dapat

dilakukan pada dirumah pada malam hari sewaktu tidur dengan

bantuan mesin khusus yang diprogram terlebih dahulu. Sedangkan,

continous ambulator peritoneal dialysis (CAPD) tidak membutuhkan

mesin khusus tersebut, sehingga dapat dikatakan sebagai cara dialisis

mandiri yang dapat dilakukan sendiri di rumah atau dikantor

(PERNEFRI, 2012)

b. Transplantasi ginjal yang dapat berasal dari donor hidup atau donor

jenazah (cadaver).
25

Cangkok atau transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal

mengatasi gagal ginjal terminal. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari

dua sumber, yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal

(donor kadaver). Akan lebih baik bila donor tersebut dari anggota

keluarga yang hubungannya dekat, karena lebih besar kemungkinan

cocok, sehingga diterima oleh tubuh pasien. Selain kemungkinan

penolakan, pasien penerima donor ginjal harus minum obat seumur

hidup. Juga pasien operasi ginjal lebih rentan terhadap penyakit dan

infeksi, kemungkinan mengalami efek samping obat dan resiko lain yang

berhubungan dengan operasi (Sodikin, 2015).

B. Konsep Hemodialisa

1. Definisi

Terapi hemodialisis adalah pengobatan dengan menggunakan

hemodialisis yang berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialisis yang

berarti memisahkan darah dari bagian yang lain. Jadi hemodialisis yaitu

memisahkan sampah nitrogen dan sampah yang lain dari dalam darah

melalui membran semipermiabel. Hemodialisis tidak mampu menggantikan

seluruh fungsi ginjal, namun dengan hemodialisis kronis pada penderita

gagal ginjal kronis dapat bertahan hidup bertahun-tahun. (Haryono, 2013).

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien

dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek

(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal

stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi
26

jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk

mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan

mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2015).

Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah

buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal

atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat.

Penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah

kematian.Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit

ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau

endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta

terapinya terhadap kualitas hidup pasien.

Indikasi hemodialisis yaitu BUN (> 100 mg/dl), kreatinin (> 10 mg/dl),

hiperkalemia, acidosis metabolik. Secara klinis meliputi yaitu :

(1) Anoreksi, nausea, muntah

(2) Ensepalopati ureikum

(3) Odema paru

(4) Pericarditis uremikum

(5) Pendarahan uremik

Menurut Duargidas et al, 2011 menyatakan bahwa dialisis adekuat disertai

dengan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Tercapai berat badan kering

b. Pasien tampak baik

c. Bebas symtom uremia


27

d. Nafsu makan baik

e. Aktif

f. Tensi terkendali baik dengan atau tanpa obat

g. Hb > 10 gr%

2. Tujuan Hemodialisa

Terapi hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut

diantaranya adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi

(membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan

sisa metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam

mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat

ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan

fungsi ginjal serta Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program

pengobatan yang lain (Suharyanto dan Madjid, 2009).

Dialisis didefinisikan sebagai difusi molekul dalam cairan yang

melalui membran semipermeabel sesuai dengan gradien konsentrasi

elektrokimia. Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan

suasana cairan ekstra dan intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari

ginjal normal. Dialisis dilakukan dengan memindahkan beberapa zat terlarut

seperti urea dari darah ke dialisat. dan dengan memindahkan zat terlarut lain

seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah. Konsentrasi zat terlarut dan

berat molekul merupakan penentu utama laju difusi. Molekul kecil, seperti

urea, cepat berdifusi, sedangkan molekul yang susunan yang kompleks serta

molekul besar, seperti fosfat, microglobulin dan albumin, dan zat terlarut
28

yang terikat protein seperti pcresol, lebih lambat berdifusi. Disamping difusi,

zat terlarut dapat melalui lubang kecil (pori-pori) di membran dengan

bantuan proses konveksi yang ditentukan oleh gradien tekanan hidrostatik

dan osmotik – sebuah proses yang dinamakan ultrafiltrasi (Cahyaningsih,

2011).

Ultrafiltrasi saat berlangsung, tidak ada perubahan dalam konsentrasi

zat terlarut, tujuan utama dari ultrafiltrasi ini adalah untuk membuang

kelebihan cairan tubuh total. Sesi tiap dialisis, status fisiologis pasien harus

diperiksa agar peresepan dialisis dapat disesuaikan dengan tujuan untuk

masing-masing sesi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyatukan komponen

peresepan dialisis yang terpisah namun berkaitan untuk mencapai laju dan

jumlah keseluruhan pembuangan cairan dan zat terlarut yang diinginkan.

