Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

PEMERIKSAAN AKUNTANSI 2

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN

DALAMPENGUJIAN PENGENDALIAN

OLEH

I GEDE ARY AMBARA MURTI (1715644036)

DWI PUTRI GAUTAMI (1715644054)

I GUSTI AGUNG DANIYA ARIYANTI RAHAYU (1715644102)

I DEWA AYU INDRADEWI (1715644126)

Kelas 5F

Program Studi D4 Akuntansi Manajerial

Jurusan Akuntansi – Politeknik Negeri Bali

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembuatan ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
2.1. Siklus Pendapatan...................................................................................................................... 2
2.1.1Tujuan Audit Terhadap Siklus Pendapatan .......................................................................... 2
2.2. Pengujian Pengendalian ............................................................................................................ 3
2.2.1 Kerangka Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian Terhadap Siklus
Pendapatan .................................................................................................................................... 4
2.2.2 Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Penjualan Kredit.
...................................................................................................................................................... 4
2.2.3.Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Retur Penjualan 6
2.2.4 Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Pencadangan
Kerugian Piutang .......................................................................................................................... 6
2.2.5 Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Penghapusan
Piutang .......................................................................................................................................... 7
2.2.6 Cara Melakukan Evaluasi Atas Pengendalian Intern........................................................... 7
2.2.7 Internal Control Questionnaries (ICQ) ................................................................................ 8
2.3. Compliance Test ........................................................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, dagang, maupun manufaktur sudah
banyak berkembang di masyarakat, khusunya di negara Indonesia. Dimana semakin berkembangnya
suatu perusahaan, maka menuntut seorang auditor untuk semakin teliti dan memiliki pemikiran kritis
dalam pemeriksaan yang tentunya tidak melewatkan setiap tahapan pengauditan yang saat ini telah
diatur dalam KKP Atlas. Tahapan pertama dalam audit tentunya yakni adalah pra penugasan, setelah
itu ada penetapan resiko (risk assessment). Tahap risk assessment merupakan tahapan yang penting
karena audit dilaksanakan berdasarkan resiko. Dimana sebagian besar resiko yang dihadapi oleh
auditor sulit untuk diukur dan menangani risiko dengan tepat merupakan hal yang penting bagi
auditor untuk mencapai audit yang berkualitas.
Setelah penilaian risiko selesai dilakukan, auditor melanjutkan dengan pengujian substantif.
Pengujian substantif sangat berhubungan dengan penilaian risiko serta pengujian pengendalian. Cara
yang lazim dilakukan para auditor dalam pengauditan modern dewasa ini adalah dengan membagi
audit berdasarkan kesamaan atau keeratan hubungan jenis transaksi dan saldo rekening. Hal ini berarti
bahwa jenis atau kelompok transaksi dan saldo rekening yang berkaitan erat akan ditempatkan pada
segmen yang sama. Cara seperti ini disebut dengan pendekatan siklus. Pemecahan atau pembagian
ini dimaksudkan agar audit dapat lebih mudah dilaksanakan dalam pembagian tugasnya, sehingga
membantu auditor untuk mendapatkan bukti kompeten yang cukup tentang asersi-asersi laporan
keuangan yang signifikan yang berhubungan dengan transaksi dan saldo-saldo yang yang dipengaruhi
oleh suatu siklus. Penentuan siklus transaksi dapat dilakukan oleh auditor sesuai dengan perusahaan
yang diaudit dengan pertimbangan auditor itu sendiri.

Pendekatan siklus yang dapat dilakukan oleh auditor diantaranya ; siklus pendapatan, siklus
pengeluaran, siklus produksi dan personalia, serta siklus investasi dan pembelanjaan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana sistem pengauditan siklus pendapatan pada pengujian pengendalian yang ada di
suatu perusahaan?
1.3 Tujuan Pembuatan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui siklus pendapatan yang
dilakukan dalam melaksanakan proses pengauditan, serta tahapan dalam pengujian pengendaliaannya
dan penerapannya.
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Siklus Pendapatan


Siklus pendapatan suatu perusahaan terdiri atas kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan, dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
penerimaan pendapatan dalam bentuk kas. Perusahaan yang berbeda mempunyai sumber pendapatan
yang berbeda pula. Sebagai contoh, pendapatan dalam sebuah perusahaan dagang dan manufaktur
adalah penjualan barang atau produk; dokter, pengacara, dan notaris memperoleh pendapatan berupa
uang jasa; bioskop dan gedung pertunjukan memperoleh pendapatan dalam bentuk hasil penjualan
karcis tempat duduk; sedangkan pendapatan bank dan lembaga keuangan adalah berupa bunga dan
dividen.
Kelompok-kelompok transaksi dalam siklus pendapatan atau perusahaan dagang meliputi : (1)
penjualan kredit, (2) penerimaan kas (penerimaan piutang atau penjualan tunai), (3) penyesuaian
penjualan (potongan penjualan, retur, dan potogan penjualan lainnya, serta penghapusan piutang).
Transaksi-transaksi tersebut berpengaruh seperti terlihat pada Gambar berikut ini :
Gambar Rekening-rekening dalam Siklus Pendapatan
Transaksi Debet Kredit
Pendapatan
Penjualan Kredit Piutang usaha Penjualan
Harga Pokok Penjualan Persediaan
Penerimaan Kas Kas Piutang Usaha
Potongan Penjualan
Retur Penjualan dan Retur Penjualan & Potongan Piutang Usaha
Potongan Lain Lain
Pencadanga Kerugian
Piutang Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang
Penghapusan Piutang Cadangan Kerugian Piutang Piutang Usaha

2.1.1 Tujuan Audit Terhadap Siklus Pendapatan

Tujuan audit atas siklus pendapatan pada umumnya menyangkut usaha untuk mendapatkan bukti
kompeten yang cukup tentang asersi-asersi laporan keuangan yang signifikan yang berhubungan
dengan transaksi-transaksi serta saldo yang dipengaruhi oleh siklus pendapatan. Namun tujuan secara
khususnya dapat dibagi menjadi 2 yakni berdasarkan Golongan Transaksi dan Saldo Akun

2
Kategori Asersi Tujuan Audit Terhadap Tujuan Audit Terhadap Saldo
Golongan Transaksi Akun
Keberadaan dan Keterjadian 1. Transaksi penjualan kredit Piutang usaha mencerminkan
dan tunai mencerminkan jumlah yang terutang oleh
produk yang diserahkan customer yang ada pada
kepada customer selama tanggal neraca.
periode yang diaudit.
2. Transaksi adjustment
penjualan mencerminkan
pengurangan penjualan
karena retur penjualan,
pencadangan kerugian
piutang, dan penghapusan
piutang yang diotorisasi
selama periode yang diaudit.
Kelengkapan Semua transaksi penjualan Piutang usaha mencakup
dan adjustment terhadap semua klaim kepada customer
penjualan yang terjadi selama pada tanggal neraca.
periode yang diaudit telah
dicatat.
Hak dan Kewajiban Entitas memiliki hak atas Piutang usaha pada tanggal
piutang usaha dan kas sebagai neraca mencerminkan klaim
hasil dari transaksi dalam resmi entitas kepada customer
siklus pendapatan
Penilaian atau Alokasi 1. Semua transaksi penjualan Cadangan kerugian piutang
dan adjustment penjualan mencerminkan estimasi yang
telah dicatat dalam jurnal, masuk akal beda antara
diringkas, dan diposting ke jumlah piutang bruto dengan
dalam akun dengan benar. nilai piutang usaha bersih
2. Piutang usaha yang dapat direalisasikan.
mencerminkan klaim yang
baik pada tanggal neraca dan
sesuai dengan jumlah buku
pembantu piutang.
Penyajian dan Pengungkapan 1. Rincian transaksi penjualan Pengungkapan memadai telah
dan adjustment penjualan
dibuat berkaitan dengan
mendukung penyajian angka
penjualan dan piutang usaha piutang usaha yang
dalam laporan keuangan
digadaikan atau dianjakkan.
2. Piutang usaha diidentifikasi
dan diklasifikasi dengan
semestinya dalam neraca

2.2 Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian pengendalian
ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur pengendalian untuk
mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.

3
Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:
1. Bagaimana pengendalian diterapkan?
2. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?
3. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?

2.2.1 Kerangka Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian Terhadap Siklus
Pendapatan
(1)
Pemahaman sistem informasi akuntansi
untuk pelaksanan transaksi : penjualan
kredit/tunai, retur penjualan,
penghapusan piutang usaha

(2)
Penentuan kemungkinan salah saji dalam (4)
setiap pelaksanaan transaksi : penjualan Penentuan prosedur audit untuk
kredit/tunai, retur penjualan, penghapusan mendeteksi efektivitas aktivitas
piutang usaha pengendalian

(3)
Penentuan aktivitas pengendalian yang (5)
diperkirakan untuk mendeteksi dan
mencegah salah saji dalam transaksi : Penyususunan program audit untuk
penjualan kredit/tunai, retur penjualan, pengujian pengendalian terhadap
penghapusan piutang usaha transaksi

