Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses alamiah yang dialami setiap wanita, suatu

proses penyatuan spermatozoa dan ovum yang selanjutnya akan terjadi nidasi.

Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari saat hari pertama haid terakhir sampai lahirnya bayi. Perkembangan

janin dalam kandungan harus dilakukan dengan pengawasan yang tepat, agar tidak

terjadi masalah dalam kehamilan, persalinan dan nifas serta kemungkinan tidak

terjadi kematian ibu dan bayi (Prawirohardjo, Sarwono, 2009).

Upaya pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah

dengan melaksanakan safe motherhood. Salah satu pilar dari empat pilar safe

motherhood adalah antenatal care (ANC). Antenatal care (ANC) adalah

pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin

secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang

telah ditemukan (Syafrudin & Hamidah, 2009). Pelayanan antenatal terpadu yang

berkualitas adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang

diberikan kepada semua ibu hamil dengan pelayanan 10 T yaitu penimbangan berat

badan dan pengukuran TB (tinggi badan), pengukuran TD (tekanan darah),

pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA), pengukuran tinggi puncak rahim (fundus

uteri), penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid

sesuai status imunisasi, pemberian tablet FE minimal 90 tablet selama kehamilan,

1
2

penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), pelaksanaan temu

wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga

berencana), pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah

(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum

pernah dilakukan sebelumnya) dan tatalaksana kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten

Kediri, 2016).

Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan

(Meilani, Setiyawati, & Estiwidani, 2013). Pemeriksaan kehamilan ini sangat

penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk memonitor kemajuan kehamilan dan

memastikan kesehatan ibu serta perkembangan bayi yang normal (Yanti, 2017).

Indikator keberhasilan program antenatal care (ANC) adalah cakupan K1 dan

K4. Kunjungan pertama (K1) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu

dan komprehensif sesuai standar. Kunjungan ke-4 (K4) adalah ibu hamil dengan

kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,

untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar

(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Beberapa dampak jika ibu hamil tidak teratur

dalam melakukan kunjungan antenatal care (ANC), antara lain tidak dapat

diketahui kelainan-kelainan pada ibu dan janin, tidak dapat diketahui faktor-faktor

risiko yang mungkin terjadi pada ibu, tidak dapat mendeteksi secara dini penyakit

yang diderita pada ibu selama masa hamil (Prawirohardjo, Sarwono, 2014)
3

Menurut WHO (2016) dalam Fidratul Khasanah (2017) hanya 64% dari

wanita dunia yang melahirkan hidup dan menerima pelayanan antenatal care

(ANC) empat kali atau lebih. Sedangakan Asia Tenggara sebesar 57% yang

menduduki angka terendah setelah Mediterania Timur. Cakupan Nasional untuk K1

dan K4 menurut Rencana Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2014 telah

menetapkan target kunjungan antenatal care (ANC) yaitu K1 sebesar 100% dan K4

sebsesar 95% (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Capaian cakupan K4 Indonesia tahun 2015 adalah 87,48%. Angka ini

mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 85,35%. Pada tahun 2017

mengalami sedikit peningkatan walaupun sedikit dibandingkan 2016 sebesar

86,57% (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA), capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016

adalah 96,7%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yang

mencapai 98,75%. Sedangkan capaian cakupan ibu hamil K4 Provinsi Jawa Timur

pada tahun 2016 adalah 89,53 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan

tahun 2015 yang mencapai 91,24 %. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016).

Pada tahun 2017 mengalami peningkatan walaupun sedikit dibandingkan tahun

2016 sebanyak 89,88% (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Kabupaten Kediri tahun 2015 adalah

97,64 %. Meningkat pada tahun 2016 sebesar 97,23%. Sedangkan cakupan K4 pada

tahun 2015 dan 2016 adalah masing-masing sama 94,99%. Tetapi pada tahun 2017

menurun menjadi 92,9%. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di


4

Puskemas Ngadiluwih pada tahun 2017 KI sebanyak 102,8% sedangkan K4

sebanyak 91,3%, Puskesmas Ngasem pada tahun 2017 K1 sebesar 99,8% dan K4

sebesar 89,9%. Sedangkan Puskesmas Wates terendah data cakupan K4 pada tahun

2017 yaitu 76,57 % (709 ibu hamil dari sasaran sebesar 926) dari target 95%. Hal

ini mengalami kesenjangan sebesar 18,43%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri,

2017).

Berkaitan dengan pengalaman praktik yang dilakukan peneliti pada tanggal

29 Oktober – 10 November 2018 di Puskesmas Wates Kabupaten Kediri peneliti

melakukan wawancara terhadap ibu hamil yang waktunya K4 terdapat 13 ibu hamil,

6 diantaranya bidan berkunjung ke rumah untuk mengingatkan kontrol, 1 ibu hamil

suami tidak mendukung, 3 diantaranya diajak oleh ibu-ibu hamil lain, dan hanya 3

orang lainya dengan rutin memeriksakan kehamilannya di puskesmas.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya faktor predisposisi

yaitu pengetahuan dan sikap masyarakat berkaitan dengan kesehatan,tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, faktor pemungkin yaitu ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan, dan faktor pendorong yaitu faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan

(Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Dari masalah yang ada maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan

Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja

Puskesmas Wates Kabupaten Kediri”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, faktor apa sajakah yang

berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III

di Wilayah Kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kediri.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal

care (ANC) pada ibu hamil trimester III Wilayah Kerja Puskesmas Wates.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi status pekerjaan pada ibu hamil trimester III di Wilayah

Kerja Puskesmas Wates.

b. Mengidentifikasi jarak tempat tinggal pada ibu hamil trimester III di

Wilayah Kerja Puskesmas Wates.

c. Mengidentifikasi biaya antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III

di Wilayah Kerja Puskesmas Wates.

d. Mengidentifikasi aksesibilitas pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja

Puskesmas Wates.

e. Mengidentifikasi dukungan lingkungan sosial pada ibu hamil trimester III

di Wilayah Kerja Puskesmas Wates.

f. Mengidentifikasi kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester

III di wilayah kerja Puskesmas Wates.

g. Menganalisis hubungan status pekerjaan dengan kunjungan antenatal care

(ANC) pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Wates.
6

h. Menganalisis hubungan jarak tempat tinggal dengan kunjungan antenatal

care (ANC) pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas

Wates.

i. Menganalisis hubungan biaya antenatal care (ANC) dengan kunjungan

antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja

Puskesmas Wates.

j. Menganalisis hubungan aksesibilitas dengan kunjungan antenatal care

(ANC) pada ibu hamil trimester III Wilayah Kerja Puskesmas Wates.

k. Menganalisis hubungan dukungan lingkungan sosial dengan kunjungan

antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III Wilayah Kerja

Puskesmas Wates.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi profesi kebidanan tentang faktor yang berhubungan dengan

kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Diharapkan menambah pengetahuan peneliti untuk menganalisis masalah

yang ditemukan serta sebagai salah satu referensi pembelajaran dalam

rangka meningkatkan wawasan mengenai analisis faktor kunjungan

antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III.