Dialisis ditujukan untuk menghilangkan komplek gejala (symptoms) yang

dikenal sebagai sindrom uremi (uremic syndrome), walaupun sulit

membuktikan bahwa disfungsi sel ataupun organ tertentu merupakan

penyebab dari akumulasi zat terlarut tertentu pada kasus uremia (Suharyanto

dan Madjid, 2009).

3. Prinsip yang mendasari kerja hemodialisis

Aliran darah pada hemodialisis yang penuh dengan toksin dan limbah

nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut

dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian

besar dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga

yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran
29

semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara

cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke

dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membrane semipermeabel tubulus

(Mutaqin & Sari, 2011).

Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi,

osmosis, ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan

melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki

konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah

(Mutaqin & Sari, 2011).

4. Keunggulan Hemodialisis

Menurut Nuryandari (2015) keunggulan hemodialisis yaitu :

a. Produk sampah nitrogen molekul kecil cepat dapat dibersihkan

b. Waktu dialisis cepat

Dialiser akan mengeluarkan melekul dengan berat sedang dengan laju

yang lebih cepat dan melakukan ultrafiltrasi dengan kecepatan tinggi hal

ini di perkirakan akan memperkecil kemungkinan komplikasi dari

hemodialisis misalnya emboli udara dan ultrafiltrasi yang tidak kuat atau

berlebihan (hipotensi, kram otot, muntah).

c. Resiko kesalahan teknik kecil

d. Adequasy dapat ditetapkan sesegera, underdialisis segera dapat

dibenarkan

Adequasy hemodialisis atau kecukupan hemodialisis segera dapat

ditetapkan dengan melihat tanda-tanda tercapainya berat badan


30

kering/tidak ada oedema, pasien tampak baik, aktif, tensi terkendali

dengan baik, hb >10 gr% demikian juga bila terjadi keluhan-keluhan

tersebut berarti tidak terpenuhinya kecukupan dialisis sehinnga dapat di

benarkan terjadi underdialisis.

5. Kelemahan Hemodialisis

Menurut Nuryandari (2015) kelemahan hemodialisis yaitu :

a. Tergantung mesin

b. Sering terjadi hipotensi, kram otot, disequilibrium sindrom

c. Terjadi activasi: complemen, sitokines, mungkin menimbulkan

amyloidosis

d. Vasculer access : infeksi, trombosis

e. Sisa fungsi ginjal cepat menurun, dibandingkan peritoneal dialisis.

6. Komplikasi

Komplikasi terapi dialisis mencakup beberapa hal seperti hipotensi,

emboli udara, nyeri dada, gangguan keseimbangan dialisis, dan pruritus.

Masing – masing dari point tersebut (hipotensi, emboli udara, nyeri dada,

gangguan keseimbangan dialisis, dan pruritus) disebabkan oleh beberapa

faktor. Hipotensi terjadi selama terapi dialisis ketika cairan

dikeluarkan.Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat

asetat, rendahnya dialisis natrium, penyakit jantung, aterosklerotik,

neuropati otonomik, dan kelebihan berat cairan. Emboli udara terjadi jika

udara memasuki sistem vaskuler pasien (Smeltzer, 2008).


31

Nyeri dada dapat terjadi karena PCO₂ menurun bersamaan dengan

terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh, sedangkan gangguan keseimbangan

dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai

serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika

terdapat gejala uremia yang berat. Pruritus terjadi selama terapi dialisis

ketika produk akhir metabolisme meninggalkan kulit (Smelzer, 2008)

Terapi hemodialisis juga dapat mengakibatkan komplikasi sindrom

disekuilibirum, reaksi dializer, aritmia, temponade jantung, perdarahan

intrakranial, kejang, hemolisis, neutropenia, serta aktivasi komplemen

akibat dialisis dan hipoksemia, namun komplikasi tersebut jarang terjadi.

(Haryono R, 2013).

7. Penatalakasanaan Hemodialisa

Hemodialisis merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai

upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisis tidak dapat

menyembuhkan penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisis

dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal

(cahyaningsih, 2011).

Pasien hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar

tetap dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang penting

untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisis. Asupan protein

diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % terdiri atas asupan protein

dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70 meq/hari.

Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium


32

seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.

Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah

insensible water loss. Asupan natrium dibatasi 40-120 mEq / hari guna

mengendalikan tekanan darah dan edema. Asupan tinggi natrium akan

menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien untuk minum.

Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara dialisis akan

terjadi kenaikan berat badan yang besar (Ross & Kearny, 2009).

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau atau sebagian

melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida

jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat

untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat

dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Resiko timbulnya efek

toksik akibat obat harus dipertimbangkan (Hudak & Gallo, 2013).

8. Frekuensi hemodialisis

Perdede (dalam RS PGI Cikini, 2007) menyatakan bahwa jumlah jam

hemodialisis per minggu untuk mencapai adekuasi yaitu 10-15 jam. Adapun

jadwal hemodialisis sebagai berikut:

a. 2 x 5 jam/ minggu

b. 3 x 4 jam/ minggu

c. 4 x 3 jam/ minggu

d. 5 x 3 jam/ minggu

e. Setiap hari selama 2 jam


33

Untuk pasien baru terapi hemodialisis dapat dilakukan dengan jadwal sebagai

berikut :

a. Minggu I : 2-3 jam per hemodialisis atau semampu pasien. Hemodialisis

dilakukan setiap hari atau setiap 2-3 hari.

b. Minggu II : 3-4 jam per hemodialisis → 3-4 jam per minggu.

c. Minggu III : 3-4 jam per hemodialisis → 3-4 jam per minggu.

d. Minggu IV : 3-5 jam per hemodialisis → 2-3 jam per minggu.

Minggu berikutnya diprogramkan kembali sesuai dengan indikasi medik.

C. Konsep Kecemasan

1. Definisi

Cemas (anxietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2013).

Cemas juga reaksi yang normal terhadap stress dan ancaman bahaya.

Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik

yang nyata maupun yang hanya dibayangkan. Kecemasan dan ketakutan sering

digunakan dengan arti yang sama, tetapi ketakutan biasanya merujuk akan

adanya ancaman yang spesifik, sedangkan kecemasan merujuk adanya ancaman

yang tidak spesifik (Pratiwi, 2010).

Carpenito (2011) berpendapat cemas adalah keadaan dimana seseorang

mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktifitas sistem saraf otonom dalam

berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik. Cemas berbeda

dengan takut, seseorang yang mengalami perasaan cemas tidak dapat


34

mengidentifikasi ancaman, cemas dapat terjadi tanpa rasa takut, namun biasanya

ketakutan tidak terjadi tanpa cemas.

2. Tingkat kecemasan

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Contohnya individu yang menghadapi

ujian akhir, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan,

individu yang akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi,

dan individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong.

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang

penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami

perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.

Contohnya pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi

pertama yang mengalami resiko tinggi, keluarga yang mengalami

perpecahan (berantakan), dan individu yang mengalami konflik dalam

pekerjaan.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan

kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci

dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu


35

area yang lain. Contohnya individu yang mengalami kehilangan harta

benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, dan individu dalam

penyanderaan.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang

terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,

pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon

terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami

halusinasi dan delusi. (Stuart, 2006 ).

3. Gejala Gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan karena adanya ancaman terhadap

kesehatan. Individu yang tergolong normal kadang kala mengalami kecemasan

yang nampak sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala

gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang

mengalam gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap

penyakit mental yang parah (Dadang Hawari, 2013)

a. Gejala gejala yang bersifat fisik diantara nya :

1. jari tangan dingin

2. detak jantung makin cepat

3. berkeringat dingin

4. kepala pusing
36

5. nafsu makan berkurang

6. tidur tidak nyenyak

7. dada sesak

b. Gejala yang bersifat mental adalah :

1. ketakutan merasa akan ditampi bahaya

2. tidak dapat memusatkan perhatian

3. tidak tentram ingin lari dari kenyataan

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (2009), faktor yang mempengaruhi kecemasan

pasien antara lain :

a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain:

1) Usia pasien

Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia

dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi

pada umur 21-45 tahun.

2) Pengalaman pasien menjalani pengobatan

Pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-

pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama

untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian

penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di

kemudian hari. Apabila penga laman individu tentang hemodialisis

kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat

menghadapi tindakan hemodialisis.

