Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“EKOSISTEM PERAIRAN“

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. DISNA MARGARETHA TAMBUNAN (4173351009)

2. ELYA INOVENTA SEMBIRING (4173351004)

3. HASRI INDAH ASIAH (4173351008)

4. INDAH CAHYANI (4173351009)

5. SRI AGUS ADI SYAHPUTRA SIHOMBING (4173351021)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENDIDIKAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018/2019

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekosistem
Perairan)

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak terlepas dari bantuan dan dari berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar – besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam proses penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya.

Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka menerima masukan saran, usul, guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan, 01 September 2018

Penulis
BAB I

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ekosistem

Pengertian ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk dikarenakan hubungan
timbal balik yang tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem dapat juga dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh serta menyeluruh
antara unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

Ekosistem merupakan penggabungan dari unit biosistem yang melibatkan hubungan


interaksi timbal balik antara organisme serta lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
struktur biotik tertentu sehingga terjadi siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Matahari adalah sumber dari semua energi yang ada dalam ekosistem.

2. Komponen Penyusun
a. Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan kimia yang
medium atau substrat sebagai tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan
tempat hidup. Sebagian besar dari komponen abiotik memiliki beragam variasi dalam
ruang dan waktu. Komponen abiotik berupa bahan organik, senyawa anorganik, serta
faktor yang memengaruhi distribusi organisme, antara lain:
1. Suhu Proses biologi dipengaruhi juga oleh suhu. Mamalia dan unggas akan
membutuhkan energi untuk dapat meregulasi temperatur dalam tubuh.
2. Air Ketersediaan air juga dapat memengaruhi distribusi organisme. Organisme yang
terdapat pada gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air yang ada di gurun tersebut.
3. Garam Konsentrasi garam juga memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
dengan melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial mampu untuk dapat
beradaptasi di dalam lingkungan dengan kandungan garam yang tinggi.
4. Cahaya matahari Intensitas serta kualitas cahaya matahari dapat memengaruhi proses
fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga yang terjadi pada lingkungan air,
fotosintesis terjadi pada sekitar permukaan yang dapat dijangkau oleh cahaya
matahari. Di gurun, intensitas cahaya matahari yang sangat besar dapat membuat
peningkatan suhu, hal ini dapat mengakibatkan hewan dan tumbuhan tertekan.
5. Tanah dan batuKarakteristik tanah yang meliputi antara lain struktur fisik,, komposisi
mineral, dan pH membatasi penyebaran organisme yang berdasarkan kandungan
sumber makanan di tanah.
6. IklimIklim adalah kondisi cuaca dalam suatu daerah atau area serta dalam jangka
waktu lama. Iklim makro meliputi iklim global, lokal, dan regional. Iklim mikro
meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni oleh beberapa komunitas tertentu.

b. Biotik
Biotik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu organisme. Komponen
biotik merupakan suatu komponen yang menyusun ekosistem selain komponen abiotik.
Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu
heterotrof atau konsumen dan dekomposer atau pengurai :
1. Heterotrof / konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan dari bahan-bahan
organik yang telah disediakan oleh organisme lain sebagai sumber makanannya.
Komponen heterotrof disebut konsumen makro atau fagotrof karena makanan yang
dimakan berukuran kecil. Yang tergolong golongan heterotrof adalah manusia,
hewan, mikroba, dan jamur.
2. Pengurai / decomposer
Pengurai atau dekomposer merupakan organisme yang menguraikan bahan-bahan
organik yang berasal dari organisme yang telah mati. Pengurai disebut konsumen
makro atau sapotrof. Hal ini karena makanan yang telah dikonsumsi memiliki ukuran
yang lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil dari penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Yang tergolong golongan pengurai atau dekomposer adalah bakteri dan
jamur. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:
a. Aerobik : oksigen sebagai penerima elektron atau oksidan
b. Anaerobik : oksigen tidak terlibat dan bahan organik sebagai penerima
elektron atau oksidan
c. Fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang sudah teroksidasi juga
sebagai penerima elektron. Komponen tersebut berada di suatu tempat serta
berinteraksi membentuk kesatuan ekosistem yang teratur.

