id
Disusun oleh :
PRIYADI
M0307076
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian
Persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Priyadi
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Priyadi
ABSTRAK
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PRIYADI
ABSTRACT
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak
percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang
ketakutan.” (Anonim)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring ucapan syukur alhamdulillah, karya kecil ini aku persembahkan untuk:
Ibu, Bapak Tercinta, Mba Lies, Mas Agus, Mas Tri, dan semua orang
yang selalu memberikan semangat........
Seorang wanita yang aku yakini dia tercipta dari tulang rusukku yang
selalu ada.....
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Shalawat dan salam
senantiasa penulis haturkan kepada Rasulullah SAW sebagai pembimbing seluruh
umat manusia.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari banyak pihak,
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan
semangat.
2. Bapak Dr. Eddy Heraldy, M. Si selaku ketua jurusan Kimia
3. Bapak Edi Pramono, M. Si selaku dosen pembimbing I skripsi
4. Bapak I.F Nurcahyo, M. Si selaku dosen pembimbing II skripsi
5. Bapak Candra Purnawan, M. Si selaku dosen pembimbing akademik
6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Jurusan Kimia FMIPA UNS atas semua
ilmu yang bermanfaat.
7. Seluruh staf dan laboran Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNS, Sub
Laboratorium Kimia, Laboratorium Pusat FMIPA UNS, dan Laboratorium
MIPA TERPADU FMIPA UNS.
8. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas jernih payah dan pengorbanan yang telah
diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amiin.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakannya. Namun demikian penulis berharap semoga karya kecil ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Priyadi
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Lempung ............................................................................ 12
9. Karakterisasi ....................................................................... 13
a. Analisis Gugus Fungsi .................................................. 13
b. Analisis Derajat Pengembangan .................................... 14
c. Analisis Kapasitas Tukar Kation (KTK) ....................... 15
d. Penentuan Derajat Sulfonasi .......................................... 16
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 16
C. Hipotesis .................................................................................. 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 18
A. Metode Penelitian ..................................................................... 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 18
C. Alat dan Bahan ........................................................................ 18
D. Prosedur Penelitian ................................................................... 18
1. Preparasi Lempung ............................................................. 18
2. Pembuatan Asetil Sulfat ...................................................... 19
3. Pembuatan Polistirena Tersulfonasi..................................... 19
4. Pembuatan Membran Komposit .......................................... 19
5. Karakterisasi Membran Komposit ....................................... 20
a. Analisis Kapasitas Tukar Kation (KTK) ....................... 20
b. Analisis Derajat Pengembangan (DP) ............................ 21
c. Analisis Struktur ........................................................... 21
d. Analisis Termal ............................................................. 21
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 23
A. Sintesis Polistirena Tersulfonasi ............................................... 23
1. Analisis Kapasitas Tukar Kation (KTK), Derajat Sulfonasi
(DS) dan Rendemen............................................................. 24
2. Analisis Gugus Fungsi ........................................................ 27
3. Analisis Termal................................................................... 29
B. Sintesis Komposit ..................................................................... 30
1. Analisis Gugus Fungsi ....................................................... 32
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Komposisi dalam Sintesis Membran Komposit 20
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema bahan bakar sel ..................................................... 5
Gambar 2. Struktur polistirena .......................................................... 10
Gambar 3. Reaksi sulfonasi polistirena .............................................. 11
Gambar 4. Reaksi pembuatan asetil sulfat ......................................... 12
Gambar 5. Struktur tiga dimensi dari montmorilonit.......................... 13
Gambar 6a. Polistirena ........................................................................ 24
Gambar 6b. Polistirena tersulfonasi (PST)........................................... 24
Gambar 7. Hubungan komposisi sulfonat, KTK, dan rendemen ......... 25
Gambar 8. Hubungan komposisi sulfonat dan derajat sulfonasi (DS) . 26
Gambar 9. Spektra IR polistirena dan polistiren tersulfonasi (PST) ... 27
Gambar 10. Spektra IR polistirena tersulfonasi (PST) ......................... 28
Gambar 11. Termogram TGA PS dan PST ......................................... 29
Gambar 12. Membran komposit .......................................................... 31
Gambar 13. Spektra IR PST, lempung dan kompositnya ..................... 32
Gambar 14. Hubungan komposisi lempung coklat, KTK, dan derajat
pengembangan ………………………………....... 34
Gambar 15. Hubungan komposisi lempung abu-abu, KTK, dan derajat
pengembangan ................................................. 34
Gambar 16. Termogram komposit lempung abu-abu ........................... 36
Gambar 17. Termogram komposit lempung coklat .............................. 37
Gambar 18. Termogram campuran ...................................................... 38
Gambar 19. Difraktogram PST, lempung, dan komposit...................... 39
Gambar 20. Hasil mikroskop komposit tanpa lempung........................ 40
Gambar 21. Hasil mikroskop komposit lempung coklat 3, 5, dan 7 % . 41
Gambar 22. Hasil mikroskop komposit lempung abu-abu 3, 5, dan 7 % 41
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin menipisnya cadangan minyak bumi tanpa diimbangi dengan
penurunan pemakaian telah berdampak pada terjadinya kelangkaan bahan bakar
pada masyarakat. Pemakaian bahan bakar fosil secara terus menerus juga
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti kenaikan suhu bumi atau
pemanasan global, serta polusi udara yang saat ini mulai dirasakan masyarakat
Indonesia dan Dunia (Hambali dkk., 2007) oleh karena itu penelitian terus
dilakukan untuk mendapatkan sumber energi yang murah, efisien, dan ramah
lingkungan, salah satunya adalah sel bahan bakar (fuel cell). Fuel cell atau sel
bahan bakar merupakan salah satu sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan dengan efektivitas tinggi dan rendah emisi, menghasilkan air dan
panas sebagai produk residu. Salah satu jenis sel bahan bakar yaitu Polymer
Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC). Polymer Electrolyte Membran Fuel
Cell (PEMFC) bekerja pada suhu operasi relatif rendah (antara 60-150 oC).
Aplikasi PEMFC banyak dipakai sebagai sumber energi untuk kendaraan,
perumahan, dan telepon selular. Salah satu komponen penting sumber energi
PEMFC adalah membran polimer elektrolit. Membran tersebut merupakan salah
satu komponen inti dari PEMFC yang berfungsi menghantarkan kation dari anoda
ke katoda. Hingga saat ini membran komersial yang telah banyak digunakan yaitu
membran perflorosulfonat dari Nafion® karena memiliki konduktivitas proton,
kekuatan mekanik, dan kimia tinggi (Li dkk., 2003; Byungchan, 2005).
Disisi lain, Nafion® memiliki beberapa kelemahan antara lain tingginya
permeabilitas membran Nafion® terhadap bahan bakar, harganya mahal, dan
ketahanan termalnya rendah, sehingga dibutuhkan material baru sebagai bahan
untuk membuat membran pengangkut proton dengan karakteristik yang sama atau
lebih baik dari Nafion® (Li dkk., 2003; Byungchan, 2005; Lu dkk., 2005).
Pencarian material baru yang dapat digunakan sebagai pengganti Nafion®, yang
memiliki kapasitas tukar kation, murah, dan tahan terhadap termal yang tinggi
commit
terus dilakukan. Penggunaan polimer to usermembran polimer elektrolit mulai
sebagai
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian studi pendahuluan membran komposit polistirena
tersulfonasi (PST) berpengisi lempung sebagai membran polimer elektrolit untuk
aplikasi sel bahan bakar terdapat beberapa masalah antara lain:
Tingginya derajat sulfonasi (DS) mengakibatkan polimer larut dalam air,
sehingga polimer tidak bisa diisolasi. Derajat sulfonasi dapat dikontrol dengan
berbagai cara, antara lain: berat molekul (BM), massa polimer yang digunakan,
waktu proses sulfonasi, komposisi sulfonasi yang ditambahkan, dan pemilihan
agen sulfonasi yang tepat. Jenis agen sulfonasi antara lain asetil sulfat, asam sulfat
pekat, dan asam klorosulfonat. Menurut Jamal dkk (2007) asam sulfat pekat tidak
cocok digunakan sebagai agen sulfonasi untuk polistirena, asam sulfat pekat dapat
mengakibatkan polimer yang disulfonasi terdegradasi. Menurut Mutiara (2008)
kompatibilitas asam klorosulfonat tidak sesuai dengan polistirena, karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
2. Batasan Masalah
a. Membatasi waktu sulfonasi selama 1 jam, dan komposisi sulfonasi yang
ditambahkan 10, 20, 30, 40, dan 50 mmol.
b. Agen sulfonasi yang digunakan adalah asetil sulfat.
c. Oksida yang ditambahkan commit to user
adalah lempung.
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variasi komposisi sulfonat terhadap sifat termal dan KTK
membran komposit?