3) Konsep diri dan peran


37

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu

berhubungan dengan orang lain. Menurut Stuart & Sundeen (2015) peran

adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang

berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi

peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan

peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian

dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya. Juga keselarasan budaya

dan harapan individu terhadap perilaku peran. Disamping itu pemisahan

situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, jadi setiap

orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya

pada setiap waktu. Pasien yang mempunyai peran ganda baik didalam

keluarga atau di masyarakat ada kecenderungan mengalami kecemasan

yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu.

5. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Skala HARS Hamilton Anxiety Rating Scale menurut Dadang Hawari 2013

penilaian kecemasan terdiri dari 14 item yaitu :

1. Perasaan cemas firasat buruk, takut pikiran sendiri, mudah tersinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar ,mudah terganggu, lemas.

3. Ketakutan yaitu takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buru .


38

5. Gangguan kecerdasan yaitu penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6. Perasaan depresi yaitu hilang nya minat, berkurang nya kesenangan pada

hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik yaitu nyeri pada otot otot dan kaku, suara tidak stabil dan

kedutan pada otot.

8. Gejala kardiovaskuler yaitu nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak

jaantung hilang sekejap.

9. Gejala pernapasan yaitu rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik nafas panjang, dan merasa nafas pendek.

10. Gejala sensori yaitu perasaan seperti ditusuk tusuk, penglihatan kabur,

muka merah dan pucat merasa lemah.

11. Gejala gastrointestinal yaitu sulit menelan, berat badan menurun, mual

dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas

di perut.

12. Gejala urogenital yaitu sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotesa.

13. Gejala vegetatif yaitu mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,

pusig atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara yaitu gelisah, jari jari gemetar, mengkerut

dahi atau kening, muka tegang dan nafas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memperbaiki nilai dan kategori yaitu:

0 : Tidak ada gejala sama sekali


39

1 : Satu dari gejala yang ada

2 : Sedang atau setengah dari gejala yang ada

3 : Berat atau lebih dari setengah gejala yang ada

4 : Sangat berat semua gejala yang ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dari item 1 –

4 dengan hasil :

1. Skor kurang dari 6 yaitu tidak ada kecemasan

2. Skor 7 – 14 yaitu kecemasan ringan

3. Skor 15 – 27 yaitu kecemasan sedang

4. Skor lebih dari 27 yaitu kecemasan berat

6. Penatalaksanaan Kecemasan

a. Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini

digunakan untuk jangka pendek, dan tidak untuk jangka panjang karena

pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anti

kecemasan nonbenzodiazpine seperti buspiron (buspar) dan berbagai

antidespresan juga digunakan (muchtaridi, 2008).

b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

1) Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan

dengan cara mengalihkan perhatian pada hal hal lain sehingga pasien

akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang

menyenangkan menyebakan pelepasan endorfin yang bisa


40

menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit

stimulus cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & perry, 2005)

2) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi

relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif

(muchtaridi, 2008).

3) Aromaterapi

Pengaruh penggunaan aromaterapi dalam mengurangi tingkat

kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa, hal ini disebabkan oleh efek relaksasi yang diakibatkan

oleh aromaterapi (muchtaridi, 2008).

D. Konsep Aromaterapi Lavender

1. Definisi

Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan bau

bauan yang berasal dari tumbuh tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum

dan enak. Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan

penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak astiri (Jaelani, 2009).

Aromaterapi dapat jugadidefinisikan sebagai penggunaan terkendali

essensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Niken, 2007). Jenis minyak

aromaterapi yang umum digunakan yaitu :

a. Minyak eukaliptus, radiata (Eucalyptus Radiata oil)

b. Minyak Rosemary
41

c. Minyak Ylang Ylang

d. Minyak Tea tree

e. Minyak Lavender

f. Minyak Geranium

g. Minyak Peppermint

h. Minyak Jeruk lemon

i. Minyak Chanomile Roman

2. Mekanisme Aromaterapi

Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis : mereka yang

bertindak melalui stimulasi sistem saraf dan organ organ yang bertindak

laangsung pada organ atau jaringan melalui effector receptor mekanisme (niken,

2007).

Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan

minyak essensial memicu perubaahan dalam sistim limbik, bagian dari otak

yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang respon

fisologis saraf, endokrin atau sistem kekebalan rubuh, yang mempengaruhi

denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan

perlepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.