3. JENIS EKOSISTEM

1. Ekosistem Darat
Ekosistem daratan adalah ekosistem yang sebagian besar isinya adalah daratan. Setiap
daratan di bumi memiliki ciri khas masing- masing. Setiap ekosistem daratan di bumi
mewakili tempat serta iklim yang dimiliki setiap ekosistem tersebut. Ekosistem daratan
juga bisa disebut sebagai bioma. Bioma adalah daerah yang memiliki sifat, iklim, serta
berada pada tingkat geografis yang sama, serta tempat berkumpulnya berbagai macam
makhluk hidup yang membentuk komunitas dan pada akhirnya menjadi ekosistem.
Dalam ekosistem dartan, dibedakan menjadi 8, yaitu bioma hutan hujan tropis, bioma
hutan gugur, bioma padang rumput, bioma savana, bioma taiga, bioma tundra, bioma
gurun, dan bioma karst. Berikut adalah beberapa Jenis-jenis Ekosistem darat :
a. Bioma Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis berada pada daerah yang memiliki iklim tropis. Hutan hujan
tropis adalah hutan dengan curah hujan yang tinggi. Curah hujan di hutan hujan tropis
bisa mencapai 200 hingga 225 cm pertahun.Akibat dari curah hujan yang tinggi, rata-
rata suhu di hutan hujan tropis kurang lebih sekitar 25 derajat celcius. Jenis tanaman
yang ada di hutan ini bersifat heterogen atau memiliki jenis- jenis yang
beranekaragam. Jenis- jenis pohon yang ada di hutan ini berjenis besar dan tinggi.
Tinggi rata- rata pohon di hutan hujan tropis bisa mencapai 20 hingga 40 meter.
Cabang di hutan hujan tropis lenar, sehingga berbentuk seperti tudung. Hewan yang
biasa di temukan di hutan hujan tropis adalah jenis- jenis kera, harimau, jenis- jenis
burung, badak ataupun babi.

b. Bioma Hutan Gugur


Hutan gugur adalah salah satu jenis hutan yang ada di bumi. Hutan gugur berada
pada daerah yang memiliki 4 musim atau sub tropis. Berbeda dengan hutan hujan
yang selalu hujan, hutan gugur memiliki intensitas hujan yang lebih merata. Curah
hujan di hutan gugur betkisar antara 75 hingga 100 cm setiap tahun. Karena berada
pada daerah dengan 4 iklim, hutan gugur memiliki kemampuan adaptasi yang baik
terhadap perubahan musim.

Saat suhu udara menjadi dingin, dan air di sekitar hutan mulai membeku, maka
pohon- pohon di hutan gugur akan mengubah warna daunnya menjadi merah, hal ini
akibat dari ketidakmampuan melakukan fotosintesis. Saat iklim menjadi benar-benar
dingin, maka pohon akan menggugurkan daunnya. Sedangkan pada musim panas,
daun pohon akan kembali menghijau dan lebat. Jenis pohon di hutan ini hanya
sedikit. Sekitar 10 hingga 20 jenis pohon saja. Janis pohon di hutan ini tidak besar
dan tidak rindang. Hewan yang bisa ditemukan di hutan ini adalah beruang, hamster,
atau hewan yang berhibernasi selama musim dingin.

c. Bioma Padang Rumput


Padang rumput adalah dataran luas yang ditumbuhi oleh rumput- rumput. Pada
rumput dapat ditemukan di daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Curah
hujan di padang rumput cenderung rendah. Hanya berkisar antara 25 hingga 50 cm
per tahun. Curah hujan yang sedikit dan tidak teratur membuat hanya sedikit pohon
yang mampu hidup di padang rumput.
Rata- rata tanaman yang hidup di padang rumput adalah rumput atau pohong- pohon
yang berjenis pendek. Selain itu, akibat hujan yang tidak merata, membuat sebagian
rumput di padang rumput ada yang sangat subur, ada yang tidak subur. Daerah yang
sangat subur, mampu menumbuhkan rumput hingga ketinggian 3 m. Hewan yang
hidup di padang rumput adalah kangguru, singa, jerapah, jaguar, zebra, atau jenis-
jenis ular.

