Anda di halaman 1dari 2

Stigma & Realita Pendidikan Di Kota Sukabumi

Dalam Bab ini I Pasal 1 UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Sistem
Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka dari itu, dapat kita simpulkan bahawa
pendidikan adalah sistem yang merupakan suatu totalitas struktur yang terdiri dari komponen yang
saling terkait dan secara bersama menuju kepada tercapainya tujuan. Dalam praktik, sering kali
sistem Pendidikan di Indonesia tidaklah sesuai akan kaidah – kaidah yang ingin di bangun. banyak
oknum – oknum yang membuat sistem Pendidikan Indonesia ini tidaklah sehat seperti
kelihatannya. Saya akan mengambil contoh bagaimana stigma masyarakat dan realita sistem
Pendidikan yang ada dikota saya akan sedikit saya jabarkan.
Keberhasilan Kota Sukabumi dalam Pendidikan bisa diacungin jempol, dengan program
literasinya yang sudah berjalan lama, Kota Sukabumi sudah berhasil mencapai angka hampir 99%
warganya yang melek huruf dan hampir 95 % angka partisipasi Pendidikan SD hingga SMA.
Dengan jumlah 101 SDN, 17 SMPN, 5 SMAN dan 4 SMKN yang diantara dari sekolah tersebut
bangun dengan stigma ‘Sekolah Favorit’ dan saya pernah merasakan menjadi bagian dari ‘sekolah
favorit’

Untuk jenjang SMP negeri di sukabumi bisa di bilang sangat sesak pada satu atau dua
sekolah yang berada di lokasi strategis dengan stigma ‘sekolah favorit’ dan saya menjadi bagian
dari itu. SMPN ini memiliki luas hanya 3370 m2 harus diisi oleh sebanyak 1.500 lebih siswa dan
belum guru dan staf TU, membuat siswa harus moving class belum lagi jumlah satu rombel yang
hampir 40 siswa lebih dan hal seperti itu sudah berlangsung sejak lama. Saya sebagai mahasiswa
sangat miris padahal masih banyak SMP negeri di sukabumi yang kekurangan siswa dan juga
dengan adanya Moving class akan ada banyak jam kosong, waktu pulang jadi lebih siang. Apabila
upacara pun siswa – siswa harus dibagi 2 karena kecil lapangan dibandingkan dengan jumlah
siswanya.
Di SMA merupakan fase yang membuat saya syok akan Pendidikan di Sukabumi, praktik
jual beli masuk SMA sangat terang – terang. Sebagai contoh, saya mendaftar ke sekolah tersebut
melalui PPDB, lalu di lanjutkan mendaftar ke sekolah langsung dan diluar Gedung pendaftaran
sudah banyak orang yang menawarkan jaminan masuk ke sekolah tersebut dengan fee uang jutaan
rupiah, dan belum lagi titip menitip jatah anggota dewan, yang saya tahu dari ibu saya karena
beliau merupakan guru juga di sekolah itu.

Tapi, saat ini kota Sukabumi sudah bisa berbenah diri jumlah rombel SMP saya dulu
katanya sudah dikurangi dan jumlah perombel nya pun katanya sekarang sekitar 30 an, dan untuk
praktik jual beli kursi juga sudah bisa dimimalisir dengan PPDB di kelola oleh pemprov.
Saya berharap Pendidikan di Sukabumi bisa maju dan bersih dari KNN, dan saya sebagai
putra daerah semoga dimasa depan bisa membangun dan memperbaiki Pendidikan disukabumi
Referensi
Sukabumi, Radar (2019, 3 Mei). 99,99 Persen Warga Kota Melek Huruf . Di kutip dari
web https://radarsukabumi.com/2019/05/03/9999-persen-warga-kota-melek-huruf/ tanggal 7
September 2019 pukul 19.00 WIB.

https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=026200&level=2

Anda mungkin juga menyukai