2.2.2 Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Penjualan


Kredit

1. Fungsi Penjualan, dalam sistem penjualan kredit fungsi ini bertanggung jawab menerima surat
order.
2. Fungsi Kredit, berada di bawah Departemen Keuangan yang bertanggung jawab untuk meneliti
status kredit customer dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada customer.
3. Fungsi Gudang, bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang
dipesan oleh customer, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.
4. Fungsi Pengiriman, dalam penjualan kredit fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan
barang atas dasar order pengiriman yang diterima.
5. Fungsi Penagihan, bertanggung jawab membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada
customer.
4
6. Fungsi Pencatat Piutang, bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi
penjualan kredit.
7. Fungsi Akuntansi Biaya, bertanggung jawab untuk mencatat kos produk jadi yang dijual dalam
buku pembantu sediaan dan mencatat kos produk jadi yang dikembalikan oleh customer dalam
transaksi retur pembelian.
8. Fungsi Akuntansi Umum, bertanggung jawab mencatat transaksi penjualan kredit dan penjualan
tunai dalam jurnal penjualan, dan transaksi retur penjualan, pencadangan kerugian piutang, dan
penghapusan piutang dalam jurnal umum.

Dokumen yang digunakan :


1. Surat Order Pengiriman : dokumen yang 5. Slip Pembungkus (packing slip) : dokumen ini
memberikan otorisasi kepada fungsi ditempelkan untuk memudahkan fungsi
pengiriman untuk mengirimkan barang penerimaan customer mengidentifikasi barang
sesuai dengan spesifikasi. yang diterima.
2. Tembusan Kredit (credit copy) : 6. Tembusan Gudang (warehouse copy) :
digunakan untuk memperoleh status kredit dokumen yang dikirimkan ke fungsi gudang
customer dan untuk mendapatkan otorisasi untuk menyiapkan barang sesuai spesifikasi yang
penjualan kredit dari fungsi pemberi tercantum.
otorisasi kredit.
3. Surat Pengakuan (acknowledgement 7. Arsip Pengawasan Pengiriman (sales order
copy) : dokumen pemberitahuan kepada follow-up copy) : tembusan surat order
customer bahwa pesanan dalam proses pengiriman yang diarsipkan oleh fungsi
pengiriman. penjualan menurut tanggal yang ditetapkan
4. Surat Muat (bill of lading) : dokumen 8. Arsip Indeks Silang (cross-index file copy) :
yang digunakan sebagai bukti penyerahan tembusan surat order pengiriman yang
barang dari perusahaan kepada perusahaan diarsipkan secara alfabetik menurut nama
angkutan umum. customer untuk memudahkan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
customer.

5
2.2.3.Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Retur Penjualan

1. Fungsi Penjualan : bertanggung jawab untuk memberikan otorisasi retur penjualan dengan
dokumen memo kredit.
2. Fungsi Gudang: bertanggung jawab untuk menyimpan kembali barang dikembalikan oleh
customer via fungsi penerimaan barang
3. Fungsi Piutang :bertanggung jawab mencatat berkurangnya piutang karena transaksi retur
penjualan
4. Fungsi Akuntansi Biaya: bertanggung jawab mencatat bertambahnya kos produk jadi yang
dijual dalam buku pembantu sediaan.
5. Fungsi Akuntansi Umum: bertanggung jawab untuk mencatat transaksi retur penjualan dalam
jurnal umum
6. Fungsi Penerimaan Barang: bertanggung jawab untuk menerima barang yang berasal dari
transaksi retur penjualan.

Dokumen yang digunakan :

1. Memo kredit: dokumen ini merupakan dokumen sumber bagi pengkreditan akun piutang dan
pendebitan akun retur penjualan. Tembusan dokumen ini dikirimkan kepada debitur sebagai
pemberitahuan pengurangan utangnya kepada perusahaan
2. Laporan penerimaan barang : dokumen ini merupakan dokumen pendukung memo kredit
yang dibuat sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang.

2.2.4 Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Pencadangan


Kerugian Piutang

1. Fungsi Pencatat piutang : bertanggung jawab membuat daftar umur piutang yang dipakai
sebagai dasar untuk mengestimasi jumlah piutang yang tidak dapat ditagih
2. Fungsi Akuntansi Biaya : bertanggung jawab mencatat biaya kerugian piutang yang
dibebankan dalam periode akuntansi tertentu
3. Fungsi Akuntansi Umum : bertanggung jawab mencatat transaksi kerugian piutang dalam
jurnal umum

Dokumen yang digunakan :

1. Bukti Memorial : bukti yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pencadangan
kerugian piutang dalam jurnal umum

6
2. Daftar umur piutang : didasarkan atas analisis umur piutang, yang menjadi dasar pembuatan
bukti untuk mencatat jumlah kerugian piutang

2.2.5 Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian – Transaksi Penghapusan


Piutang

1. Fungsi Pemberi Otorisasi Kredit: bertanggung jawab untuk membuat bukti memorial atas
dasar surat keputusan manajer untuk penghapusan piutang yang tidak tertagih
2. Fungsi Pencatat Piutang : bertanggung jawab mencatat berkurangnya piutang karena
transaksi piutang yang tak tertagih
3. Fungsi Akuntansi Umum : bertanggung jawab untuk mencatat transaksi penghapusan
piutang dalam jurnal umum

Dokumen yang digunakan :

1. Bukti Memorial: Dibuat oleh fungsi pemberi otorisasi kredit sebagai perintah kepada fungsi
pencatat piutang untuk mengkredit buku pembantu piutang dengan adanya penghapusan
piutang kepada debitur tertentu
2. Surat Keputusan Manajer : sebagai dokumen pendukung di bukti memorial bahwa piutang
yang tak tertagih dapat dicatat.

2.2.6 Cara Melakukan Evaluasi Atas Pengendalian Intern

Auditor harus mendokumentasikan pemahaman komponen pengendalian intern entitas yang


diperoleh untuk merencanakan audit. Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern merupakan
bagian yang sangat penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan publik.
Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap:

 Keamanan harta perusahaan


 Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
 Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
 Tinggi rendahnya audit fee
 Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Ada tiga cara yang bisa dilakukan akuntan publik dalam melakukan pengendalian intern, yaitu:
1. Interal control questionnaires
2. Flow Chart
3. Narrative

7
2.2.7 Internal Control Questionnaries (ICQ)

Intern control questionnaires sudah banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP),
karena dianggap lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang
standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern di berbagai
jenis perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab YA (Y), Tidak (T), atau
Tidak Relevan (TR). Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah disusun dengan baik, maka jawaban
“Ya” akan menunjukan ciri internal control yang baik, “Tidak” akan menunjukan ciri internal
control yang lemah, “Tidak Relevan” berarti pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan
tersebut.
ICQ biasanya dikelompokkan sebagai berikut:
a. Umum
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung jawab, akta
pendirian dan pertanyaan umum lainnya mengenai keadaan perusahaan.
b. Akuntansi
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut keadaan pembukuan perusahaan, misalnya apakah proses
pembukuan dilakukan secara manual atau computerized, jumlah dan kualifikasi tenaga di bagian
akuntansi dan lain-lain.
c. Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat diperusahaan dalam
siklus penjualan (kredit dan tunai), piutang dan penerimaan kas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ kepada staf klien dan
kemudian mengisi sendiri jawabannya, jangan sekedar menyerahkan ICQ kepada klien untuk
diisi.
b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus dimutakhirkan
berdasarkan hasil tanya-jawab dengan klien.
c. Ada kecenderungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-akan pengendalian intern
sangat baik.
Oleh karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektifikas dari
pengendalian intern klien.

8
2.3 Compliance Test
Tes ketaatan (compliance test) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap bukti-bukti
pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap
transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi, walau jumlah
(Rupiah) nya tidak material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut
terhadap efektifitas pengendalian intern.
Auditor juga harus mempertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian
intern bisa , yang dapat diatasi dengan suatu “Compensating control”.
Compliance Test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini :

Jenis Transaksi Jenis Compliance Test Sampel yang digunakan


1. Penjualan Sales Test Faktur Penjualan
2. Penerimaan kas Cash Receipts Kwitansi
3. Pengeluaran kas Cash Disbursements Test Nomor Check/ Giro
4. Pembelian Purchase Test Purchase Order
5. Pembayan gaji dan upah Payrol Test Daftar gaji
6. Journal koreksi/ penyesuaian Journal Voucher Test Journal Voucher

Dalam melaksanakan Compliance Test, Auditor harus memperhatikan hal- hal berikut:

a. Kelengkapan bukti pendukung (Supporting Documents)


b. Kebenaran perhitungan mathematis (Footing, Cross Footing, Extension)
c. Otoritasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebet/ dikredit
e. Kebenaran posting dan sebuku besar

Dari keempat jenis sampling audit, dalam pengujian kepatuhan yang bertujuan menguji efektivitas
pengendalian internal digunakan sampling statistik bagian attribute sampling. Menurut Mulyadi
(2002: 253), ada tiga model attribute sampling, yaitu:

a. Fixed-sample-size attribute sampling


Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan presentase terjadinya mutu
tertentu dalam suatu populasi. Model ini digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian

9
terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai
beberapa penyimpangan.
b. Stop-or-go-sampling
Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel terlalu banyak jika menngunakan Fixed-
sample-size attribute sampling, yaitu dengan menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini
digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil.
c. Discovery sampling
Model pengambilan sampel ini sangat cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan
dalam populasi sangat rendah (mendekati nol).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai