Anda di halaman 1dari 22

Kegiatan Belajar 2: Genetika dan Hereditas

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menjelaskan penerapan teknologi pada reproduksi tumbuhan atau hewan.
2. Menjelaskan penerapan konsep pewarisan sifat-sifat yang tidak sama atau
menyimpang dari kedua orang tua/induknya (akibat peristiwa pautan /pindah
silang/gagal berpisah/ gen lethal) untuk pemuliaan keturunan.
3. Menganalisis pemuliaan keturunan melalui silsilah keturunan/pedegree.

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menjelaskan jenis-jenis teknologi pada reproduksi tumbuhan dan hewan.
2. Menganalisis dampak dari konsep pewarisan sifat-sifat yang tidak sama atau
menyimpang dari kedua orang tua/induknya (akibat peristiwa pautan /pindah
silang/gagal berpisah/ gen lethal) dalam pemuliaan keturunan.
3. menerapkan sistem pedigree dalam pemuliaan keturunan.

Pokok-Pokok Materi
1. Teknologi Reproduksi Pada Tumbuhan dan Hewan
2. Pewarisan sifat
3. Hereditas dan Persilangan
4. Pemuliaan Mahluk Hidup Dengan Seleksi Pedigree

Uraian Materi

Teknologi Reproduksi Pada Tumbuhan dan Hewan


Teknologi reproduksi adalah upaya manusia untuk mengembangbiakan hewan
ataupun tumbuhan dengan beberapa cara yang diharapkan bisa mengatasi masalah dalam
perkembangbiakan. Teknologi yang berkembang saat ini memang tidak hanya seputar
teknologi elektronik saja, namun telah merambat kepada tumbuhan dan juga hewan, banyak
bermunculan teknologi tumbuhan yang berhubungan dengan cara menanam tumbuhan agar
hasilnya melimpah, dimana saja tumbuhan bisa ditanam dan lain-lain. Ada juga teknologi
yang membahas tentang bagaimana mengembangbiakan hewan dan lain-lain. Berikut
disajikan teknologi reproduksi dalam reproduksi tumbuhan dan hewan.

44
1. Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan ini adalah salah satu metode untuk memperbanyak tumbuhan dengan
cara mengambil bagian dari suatu tumbuhan seperti sel atau jaringan sel. Dan bagian yang
sudah diambil tersebut ditaruh di tempat yang mengandung nutrisi dan zat pengatur hormone,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan berkembang menjadi
tanaman utuh yang memiliki akar, batang dan daun (Gambar 2.1). Anda bisa menggunakan
metode ini untuk semua jenis tanaman, namun setiap tanaman pastinya memiliki perlakuan
khusus. Gambaran mengenai proses kultur jaringan dapat dilihat pada tautan berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=UnI1rw7lYbU

Gambar 2.1. Jaringan tumbuhan tumbuh menjadi tumbuhan lengkap dalam medium
Sumber: http://masterbiologi.com
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan
seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam
kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap kembali. Teori yang mendasari tehnik kultur jaringan adalah teori
sel oleh Schawann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi (total genetic
potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi
genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.

45
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:
a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan
dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in-vitro.
b. Inisiasi Kultur
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru ini mengusahakan kultur
yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik
berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan
bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan
memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk
perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya.
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
d. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul
Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga
sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat
dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan
aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara
langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase
inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan
perbandingan yang dibutuhkan secara tepat. Hormon yang digunakan untuk merangsang
pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau
thidiadzuron (TDZ).

46
e. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup
kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke
lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap
pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan. Tunas-tunas yang dihasilkan
pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk
pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut
dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara
berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas
tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus
atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro
dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya
memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya
mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
f. Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet
merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara
masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol
seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses
ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro
(jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol,
dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang
siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan
berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang
tinggi.

2. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau yang biasa disebut kawin suntik adalah proses memasukan
sperma hewan jantan pada hewan betina dengan menggunakan alat tertentu (Gambar 2.2), hal
ini bertujuan untuk dapat mengatasi kesulitan bertemunya hewan jantan dengan betina karena
faktor geografis ataupun karena masa kawin yang tidak bersamaan. Prosedur inseminasi

47
buatan dapat dilihat pada tautan berikut ini https://www.youtube.com/watch?v=14DyYf_j7y8
dan https://www.youtube.com/watch?v=FMdjTAO7jj8

Gambar 2.2. Proses Inseminasi buatan pada sapi.


Sumber: tribunnews.com
Tujuan Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan dilakukan bukan tanpa tujuan. Ada beberapa hal yang ingin dicapai
oleh para peternak secara umumnya dengan melakukan inseminasi buatan, daripada
menunggu hewan kawin secara alamiah. Beberapa tujuan dilakukannya inseminasi buatan
antara lain adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki kualitas generasi ternak dengan memperbaiki sumber dna atau gen dari
sapi unggulan.
2. Mengurangi biaya dengan cara membuat pejantan unggul tidak perlu dibawa ke
tempat betina sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi yang cukup mahal
terutama pada tempat-tempat yang terpencil.
3. Mengefisiensikan penggunaan bibit dari sapi jantan unggul secara lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih lama.
4. Meningkatkan angka kelahiran sapi dengan cepat dan juga teratur.
5. Mencegah penularan atau penyebaran penyakit kelamin karena tidak melibatkan
interaksi fisik dari sapi betina atau sapi jantan.
Keuntungan Inseminasi Buatan

48
Inseminasi buatan sebagai alternatif pengembangbiakan hewan ternak memberikan
beberapa keuntungan tertentu bagi peternak. Oleh karena keuntungan inilah para peternak
mau menggunakan teknik atau cara ini untuk mengembangbiakkan hewan peliharaannya.
Beberapa keuntungan inseminasi buatan pada ternak antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mampu menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan.


2. Peternak mampu mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik.
3. Dapat mencegah terjadinya kawin sedarah pada ternak betina sehingga dapat
menghindari anakan yang cacat.
4. Peternak dapat menyimpan sperma unggulan dengan peralatan dan teknologi yang
baik dalam jangka waktu yang lama.
5. Peternak dapat menggunakan kembali semen beku untuk beberapa tahun kemudian
walaupun pejantan telah mati, sehingga bila pejantan unggulan telah mati, peternak
tidak kehilangan bibit unggul yang dimilikinya.
6. Dapat menghindari kecelakaan perkawinan pada indukan betina yang sering terjadi
pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar dan tidak dapat diimbangin
oleh indukan betina.
7. Dapat menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan
dengan hubungan kelamin.
3. Bayi Tabung
Fertilisasi in vitro ini adalah proses mempertemukan sperma dengan sel telur diluar
tubuh induk nya, hal ini dilakukan karena untuk mengatasi masalah sperma yang tidak dapat
bertemu dengan sel telur. Setelah terjadinya pembuahan, maka embrio dimasukan ke dalam
rahim hewan betina. Prosedur bayi tabung dapat dilihat pada tautan berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=tvGmDZUzRXw
Saat ini teknik reproduksi buatan, seperti bayi tabung dipandang sebagai solusi bagi
mereka yang ingin memiliki anak namun terhambat oleh masalah kesuburan ataupun masalah
genetik. Teknik ini pun telah dipakai oleh setidaknya 70% dari semua pasangan yang
mencoba mencari solusi untuk mendapatkan keturunan. Proses bayi tabung melibatkan sel
telur dewasa yang diambil dari ovarium wanita dan akan tinggal di laboratorium khusus
untuk dibuahi oleh sperma. Jika proses fertilisasi berhasil, maka sel telur akan dipindahkan ke
dalam rahim seorang wanita dengan harapan akan terjadi kehamilan.
Teknik ini memungkinkan adanya penanaman lebih dari satu sel telur yang telah
dibuahi ke dalam rahim wanita sehingga bisa menghasilkan lebih dari satu anak. Pasangan

49
yang menggunakan teknik ini dapat menggunakan sel telur dan sperma mereka sendiri dalam
proses bayi tabung tersebut. Atau, bisa juga sel telur yang telah dibuahi ditanamkan di rahim
wanita pengganti yang secara genetis tidak terkait dengan anak yang kelak akan dilahirkan.
Bayi tabung juga bisa melibatkan sel telur, sperma dan embrio (telur yang telah dibuahi) dari
donor anonim. Proses pelaksanaan bayi tabung dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3. Proses pembuatan bayi tabung


Sumber: https://www.news-medical.net

Ada beberapa faktor yang akan menentukan apakah bayi bisa lahir melalui proses
bayi tabung, seperti usia dan alasan di balik ketidaksuburannya. Mengingat sifat prosedurnya
yang kompleks, tidak mengherankan jika program bayi tabung ini bisa menghabiskan banyak
uang, memakan waktu yang cukup lama serta ada pula resikonya, seperti kegagalan atau
lainnya. Adapun tahapan proses bayi tabung adalah sebagai berikut.
1. Stimulasi Ovarium
Tujuan dari stimulasi ini adalah untuk meningkatkan jumlah sel telur yang
diproduksi ovarium. Dengan semakin banyaknya sel telur yang bisa diambil dan
dibuahi selama proses bayi tabung, maka semakin besar pula kesempatan terjadinya
kehamilan. Selama tahap ini, obat kesuburan diberikan untuk meningkatkan produksi

50
sel telur. Selain itu, dokter juga akan memantau pertumbuhan dan perkembangan
folikel dalam beberapa hari dengan melakukan USG dan tes darah untuk memantau
perkembangan telur dalam ovarium dan mengetahui kadar hormon.
2. Pengambilan Sel Telur (Ovum Retrieval)
Prosedur ini dilakukan untuk mengambil sel telur dari ovarium wanita.
Dengan bantuan USG, jarum halus dimasukkan lewat vagina untuk kemudian masuk
ke dalam ovarium dan kantung dimana telur berada. Kemudian telur ditarik keluar
dari folikel dengan perangkat hisap yang terhubung ke jarum tersebut. Hal ini
dilakukan sekali untuk setiap folikel. Sperma kemudian dikumpulkan dengan
meminta si pria untuk menghasilkan sampel air mani (biasanya dengan masturbasi)
yang nanti akan dicampurkan dengan sel telur.
3. Inseminasi dan Pembuahan Inseminasi
Tahapan ini adalah saat dimana sperma diperkenalkan ke telur, kemudian hasil
gabungan keduanya dimasukkan ke dalam ruangan khusus. Pembuahan akan terjadi
dalam beberapa jam setelah proses inseminasi. Jika kualitas sperma pria rendah,
sperma akan disuntikkan secara langsung ke dalam sitoplasma sel telur yang matang.
Proses ini disebut dengan intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI). Namun, ada kasus
ketika semuanya tampak normal tapi ICSI masih dilakukan.
4. Pemeliharaan Embrio Embrio terbentuk saat sel telur membelah.
Status embrio akan diperiksa secara berkala untuk memastikan pertumbuhan
yang tepat. Embrio normal akan memiliki beberapa sel pembagi aktif dalam lima hari.
Sekitar tiga sampai empat hari setelah pembuahan, prosedur yang disebut diagnosis
genetik pra-implantasi dapat dilakukan pada embrio. Prosedur ini dilakukan pada
pasangan yang memiliki masalah kelainan genetik dan mereka khawatir akan
menurunkannya pada bayinya kelak. Prosedur ini melibatkan skrining sel tunggal dari
masing-masing embrio untuk memeriksa kelainan genetik. Metode ini memungkinkan
orang tua untuk memilih embrio yang terbaik dan terbebas dari masalah genetik. Ada
prosedur lain juga yang disarankan terutama untuk wanita di usia yang sudah cukup
tua atau wanita yang telah mencoba IVF beberapa kali namun gagal. Prosedur ini
disebut dengan assisted hatching.
5. Pemindahan Embrio ke dalam Rahim
Embrio akan disimpan selama tiga sampai lima hari di tempat khusus sebelum
dipindahkan ke rahim sang ibu. Prosedurnya sama seperti pengangkatan sel telur dari
rahim. Pemindahan embrio ke rahim biasanya dilakukan pada hari kelima setelah
51
pembuahan, disaat embrio berada pada fase blastosit. Pada fase ini, embrio sudah
mampu menempel dengan baik pada rahim wanita. Lalu terjadilah proses kehamilan.
Jumlah embrio yang bisa ditanamkan ke dalam rahim tergantung pada kualitas
embrionya dan faktor-faktor seperti usia wanita tersebut. Jika masih tersisa embrio
dengan kualitas baik dan tidak ingin langsung digunakan, maka embrio tersebut bisa
dibekukan dan bisa dipindahkan nanti. Proses ini disebut dengan embrio
kriopreservasi.
4. Kloning
Kloning adalah proses untuk mengganti sel telur dengan sel somatis, dan diberi
kejutan listrik hingga sel tersebut berkembang biak. Kemudian setelah berhasil berubah
menjadi embrio, maka embrio tersebut ditanamkan pada rahim hewan betina. Dan anak yang
dihasilkan tersebut akan sangat mirip dengan induk yang diambil inti somatisnya.
Teknologi kloning ini melibatkan dua pihak, yaitu donor sel somatis (sel tubuh) dan
donor ovum (sel gamet). Meskipun pada proses ini kehadiran induk betina adalah hal yang
mutlak dan tidak mungkin dihindari, tetapi pada proses tersebut tidak ada fertilisasi dan
rekombinasi (perpaduan) gen dari induk jantan dan induk betina. Ini mengakibatkan anak
yang dihasilkan memiliki sifat yang (boleh dikatakan) sama persis dengan ‘induk’ donor sel
somatis.
Untuk lebih jelas, berikut ini uraian dasar proses teknologi kloning pada domba Dolly
beberapa tahun lalu. Perhatikan gambar berikut (Gambar 2.4).
Langkah kloning dimulai dengan pengambilan sel puting susu seekor domba. Sel ini
disebut sel somatis (sel tubuh). Dari domba betina lain diambil sebuah ovum (sel telur) yang
kemudian dihilangkan inti selnya. Proses berikutnya adalah fusi (penyatuan) dua sel tersebut
dengan memberikan kejutan listrik yang mengakibatkan ‘terbukanya’ membran sel telur
sehingga kedua sel bisa menyatu. Dari langkah ini telah diperoleh sebuah sel telur yang berisi
inti sel somatis. Ternyata hasil fusi sel tersebut memperlihatkan sifat yang mirip dengan
zigot, dan akan mulai melakukan proses pembelahan. Proses Kloning dapat dilihat pada
tautan berikut ini.
https://www.youtube.com/watch?v=1KEtj88kjGI
https://www.youtube.com/watch?v=DmHYUvmiXQI

52
Gambar 2.4. Proses cloning domba Dolly
Sumber: https://orindnesia.files.wordpress.com

Sebagai langkah terakhir, ‘zigot’ tersebut akan ditanamkan pada rahim induk domba
betina, sehingga sang domba tersebut hamil. Anak domba yang lahir itulah yang dinamakan
Dolly, dan memiliki sifat yang sangat sangat mirip dengan domba donor sel puting susu
tersebut di atas.
Dolly lahir dengan selamat dan sehat sentausa. Sayangnya selama perjalanan
hidupnya dia gampang sakit dan akhirnya mati pada umur 6 tahun, hanya mencapai umur
separoh dari rata-rata masa hidup domba normal. Padahal kloning yang dilakukan pada
hewan spesies lain tidak mengalami masalah.
Dari hasil penyelidikan kromosomal, ternyata ditemui bahwa Dolly mengalami
pemendekan telomere. Telomere adalah suatu pengulangan sekuen DNA yang biasa didapati
diujung akhir sebuah kromosom. Uniknya, setiap kali sel membelah dan kromosom
melakukan replikasi, sebagian kecil dari ujung kromosom ini selalu hilang entah kemana.
Penyebab dan mekanismenya juga belum diketahui sampai sekarang.
Masalah pemendekan telomere ini diketahui menyebabkan munculnya sinyal agar sel
berhenti membelah. Hal inilah yang diduga berhubungan erat dengan percepatan penuaan dan
kematian. Pemendekan telomere ini ternyata disebabkan oleh aktivitas enzim yang dikenal
dengan telomerase.

