Di Susun Oleh :
Kelompok 5
DAFTAR ISI
HalamanJudul ……………………………………………………….. 1
Kata Pengantar ………………………………………………………. 2
Daftar Isi ……………………………………………………………... 3
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 4
B.Tujuan Penulisan ………………………………………………….. .5
C. Rumusan Masalah…………………………………………………..5
Bab II. Tinjauan Teori
A. Definisi ……… ………... ……………….........................................6
B. Etiologi.....................................……..................................................6
C.Patofisiologi……................................................................................8
D. Woc…...............................................................................................9
E. Manifestasi Klinis.............................................................................10
F. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................11
G. Penatalaksanaan Medis.....................................................................12
H. Komplikasi…………………………………………………………14
Bab III. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian ……………………………………………………... ..15
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………17
C. Rencana Asuhan Keperawatan………….………………………...17
Bab IV. Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………23
Daftar Pustaka…………………………………..…………………….24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Adalah untuk mengetahui penyakit Hipertiroid dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertiroid.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyakit Hipertiroid
b. Mengetahui penyebab Hipertiroid
c. Mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid
d. Mengetahui pathway Hipertiroid
e. Mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostic pada
Hipertiroid
g. Mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid
h. Mengetahui komplikasi dari Hipertiroid
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid ?
2. Apa penyebab Hipertiroid ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Hipertiroid ?
4. Bagaimana pathway dari hipertiroid ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Hipertiroid ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostic dari Hipertiroid ?
7. Apa saja penatalaksanaan medis dari Hipertiroid ?
8. Apa saja komplikasi dari Hipertiroid ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya
disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus
aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini
menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan
peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8%
wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis
wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga
disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri,
tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan
peningkatan sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk
menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat
menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
C. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon
tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak
dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid
menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf
simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya peningkatan
produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat
menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan
pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia.
Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan
protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta
adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output,
stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik lainnya.
Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad,
sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan
keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa
mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.
(Tarwoto,dkk.2012).
E. Gejala-Gejala Klinis
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten,
tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi,
disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan
berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan
protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal,
hiponatremia, muntah, dan keram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak
toleransi panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin
terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang
dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido,
impoten.
10. Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol kedepan
seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan
karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi
cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak
menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi
kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata
menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4
SI unit)
b) Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154
SI unit)
c) In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI
unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi
peningkatan pada penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan
mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24
jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar
tiroid apakah massa atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya
takhikardia,atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T
(Tarwoto,dkk.2012)
G. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid
pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis
sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya.
PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok
reaksi hormon tiroid dalam tubuh.obat ini mempunyai efek
samping agranulositosis,nyeri kepala,mual
muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk
tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk
mengkontrol aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis
tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan
melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak
akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial
(tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan
penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada
pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar
tiroid.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah
gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh
karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan
darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada
reflex tendon dan tremor, iritabilitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan
metabolisme
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran
meningkatkan peristaltic usus. cerna
dapat mengakibatkan diare dan
ganguan absorpsi nutris yang
Kolaborasi : diperlukan.
1.Konsultasi dengan ahli gizi utnutk
memberikan diet kalori tinggi. 1.Mungkin memerlukan bantuan
untuk
menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan
Observasi : pengganti yang paling sesuai.
1.Auskultasi bising usus
Observasi :
1.Bising usu hiperaktif
mencerminkan
2.Pantau masukan makanan setiap hari dan peningkatkan motilitas lambung
timbang berat badan tiap hari. yang
menurnkan atau mengubah
fungsi
absorpsi.
Edukasi : 2.Penurunan berat badan terus
1.Dorong klien makan dan meningkatkan menerus dalam keadaan masukan
jumlah makan. kalori yang cukup merupakan
indikasi kegagalan terhadap terapi
antitiriod.
Edukasi :
1.Membantu menjaga pemasukan
kalori cukup tinggi untuk
menambah kalori tetap tinggi.
2. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan metabolisme
Intervensi Rasional
Mandiri
1.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya 1.Bunyi nafas menurun / tak ada
bunyi nafas adventisius, seperti krekels, bila jalan nafas obstruksi sekunder
mengi, gesekan pleural. terhadap perdarahan, bekuan atau
kolaps jalan nafas kecil
( atelektasis ). Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan nafas /
2.Tinggikan kepala dan bantu mengubah kegagalan pernafasan.
posisi. Bangunkan klien turun tempat tidur 2.Duduk tinggi memungkinkan
dan ambulasi sesegera mungkin. ekspansi paru dan memudahkan
3.Dorong / bantu klien dalam nafas dalam pernafasan.
dan latihan batuk. Penghisapan per oral
atau nasotrakeal bila diindikasikan. 3.Dapat meningkatkan /
banyaknya sputum dimana
Kolaborasi gangguan ventilasi dan ditambah
1.Berikan oksigen tambahan. ketidaknyamanan upaya bernafas.
Observasi
1.Observasi frekuensi, kedalaman 1.Memaksimalkan bernafas dan
pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya menurunkan kerja nafas.
pernafasan, termasuk penggunaan otot
bantu / pelebaran nasal. 1.Kecepatan biasanya meningkat.
Dispnea dan terjadi peningkatan
2.Observsi pola batuk dan karakter sekret. kerja nafas.
2.Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk kering /
iritasi.
3. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
Kolaborasi :
2. Berikan sesuai indikasi. 1.pemberian cauiran melalui IV
dengan
Cepat untuk memperbaiki volum
Observasi :
sirkulasi
1.Observasi tanda dan gejala haus yang
2.Mempertahankan curah jantung
hebat, mukosa membran kering yang
yang
lemah.
adekuat.
2.observasi nadi atau denyut jantung
Observasi :
pada pada pasien saat tidur. 1.Hidrasi yang cepat dapat terjadi
yang
akan menurunkan volum sirkulasi
dan menurunkan curah jantung.
2.Memberikan hasil pengkajian
yang lebih akurat untuk
menentukan takikardi.
Discharge planing :
1. Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000
kalori
2. Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis
3. Hindari hal-hal pemicu terjadinya peningkatan hormon tiroid,
contohnya: mengkonsumsi makanan tinggi iodium
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan