BAB I
PENDAHULUAN
1. Metode Brinell
Pengujian dengan pengindentasian sejumlah beban
terhadap permukaan material dengan penetrator
berupa bola baja diameter 10 mm, standar untuk
bebannya 0,97 - 3000 kgF. Pada metode ini digunakan
dua beban pada mesin tersebut besarnya adalah 12,48
kg untuk pengujian logam dengan kekerasan 30-120
BHN dan 43,2 kg untuk pengujian pada logam dengan
kekerasan 100-500 BHN. Skala yang digunakan pada
metode ini adalah Brinell Hardness Number (BHN)
atau juga Hardness Brinell (HB).
2. Metode Vickers
Metode ini mirip dengan metode Brinell, tapi
penetrator yang digunakan berupa intan berbentuk
piramida, beban yang biasa digunakan antara 1-
120kg. Pembebanan yang dilakukan bisa digunakan
untuk menentukan pengukuran pengukuran mikro
(9,807 N untukpembebanan 1-1000 gf), skalanya
adalah HK (Hardness knoop) dan untuk pengukuran
makro (9,807 - 1176,80 N untuk pembebanan 1 kg
3. Metode Rockwell
Metode pengujian kekerasan dengan menggunakan
variasi indenter dan beban yang berbeda beda. Metode
ini seringkali digunakan kartena sangat mudah untuk
dipraktekkan.
Calcite 3 120
Mild Steel 3 s/d 4 100
Fluorite 4 150
Apatite 5 400
feldspar 6 560
W 7
Quartz 7 700
Martensitic steel 7 s/d 8 700
Topaz 8 1300
Hard Cr Plating 8 1800
Corundum 9 1800
WC 9 s/d 10 1800
Diamond 10 6000
Sumber : Van der Vaart, George : Metallography
3. Pengujian Tarik
Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa
dilakukan karena pengujian tarik dapat menunjukkan
perilaku dari bahan selama proses pembebanan. Prosesnya
adalah benda uji ditarik hingga putus, darisana dapat
ditentukan kekuatan tarik benda uji.
4. Pengujian Lengkung
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian pada sifat
mekanik bahan yang dilakuka terhadap spesimen bahan.
pelengkungan merupakan proses pembebanan terhadap
suatu bahan di suatu titik di tengah - tengah bahan yang
ditahan dua tumpuan.
5. Uji Impact
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan dari
material ketika diberi gaya secara tiba tiba. Dalam dunia
industri, JIS menetapkan secara khusus metode uji impact
yang digunakan yaitu uji impact charpy dan juga uji impact
izod.
6. Uji Struktur
Uji Struktur digunakan untuk melihat struktur logam.
Prosesnya adalah material dipotong dan dikikis pada
permukaannnya hingga halus, kemudian dilakukan analisa
visual secara makroskopis dan juga secara mikroskopis.
Dalam pengujian mikroskopik, spesimen diamati secara
khusus menggunakan mikrsokop metalurgi untuk
b. Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non-destruktif adalah aktivitas tes atau inspeksi
terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak atau
discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes atau
inspeksi. Pada dasarnya tes ini dilakukan untuk menjamin
bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum
melewati damage tolerance. NDT paling tidak dilakukan
sebanyak dua kali. Pertama, selama dan di akhir fabrikasi.
Kedua, NDT dilakukan setelah komponen digunakan dalam
jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menemukan
kegagalan. Macam-macamnya adalah :
1. Uji Visual
Metode ini digunakan untuk menemukan cacat atau retak
pada permukaan serta melihat korosi yang terjadi di
permukaan. Digunakan alat bantu optikal untuk dapat
melihat cacat atau retakan pada permukaan secara jelas.
4. Uji Radiografi
Pada pengujian ini diletakkan film dibelakang objek,
kemudian objek akan disinari sinar laser x atau sinar
gamma. Apabila pada objek terdapat cacat, maka akan
terjadi variasi intensitas pada film. Hasil film inilah yang
akan menunjukkan kecacatan yang ada pada spesimen.
