Indonesia
Disusun oleh
Tri Yuniarti
Kelas XI MIPA 1
1. Sesuatu hal yang belum dikerjakan bagi kita dianggap sulit, kita
baik.
2. Gagal bukan berarti kita tidak bisa tapi kegagalan adalah awal
orang yang gagal dan mau bangkit lagi dan mencoba untuk
Allah.
ii
PENGESAHAN
Karya tulis yang berjudul Studi tentang Sejarah dan Perkembangan Batik
hari : …………………………
tanggal : …………………………
Purbalingga, ………………………………..
Pembimbing
Ummu Hanifah,S.Pd
NIP. 19730222 200801 2 008
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
tentang Sejarah dan Perkembangan Batik. Laporan penelitian ini disusun untuk
2015/2016.
kasih kepada:
Purbalingga.
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL ……………………………………………………………………..…. i
MOTTO ……………………………………………………………………….. ii
ABSTRAK ……………………………………………………………….….... vi
BAB I. PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 2
v
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan.....…………………………………………………….……….. 19
B. Saran …………………………………………………………….……....... 19
Lampiran
vi
ABSTRAK
Yuniarti, Tri . 2016. Studi tentang Sejarah dan Perkembangan Batik Indonesia
sebagai pemenuhan tugas kegiatan pembelajaran di luar sekolah kelas XI
semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Pembimbing Ummu Hanifah, S.Pd
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah dan perkembangan batik
Indonesia. Penelitian ini dilakukan di museum Budaya Prof.Dr.R. Soegarda
Poerbakawatja.
Dengan teknik studi dokumen dan studi kepustakaan diperoleh data bahwa sejarah
pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit
dan penyebaran ajaran islam ditanah Jawa. Dalam beberapa catatan ,
pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, Batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa
corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap
berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah.
Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga
mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya,
dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing
corak memiliki perlambangan masing-masing. Proses pembuatan batik
membutuhkan alat-alat seperti canting, wajan , kompor, gawangan, bandul, mori,
dll.
vii