Anda di halaman 1dari 3

Asal Usul Nama TUBAN

Oleh : Martakhul Ihsan Mahfud/19

Raden patah adalah putra raja majapahit. Oleh ayahnya diberi hutan
Glagahwangi agar di buka dan dijadikan kadipaten dan di beri nama
kadipaten Demak Bimantara. Demak semakin besar banyak kadipaten yg
sebelumnya masuk wilayah majapahit bergabung dengan demak. Raden
patah juga mendapat dukungan dari para wali penyebar agama islam di
jawa. Sehingga demak menjadi semakin kuat dan besar, sehingga
menjadi sebuah kerajaan.

Pada suatu ketika raden patah mendengar bahwa kerajaan majapahit


diserang Raja Girindrawardhana. dari Kerajaan Daha. Ayah Raden Patah
yg menjadi raja Majapahit melarikan diri tak tentu rimbanya. Timbullah
kemarahan Raden Patah untuk menyerang kerajaan Daha yg telah
menduduki Majapahit. Serangan Raden Patah segera di lakukan dengan
mendapat dukungan dari para wali makan dengan mudah mengalahkan
Raja Girindrawardhana.

Raden Patah mengumpulkan semua benda berharga dan benda keramat


yg ada di Majapahit untuk di bawa ke Demak. Semua benda sudah di
kemas dan di masukan ke dalam kereta untuk dibawa ke Demak.
Tinggal 2 batu besar yg akan di bawa ke demak, maka Raden patah
bertanya ke prajuritnya, "Aku ingin membawa dua batu ini juga, coba
siapa yang mampu membawa dua batu ini ??"

"Maaf Raden tentu tidak ada yang sanggup membawa dua batu itu ke
Demak, perjalanan ke demak begitu jauh", kata para wali.

"Biarlah kami para Wali meminta bantuan ke pada 2 burung bangau."

"Maaf burung bangau!! kami butuh bantuanmu untuk membawa dua


batu ini ke demak. Kuharap kalian ikhlas membantu kami. Tuhan tentu
akan mencatat amal perbuatan kalian," kata sang Wali.

Sang Wali pun menyuruh para prajurit meletakan dua batu di atas
punggung burung bangau. Kedua burung itu segera terbang ke arah
Demak Bintara.

Tibalah kedua burung ini di atas tanah lapang. Banyak penggembala yg


sedang menggembalakan ternak. Para penggembala melihat kedua
burung Bangau itu membawa batu di punggung masing masing. "Hei
lihat itu diatas!! ada dua ekor burung bangau yang aneh".

"Benar terbangnya sangat lambat seperti jalanya kura kura saja" Kata
penggembala yang lain.
Kedua bangau marah, dan segera mengepakan sayapnya lebih cepat.
Hasilnya bukan tambah cepat tapi kedua sayapnya semakin lelah. Kedua
bangau itu hampir meluncur jatuh karena kelelahan. Akhirnya Kedua
bangau itu menjatuhkan kedua batu yg ada di punggungnya agar mereka
tidak meluncur jatuh.

Saat kedua batu itu jatuh, para gembala berteriak "Watu Tiban (batu
jatuh)! Watu Tiban". Teriakan para penggembala itu didengar banyak
orang, sehingga peristiwa tersebut tersebar kemana mana dan menjadi
pembicaraan banyak orang. Watu Tiban pun di singkat menjadi tu-ban,
dan akhirnya daerah tersebut dinamakan TUBAN .

Dua batu yag menjadi legenda itu masih ada. di batu itu tertuliskan
tahun 1400 saka, dan masih di simpan di halaman museum kambang
putih tidak jauh dari Alun-Alun kota Tuban dan makam Sunan Bonang.

Anda mungkin juga menyukai