Efek pada otak dapat menjadiakn tenang atau merangsang sistem saraf,

serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi hormon. Menghirup

minyak essensial dapat meredakan gejala pernafasan sedangkan aplikasi lokal

minyak yang diecerkan dapat membantu untuk kondisi tertentu (Niken, 2007).
42

3. Manfaat Aromaterapi

Beberapa manfaat dari minyak aromaterapi (essensial oil ) :

a. Lavender : minyak lavender dianggap paling bermanfaat dari semua minyak

astiri. lavender dikenal dapat membantu meringkan nyeri, sakit kepala,

insomia, ketegangan dan stress (depresi) melawan kelelahan dan

mendapatkan untuk relaksasi.

b. Jasmine : pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita, mengobati

impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit mentruasi dan radang selaput lendir.

c. Pappermint : membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang pada

pencernaan. melancarkan sinus dan paru paru.

d. Rosemary : salah satu aroma yang manjur mempelancarkan peredaran darah,

menurunkan kolestrol, reumatik, menghilangkan ketombe, mencegah

kerontokan dan mecegah kulit kering .

e. Sandalwood : menyembuhkan infeksi saluran kecing, mengobati radang dan

luka bakar, masalah tenggorokan, membatu masalah sulit tidur dan

meciptakan ketenangan hati.

f. Green Tea : berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit

paru paru, alat kelamin, vagin , sinus, inveksi mulut serta melindungi kulit

karena radiasi bakar selama terapi kanker.

g. Ylang ylang / kenanga : bersifat untuk menenangkan, melegakan sesak nafas,

berfungsi sebaagi tonik rambut sekaligus seabgai pembangkit rasa cinta.

h. Lemon : selain baaik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat

antioksida, mencegah hipertensi, memperbaiki metabolisme, menunjang

sistem kekebalan tubuh serta memperlambat kenaikan berat badan.


43

i. Sakura : diantara nya disentri, demam, muntah, batuk darah, muntah,

keputihan, insomnia, sakit kepala, hipertensi.

4. Jenis – Jenis Aromaterapi

Jenis – jenis aroma terapi menurut Jaelani 2009 :

a. Terapi Secara Internal

Dalam bentuk minyak maupun cairan encer, minyak esensial yang murni

saat dikonsumsi langsung secara oral (dimakan atau diminum langsung)

dan inhalasi (dihirup melalui hidung). Contoh – contoh darri minyak

essensial jenis ini antara lain seperti minyak essensial : cengkeh, pepermint,

adas manis, selasih, meenthol, rosemary, camomile, bergamot, basil, sirih,

dan lain lain. Beberapa produk bahan baku ini telah diproduksi anttara lain

dengan bentuk tablet hisap.

1) Terapi Melalui Oral

Cara penggunaan minyak essensial dalam terapi lewat oral ini pada

prinsipnya hampir sama seperti ketika kita menggunakan obat – obatan

dalam terapi oral lain. Sebelum mulai terapi, minyak esensial yang akan

digunakan harus diencerkan terlebih dahulu ke dalam pelarut air yang no

alkohol, dalam konsentrasi kurang dari 1 %. konsentrasi pengencer ini

tergantung pada beberapa faktor antara lain jenis penyakit yang akan

diobati, minyak yang akan dipakai, metode yang digunakan.

Dalam aroma terapi internal, bahan bahan aromatis yang telah di

konsumsi akan masuk ke dalam sistem jaringan tubuh bagian dalam

(lambung). Bahan – bahan tersebut akan menjadi granul – granul halus,


44

dimana zat aktifnya akan lebih mudah terlepas dan larut. tahap ini disebut

fase biofarmasi. zat –zat yang larut tersebut selanjutnya akan mengalami

absorbsi ,distribusi, metabolisme, dan juga eksresi didalam tubh tersebut

dan disebut fase farmakokinetik. sediaan berupa zat aktif tersebut juga

akan mengalami fase farmakodinamika dimana zat aktif dalam sediaan

minyak tersebut akan berinteraksi dengan reseptor di tempat sasaran

kerja untuk kemudian memberikan efeknya.

2) Terapi Melalui Inhalasi

Seperti diketahui sensor indra penciuman pada manusia memiliki

tingkat kepekaan lebih tajam dan sensitif. Ketajaman indra penciuman

ini dapat mencapai 10.000 kali lebih kuat dari pada indra perasa.

Karenanya, terapi dengan melalui inhalasi ini memiliki efek yang kuat

terhadap organ organ sensorik yang dilalui bahan aktif minyak

esensial.