53
Sejalan dengan perkembangan teknologi kloning, para ilmuwan telah mampu
membuka harapan besar untuk menghidupkan kembali satwa-satwa yang telah punah.
Seorang profesor Biologi asal Jepang, Teruhiko Wakayama, berhasil membuat kloning dari
seekor mencit yang telah beku selama dua dekade. Keberhasilan ini memicu kemungkinan
terobosan yang lebih spektakuler lagi, yakni ‘membangkitkan kembali’ makhluk hidup yang
telah punah! Misalnya burung Dodo (Raphus cucullatus), serigala Tasmania (Thylacinus
cynocephalus), Quagga (Equus quagga), sampai beberapa subspesies dari harimau yang telah
punah (Panthera tigris balica, Panthera tigris sondaicus). Ini bukan isapan jempol belaka!
Berikut ini beberapa jenis kloning yang dikenal, diantaranya yaitu:
a. Kloning DNA rekombinan
Kloning DNA Rekombinan adalah perpindahan sebagaian rantai DNA yang
diinginkan dari suatu organisme pada satu elemen replikasi genetik. Contok kloning
DNA yaitu penyisipan DNA dalam plasmid bakteri untuk mengklon satu gen.
b. Kloning Reproduktif
Kloning reproduktif adalah teknologi yang digunakan untuk menghasilkan
hewan yang sama.
c. Kloning Terapeutik
Kloning terapeutik adalah kloning yang dilakukan untuk memproduksi suatu
embrio manusia sebagai bahan dalam penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
sel batang yang difungsikan dalam mempelajari perkembangan manusia dan dalam
penyembuhan penyakit.
5. Hibridisasi
Untuk mendapatkan individu baru yang mempunyai sifat berbeda dengan induknya,
maka anda bisa menggunakan metode ini untuk mengawinkan dua individu yang berbeda
sifatnya, sehingga diharapkan anaknya akan memiliki sifat yang berbeda. Sesuai dengan
hubungan kekeluargaan tanaman yang akan disilangkan ada beberapa macam persilangan :

1. Intravarietal : persilangan antara tanaman-tanaman yang varietasnya sama.


2. Intervarietal : persilangan antara tanaman-tanaman yang berasala dari varietas yang
berbeda tetapi masih dalam spesies yang sama. Juga disebut persilangan Intraspesifik
3. Interspesifik : persilangan dari tanaman-tanaman yang berbeda spesies tetapi masih
dalam genus yang sama. Juga disebut persilangan Intragenerik. Persilangan ini
dilakukan untuk maksud memindahkan daya ressistensi terhadap hama, penyakit dan
kekeringan dari suatu spesies ke lain spesies. Misal : tomat, tebu

54
4. Intergenerik: persilangan antara tanaman-tanaman dari generasi yang
berbeda.Persilangan ini dilakukan untuk menstransfer daya resisten hama,penyakit
dan kekeringan dari genera-genera yang masih liar ke genera-genera yang sudah
dibudidayakan.Misal tebu dan glagah ,lobak dank obis.
5. Introgresif: pada tipe persilangan ini salah satu spesies seolah-olah sifatnya
mendominir sifat-sifat spesies yang lain sehingga populasi hybrid yang terbentuk
seolah-olah hanya terdiri atas satu jenis spesies yang mendominir tersebut. uji nyata
untuk mengetahui apakah data atau hasil yang diperoleh sesuai atau menyimpang dari
nisbah yang diharapkan atau tidak. Oleh karena itu untuk mengevaluasi terhadap
benar tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dengan keadaan secara teori dapat
dilakukan dengan uji-X2. Tanaman Adenium termasuk jenis tanaman berumah satu.
Artinya, dalam satu bunga adenium penyerbukar sendiri sangat jarang terjadi. Sebab,
bunga betina dan bunga jantan masak pada waktu tidak bersamaan. Kondisi seperti
ini justru mempermudah langkah penyilangan.Pemuliaan adalah suatu cara yang
sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi
manusia. Dalam proses ini diperlukan bahan baku berupa keanekaragaman genetik
(plasma nutfah) yang tesedia di alam. Untuk pemuliaan tanaman dan hewan, peranan
penelitian untuk mendapatkan bibit unggul adalah sangat penting.
Itulah teknologi rerproduksi yang telah dikembangkan oleh para ilmuan, dan dengan
adanya teknologi seperti ini, diharapkan perkembangan tumbuhan dan hewan akan semakin
pesat sehingga hasil dari tanaman ataupun berternak dapat maksimal. Semoga kedepannya
semakin banyak ditemukan teknologi-teknologi baru seputar dunia tumbuhan dan hewan.
Adapun penjelasan mengenai proses hibridisasi dapat dilihat dalam tautan berikut ini.

https://www.youtube.com/watch?v=s1vPR86tseU

https://www.youtube.com/watch?v=F_HxndmVvvc

Pewarisan sifat
Perahkah kamu membandingkan wajahmu dengan wajah orang tua dan saudara-
saudaramu saat kamu bercermin? Apakah wajahmu mirip dengan ayah atau mirip ibumu?
Apakah warna kulitmu sama dengan saudara-sauaramu? Saat kamu membandingkan
wajahmu dengan wajah orang tua dan saudaramu, besar kemungkinan kamu akan melihat
banyak kesamaan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang

55
diwariskan yang menentukan suatu sifat. Bagaimana konsep pewarisan sifat pada makhluk
hidup ini? Simak penjelasan lengkapnya di dalam kegiatan belajar berikut ini.
Apabila kita mengamati alam sekitar, ada banyak persamaan maupun perbedaan pada
makhluk hidup. Persamaan dan perbedaan ini biasa terjadi antara induk dengan keturunannya
atau antara orang tua dan anak-anaknya. Misalnya saja dalam satu keluarga, dapat ditemui
adanya persamaan atau perbedaan sifat yang tampak dan sifat yang tak tampak antara anak
dengan kedua orang tuanya. Sifat yang tampak antara lain raut muka, bentuk tubuh, bentuk
wajah, warna kulit, warna mata, dan jenis rambut. Sedangkan sifat yang tak tampak yaitu
kecerdasan, bakat, suara, dan golongan darah.
Pewarisan sifat atau hereditas merupakan penurunan sifat dari induk (orang tua)
kepada keturunannya (anak). Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat ini disebut
genetika. Sifat-sifat suatu makhluk hidup diwariskan melalui sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina. Bagian sel yang bertanggung jawab terhadap penurunan sifat ini terdapat di
bagian inti sel (nukleus). Di dalam inti sel terdapat kromosom. Kromosom merupakan
benang-benang halus yang berfungsi sebagai faktor pembawa sifat keturunan. Di dalam
kromosom terdapat substansi pembawa sifat keturunan yang terdiri atas senyawa kimia yang
disebut gen. Gen berfungsi sebagai penentu sifat-sifat suatu makhluk hidup. Kromosom dan
gen inilah yang mengendalikan pewarisan sifat pada makhluk hidup.