7

b. Bagi Institusi

Sebagai sumber ilmu tambahan bagi pendidikan tentang faktor yang

berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil

trimester III, sebagai sumber kepustakaan dalam rangka pengembangan

pendidikan dibidang kesehatan dan penelitian berikutnya.

c. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi

terkait faktor kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Antenatal Care (ANC)

2.1.1 Definisi

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetrik untuk mengoptimalisasi risiko maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Hal tersebut penting agar proses

alamiah berjalan normal selama kehamilan. (Prawirohardjo, Sarwono, 2014).

Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak

konfirmasi konsep hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan

yang berpusat pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya

dengan berbagai informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan

kebidanan (Fraser & Cooper, 2011).

2.1.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

Tujuan utama Antenatal Care (ANC) adalah menurunkan atau mencegah

kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khusunya adalah:

a. Memonitor kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

perkembangan bayi yang normal.

b. Mendeteksi secara dini risiko maternal dan neonatal serta memberikan

penatalaksanaan yang diperlukan.

c. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka

mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional,maupun logis

8
9

untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi (Yanti,

2017).

2.1.3 Manfaat Antenatal Care (ANC)

Asuhan antenatal yang efektif yaitu menyediakan landasan yang kuat bagi

bidan untuk pertama kali mengkaji kebutuhan ibu hamil. Asuhan tersebut ibu dan

profesional kesehatan lain merencanakan dan menentukan asuhan yang holistik

selama periode kehamilan. Asuhan antenatal yang efektif yaitu mendorong

hubungan yang positif antara ibu dan profesional kesehatan lain, sehingga mereka

dapat memberikan kontribusi yang sama bagi perawatan dan penatalaksanaan ibu

dan calon bayinya. Asuhan antenatal akan semakin mampu mengurangi angka

mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal serta dapat meningkatkan

kesehatan ibu dan bayinya (Holmes, 2011).

2.1.4 Kunjungan Antenatal

Kunjungan Antenatal adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan (Meilani,

Setiyawati, & Estiwidani, 2013). Berikut jadwal kunjungan asuhan antenatal care

(ANC) menurut beberapa ahli yaitu :

a. Menurut Sarwono Prawirohardjo

1) Kunjungan 1 (16 minggu) untuk:

a) Penapisan dan pengobatan anemia

b) Perencanaan persalinan

c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.


10

2) Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), untuk:

a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b) Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran

perkemihan.

c) Mengulang perencanaan persalinan.

3) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

a) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.

b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

c) Memantapkan rencana persalinan.

d) Mengenali tanda-tanda persalinan (Prawirohardjo, Sarwono, 2009).

b. Menurut Rustam Mochtar

1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haid

terlambat satu bulan.

2) Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan

3) Periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan

4) Periksa ulang seminggu satu kali sesudah kehamilan 9 bulan

5) Periksa khusus jika ada keluhan-keluhan (Mochtar, Rustam, 2013).

c. Menurut Cuningham Gary F.

1) Setiap 1 bulan sampai kehamilan 5 bulan

2) Setiap 2 minggu sampai kehamilan 7 bulan

3) Setiap 1 minggu sampai kehamilan 9 bulan (F. Gary, Cuningham, 2016).


11

2.1.5 Konsep Pemeriksaan atau Pengawasan Antenatal

a. Anamnesis

1) Data biologis

2) Keluhan hamil

3) Fisiologis

4) Psikologis (abnormal)

b. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan fisik umum

2) Pemeriksaan fisik khusus

a) Obstetri

3) Pemeriksaan dalam atau rektal

4) Pemeriksaan ultrasonogafi

5) Pemeriksaan psikologis

a) Kejiawaan mengahadapi kehamilan

6) Pemeriksaan laboratorium

a) Laboratorium rutin

(1) Darah lengkap

(2) Urine lengkap

(3) Tes kehamilan

b) Laboratorium khusus

(1) Pemeriksaan TORCH

(2) Pemeriksaan serologis

(3) Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal


12

(4) Pemeriksaan protein darah

(5) Pemeriksaan golongan darah

(6) Pemeriksaan faktor Rh

(7) Pemeriksaan air ketuban

(8) Pemeriksaan infeksi hepatitis B ibu atau bayi

(9) Pemeriksaan infeksi dalam volume

(10) Pemeriksaan estriol dalam urine

(11) Pemeriksaan infeksi AIDS

c. Diagnosa kehamilan

1) Kehamilan normal

a) Tanpa keluhan

b) Hasil pemeriksaan laboratorium baik

2) Kehamilan dengan resiko

a) Resiko tinggi atau sangat tinggi

b) Meragukan

c) Resiko rendah

3) Kehamilan disertai penyakit ibu yang mempengaruhi janin

4) Kehamilan disertai komplikasi

5) Kehamilan dengan nutrisi yang kurang

6) Diagnosis diferensial

a) Amenore sekunder

b) Pseudosiesis

c) Tumor ginekologi (Manuaba, 2012).


13

2.1.6 Standar Asuhan Kehamilan

Pelayanan standar 10 T

Sesuai dengan kebijakan kementerian kesehatan, standar minimal pelayanan pada

ibu hamil adalah sepuluh bentuk yang disingkat dengan 10T, antara lain sebagai

berikut :

a. Penimbangan berat badan dan pengukuran TB (Tinggi Badan)

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat

badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1

kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan

janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan

untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil

kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo

Pelvic Disproportion)

b. Pengukuran TD (Tekanan Darah)

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau

tungkai bawah; dan atau proteinuria)

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamilberisiko KEK. Kurang

energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
14

dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang

dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir

rendah (BBLR).

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran

menggunakan pita pengukursetelah kehamilan 24 minggu

e. Penetapan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid

sesuai status imunisasi

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status

imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan

status imunisasiTibu saat ini. Ibu hamil minimalmemiliki status imunisasi

T2agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil

dengan status imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi

TT lagi.

f. Memberikan tablet FE minimal 90 tablet selama masa kehamilan

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet

tambah darah (tablet zat besi)dan Asam Folat minimal 90 tablet selama

kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.


15

g. Penentuan letak janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan

untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada

kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ

dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari

160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk KB (Keluarga Berencana)

i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),

pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum

pernah dilakukan sebelumnya)

j. Tatalaksana kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-

kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan

(Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, 2016).

2.1.9 Indikator

a. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional

untuk mendpatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.


16

b. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama

kali pada masa kehamilan.

c. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang

kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai

standar selama satu periode kehamilan berlangsung (Syafrudin & Hamidah,

2009).

d. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau

lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar,

dengan syarat :

1) Minimal satu kali kontak pada trimester I (usia kehamilan 0-12 minggu).

2) Minimal satu kali kontak pada trimester II (usia kehamilan 12-24

minggu).