Terapi inhalasi sangat berguna untuk mengatasi dan meringankan

keadaan – keadaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan

tubuh seseorang. Khususnya penyakit yang berhubungan dengan

gangguan saluran pernafasan dan gangguan – gangguan sistem tubuh

lainya. Adapun maksud dari cara terapi ini adalah untuk menyalurkan

khasiat zat – zat yang dihasilkan oleh minyak esensial secra langsung.

Yaitu dengan mengalirkan uap minyak esensial secara langsung atau

melalaui alat bantu aroma terapi. Seperti tabung inhaler dan spray,

anglo , lilin ataupun pemanas elektrik. Zat-zat yang dihasilkan berupa


45

gas, tetes – tetes uap yang halus, asap serta uap sublimasi yang akan

terhirup lewat hidung dan tertelan lewat mulut.

Aroma zat zat minyak esensial yang berupa tetes – tetes uap halus

atau dalam bentuk lainya itu akan membasahi saluran pernafasan, yaitu

dengan cara membasahi selaput lendir pada hidung, faring, laring,

trakea, bronkus, bronkeoli, dan alveoli. Disamping itu, uap dan asap

minyak esensial ini juga bisa mempengaruhi kondisi psikis seseorang

melalui rangsangan yang di terima oleh ujung – ujung saraf penciuman

yang terdapat di dalam selaput lendir hidung, atau daerah respon saraf

pada organ lain yang dilalui tetes – tetes uap minyak esensial tersebut.

b. Terapi Secara Eksternal

Secara umum penggunaan aroma terapi lebih banyak dilakukan secara

eksternal di luar tubuh dibandingkan secara internal dari dalam tubuh.

Sebagai bahan untuk obat – obatan, minyak esensial mudah terserap

meskipun demikian, terapi ini lebih optimal jika dilakukan dengan

menggunakan cara yang tepat. Beberapa metode yang sering dilakukan

di antaranya berupa pijatan dan dengan terapi air.

1) Terapi Pemijatan ( massage)

Pemijatan termasuk salah satu cara terapi yang sudah berumur tua.

Meskipun metoda ini tergolong sederhana, namun cara terapi ini

masih sering di gunakan. bahkan dewasa ini semakin banyak para

ahli kesehatan yang menggunakan untuk membantu pengobatan

modern.
46

2) Tipe Pijat Shiatsu

Merupakan salah satu metode pengobatan tradisional yang berasal

dari cina dan telah berlangsung sejak berabad – abad. Cara ini lebih

mengutamakan tekanan pada daerah – daerah sebagai titik

akupuntur, atau sering disebut pijat akupresur atau tusuk jari. Tujuan

dan kegunaannya ialah untuk mengembalikan keseimbangan

bioenergi. cara pemijatan shiatsu ini meliputi teknik pijat penekanan

itu sendiri dan teknik pemanasan (moksibasi).

3) Tipe Tusuk Jarum

Menurut teori akupuntur, seseorang anak manusia selama masa

hidupnya memiliki suatu daya atau kekuatan energi yang bisa

mengalir ke berbagai jaringan dalam tubuh. Energi tersebut bergerak

melalui garis meredian dan tersebar pada kurang lebih 800 titik

akupuntur. Dari alur garis merdian dan titik – titik ini akan dapat

diketahui jenis penyakit seseorang. Lewat akupuntur ini, adakalanya

dari pangkal jarum tersebut akan diberi gulungan kertas yang

dibakar. adapun pemanasan atau (moksibasi) bertujuan untuk

mengembalikan bioenergi tubuh pada kondisi yang tetap seimbang

proses moksibasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan minyak

esesnsial.

4) Terapi Air ( hidroterapy )

Terapi air bertujuan untuk menjaga mengembalikan kondisi tubuh agar

tetap segar, sehat, dan selalu terjaga keindahannya. Adapun cara yang
47

dapat di tempuh dalam terapi ini, antara lain dengan steaming, mandi

uap (sauna), berendam, dan lewat kompres.