d. Bioma Savana
Sabana adalah daratan yang diisi oleh rumput dan sedikit pohon. Sabana terletak
pada daerah yang beriklim tropis. Sabana memiliki kemiripan dengan padang rumput.
Yang membedakan adalah curah hujan di sabana lebih tinggi dari padang rumput.
Curah hujan yang ada di saban berkisar antara 95 hingga 150 cm per tahun. Karena
curah hujan yang lumayan, maka sabana memiliki beberapa jenis pohon yang mampu
hidup hanya dengan jumlah air yang terbatas. Jenis hewan yang hidup di sabana
antara lain gajah, kuda, macam tutul, singa, atau jenis- jenis hewan pengerat.

e. Bioma Taiga
Taiga adalah jenis hutan yang hidup di daerah beriklim sub tropis serta daerah
dengan iklim dingin. Karena berada di daerah yang dingin, jenis pohon pada hutan ini
adalah pohon- pohon berjenis daun jarum.

Daun jarum adalah pohon yang daunnya seperti jarum- jarum. Pohon- pohon yang
berada di daerah ini antara lain cemara, alder, dan jenis pohon berdaun harum
lainnya. Jenis pohon di hutan ini rata- rata bersifat homogen. Pohon- pohon di hutan
ini berwarna hujau sepanjang tahun diakibatkan kemampuan mereka pada perubahan
iklim yang ekstrim antara musim dingin dan musim panas. Hewan yang berada di
hutan ini adalah beruang hitam, lynx, atau serigala.

f. Bioma Tundra
Tundra adalah ekosistem di daratan yang berada pada daerah terdingin di bumi,
yaitu antartika dan. Musim dingin di daerah tundra sangat panjang, bisa berlangsung
selama 9 bulan. Selain itu selama musim dingin, tidak ada cahaya matahari yang
masuk.

Pada musim panas, cahaya matahari mulai masuk, dan membuat sebagian
tanaman berbunga dan berbuah. Hanya saja karena musim panas yang sangat pendek,
menyababkan tanaman berbunga di daerah tundra memiliki masa hidup yang singkat.
Jenis tanaman yang paling kuat bertahan di daerah tundra adalah jenis lumut-
lumutan. Sedangkan jenis hewan di daerah ini adalah rubah, rusa kutup, atau bison.

g. Bioma Gurun
Gurun adalah ekosistem yang berkebalikan dengan. Tundra berada di daerah yang
paling dingin, sedangkan gurun berada di daerah bumi dengan temperatur yang paling
panas. Curah hujan di daerah ini sangat sedikit, bahkan nyaris tidak ada. Sehingga
daerah ini adalah dataran tandus berpasir.
Curah hujan di daerah ini, kurang dari 25 cm per tahun. Gurun adalam daerah
dengan temperatur udara yang sangat ekstrim. Pada siang hari, suhu di daerah ini bisa
mencapai 60 derajat, dan pada malam hari turun drastis menjadi 0 derajat celcius.
Jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah ini adalah kaktus, yang mampu
menyimpan cadangan air.

h. Bioma Karst
Karst adalah daerah dengan kumpulan batu gamping. Karst berbeda dengan
ekosistem lain, karena mamiliki keunikan tersendiri. Karst adalah daerah yang rentan
terhadap erosi dan tanah longsor. Selain itu, daerah karst adalah daerah yang tidak
subur untuk pertanian. Karst adalah daerah dengan banyak pori- pori kecil.
Akibatnya, karst adalah daerah penyimpan cadangan air.

2. Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem
air laut. Pembagian ini berdasarkan perbedaan fisik dan kimiawi yang memengaruhi
komunitas perairan tersebut. Bioma air tawar umumnya memiliki konsentrasi garam
kurang dari 1%, sedangkan bioma laut umumnya memiliki konsentrasi garam 3%.

a. Ekosistem Air Tawar


Ekosistem air tawar umumnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu lentik dan
lotik. Lentik merupakan habitat air yang tidak terdapat arus air yang mengalir terus,
contohnya adalah danau. Adapun lotik adalah habitat air yang mengalir, contohnya
adalah sungai.Danau memiliki ciri khas air yang tenang sehingga kondisi biotik dan
abiotiknya relatif stabil. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari memungkinkan
terjadinya fotosintesis disebut daerah fotik. Adapun daerah yang tidak dapat ditembus
oleh cahaya matahari disebut daerah afotik.
Sungai merupakan air yang mengalir searah dari hulu menuju hilir. Aliran air
yang konstan, mengikis tanah dan membentuk habitat unik yang menjadi penunjang
kehidupan beberapa organisme. Selan itu, aliran sungai memengaruhi penumpukan
sedimen, suplai oksigen, dan nutrisi. Kecepatan aliran sungai dapat berbeda-beda pada
beberapa titik. Gesekan pada dinding dan dasar sungai mengurangi kecepatan arus
sehingga alga dapat menempel pada permukaan bebatuan, akar tanaman dapat menancap,
dan hewan dapat hidup di dasar sungai tanpa terbawa arus.
b. Ekositem Laut
Ekosistem laut biasa juga dinamakan sebagai ekosistem bahari. Ekosistem bahari
merupakan ekosistem paling luas di permukaan bumi. Lebih dari dua pertiga bagian bumi
ini merupakan ekosistem laut. Ekosistem ini meliputi ekosistem perairan laut dalam,
ekosistem perairan laut dangkal (litoral), dan ekosistem daerah pasang surut.

1. Ekosistem perairan laut dalam


Ekosistem ini memiliki ciri spesifik, yaitu tidak terjangkau oleh sinar matahari.
Akibatnya, di ekosistem ini tidak ditemukan organisme fotoautotrof. Di dalam ekosistem
perairan laut dalam, jumlah detritivora (pengurai), karnivora (pemakan daging), dan
saprofor (pemakan sampah) sangat melimpah. Oleh karena keadaannya yang gelap,
banyak di antara jenisnya dilengkapi dengan organ yang bercahaya. Keterangan
mengenai ekosistem ini belum begitu lengkap akibat kendala medan yang sulit diteliti.
Penelitian tentang ekosistem ini memerlukan alat berat yang dapat menahan tekanan air
yang besar.
2. Ekosistem perairan laut dangkal
Ekosistem ini disebut juga ekosistem litoral. Ekosistem ini berada di daerah pantai
yang tergenang air laut, kecuali pada saat air surut. Daerahnya terbuka dan relatif tidak
terpengaruh oleh air sungai besar karena memiliki jarak yang cukup jauh. Ekosistem ini
banyak ditemukan di pantai utara Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi. Komunitas di
daerah ini didominasi beberapa macam ganggang, misalnya Sargassum. Ekosistem
perairan dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa subekosistem, antara lain ekosistem
terumbu karang, pantai batu, dan pantai lumpur.

3. Ekosistem terumbu karang


Ekosistem terumbu karang terbentuk di daerah perairan jernih, yaitu hasil
aktivitas organisme hewan berongga (Cnidaria). Ekosistem ini memiliki nilai ekonomis
yang tinggi karena di dalamnya terdapat bermacam-macam ikan, udang, dan hewan laut
lainnya. Ekosistem ini banyak terdapat di perairan Nusa Tenggara dan Maluku.
4. Ekosistem pantai batu
Ekosistem ini didominasi batuan yang umumnya berukuran besar dan keras hasil
penyatuan (konglomerasi) batu-batu kecil dengan tanah liat dan kapur. Bebatuan tersebut
dapat pula terbentuk dari bongkahan batu granit yang besar. Biasanya, ekosistem pantai
batu banyak terdapat di pesisir pantai yang berbukit, seperti pantai selatan Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Vegetasi yang dominan antara lain Eucheuma dan
Sargassum.