6. Uji Ultrasonik
Pada pengujian ini gelombang suara dirambatkan pada
spesimen uji dan sinyal yang ditransmisikan atau
dipantulkan akan diamati. Gelombang suara akan terganggu
jika terdapat retakan atau delaminasi pada material.
Gelombang ini akan dibangkitkan transducer piezoelectric
dan akan diterima kembali untuk dikonversikan menuju
energi listrik kembali.
-
c. Mangan (Mn)
- Meningkatkan kekerasan.
- Meningkatkan ketahanan terhadap suhu tinggi.
- Membuat bahan mengkilap.
d. Silikon (Si)
- Meningkatkan sifat mekanis.
- Membuat sifat logam menjadi kaku.
e. Molibdinium (Mb)
- Meningkatkan sifat mampu keras.
- Meningkatkan kekuatan dan kekerasan.
- Cenderung untuk membentuk karbida.
f. Vanadium (V)
- Menaikkan titik leleh dan meningkatkan kekuatan.
- Membentuk karbida yang kuat dan stabil.
g. Karbon (C)
- Meningkatkan kekerasan dan kekuatan.
- Membentuk karbida Fe3C.
- Menurunkan elastisitas.
h. Kobalt (Co)
- Meningkatkan daya hantar listrik.
- Meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus.
- Meningkatkan kejenuhan magnetis.
i. Wolfram
- Meningkatkan kekuatan terhadap suhu tinggi.
- Menurunkan regangan.
2. Ukuran butir
Faktor ini sangat berpengaruh dalam sifat mekanis logam.
Semakin kecil ukuran butir maka semakin kuat dan keras, karena
batas butir yang terbentuk sedikit.
2. Annealing
Annealing adalah perlakuan panas yang digunakan untuk
meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan dalam,
menghaluskan ukuran butir dan meningkatkan sifat mampu
mesin. Prosesnya adalah dengan memanaskan material sampai
suhu tertentu, holding beberapa saat kemudian didinginkan secara
perlahan dalam dapur pemanas atau media terisolasi.
3. Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas yang digunakan untuk
menghaluskan struktur butiran yang mengalami pemanasan
berlebihan, menghilangkan tegangan dalam, meningkatkan
a. Martempering
Martempering adalah perbaikan dari prosedur quenching
dan digunakan untuk mengurangi distorsi selama
pendinginan.
b. Austempering
Austempering bertujuan untuk meningkatkan ductility,
ketahanan impact dan mengurangi distorsi. Struktur yang
dihasilkan adalah bainit. Proses pendinginan dilakukan
dengan quenching sampai temperatur diatas Ms dan
dibiarkan demikian sampai transformasi menjadi bainite
selesai.
a. Pack Carburizing
b. Paste Carburizing
c. Gas Carburizing
d. Liquid Carburizing
2. Nitriding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja
dengan nitrogen yaitu dengan cara melakukan holding dalam
waktu yang agak lama pada temperatur 480˚C - 650˚C dalam
lingkungan amoniak ( NH3 ). Nitriding digunakan untuk
meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan fatique.
Sedangkan anti-corossion Nitriding digunakan untuk
meningkatkan ketahanan kororsi.
3. Cyaniding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja
dengan unsur karbon dan nitrogen, bertujuan untuk
meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan kelebihan. Bila
4. Sulphating
Perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan
ketahanan gesek dari bagian bagian mesin maupun alat alat
tertentu dari bahan HSS dengan cara penjenuhan permukaan
dengan sulfur.
3. Chromizing
Chromizing dikenal sebagai pengayaan wilayah pada
permukaan baja dengan krom dengan perlakuan panas.
Termokimia selama proses ini atom kromium akan menyebar
pada suhu 900˚C - 1000˚C ke permukaan dari benda kerja.
2. Rekristalisasi
Tidak semua inti-inti pada cairan logam dapat tumbuh
menjadi kristal. Hanya inti-inti yang stabil saja yang dapat
tumbuh menjadi kristal. Inti yang stabil akan menarik inti-inti
yang lain yang tidak stabil dan akan membentuk kristal dengan
orientasi yang sama. Kemudian kristal-kristal tumbuh di
sekeliling inti yang nantinya akan menutupi semua logam.
3. Pertumbuhan Butir
Adanya inti-inti yang membentuk orientasi yang berbeda-
beda menyebabkan pertumbuhan kristal tidak merata pada seluruh
logam, sehingga pertumbuhan kristal sering menghambat kristal
satu dengan yang lain disekitarnya dan seluruh logam cair akan
5. Simple Cubic
6. Simple Monoclinic
7. Simple Tetragonal
Selain struktur di atas, masih terdapat struktur yang lain juga, yaitu:
sedikit sekali karbon, karena itu austenit yang akan menjadi ferit
harus mengeluarkan karbonnya sehingga sisa austenit akan
menjadi lebih kaya karbon. Semakin rendah temperaturnya makin
makin banyak ferit yang terbentuk, makin tinggi kadar karbon
pada sisa austenit (komposisi austenit akan mengikuti garis A 3).
Pada saat mencapai titik 2 masih ada 0,25-0,80% dari austenit,
kadar karbonnya (0,80%) komposisi eutectoid, sisa austenit ini
selanjutnya akan mengalami reaksi eutectoid menjadi pearlit.
pada temperatur dibawah A1 paduan akan terdiri dari Ferit
(hypoeutectoid) dan Pearlit.
setelah selesainya reaksi eutectoid ini struktur akan terdiri dari
ferit hypoeutectoid dan pearlit. Ferit hypo eutectoid adalah ferit
yang terbentuk sebelum terjadinya reaksi eutectoid. Istilah ini
digunakan untuk membedakan dengan ferit yang terbentuk
sebelum reaksi eutectoid (ferit yang terdapat pada pearlit). Pada
pendinginan selanjutnya sudah tidak terdapat lagi perubahan fasa
dan strukturnya tetap berdiri dari butir - butir kristal ferit dan butir
kristal pearlit. Pada mikroskop ferit tampak putih sedang pearlit
berwarna agak kehitaman.
2. Austenite
Austenit adalah larutan padat karbon yang mempunyai struktur FCC
(Face Centered Cubic). Sifat Austenite :
Stabil pada suhu 13500 C
Dapat dikeraskan dengan 2% karbon
Dapat ditempa dimana tegangan tarik sekitar 5000 Pa
Spesifik volume rendah dibandingkan microstruktur lain.
Lunak, non-magnetik, moldable, tidak ductile
BHN = 170-200 BHN
3. Martensite
Martensite adalah larutan padat dari karbon dan besi terbentuk dari
pendinginan cepat (quenching) dan martensite berstruktur BCT.
Sifat martensite :
Stabil dibawah suhu 15000 C
Keras, rapuh, magnetis
Kandungan karbon > 0,20 C
Konduktor panas dan listrik rendah
BHN = 650-700 BHN
4. Cementit
Cementit adalah senyawa besi dan karbon dengan kandungan karbon
6,67 % disebut juga carbide. Sifat Cementit :
Stabil dibawah 15000 C
Rapuh, magnetis
Campuran Cementit dan Austenite disebut ledeburit
Campuran Cementit dan ferit disebut pearlite
BHN = 620 BHN
5. Ledeburite
Ledeburite disebut juga dengan besi eutectoid yang tersusun atas 2
fase yaitu Austenite dan Cementit dengan kandungan karbon 0,83 %.
Sifat ledeburite :
Keras, rapuh dang etas
BHN = 700 BHN
6. Pearlite
Pearlite adalah baja eutectoit yang tersusun atas 2 fase yaitu ferit dan
Cementit dengan kandungan karbon 0,83 %. Sifat pearlite :
Kuat, tidak tahan panas
BHN =160-180 BHN
7. Besi delta
Contoh perhitungan :
Spesimen dengan komposisi kimia Cr = 1,2%, Mn = 0,3%, Si =
0,2%. tentukan pergeseran titik eutectoidnya.
Penyelesaiannya :
Unsur % paduan Suhu Eutectoid %C
Paduan
Cr 1,2% 740˚C 0,65
Mn 0,3% 720˚C 0,76
Si 0,2% 730˚C 0,74
Keterangan : Fe – Fe3C
Pergeseran Titik Eutectoid
Gambar 1.61 Grafik Pergeseran Tititk Eutectoid