a) Steaming

Merupakan salah satu cara alami untuk mendapatkan uap

aromatis melalui penguapan air panas. Dalam terapi ini,

setidaknya digunakan 3-5 tetes minyak esensial dalam 250 ml air

panas. Tutuplah kepala dan mangkok dengan handuk, sambil

muka ditundukan selama 10-15 menit hingga uap panas mengenai

muka

b) Mandi uap

Dengan memakai aroma minyak esensial, metoda ini sangat

bermanfaat bagi tubuh, antara lain untuk memulihkan sistem

peredaran darah, mengembalikan fungsi saraf dengan cara

relaksasi, serta untuk menjaga fungsi koordinasi antar sistem alat

tubuh, sedangkan dalam perawatan tubuh, mandi uap sangat

membantu memperbaiki pori – pori kulit dan pengeluaran lemak

yang berlebihan. Efek uap hangat aromatis yang di hasilkan bisa

meningkatkkan produksi neurotransmiter yang akan membantu

fungsi saraf dan peredaran darah.

c) Mandi rendam

Metode ini bisa dengan menggunakan air dingin atau air hangat.

Caranya dengan merendamkan tubuh ke dalam air yang telah diisi

dengan minyak esensial atau ramuan rempah rendam. Aroma


48

minyak yang larut bersama air akan meresap melalui pori – pori

kulit kemudian akan mempengaruhi reseptor ujung saraf dan

mempengaruhi sistem sirkulasi darah. Dengan cara ini, berguna

dalam mengembalikan kebugaran tubuh, mengeluarkan racun,

menenangkan perasaan dan mencegah kondisi tubuh dari proses

penuaan dini.

5. Definisi Lavender

Lavender merupakan tanaman pendek bercabang yang tumbuh hingga

ketinggian sekitar 60 cm. Habitus semak, daun bertulang sejajar, bunga

berwarna ungu kebiruan di ujung cabang. Bunga lavender memiliki aroma

yang sangat harum ( Nuraini, 2014).

Lavender merupakan semak yang digemari di daerah Mediterania.

Istilah kata lavender berasa dari kata Lavandus yang berarti membersihkan

(Koensoemardiyah, 2013) .

7. Kandungan kimia

Menurut Nuraini (2014) kandungan yang ada pada bunga lavender

yaitu monoterpene hidrokarbon, Camphene, Lominene, Geraninol,

Lavandulol, Nerol. Minyak yang dihasilkan lavender mengandung linalool

dan linalool asetat.

Menurut Nuraini (2014) bunga lavender banyak digunakan sebagai

campuran detergen, sabun mandi, parfum, serta digunakan pula sebagai

bahan dasar produk anti nyamuk. Bunga ini membuat tubuh rileks, mebantu
49

mengngangkat sel – sel kulit mati, menjaga kelembaban serta meremajakan

lapisan kulit. Lavender merupakan tanaman bunga klasik yang dapat

membantu pencernaan serta mengurangi rasa sakit, mengurangi depresi dan

membuat rileks.

8. Cara pemakaian minyak/ ekstrak lavender

a. Sebagai lotion anti nyamuk bunga lavender di gosokan ke tubuh

b. Agar bayi mudah tertidur bunga dikemas dalam saset dan di selipkan

dalam bantal tidur

c. Minyak lavender dengan cara di hirup bermanfat sebagai guna

mengurangi kecemasan, menstabilkan suasana hati, mengurangi

insomnia, mengurangi depresi.

d. Dengan cara dibuat teh bermanfaat untuk mengurangi gangguan

pencernaan dan mengurangi bau mulut .

Menurut koensoemardiyah (2013) Minyak lavender memang

merupakan yang paling banyak digunakan sebagai pewangi sabun. Minyak

ini berbau manis, floral, sangat herbal, dan mempunyai tambahan bau seperti

balsam.

Minyak lavender merupakan salah satu minyak yang paling aman

sekaligus mempunyai daya aseptik yang kuat antivirus, dan anti jamur.

Karenanya sering digunakan untuk mengobati paru- paru, sinus, vagina, dan

kulit, juga meringankan nyeri seperti nyeri otot dan sakit kepala. Juga

digunakan pada linimen karena percaya mempercepat penyembuhan sel – sel

kulit yang terbakar sinar matahari, terluka, dan rash. Pijat atau mandi dengan
50

lavender dilakukan untuk meningkatkan imunitas. Karena banyak sekali

khasiatnya minyak lavender merupakan salah satu minyak yang terpopuler

dalam aromaterapi.

9. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Kecemasan

Aromaterapi lavender pada penurunan tingkat kecemasan adalah salah

satu pengobatan atau perawatan bau bauan menggunakaan minyak

essensial aromaterapi. Salah satu aroma yang digemari adalah aroma

lavender. Kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan

linalool . Linalool adalah kandungan aktif yang utama yang berperan pada

efek anti cemas (relaksasi) pada lavender. Minyak essensial dari bunga

lavender dapat memberikan manfaat relaksasi, mengurangi tingkat

kecemasan dan mampu memperbaiki mood seseorang (Cuncic, 2012).

Aromaterapi terdiri dari minyak tumbuhan atau minyak essensial

untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis, untuk menenangkan tubuh,

pikiran dan saraf. Wewanginan seperti lavender memiliki efek

menenangkan. Lavender digunakan terutama untuk relaksasi untuk

menguraangi susah tidur, kecemasan, dan depresi, serta untuk penyakit fisik

seperti sakit perut dan sakit kepala (Cuncic, 2012)

10. Cara Menggunakan Aromaterapi Minyak Lavender

Tidak ada studi kasus yang menunjukan diperbolehklan atau tidaknya

menghirup aromaterapi secara langsung melalui hidung dan berapa takaran

yang pas untuk mempergunakan minyak lavender tetapi ada beberapa cara
51

yang digunakan untuk mengunakan aromaterapi lavender (yang telah

dilakukan untuk penelitian).

Aroma terapi secara inhalasi dapat dicampur dengan air, dengan

komposisi 4 tetes aromaterapi untuk 20 ml air, sehingga dapat menghasilkan

aroma yang segar (Kohatsu 2012 dalam buku Wahyuningsih, 2014).

Aromaterapi dengan lilin caranya adalah menyalakan lilin yang berada

dibawah mangkuk. Isi mangkuk dengan air, diamkan hingga panas, setelah

itu tuangkan 8 tetes dari 3 pilihan kombinasi esensial oil kedalam mangkuk

yang berisi air hangat itu tadi. Aroma terapi dapat dihirup secara langsung,

caranya dengan mencampur 3 - 5 tetes kedalam mangkuk steinlistell atau

kaca yang berisikan air panas. Tutup wajah dan kepala dengan handuk, lalu

uapnya hirup dalam - dalam. Lakukan kurang lebih 10 menit, lindungi area

mata. Cara ini dapat membuat tubuh seimbang dan pikiran terasa lega

karena lepas dari tekanan emosi (Susilowati, 2015)

Penggunaaan melalui penyemprotan atau sprey dari minyak yang

telah dipilih sebanyak 100 ml dengan menggunakan botol yang memiliki

alat penyemprot kemudian smprotkan pada tubuh sebagai penyagar

(Susilowati, 2015). Penggunaan inhalasi dengan cara dihirup langsung dari

tisu atau sapu tangan yang sudah diberi aromaterapi lavender langsung

melalui hidung (Dwijayanti, 2014). Dengan cara dihirup selama 15-20

menit dengan menggunakan kapas yang telah diberi 2-3 tetes minyak

lavender (Primidiatri, 2012 dalam buku Swandari,2014)


52

E. Kerangka Teori

Manfaat Aromaterapi Stadium gagal ginjal kronis:


: 1.Stadium 1 jika kerusakan ginjal
1. Mengurangi Stress dengan LFG normal/ naik
2. Menurunkan 2. Stadium 2, jika kerusakan ginjal
Kecemasan dengan LFG menurun
3. Meredakan nyeri 3.Stadium 3, jika kerusakan ginjal
4. Membantu dengan LFG menurun sedang
masalah sulit tidur 4.Stadium 4, jika kerusakan ginjal
5. Memperlancar
dengan LFG menurun berat
tekanan darah
5.Stadium 5, Gagal Ginjal

Penatalaksanaan GGK :
Tingkat 1. Transplantasi Ginjal
Kecemasan : 2. Peritoneal Dialisis
1. Cemas Ringan 3. Hemodialisa
2. Cemas Sedang
3. Cemas Berat
4. Cemas Berat
Sekali Masalah yang sering dialami pada
pasien HD :
1. K elemahan otot
2. Kram
3. Anemia
Penatalaksanaan 4. Hipotensi
Kecemasan :
5. Kecemasan
1. Farmakologi
a. Benzodiasephine
b. Non
Benzodiasephine
2. Non Farmakologi:
a. Aromaterapi
b. Distraksi
c. Relaksasi

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Dadi (2016), Dadang Hawari (2013), Koensoemardiyah (2013),
Muchtaridi (2015) Moelyono (2015).

Anda mungkin juga menyukai