5. Ekosistem pantai lumpur


Ekosistem pantai lumpur terdapat di muara sungai yang menjorok ke laut dengan
bentangan yang cukup luas. Ekosistem seperti ini banyak ditemukan di Jawa, Sumatra,
Kalimantan, dan Papua. Komunitas pionir yang berkembang di komunitas ini, di
antaranya api-api (Avicennia), bakau (Sonneratia), dan beberapa rumput laut seperti
Enhalus acoroides.

A. Ciri-ciri Ekosistem Perairan


- Salinitas (kadar garam) rendah, umumnya lebih rendah daripada kadar garam plasma
sel organisme yang hidup di dalamnya.
- Kondisi lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
- Variasi suhu antara permukaan dan dasar sangat rendah, relatif sama.
- Penetrasi cahaya di perairan kurang.
- Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.
- NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
- Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
- Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.
c. Ekosistem Air Tawar

Seperti yang sudah dikatakan bahwa habitat air tawar itu dapat dibedakanmenjadi dua jenis,
yaitu air tawar mengalir (lotik) dan air tawar diam (lentik).

a. Perairan Mengalir (lotik)Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara


jelas membedakannyadari air menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air
tawar.Semua perbedaan itu tentu saja mempengaruhi bentuk serta kehidupan tumbuhan d
anhewan yang menghuninya. Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungaiadalah
bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air yangmengisi cekungan itu,
tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh endapan sehinggamenjadi tanah kering.
Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya sudah ada sehinggaair itulah yang membentuk
dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masihterdapat air yang
mengisinya(Ewusie, 1990:186)

b. Perairan Menggenang (Lentik)Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah


dan perairan buatan.Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah dibedakan
menjadi perairanyang terbentuk karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik.
Beberapa
contoh perairan lentik yang alamiah antara lain adalah danau, rawa, situ dan telaga,sedan
gkan perairan buatan antara lain adalah waduk
CARA MELESTARIKAN EKOSISTEM PERAIRAN

- menerapkan teknik terasiring atau sengkedan – fungsinya untuk menahan aliran air
dan memperbesar peluang penyerapan air kedalam tanah.
- melakukan rotasi tanaman (crop rotation) – fungsinya untuk menjaga kualitas tanah
dan mencegah terkumpulnya patogen dan hama yang menyerang satu jenis tanaman.
- tidak menggunakan pestisida – penggunaan pestisida sebagai cara mencegah
hama kurang baik karena menurunkan kualitas tanah dan membuat tanah menjadi
keras.
- menggunakan pupuk kompos
- memberantas hama dengan memperbanyak predator – sistem ini merupakan
penerapan dari rantai makanan. semakin banyak predator pemakan hama maka
jumlah hama secara alami akan menurun.
- Tidak membuang limbah logam berat pada aliran sungai – bahaya logam berat bukan
hanya bagi organisme yang hidup di sungai namun juga manusia yang
memanfaatkannya.
- Tidak mengambil batuan besar di sungai – batu batu di sungai berfungsi sebagai
penjaga struktur tanah agar tidak mudah terjadi erosi.
- Menanami pohon pohon besar di sekitar sungai
- tidak membuang sampah dan limpah di danau
- mengontrol pertumbuhan gulma di sekitar danau
- menertibkan pembangunan pembangunan yang ada di sekitar danau agar tidak
merusak ekosistem danau
- menanami pepohonan disekitar danau
- menjaga keadaan tanah agar tidak terjadi sedimentasi berlebihan yang menyebabkan
danau meluap.

Anda mungkin juga menyukai