1. Kromosom
Kromosom adalah materi genetik yang berupa benang-benang halus
(kromatin) yang berfungsi sebagai pembawa informasi genetik kepada keturunannya.
Setiap inti sel suatu makhluk hidup memiliki dua jenis kromosom yaitu kromosom
tubuh (autosom) dan kromosom kelamin (gonosom).
Kromosom tubuh berfungsi untuk menentukan sifat-sifat tubuh suatu
organisme. Kromosom tubuh dilambangkan dengan A yang berasal dari kata autosom
yang terdiri dari 22 pasang atau berjumlah 44 buah. Autosom terletak pada sel tubuh
dan berpasangan sehingga disebut kromosom diploid (ditulis dengan 2n). Struktur
kromosom manusia dapat dilihat pada gambar 2.6.

56
Gambar 2.6. Struktur kromosom manusia
Sumber: http://www.generasibiologi.com
Kromosom kelamin (gonosom) berfungsi untuk menentukan jenis kelamin suatu
organisme. Gonosom berjumlah 1 pasang atau 2 buah, gonosom pada laki-laki dilambangkan
dengan XY dan pada perempuan dilambangkan dengan XX. Gonosom terletak pada sel
kelamin dan tidak berpasangan sehingga disebut kromosom haploid (ditulis dengan n).
Kromosom adalah suatu unit struktural seperti benang yang membawa gen dan terdapat
dalam inti sel. Sepasang kromosom adalah "homolog" sesamanya, artinya mengandung lokus
gen-gen yang bersesuaian yang disebut alel. Gen adalah satuan informasi genetik pembawa
sifat yang berupa urutan nukleotida pada DNA.
Lokus adalah lokasi yang diperuntukkan bagi gen dalam kromosom. Alel ganda
(multiple alleles) adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus yang sama. Secara morfologi,
kromosom terdiri atas lengan kromosom, sentromer (tempat melekatnya dua lengan
kromosom) serta kinektokor (bagian sentromer yang menghubungkan kromatid dengan
gelendong mitotik). Berdasarkan posisi sentromernya, kromosom dibedakan atas beberapa
tipe, yaitu :
1. Metasentrik yaitu kromosom dengan sentromer terletak tepat ditengah-tengah
sehingga lengan kromosom sama panjang
2. Submetasentrik yaitu kromosom dengan sentromer hampir ke tengah sehingga
lengan kromosom terbagi tidak sama panjang
3. Telosentrik yaitu kromosom dengan sentromer terletak di ujung lengan kromosom

57
4. Akrosentrik yaitu kromosom dengan sentromer hampir di ujung lengan kromosom
sehingga lengan kromosom berbeda panjangnya secara ekstrim

Di dalam kromosom terdapat jalinan DNA yang kompleks yang dikemas oleh
suatu protein histon sehingga termampatkan sedemikian rupa. Tiap unit DNA
(deoxyribonucleat acid) tersusun atas pasangan basa (purin dan pirimidin) yang
dihubungkan oleh ikatan hidrogen dan rangka utama berupa gula-fosfat. Struktur DNA
ini berupa double helix.
2. Gen
Komposisi dan susunan gen-gen di dalam tubuh makhluk hidup disebut
genotipe. Genotipe setiap makhluk hidup berbeda-beda yang dapat menentukan sifat-
sifat suatu makhluk hidup tersebut. Pada dasarnya, genotipe adalah sifat pada
makhkuk hidup yang tidak terlihat. Genotipe inilah yang nantinya akan memunculkan
sifat fenotipe. Fenotipe adalah sifat pada makhluk hidup yang dapat terlihat. Sifat
fenotipe merupakan perpaduan antara sifat genotipe dan lingkungannya.
Pada umumnya, suatu gen dinyatakan dengan simbol huruf. Huruf kapital
menyatakan gen yang bersifat dominan, misalnya M (merah), sedangkan huruf kecil
menyatakan gen bersifat resesif, misalnya m (putih). Gen selalu berpasangan misalnya
MM, Mm atau mm. Gen yang sama jenisnya seperti MM atau mm disebut homozigot,
sedangkan gen yang berbeda jenisnya seperti Mm disebut heterozigot. Jika gen
dominan bersama-sama dengan gen resesif, sifat yang akan tampak adalah sifat yang
dibawa oleh gen dominan dan sifat yang dibawa oleh gen resesif tidak akan muncul.
Sebagai contoh, sifat pendek dominan tehadap sifat tinggi. Jika gen untuk pendek
muncul bersama-sama dengan gen untuk tinggi, sifat pendeklah yang akan muncul
pada keturunanya.