3) Minimal dua kali kontak pada trimester III (usia kehamilan 24 minggu

sampai persalinan) (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

e. Cakupan akses adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun

waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar,

paling sedikit satu kali selama kehamilan. Cara menghitungnya adalah

sebagai berikut: jumlah kunjungan baru ibu hamil dibagi jumlah sasaran ibu

hamil yang ada di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun,

dikalikan 100%.

f. Cakupan ibu hamil (cakupan K4). Pelayanan antenatal sesuai standar paling

sedikit sebanyak empat kali, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama,

satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cara
17

menghitungnya adalah sebagai berikut: jumlah ibu hamil yang telah

menerima K4 dibagi jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu

tahun, dikalikan 100%.

g. Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun

waktu satu tahun. Angka ini dapat diperoleh berbagai cara.

1) Angka sebenarnya yang diperoleh dari cacah jiwa.

2) Angka perkiraan menggunakan rumus:

a) Angka kelahiran kasar (CBR) x 1,1 x jumlah penduduk setempat

dengan pengambilan angka CBR dari provinsi atau jika ada dari

kabupaten setempat.

b) 3% x jumlah penduduk setempat (Syafrudin & Hamidah, 2009).

2.1.10 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan

a. Faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berhubungan

dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. Di samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem

nilai masyarakat dapat mendorong atau menghambat ibu untuk

memeriksakan kehamilannya (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Faktor

predisposisi yang mempengaruhi kelengkapan ibu hamil dalam melakukan

kunjungan (antenatal care) ANC mencakup hal-hal sebagai berikut :


18

1) Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu

orang. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak perlu khawatir dengan

kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan iu

dengan kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru

sehingga ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.

2) Usia

Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35

tahun) dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia

yang lebih muda atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif

memiliki motivasi lebih dalam memeriksakan kehamilannya.

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan yang

dimilikinya. Ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih

mengenai masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap

kehamilannya sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil.

4) Status Pekerjaan

Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk

mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri sehingga

sulit untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu

rumah tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur

dan menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.


19

5) Pengetahuan Ibu Hamil

Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan

merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk

melakukan kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi

mengenai kesehatan kehamilan menganggap kunjungan ANC bukan sekedar

untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk

kehamilannya.

6) Sikap ibu hamil

Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi

kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau

respon yang baik mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan

janinnya sehingga dapat meningkatkan angka kunjunan. Sedangkan, sikap

yang negatif membuat ibu hamil kehilangan motivasinya untuk melakukan

kunjungan (Racmawati, Puspitasari, & Cania, 2017).

b. Faktor Pemungkin (Enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan

sampah, ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, dan sebagainya. Ibu hamil yang mau periksa kehamilan

tidak hanya kerena ia tahu dan sadar manfaat periksa kehamilan melainkan

ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat

periksa kehamilan. (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Faktor pemungkin yang


20

mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan (antenatal

care) ANC mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Keterjangkauan Fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor

yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang semuanya tidak

terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat berada, perilaku

masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat

merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan

keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah

dibawa sejak lahir sehingga masalah tersendiri bila dilihat dari segi

individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan

(Padila, 2014).

2) Jarak Tempat Tinggal

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat

yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Keterjangkauan

masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi

pemilihan pelayanan kesehatan. Menurut (Depkes RI, 2003) dalam

Padila (2014) Indonesia merupakan negara yang luas wilayahnya belum

diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan public

termasuk dibidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan

mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai

puskesmas dan tenaga medis seperti: dokter, bidan, perawat. Secara


21

geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana

kesehatan. Menurut Adri (2008) dalam (Sari & Efendy, 2016) bahwa

jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan dapat diukur melalui satuan

panjang. Jarak tempuh dekat bila ≤ 5 KM dan jauh bila > 5 KM.

3) Biaya Antenatal Care (ANC)

Menurut Susiyanti (2015) dalam (Sari & Efendy, 2016) biaya antenatal

care adalah harga yang harus dibayar oleh ibu hamil untuk dapat

melakukan kunjungan antenatal care. Harga disini terbagi menjadi 2

yaitu price dan cost. Price merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh

ibu hamil untuk bisa mendapatkan pelayanan antenatal care, sedangkan

cost adalah keseluruhan biaya yang harus dibayar oleh ibu hamil untuk

melakukan kunjungan antenatal care. Cost antenatal care meliputi biaya

yang harus dibayar untuk mendapatkan pelayanan antenatal care, biaya

transportasi yang harus dikeluarkan untuk melakukan kunjungan ke

pusat pelayanan kesehatan, biaya konsumsi yang harus dikeluarkan

untuk melakukan kunjungan antenatal care dan waktu yang harus

diluangkan untuk melakukan kunjungan antenatal care. Pada masyarakat

Indonesia, yang menjadi pengukuran atas suatu jasa pelayanan adalah

harga yang harus dibayar untuk mendapatkan jasa pelayanan tersebut.

Masyarakat Indonesia tidak pernah menghitung mengenai cost yang

harus dikeluarkan untuk mengakses pelayanan kesehatan itu sendiri.

Seorang ibu hamil dengan tingkat perekonomian keluarga menengah

kebawah cenderung tidak akan mau untuk melakukan kunjungan


22

antenatal care terutama jika harga yang harus dibayarkan dianggap

terlalu tinggi dan menjadi beban jika harus dilakukan. Untuk mengatasi

hal ini pemerintah melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

berusaha untuk mengalokasikan dana yang ada agar masyarakat dapat

memperoleh kesempatan guna melakukan kunjungan antenatal care

secara optimal (Sari & Efendy, 2016).

4) Media Informasi

Media informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya

pelayanan antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan

motivasi ibu dalam melakukan kunjungan. Edukasi melalui media

biasanya menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk

mengubah perilaku masyarakat dengan tingkat pendidikan dan

pengetahuan yang rendah. Media yang digunakan dapat berupa media

cetak seperti leaflet, poster, koran, majalah, dan lain-lain ataupun media

elektronik seperti televisi, internet, dan lain-lain (Racmawati,

Puspitasari, & Cania, 2017).

5) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dimana ibu hamil tinggal sangat mempengaruhi ibu

dan janin yang ada dalam kandungannya.

Faktor lingkungan ibu hamil yaitu :

a) Kebersihan lingkungan tempat tinggal ibu hamil seperti tempat

yang kumuh atau tempat tinggal yang terbuka dengan halaman


23

rumah yang penuh dengan pepohonan akan mempengaruhi

perilaku kesehatan ibu hamil

b) Ketersediaan air bersih di sekitar tempat tinggal ibu hamil akan

mempengaruhi perilaku ibu untuk sering mandi dengan teratur

dan lebih bersih (Mandang, Tombokan, & Tando, 2014).

6) Sumber Daya Masyarakat

Menurut Rauf, dkk (2012) dalam (Khusna, 2016). Sumber daya

masyarakat sebagai berikut :

a) Aksesibilitas adalah layanan kesehatan itu harus dapat dicapai

oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial,

ekonomi, organisasi, dan bahasa. Semakin jauh jarak dari rumah

ke puskesmas akan semakin jarang ibu melakukan kunjungan

pemeriksaan ke puskesmas. Menurut (Wahyuni, 2012) waktu

tempuh untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat

dicapai dalam waktu 15 menit.

b) Akses geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya

perjalanan, jenis transportasi untuk mendapatkan layanan

kesehatan dan akses ekonomi.

c) Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya

layanan kesehatan. Ibu hamil yang memanfaatkan pelayanan

antenatal dapat dengan mudah mengakses pelayanan antenatal,

jarak antara rumah dengan puskesmas dekat dan dapat diakses

dengan berjalan kaki. Apabila jarak antara rumah dengan


24

puskesmas cukup jauh ibu menggunakan sarana transportasi

mudah didapatkan dengan biaya terjangkau dan tidak

menghabiskan waktu perjalanan lama. Sedangkan ibu hamil

yang rumahnya jauh dari puskesmas akan jarang memanfaatkan

pelayanan antenatal dan sulit menemukan sarana transportasi

umum serta menghabiskan waktu yang lama untuk perjalanan

sehingga untuk memeriksakan kehamilan mereka menggunakan

jasa bidan praktek yang lebih dekat dari rumah mereka.

7) Faktor Penguat (Reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Seperti perilaku periksa

kehamilan dan memudahkan memperoleh fasilitas periksa kehamilan. Juga

diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu

hamil melakukan periksa kehamilan (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Faktor

penguat yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan

kunjungan (antenatal care) ANC mencakup hal-hal sebagai berikut

a) Dukungan Suami

Dukungan suami merupakan sistem pendukung utama untuk

memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat ataupun sakit.

Kepala keluarga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga

yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau

orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai kapala rumah tangga. Adapun

dukungan suami yang dimaksud disini adalah dukungan yang diberikan baik
25

dalam moril maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil berupa

memberikan dorongan untuk memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal.

Apabila seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan

memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan

merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani

kehamilan, persalinan dan masa nifas (Mandang, Tombokan, & Tando,

2014).

Menurut Friedman, terdapat empat tipe dukungan suami yaitu:

1. Dukungan Emosional

Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk bersistirahat dan

juga menenangkan pikiran.Setiap orang pasti membutuhkan bantuan

dari suami dan keluarga. Istri yang menghadapi persoalan atau

masalah akan merasa terbantu bila ada suami dan keluarga yang mau

mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang dihadapi.

2. Dukungan Penilaian

Suami bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan

juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang

dihadapi.Dukungan dan perhatian dari suami merupakan bentuk

penghargaan positif yang diberikan kepada istri.

3. Dukungan Instrumental

Suami merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal

pengawasan, kebutuhan istri.Suami mencarikan solusi yang dapat

membantu individu dalam melakukan kegiatan.


26

4. Dukungan Informasional

Suami berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi.Disini

diharapkan bantuan informasi yang disediakan suami dapat digunakan

oleh istri dalam mengatasi persoalan- persoalan yang sedang dihadapi

(Friedman, Jones, & Bowden, 2014).

b) Dukungan Lingkungan Sosial

Kegiatan yang dilakukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal

(guru, lurah, camat, petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun

informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang mempunyai pengaruh di

masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program

kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat

(toma) dan tokoh agama (toga) (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Faktor

lingkungan dimana ibu hamil tinggal akan sangat mempengaruhi ibu

dan janin yang ada dalam kandungannya. Berikut beberapa hal yang

mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan

antenatal care (ANC):

(1) Interaksi komunikasi ibu hamil dengan ibu-ibu lain yang sudah

pernah hamil yang bermukim disekitar lingkungannya akan banyak

memberikan kontribusi keberhasilan ibu dalam menjalani masa

kehamilannya.

(2) Pada lingkungan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan

keluarga terutama pada kehamilan akan mendukung dan mendorong


27

ibu hamil secara rutin memeriksakan kandungannya di sarana

kesehatan yang terdapat disekitar tempat tinggalnya.

(3) Kader yang bermukim di sekitar tempat tinggal ibu hamil akan

membantu dan mengarahkan ibu hamil untuk berperilaku bersih dan

menjaga kesehatanya dengan asupan gizi seimbang serta rutin

memeriksakan kehamilannya (Mandang, Tombokan, & Tando,

2014).

c) Dukungan Petugas Kesehatan

Pada masa kehamilan usia 7 sampai 9 bulan (trimester III)

keberadaan tenaga kesehatan baik bidam, dokter yang berada di BPS,

polindes, puskesmas, rumah bersalin, maupun rumah sakit sangat dicari

keberadaannya oleh klien. Karena pada saat ini keluarga lebih berhati-

hati dan sering mengkonsultasikan keadaan kehamilan ibu. Dukungan

petugas kesehatan yang dilakukan kepada ibu hamil diantaranya :

(1) Menjelaskan bahwa persalinan merupakan proses alamiah,

normal dan sehat.

Bidan membantu memberikan konseling dan rancangan

mengenai proses persalinan yang diambil kelak serta memberikan

pengertian mengenai persalinan yang akan diambil sebaiknya

ditolong oleh tenaga kesehatan bukan ke dukun.

(2) Menjelaskan mengenai biaya-biaya persalinan.

Tidak semua ibu dapat menjalani trimester III dengan tenang

seringkali ibu merasa cemas dan khawatir akan biaya yang akan
28

dihadapinya. Disinilah tenaga kesehatan memberikan solusi,

seperti tabulin (tabungan bersalin) yang bisa dimulai sejak ibu

mengalami kecemasan akan biaya.

(3) Memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

keehatan ibu dan janin.

Selama hamil tubuh seorang ibu lebih rentan terhadap penyakit,

sehingga faktor makanan harus benar-benar diperhatikan. Gizi

ibu hamil perlu diperhatikan, terutama pada trimester III yang

semakin mendekati persalinan.

(4) Memberikan sugesti yang positif terhadap ibu

Tenaga kesehatan harus meyakinkan ibu jika ibu pasti bisa

melewati trimester III dengan baik yang disertai dengan

persalinan yang normal, diharapkan hal ini mampu mengurangi

kecemasan yang dirasakan ibu terutama ibu primigravida.

(5) Memberikan pendidikan kepada pasangan ibu

Hal ini dikarenakan seorang suami juga mempengaruhi pada

psikologis ibu. Suami diharapkan juga memahami tentang apa

yang dialami sang istri (Mandang, Tombokan, & Tando, 2014).

2.1.11 Pengukuran Dukungan

Menurut (Nursalam, 2017) kategori dukungan seseorang menjadi tiga

tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat dukungan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

b. Tingkat dukungan kategori sedang jika nilainya 56-74%.


29

c. Tingkat dukungan kategori kurang jika nilainya ≤ 55%.

2.2 Hasil-Hasil Penelitian yang Lalu

Menurut penelitian (Sari & Kusparlina, 2017) yang berjudul hubungan

dukungan suami dengan ketepatan antenatal care di desa bagi kabupaten madiun

didapatkan hasil ibu hamil yang tepat dalam melakukan kunjungan ANC

berdasarkan studi dokumen sebesar 41,5% (17 orang) dan yang tidak tepat sebesar

58,5% (24 orang).Hal ini kurang baik dikarenakan dengan tidak tepatnya ibu

melakukan kunjungan antenatal care maka ibu tidak memperoleh keuntungan-

keuntungan antenatal care seperti tidak dapat dilakukan deteksi dini terhadap

komplikasi ibu dan janin. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan yang

signifikan antara dukungan suami terhadap ketepatan waktu jadwal kunjungan

pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil trimester III pada Desa yang menjadi

Kecamatan / Kabupaten Madiun.

Menurut penelitian (Mukaromah & Saenun, 2014) yang berjudul analisis

faktor ibu hamil terhadap kunjungan antenatal care di Puskesmas Siwalankerto

Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Penelitian ini menujukkan ada hubungan

umur, paritas, pengetahuan, pendidikan, sikap, kelengkapan sarana prasarana

kesehatan, dukungan keluarga serta dukungan petugas kesehatan. Hasil penelitian

ini menunjukkan semua variabel mempuyai hubungan yang bermakna terhadap

kunjungan antenatal care dengan nilai α = 0,5.

Penelitian lain yang dilakukan oleh (Nurmawati & Indrawati, 2018) yang

berjudul “Cakupan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil di Puskesmas

Klambu Kabupaten Grobogan” didapatkan hasil ada hubungan antara umur, jarak
30

kehamilan, pengetahuan, media informasi, dukungan suami, dan dukungan petugas

kesehatan, serta tidak ada hubungan antara pendidikan, paritas, dan fasilitas tempat

pelayanan dengan cakupan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil di

Puskesmas Klambu Kabupaten Grobogan.

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal yang khusus. Oleh karena iu konsep tidak langsung diamati atau diukur.

Konsep hanya diamati dari simbol atau variabel yang menunjukkan bilangan atau

konsep (Notoatmojo, Soekidjo, 2012).


31
Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan
Kunjungan Antenatal Care
(ANC)
a.Faktor Predisposisi
(Predisposing Factor)
1. Paritas
2. Usia
3. Tingkat Pendidikan
4.
4. Status
StatusPekerjaan
Pekerjaan
5.
5. Pengetahuan
6. Sikap Ibu Hamil

b.Faktor Pemungkin
(Enabling Factor)
1. Keterjangkauan Fasilitas Kunjungan
Kesehatan Antenatal Care
2. (ANC)
2. Jarak Tempat Tinggal
3. Biaya Antenatal Care
(ANC)
4. Media Informasi
5. Faktor Lingkungan
6. Sumber Daya Manusia
a. Aksesbilitas
a.
b. Aksesibilitas
b. Akses Geografis
c. Akses Ekonomi

c.Faktor Penguat
(Reinforcing Factor)
1. Dukungan Tipe Dukungan
Petugas Kesehatan 1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Suami 2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan 3. Dukungan Instrumental
3. Dukungan Lingkungan 4. Dukungan Informasional
Lingkungan Sosial
Sosial

Keterangan : : Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berhubungan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah
Kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kediri”.
32

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas

pertanyaan yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmojo,

Soekidjo, 2012).

Ha :

a. Ada hubungan status pekerjaan dengan kunjungan Antenatal Care (ANC) pada

ibu hamil trimester III.

b.Ada hubungan jarak tempat tinggal dengan kunjungan Antenatal Care (ANC)

pada ibu hamil trimester III.

c. Ada hubungan biaya antenatal care (ANC) dengan kunjungan Antenatal Care

(ANC) pada ibu hamil trimester III.

d. Ada hubungan aksesibilitas dengan kunjungan Antenatal Care (ANC) pada

ibu hamil trimester III.

e. Ada hubungan dukungan lingkungan sosial dengan kunjungan Antenatal

Care (ANC) pada ibu hamil trimester III.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara yang akan digunakan dalam penelitian.

Dalam desain penelitian berisi langkah-langkah teknis dan operasional penelitian

yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini merupakan penelitian cross sectional

yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan

efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (Nursalam, 2017).

33
34

3.2 Kerangka Operasional

Populasi
Semua Ibu Hamil Trimester III pada bulan Maret 2019 adalah 49 ibu hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Wates

Sampel
Sebagian Ibu Hamil Trimester III pada bulan Maret 2019 adalah 44 di
Wilayah Kerja Puskesmas Wates

Teknik Sampling
Simple Random Sampling dengan Lotre

Pengumpulan Data
Kuesioner dan Buku KIA

Pengolahan data
Editing, coding, data entering, data cleaning, tabulating

Analisis Data
Menggunakan Chi Square

Hasil Penelitian

Pembahasan

Skripsi

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian “Analisis Faktor yang


Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja
Puskesmas Wates Kabupaten Kediri”.
35

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karkteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

hamil trimester III pada bulan Maret 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Wates.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 49 ibu hamil.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil trimester

III pada bulan Januari 2019 adalah 44 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Wates.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili

populasi yang ada (Nursalam, 2017). Menurut Sugiyono (2017) simple random

sampling adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam anggota populasi. Dalam penelitian ini teknik sampling yang

digunakan adalah simple random sampling, yaitu dilakukan pengundian secara acak

dari populasi sejumlah 49 ibu hamil menjadi 44 ibu hamil sesuai besar sampel yang

ingin dicapai peneliti.


36

3.3.4 Besar Sampel

Penentuan besar sampel menurut Nursalam (2017) menggunakan rumus :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat signifikansi (p)

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan besar sempel dalam penelitian ini adalah

N : 49

D : 0,05
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2

49
n = 1+449(0,052 )

44
n = 1+49(0,0025)

49
n = 1+0,11 = 44,14 = 44 ibu hamil

3.3.5 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel

yang akan dilakukan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini

menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling. Cara menentukan

sampel dengan menggunakan undian yaitu medaftarkan semua populasi dengan

cara menulis nomor, nama, dan alamat kemudian memberi nomor dalam satu

kertas-kertas kecil digulung dan dimasukkan ke dalam tempat yang dapat

digunakan untuk mengaduk sehingga tempatnya tersusun secara acak lalu diaduk
37

hingga dianggap sudah merata, kemudian orang lain mengambil lintingan kertas

satu persatu sampai diperoleh sejumlah 44 sampel.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Sampel yang

digunakan oleh penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai

berikut:

a. Ibu hamil trimester III (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) di

Wilayah Kerja Puskesmas Wates.

b. Ibu yang kooperatif

c. Ibu yang bersedia menjadi responden.

d. Ibu yang memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

3.4.2 Kriteria Ekslusi

Adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Kriteria dimana subyek tidak layak menjadi sampel

karena tidak memenuhi syarat penelitian yaitu :

a. Ibu yang tidak berada di rumah pada saat penelitian.

b. Ibu yang sudah melahirkan.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini status pekerjaan, jarak tempat tinggal,

biaya antenatal care (ANC), aksesibilitas dan dukungan lingkungan sosial.


38

3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kunjungan Antenatal Care

(ANC) pada ibu hamil trimester III.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional ini sangat penting dan diperlukan agar pengukuran

variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data

(responden) yang satu dengan responden lainnya. Selain itu, variabel harus

didefinisi operasionalkan juga perlu dijelaskan cara atau metode pengukuran, hasil

ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran yang digunakan.


39

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel


NO Variabel Definisi Parameter Alat Skala Kategori
Operasional Ukur
Variabel Dependen
1 Kunjungan Jumlah kunjungan -Trimester I Buku KIA N -Teratur skor 1
antenatal care ibu hamil ke kunjungan O apabila ibu
(ANC) pelayanan antenatal care M hamil
kesehatan untuk (ANC) minimal 1x melakukan
I
memeriksa-kan -Trimester II pemeriksaan
kehamilan yang kunjungan N antenatal care
tercantum dalam antenatal care A (ANC) minimal
buku KIA (ANC) minimal 1x L trimester I
-Trimester III berkunjung 1x,
kunjungan trimester II
antenatal care berkunjung 1x,
(ANC) minimal 2x trimester III
berkunjung 2X
-Tidak teratur skor
0 apabila ibu
hamil tidak
melakukan
pemerikTsaan
antenatal care
(ANC) minimal
trimester I
berkunjung 1x,
trimester II
berkunjung 1x,
trimester III
berkunjung 2X

Variabel Independen
1. Pekerjaan Suatu hubungan Jenis pekerjaan Kuesioner N - Bekerja
yang melibatkan yang yang dapat O - Tidak Bekerja
dua pihak antara menghasilkan M
perusahaan dengan uang untuk
I
para memenuhi
pekerja/karyawan kebutuhan hidup N
seperti PNS, A
pegawai swasta, L
wiraswasta/pedada
gang, petani,
nelayan, buruh)
2. Jarak Tempat Jarak adalah ruang Jarak tempuh Kuesioner N - Dekat
Tinggal sela antara dua dikatakan dekat O - Jauh
benda atau tempat bila ≤ 5 KM dan M
yaitu jarak antara jauh bila > 5 KM
I
rumah dengan
tempat pelayanan N
ANC A
L

3. Biaya Antenatal Biaya antenatal care -Murah apabila Kuesioner N - Murah


Care (ANC) adalah harga yang tidak O - Mahal
harus dibayar oleh menggunakan M
ibu hamil untuk asuransi kesehatan,
I
dapat melakukan biaya pemeriksaan
kunjungan kehamilan ≤ N
antenatal care Rp 30.000 A
(ANC) -Mahal apabila L
tidak
menggunakan
asuransi kesehatan,
biaya pemeriksaan
kehamilan >
Rp. 30.000
40

Lanjutan
4. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah Waktu tempuh Kuesioner N - Akses mudah
layanan kesehatan untuk mencapai O apabila waktu
itu harus dapat fasilitas pelayanan M tempuh ≤ 15 menit
dicapai oleh kesehatan yang - Akses sulit apabila
I
masyarakat, tidak dapat dicapai waktu tempuh > 15
terhalang oleh dalam waktu 15 N menit
keadaan geografis. menit A
L

5. Dukungan Kegiatan yang -Dukungan Kuesioner O - Kurang


Lingkung- ditujukan kepada Emosional R mendukung bila
an Sosial para tokoh -Dukungan D menjawab
masyarakat baik Penilaian I pertanyaan
formal maupun -Dukungan N dengan nilai ≤
infomal yang Instrumental A 55%
mempunyai -Dukungan L - Mendukung bila
pengaruh di Informasio- menjawab
masyarakat nal pertanyaan
dengan nilai 56-
74%
- Sangat
mendukung bila
pertanyaan
dengan nilai ≥
75%

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kediri

3.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 3-13 April 2019.

3.8 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner dan buku KIA (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Jenis

kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu yang jawabannya telah

ditentukan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban

yang ada. Dalam kuesioner ini terdapat 16 pertanyaan untuk mengetahui faktor

yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC).


41

3.8.1 Validitas Kuesioner

Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Instrumen yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak

diukur.

Teknik uji yang digunakan adalah korelasi Product Moment dengan rumus

sebagai berikut :

𝑛Σ 𝑋𝑖 𝑌𝑖 −(Σ 𝑋𝑖 )(Σ 𝑌𝑖 )
rhitung =
√[ 𝑛Σ𝑋𝑖 2 − (Σ𝑋𝑖 )2 Ι 𝑛Σ𝑌𝑖 2 −(Σ𝑌𝑖 )2 ]

Keterangan :

rhitung : koefisien korelasi roduct moment

∑Xi : Jumlah skor item

∑Yi : Jumlah skor total (item)

n : jumlah responden uji coba (Sugiyono, 2012).

Dari uji validitas yang telah dilakukan pada, responden sebanyak 25, sehingga

nilai r tabel dapat diketahui sebesar 0,396 untuk mengetahui valid tidaknya

instrumen. Jika pada tingkat signifikan 5% nilai r hitung > r tabel maka dapat

disimpulkan bahwa instrumen valid.


42

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Dukungan Lingkungan Sosial

Variabel Item R hitung R tabel Keterangan


Dukungan 1 0,591 0,396 Valid
Lingkungan Sosial 2 0,796 0,396 Valid
3 0,796 0,396 Valid
4 0,867 0,396 Valid
5 0,591 0,396 Valid
6 0,867 0,396 Valid
7 0,591 0,396 Valid
8 0,591 0,396 Valid
9 0,796 0,396 Valid
10 0,796 0,396 Valid
11 0,867 0,396 Valid
12 0,796 0,396 Valid
13 0,796 0,396 Valid
14 0,867 0,396 Valid
15 0,591 0,396 Valid
16 0,591 0,396 Valid

Berdasarkan hasil validitas kuesioner yang berisi 16 pertanyaan, Bila angka

korelasi dibawah 0,396 (di bawah rtabel dengan taraf signifikan 5%) akan dinyatakan

tidak valid (gugur). Sebaliknya bila angka korelasinya diatas 0,396 maka

dinyatakan valid. Sehingga dari sebanyak 16 item soal dinyatakan valid.

3.8.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Teknik uji reliabilitas menggunakan

koefisien Cronbach’s Alpha, yaitu :

𝐾 Σ𝜎𝑏 2
ri = 𝐾−1 {1 − }
𝜎𝑡 2

Keterangan :

ri : Realibilitas instrument

k : banyaknya butir pertanyaan

∑𝜎b2 : jumlah variasi butir


43

𝜎t2 : Varians total

Jadi, jika nilai α > 0,60, maka seluruh butir pertanyaan adalah reliabel

(Sugiyono,2017). Berdasarkan uji Cronbach’s Alpha, yang dilakukan dengan

menggunakan program komputer diperoleh bahwa variabel dukungan lingkungan

sosial memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari nilai 0,60 yaitu 0,943

sehingga semua variabel memenuhi asumsi reliabilitas instrumen.

3.9 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan kuesioner

dan buku KIA untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kunjungan

antenatal care ( ANC) pada ibu hamil trimester III. Pengumpulan data adalah suatu

proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek

yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017). Pengumpulan data dalam

penelitian ini sebagai berikut :

a. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Kediri Poltekkes Kemenkes Malang, Dinas Kesehatan

Kabupaten Kediri, PPSDM (Badan Pengembangan dan Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia) Kabupaten Kediri, Bakesbangpol (Badan Kesatuan

Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat) Kabupaten Kediri, Kepala

Puskesmas Wates, Bidan koordinator Puskesmas Wates, berkoordinasi

dengan masing-masing bidan wilayah untuk melakukan penelitian.

b. Mempersiapkan nama-nama yang akan dijadikan responden melalui teknik

simple random sampling.

c. Peneliti mendatangi calon responden yang terpilih.


44

d. Meminta persetujuan kepada responden .

e. Peneliti menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada responden.

f. Memberikan pendampingan kepada responden dalam pengisian kuesioner.

g. Melakukan pengecekan ulang kelengkapan kuesioner yang sudah diisi oleh

responden, melakukan coding, editing, pembersihan data dan tabulasi.

3.10 Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul dari responden sebelum dianalisis data tersebut harus

melalui tahapan dalam pengolahan data, yaitu :

3.10.1 Editing

Editing adalah kegiatan pengecekan kembali apakah data atau sumber

informasi sudah lengkap, bisa terbaca dan relevan untuk dijadikan data pendukung.

3.10.2 Pengkodean data (Coding)

Mengubah data yang sebelumnya berupa kalimat atau huruf menjadi data

angka untuk mempermudah memasukkan data.

a. Responden

R1 = Responden 1

R2 = Responden 2

b. Kunjungan Antenatal Care (ANC)

1) Teratur = 1

2) Tidak Teratur = 2

c. Status Pekerjaan

1) Bekerja = 1

2) Tidak Bekerja = 2
45

d. Jarak Tempat Tinggal

1) Dekat = 1

2) Jauh = 2

e. Biaya Antenatal Care (ANC)

1) Murah = 1

2) Mahal = 2

f. Aksesibilitas

1) Mudah = 1

2) Sulit = 2

g. Dukungan Lingkungan Sosial

1) Kurang Mendukung = 1

2) Mendukung = 2

3) Sangat Mendukung = 3

3.10.3 Pemindahan data ke komputer (Entry Data)

Memasukkan data yang berupa jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) ke dalam program atau

software komputer.

3.10.4 Pembersihan data (Cleaning)

Data yang telah di entry, kemudian peneliti melakukan pengecekan kembali

terhadap data tersebut untuk meminimalkan adanya kesalahan kode maupun

ketidaklengkapan data (Notoatmojo, Soekidjo, 2012).


46

3.10.5 Tabulasi Data (Tabulating Data)

Tabulasi data yaitu setelah data di edit dan di beri kode, kemudian data di

masukkan tabel untuk di olah (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Setelah semua

variabel di beri kode, kemudian data akan dimasukkan ke dalam tabel

tabulasi berdasarkan kode yang telah di tetapkan.

3.11 Teknik Analisis Data

3.11.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil penelitian, yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti (Notoatmojo,

Soekidjo, 2012). Menurut Sugiyono (2017) perhitungan menggunakan

perhitungan rata-rata, yaitu rumus persen:

Keterangan:
P= ×100% P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Responden
\
Menurut (Pratiwi, 2018) hasil analisis data dengan rumus tersebut, P

kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala kualitatif sebagai :


P
berikut: r
o
s
e
n
t
a
s
e
F

:
F
r
e
k
u
e
47

Tabel 3. 3 Interpretasi Hasil Analisis Univariat

Persentase (%) Interpretasi


100 Seluruhnya
99 – 76 Hampir Seluruhnya
75 – 51 Sebagian besar
50 Setengahnya
49 - 26 Hampir setengahnya
25 – 1 Sebagian Kecil
0 Tidak Satupun

1) Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Menggunakan studi dokumentasi untuk mengetahui keteraturan

kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil trimester III dengan nilai

skor 1 apabila ibu hamil teratur melakukan pemeriksaan antenatal care

(ANC) dan skor 0 apabila ibu hamil tidak teratur melakukan pemeriksaan

antenatal care (ANC).

2) Faktor Status Pekerjaan

Menggunakan kuesioner untuk mengetahui karakteristik demografi

responden yang merupakan salah satu dari faktor yang diteliti. Hasil ukur

yang digunakan jika responden bekerja maka skor 1 dan jika responden

tidak bekerja maka skor 0.

3) Faktor Jarak Tempat Tinggal

Menggunakan kuesioner untuk mengetahui karakteristik demografi

responden yang merupakan salah satu dari faktor yang diteliti. Hasil ukur

yang digunakan jika jarak tempat tinggal responden ≤ 5 KM dikategorikan

dekat dan jika jarak tempat tinggal responden > 5 KM dikategorikan jauh.
48

4) Faktor Biaya Antenatal Care (ANC)

Menggunakan kuesioner untuk mengetahui biaya antenatal care

(ANC) terhadap kunjungan antenatal care (ANC). Hasil ukur yang

digunakan apabila tidak memakai asuransi kesehatan biaya pemeriksaan

kehamilan ≤ Rp.30.000 dikategorikan murah dan apabila tidak memakai

asuransi kesehatan biaya pemeriksaan kehamilan > Rp.30.000 dikategorikan

mahal.

5) Faktor Aksesibilitas

Menggunakan kuesioner untuk mengetahui aksesibilitas terhadap

kunjungan antenatal care (ANC). Hasil ukur yang digunakan pada

aksesibilitas jika waktu tempuh ≤ 15 menit dikategorikan mudah dan jika

waktu tempuh > 15 menit dikategorikan sulit.

6) Faktor Dukungan Lingkungan Sosial

Menggunakan kuesioner untuk mengetahui dukungan lingkungan

dengan kunjungan antenatal care (ANC), yang terdiri dari 16 pernyataan

meliputi dukungan dukungan emosional, penilaian, instrumental dan

informasional pilihan jawaban ya atau tidak. Hasil ukur yang digunakan

pada dukungan lingkungan sosial adalah kurang mendukung bila menjawab

pernyataan dengan nilai ≤ 55%, mendukung bila menjawab pernyataan

dengan nilai 56-74% dan sangat mendukung bila menjawab pernyataan

dengan nilai ≥ 75%.


49

3.11.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, Soekidjo, 2012). Dalam

penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dari

masing – masing variabel faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal

care (ANC) pada ibu hamil trimester III seperti status pekerjaan, jarak

tempat tinggal, biaya antenatal care (ANC), aksesibilitas, dukungan

lingkungan sosial dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil

trimester III.

Analisis data bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus chi- square:


Keterangan :
x2= nilai chi
square

f0 = frekuensi yang diperoleh


fh = frekuensi yang diharapkan
∑ = penjumlahan semua sel
α = 0.05
Menentukan hipotesis diterima atau ditolak maka dilakukan dengan

beberapa cara yaitu:

a. Membandingkan nilai x2 dengan x2 tabel

Ketentuan dalam pengambilan keputusan adalah :

1) Jika x2 hitung lebih besar atau sama dengan x2 tabel maka Ha diterima

dan H0 ditolak.

2) Jika x2 hitung kurang dari x2 tabel maka Ha ditolak dan H0 diterima.

b. Membandingkan taraf signifikan (p) dengan α = 0.05

Ketentuan dalam pengambilan keputusan adalah :


50

1) Jika p lebih kecil atau sama dengan α = 0.05 maka Ha diterima dan

H0 ditolak.

2) Jika p lebih besar dari α = 0.05 maka Ha ditolak dan H0 diterima.

Setelah melakukan analisis bivariat dan hasil pengujian terdapat

hubungan, selanjutnya melakukan uji tingkat korelasi/keeratan dengan

rumus :

Keterangan :
C = Koefisien kontingensi
n = Jumlah responden
x2h = Nilai kuadrat hitung

Uji keeratan digunakan bila kesimpulan dari uji Chi Kuadrat hasilnya ada

hubungan kemudian di uji koefisien kontingensi hasilnya antara 0-1 dengan

interpretasi hasilnya yaitu:

Tabel 3. 4 Nilai Interpretasi Koefisien Korelasi dan Tingkat Hubungan


Interval Koefisisen Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono, 2017

4.1. Analisis dengan menggunakan sistem komputerisasi .

Bila saat pengujian dalam sel ada frekuensi yang diharapkan yang

nilainya kurang dari 5 sebanyak lebih dari 20% maka Chi Square tidak dapat

digunakan sebagai analisis, sehingga digunakan uji Fisher Exact dengan

rumus sebagai berikut :

( 𝐴+𝐵)! (𝐶+𝐷)! (𝐴+𝐶)! (𝐵+𝐷)!


𝑝=
𝑁! 𝐴! 𝐵! 𝐶! 𝐷!
51

Dengan taraf kesalahan (α) 5% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

a. Jika 𝝆 hitung ≥ α maka Ha ditolak dan H0 diterima

b. Jika 𝝆 hitung ≤ α maka Ha diterima dan H0 ditolak (Hardjito, 2012).

3.11 Penyajian Hasil

Penyajian data hasil penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada

umumnya dikelompokan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk teks

(textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam bentuk grafik

(Notoatmojo, Soekidjo, 2012).

Pada penelitian ini hasil akan disajikan dalam bentuk tabel, yaitu tabel untuk

data yang menjelaskan distribusi dari setiap variabel yaitu status pekerjaan, jarak

tempat tinggal, biaya antenatal care (ANC), aksesibilitas, kunjungan antenatal

care (ANC).

3.12 Etika Penelitian

Etika penelitian yang digunakan untuk malaksanakan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.12.1 Persetujuan Penelitian (Informed Consent)

Lembar ini diberikan kepada subjek yang akan diteliti, peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian yang selanjutnya dimintakan persetujuannya. Apabila

responden tidak bersedia memberikan informasi adalah hak mereka, dan tidak

dilanjutkan pengambilan data.

3.12.2 Tanpa Nama (anonymity)

Kerahasiaan akan dijaga dengan cara menulis tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup memberi kode.


52

3.12.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu saja yang akan disajikan atau dilampirkan sebagai hasil riset

(Notoatmojo, Soekidjo, 2012).

Anda mungkin juga menyukai

  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • BAB LAMPIRAN Tangki
    BAB LAMPIRAN Tangki
    Dokumen121 halaman
    BAB LAMPIRAN Tangki
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Lampiran B
    Lampiran B
    Dokumen60 halaman
    Lampiran B
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN 3 Spek Alat
    LAMPIRAN 3 Spek Alat
    Dokumen121 halaman
    LAMPIRAN 3 Spek Alat
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Niam Rumus
    Niam Rumus
    Dokumen1 halaman
    Niam Rumus
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • JDNX
    JDNX
    Dokumen1 halaman
    JDNX
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • HJBVV
    HJBVV
    Dokumen3 halaman
    HJBVV
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Ni'am SIAP SEMHAS Bismillah
    Ni'am SIAP SEMHAS Bismillah
    Dokumen28 halaman
    Ni'am SIAP SEMHAS Bismillah
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Ni'am SIAP SEMHAS Bismillah
    Ni'am SIAP SEMHAS Bismillah
    Dokumen28 halaman
    Ni'am SIAP SEMHAS Bismillah
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Lampiran B
    Lampiran B
    Dokumen25 halaman
    Lampiran B
    dicky
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 (Revisi) (Acc)
    BAB 2 (Revisi) (Acc)
    Dokumen19 halaman
    BAB 2 (Revisi) (Acc)
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • HHKK
    HHKK
    Dokumen6 halaman
    HHKK
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Appendix A Livenia PDF
    Appendix A Livenia PDF
    Dokumen22 halaman
    Appendix A Livenia PDF
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 (Revisi) (Acc)
    BAB 2 (Revisi) (Acc)
    Dokumen19 halaman
    BAB 2 (Revisi) (Acc)
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Kalsium Fosfat Co3
    Kalsium Fosfat Co3
    Dokumen6 halaman
    Kalsium Fosfat Co3
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Batas Wilayah
    Batas Wilayah
    Dokumen1 halaman
    Batas Wilayah
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Niam Rumus
    Niam Rumus
    Dokumen1 halaman
    Niam Rumus
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Appendix A Livenia PDF
    Appendix A Livenia PDF
    Dokumen22 halaman
    Appendix A Livenia PDF
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Wina Camellia Shita
    Wina Camellia Shita
    Dokumen156 halaman
    Wina Camellia Shita
    annisaa
    Belum ada peringkat
  • Bismillah
    Bismillah
    Dokumen16 halaman
    Bismillah
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Niam Rumus
    Niam Rumus
    Dokumen1 halaman
    Niam Rumus
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • FALEH
    FALEH
    Dokumen6 halaman
    FALEH
    Susi Amoorea
    Belum ada peringkat
  • Matlab
    Matlab
    Dokumen7 halaman
    Matlab
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Soal 1 Dan Soal 2
    Soal 1 Dan Soal 2
    Dokumen4 halaman
    Soal 1 Dan Soal 2
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Moulijn - Catalyst Rangkuman 2lembar
    Moulijn - Catalyst Rangkuman 2lembar
    Dokumen4 halaman
    Moulijn - Catalyst Rangkuman 2lembar
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat
  • Absorption
    Absorption
    Dokumen4 halaman
    Absorption
    IqbalMuhammad
    Belum ada peringkat