Hereditas dan Persilangan


Mekanisme pewarisan sifat dari tetua kepada anak atau keturunannya tidak terlepas
dari proses reproduksi seksual. Dalam reproduksi seksual, unit penting yang saling bersatu
adalah sperma (sel dengan segala perangkat genetiknya dari individu jantan) dan ovum (dari
individu betina). Kedua unit sel reproduktif tersebut akan melebur (fertilisasi) dan
membentuk cikal bakal individu baru berupa zigot. Dengan demikian, sifat turunannya
merupakan kombinasi dari dua sifat dari tetua (jantan dan betina atau ayah dan ibu). Dari
proses reproduksi seksual dapat diketahui bahwa material genetik dalam sel-sel kelamin akan

58
bergabung secara bebas saat fertilisasi dan pada awalnya terpisah secara bebas pula saat
gametogenesis (pembentukan selsel gamet: spermatogenesis dan oogenesis).

1. Konsep-Konsep Penting Mendel


Mendel mempelajari beberapa sifat pada tanaman kapri seperti tinggi tanaman, warna
bunga dan lain-lainnya yang bersifat dominan dan resesif. Hasil percobaan monohibrid
menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya sifat (ciri) dari salah satu tetua yang
muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul
kembali. Mendel menarik kesimpulan penting sebagai berikut :
Setiap sifat organisme ditentukan oleh pasangan dari unit-unit faktor yang berbeda
(gen). Setiap individu memiliki dua unit faktor yang bersama-sama mengendalikan ekspresi
dari suatu sifat tertentu. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang
kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi
berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu
mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukan gamet, setiap faktor dapat dipisah
kembali secara bebas.
Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya
proses penggabungan secara acak antara gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.

Hukum Mendel I : Pada pembentukan gamet (gametogenesis), unit faktor yang merupakan
pasangan akan disegregasikan secara bebas ke dalam dua sel anak. Jika satu individu
mengandung sepasang unit faktor (misal : keduanya untuk tinggi), maka semua gamet
menerima satu unit faktor tinggi. Jika satu individu mengandung sepasang unit faktor yang
tidak sama (misal : 1 untuk tinggi; 1 untuk pendek), maka masing-masing gamet mempunyai
probabilitas 50% untuk mendapat unit faktor untuk tinggi dan 50% untuk pendek.

Hukum Mendel II : Jika dua individu berbeda dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau
lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak tergantung dari pasangan sifat yang
lain (Prinsip segregasi bebas).

59
2. Tipe-tipe Persilangan
Berdasarkan sifat atau karakter inidividu yang mengalami persilangan, maka terdapat
berbagai tipe persilangan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda
Dapat dianalisa dengan mengawinkan dua strain parental yang masing-masing
memperlihatkan satu sifat yang berbeda. Dalam kondisi dominan-resesif penuh,
hasil persilangan pada generasi pertama (F1) akan memperlihatkan karakter
dominan seluruhnya, dan pada generasi kedua (F2) baru akan muncul karakter
dominan dan resesif secara bersamaan. Rasio fenotip pada F1 100% dominan,
sedangkan pada F2 adalah 3 :1 (dominan : resesif). Dalam kondisi kodominan
(intermediet), fenotip F1 memperlihatkan karakter yang berbeda dengan tetua,
sedangkan pada F2 akan muncul 3 macam fenotip. Rasio fenotip F1 100% fenotip
intermediet, sedangkan pada F2, rasio fenotip adalah 1 : 2 : 1 (dominan :
intermediet : resesif).
b. Persilangan dihibrid (persilangan dengan dua sifat beda)
Secara umum, perkawinan atau persilangan alamiah melibatkan seluruh
karakter yang dimiliki oleh kedua tetua. Oleh sebab itu, persilangan dua individu
dengan lebih dari satu sifat beda lebih mungkin terjadi daripada persilangan
dengan satu sifat beda. Dalam kondisi dominan-resesif penuh, rasio fenotip pada
F1 adalah 100% mencirikan karakter dominan, sedangkan pada F2, rasionya
menjadi 9 : 3 : 3 : 1
3. Pola-Pola Hereditas
Orang yang mula-mula mendalami hal pola-pola hereditas adalah W.S. Sutton
dari Amerika Serikat. Menurut Sutton bila ada gen-gen yang mengendalikan dua sifat
beda bertempat pada kromosom yang sama, gen-gen itu tak dapat memisalkan diri
secara bebas lebih-lebih bila gen-gen itu berdekatan lokusnya, maka akan
berkecenderungan untuk selalu memisah bersama-sama. Peristiwa ini disebut linkage
(pautan). Ada kalanya kromosom yang memisah tidak membawa seluruh gen yang
dimiliki tetapi hanya sebagian saja yang terbawa sedangkan sisanya dipenuhi oleh
kromosom pasangannya. Peristiwa ini disebut crossing-over (pindah silang). Kejadian
ini diteliti oleh morgan.
4. Determinasi Seks dan Pautan Seks (Sex Linkage)
Determinasi seks adalah penentuan jenis kelamin suatu organisme yang
ditentukan oleh kromosom seks (gonosom). Untuk lalat buah dikenal 1 pasang
60
kromosom seks yaitu kromosom X dan kromosom Y. Individu jantan terjadi jika
terdapat komposisi kromosom seks XY sedang betina jika komposisinya XX. Hal ini
sebaliknya terjadi pada aves yaitu jantan adalah XX sedangkan betinanya XY. Pautan
sex adalah suatu sifat yang diturunkan yang tergabung dalam gonosom. Sebagai
contoh: lalat buah betina mata merah (dominan) dikawinkan dengan lalat buah jantan
mata putih (resesif) menghasilkan F1 semua bermata merah. Tetapi pada F2 semua
yang bermata putih adalah jantan. Hal ini menunjukan bahwa sifat "bermata putih"
merupakan sifat yang terpaut pada kromosom Y.
5. Hereditas pada Manusia
Determinasi seks pada manusia juga ditentukan oleh kromosom X dan Y.
Karena jumlah kromosom manusia adalah khas yeitu 46 buah (23 pasang) yang terdiri
dari 22 pasang autosom dan sepasang gonosom, maka formula kromosom manusia
adalah : Untuk laki-laki adalah 46, XY ( 44 + XY). Untuk wanita adalah 46, XX
(44+XX).
Penyakit genetik yang disebabkan autosom pada manusia biasanya "bersifat
resesif" artinya dalam keadaan homozigot resesif baru menampakkan penyakit
misalnya Albinisma (albino), Polidaktili (jari lebih dari jumlah normal). Ada pula
penyakit yang disebabkan karena mutasi autosom, misalnya Sindrom Down, Sindrom
Patau, Sindrom Edwards dan Sindroma "Cri-du-chat". Sedangkan penyakit genetik
yang disebabkan kelainan pada gonosom yang disebabkan peristiwa non-disjunction)
misalnya Sindroma turner (45, XO), Sindroma klinefelter (47, XXY; 48, XXXY),
Sindrom superfemale/tripple-X atau trisomi X (47, XXX), dan Supermale (47, XYY).
Selain itu, terdapat pula kelainan yang terpaut seks pada kromosom X (resesif)
misalnya buta warna (hijau dan merah) dan hemofilia dan terpaut kromosom Y
(resesif hanya pada laki-laki) misalnya "hairypina"(hipertrikosis).
6. Aplikasi Hereditas dan Persilangan
Adanya pengetahuan yang luas dalam bidang genetika khusunya hereditas dan
persilangan, membuka peluang yang besar untuk berbagai tujuan yang berguna baik
dalam bidang pertanian, kesehatan, forensik (hukum) dan hubungan sosiologis.
Beberapa contoh aplikasinya adalah sebagai berikut :
a. Dalam bidang pertanian : penyilangan berbagai varietas tanaman untuk
memperoleh varietas baru yang memiliki karakter unggul dan produktif sesuai
yang diharapkan

61
b. Dalam bidang kesehatan : pelacakan berbagai penyakit menurun dari orang tua
kepada anak, misalnya hemofilia
c. Dalam bidang forensik (hukum) : penentuan identitas korban dari karakter
golongan darah, pola DNA yang dibandingkan dengan orang tua atau keluarga
terdekat
d. Dalam bidang hubungan sosiologis : penentuan tingkat kekerabatan antar
individu berdasarkan kesamaan dan perbedaan karakter
7. Pewarisan Sifat dan Variasi Genetis
Secara garis besar, ada tiga mekanisme yang menyebabkan terjadinya variasi
genetik pada suatu populasi. Ketiga mekanisme inindapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Pindah silang
Telah dijelaskan di depan bahwa sel kelamin membelah secara meiosis. Pada
profase I, kromosom homolog muncul pertama kali se bagai pasangan. Kromosom-
kromosom homolog ini saling bersilangan pada kiasmata. Pada kiasmata inilah terjadi
pindah silang (crossing over) materi genetik dari kromosom satu ke kromosom
lainnya. Pindah silang ini terjadi ketika dua kromatid dari kromosom yang berbeda
bertukar tempat. Kromatid yang sudah tidak identik lagi dengan kromatid saudaranya
karena terjadi pindah silang disebut dyad. Pada manusia, dua atau tiga kasus kejadian
pindah silang dapat terjadi untuk setiap pasangan kromosom.
b. Pemilahan kromosom secara bebas
Anda telah mengetahui bahwa pembelahan sel selalu diikuti pembagian
kromosom pada sel anakan yang dihasilkan. Begitu pula dengan pembelahan meiosis.
Pada metafase I, pasangan kromosom homolog terletak pada bidang metafase.
Orientasi pasangan homolog yang menghadap kutub-kutub sel bersifat acak. Setiap
pasangan mempunyai dua kemungkinan dalam penyusunan ini. Kita ambil contoh
organis-me yang mempunyai empat kromosom diploid (2n = 4). Organisme ini
mempunyai 2 kromosom dalam sel gametnya. Dua kromosom ini dapat menghasilkan
empat kemungkinan sel anakan dengan kombinasi kromosom berbeda satu sama lain
Bagaimanakah dengan manusia? Manusia mempunyai 46 kromosom diploid. Ini
berarti pada sperma atau sel telur terdapat 23 kromosom haploid. Dari 23 kromosom
ini mempunyai sekitar 8 juta kemungkinan penyusunan homolog pada metafase.
Kandungan kromosom pada sel sperma atau sel telur ini akan diwariskan pada anak
keturunannya. Jadi, setiap manusia sebenarnya merupakan 1 dari 8 juta kemungkinan
pemilahan kromosom yang diwariskan oleh bapak atau ibu kandungnya.
62
c. Fertilisasi random
Di dalam sebuah keluarga, seorang anak mempunyai sifat yang berbeda
dengan saudara-saudaranya. Seorang anak tidak ada yang memiliki sifat yang sama
persis dengan ibu atau bapaknya. Akan tetapi, sifatnya kemungkinan besar merupakan
perpaduan sifat kedua orang tuanya. Ini jelas sangat masuk akal, sebab seorang anak
dihasilkan dari pembuahan 1 sel telur ibu oleh 1 sel sperma bapak. Sel telur yang
dibuahi sperma akan menjadi zigot sebagai cikal bakal manusia. Jadi, genetik seorang
anak sangat dipengaruhi kromosom yang terkandung dalam sel telur atau sperma
tersebut. Anda mengetahui bahwa setiap sel kelamin (sperma dan sel telur) yang
menentukan kromosom anak merupakan 1 dari 8 juta kemungkinan. Hal ini berarti,
seorang manusia merupakan salah satu dari 64 trilyun (8 juta × 8 juta) kombinasi
kromosom diploid.

Pemuliaan Mahluk Hidup Dengan Seleksi Pedigree


Seleksi adalah salah satu kegiatan dalam rangkaian pemuliaan mahluk hidup yang
berupa pemilihan terhadap suatu genotip dari suatu populasi. Tujuan dari seleksi adalah
mempersempit variabilitas atau keanekaragaman suatu populasi sehingga mendapatkan
genotip yang diinginkan. Salah satu metode pemuliaan mahluk hidup menyerbuk sendiri
terbagi menjadi seleksi untuk populasi campuran dan juga seleksi untuk hasil hibridisasi.
Seleksi pedigree atau yang sering disebut dengan seleksi silsilah termasuk dalam
seleksi untuk hasil hibridisasi. Seleksi ini merupakan seleksi dari mahluk hidup dengan
kombinasi karakter yang dikehendaki pada generasi F2, turunannya selanjutnya diseleksi lagi
pada generasi-generasi berikutnya sampai mencapai kemurnian genetik. Single seed descend
(SSD) adalah seleksi pedigree pada tanaman yang dilakukan dengan memanen satu biji setiap
tanaman mulai dari F2‒F5, kemudian setiap biji tersebut dicampur untuk ditanam pada
generasi selanjutnya. Diallel selective mating system adalah adalah seleksi dengan
menggunakan berbagai variasi metode seleksi dalam usaha mengkombinasikan berbagai
karakter yang diinginkan. Mekanisme seleksi pedigree dapat dilihat dalam tautan berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=Wuk0W10EveU
Metode ini disebut pedigree karena pencatatan dilakukan setiap anggota populasi
bersegregasi dari hasil persilangan. Silsilah (pedigree) diperlukan untuk menyatakan bahwa
dua galur tersebut serupa dengan cara mengkaitkan terhadap individu tanaman generasi
sebelumnya. Metode seleksi pedigree pada ternak, dilakukan dengan melihat dan mencatat
penampilan produktivitas keturunan ternak yang telah lalu. Setiap individu yang

63
berpenampilan ekonomi bagus dan berasal dari induk/tetua yang berpenampilan
ekonomi bagus juga, lebih unggul di bandingkan individu yang berpenampilan bagus pula,
tapi berasal dari induk/tetua berpenampilan ekonomi yang jelek. Tapi harus di perhatikan
juga, induk/tetua berkarakter ekonomi bagus, tidak akan selalu, keturunannya pasti karakter
ekonominya bagus seperti induknya : keturunanya itu dapat berkarakter lebih bagus atau bisa
pula lebih jelek.
Hal tersebut di atas harus benar-benar di perhatikan oleh peternak pembibit/breeder.
Dalam melakukan seleksi berdasar penampilan dari induk/tetua yang dimilikinya. Agar hal
itu dapat terlaksana seefisien mungkin, maka Breeder harus punya catatan yang lengkap,
teratus dan kontinyu dari induk/tetua yang di hasilkannya. Seleksi pedigree memerlukan
waktu yang lama, peralatan yang komplit dan urutan prosedur pemuliabiakan yang
terprogram teratur dan terarah. Ini memerlukan investasi modal yang mahal, makanya jangan
terlalu banyak protes bila anakan yang di hasilkan Breeder yang bertanggungjawab dijual
dengan harga yang agak mahal.
Kelebihan dari seleksi pedigree
1. hanya keturunan-keturunan unggul yang dilanjutkan pada generasi selanjutnya,
anakan yang tidak baik dibuang
2. Seleksi dilakukan tiap generasi, sehingga jumlah anakan tidak terlalu banyak
3. Menghemat lahan, karena jumlah anakan tiap generasi semakin sedikit
4. Silsilah dari suatu galur dapat diketahui
Kekurangan dari seleksi pedigree
1. Tiap generasi persilangan harus dilakukan pencatatan (sifat morfologi, ketahanan
hama dan penyakit, umur panen), sehingga perlu banyak catatan dan pekerjaan
2. Kemungkinan ada galur terbuang pada generasi segregasi akibat seleksi

Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan modul kegiatan belajar 2 tentang genetika dan hereditas.
Hal yang penting dalam kegiatan belajar 2 ini adalah sebagai berikut.

1. Teknologi reproduksi adalah upaya manusia untuk mengembangbiakan hewan


ataupun tumbuhan dengan beberapa cara yang diharapkan bisa mengatasi masalah
dalam perkembangbiakan.
2. Beberapa teknologi reproduksi pada tumbuhan dan hewan diantaranya kultur jaringan,
inseminasi buatan, kloning, bayi tabung dan hibridisasi.

64
3. Pewarisan sifat atau hereditas merupakan penurunan sifat dari induk (orang tua)
kepada keturunannya (anak). Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat ini
disebut genetika.
4. Mekanisme pewarisan sifat dari tetua kepada anak atau keturunannya tidak terlepas
dari proses reproduksi seksual. Dalam reproduksi seksual, unit penting yang saling
bersatu adalah sperma (sel dengan segala perangkat genetiknya dari individu jantan)
dan ovum (dari individu betina). Kedua unit sel reproduktif tersebut akan melebur
(fertilisasi) dan membentuk cikal bakal individu baru berupa zigot.
5. Seleksi pedigree atau yang sering disebut dengan seleksi silsilah termasuk dalam
seleksi untuk hasil hibridisasi. Seleksi ini merupakan seleksi dari tanaman dengan
kombinasi karakter yang dikehendaki pada generasi F2, turunannya selanjutnya
diseleksi lagi pada generasi-generasi berikutnya sampai mencapai kemurnian genetik.

65

Anda mungkin juga menyukai