2. Apakah komposisi lempung mempengaruhi sifat termal dan KTK membran
komposit?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi sulfonat terhadap sifat termal
dan KTK membran komposit
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi lempung terhadap sifat termal
dan KTK membran komposit.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui pengaruh variasi komposisi sulfonat terhadap sifat termal
dan KTK membran komposit
2. Dapat mengetahui pengaruh variasi komposisi lempung terhadap sifat termal
dan KTK membran komposit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sel Bahan Bakar (Fuel cell) dan Membran Polimer Elektrolit
Sel bahan bakar adalah suatu sumber energi penghasil listrik secara
elektrokimia yang mereaksikan gas dan oksigen dari udara secara kimiawi
sehingga menghasilkan listrik, selain itu juga panas dan air. Prinsip kerjanya mirip
dengan baterai, namun terdapat perbedaan karena pada sel bahan bakar dirancang
untuk dapat terus menghasilkan energi. Produksi energi akan dapat terus berjalan
selama bahan sel (H2, metanol, dan lain-lain) terus masih ada dalam sistem sel
bahan bakar (Williams, 2000). Sebagai tambahan, elektroda dalam baterai
bereaksi dan berganti pada saat baterai diisi atau dibuang energinya, sedangkan
elektroda sel bahan bakar adalah katalitik dan relatif stabil. Adapun bentuk dasar
dari sel bahan bakar ditunjukan pada Gambar 1.
Dalam sel bahan bakar terdapat sebuah lapisan elektrolit yang bersentuhan
langsung dengan anoda pada satu sisi dan katoda pada sisi lainnya. Secara umum
cara kerja sel bahan bakar tersebut adalah bahan bakar (H2, metanol, dan lain-
lain) dialirkan pada bagian anoda dan oksigen dialirkan ke katoda. Terdapat dua
reaksi kimia yang terjadi pada sel bahan bakar, yaitu oksidasi di anoda dan
reduksi di katoda. Apabila digunakan gas H2 sebagai bahan bakar maka reaksi
yang terjadi sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
3. Bagian-bagian PEMFC
Menurut Hirschenhofer dkk (2000) PEMFC terdiri dari empat bagian dasar yaitu:
1. Anoda
Anoda pada PEMFC memiliki suatu lintasan sehingga gas hidrogen
terdispersi menuju permukaan katalis. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi
hidrogen menjadi elektron dan ion H+, dengan bantuan katalis. Elektron yang
dihasilkan dari molekul hidrogen mengalir pada sirkuit eksternal sehingga
menghasilkan arus listrik.
2. Katoda
Katoda pada PEMFC merupakan elektroda positif yang memiliki suatu
lintasan sehingga oksigen dapat terdistribusi menuju katalis. Katoda
menghantarkan elektron dari sirkuit eksternal balik menuju katalis, sehingga
dapat terjadi reaksi antara ion hidrogen dan oksigen menjadi air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
3. Elektrolit
Pada PEMFC, elektrolit merupakan membran penukar proton yang dapat
menghantarkan ion bermuatan. Untuk mendapatkan fungsi penukar proton
membran membutuhkan keadaan terhidrasi.
4. Katalis
Katalis dalam PEMFC dapat mempercepat reaksi redoks yaitu reaksi oksidasi
hidrogen menjadi elektron dan ion H+ pada anoda, dan reaksi reduksi oksigen
menjadi air pada katoda. Katalis umunya dibuat dari nanopartikel platinum
sangat tipis pada kertas karbon. Katalis memiliki pori dan permukaan kasar
sehingga luas permukaan platinum maksimum sehingga dapat terjadi kontak
dengan hidrogen atau oksigen. Sisi katalis yang terlapisi platinum berada
berhadapan dengan membran penukar proton.
modifikasi. Salah satu metode yang dapat dilakukan agar polimer bermuatan
adalah dengan sulfonasi. Modifikasi lain yang dapat dilakukan pada polimer
adalah kompositnya. Tujuan dari komposit polimer tersebut adalah menghasilkan
material baru dengan karakter yang lebih baik diantaranya sifat termal, mekanik,
dan konduktivitas yang lebih tinggi (Jamal dkk., 2007).
5. Polistirena (PS)
Polistirena adalah jenis polimer linier yang tersusun dari monomer stirena.
Polistirena memiliki rantai hidrokarbon panjang dengan gugus fenil terikat pada
salah satu gugus karbon dari setiap monomernya, seperti terlihat pada Gambar 2.
Polistirena murni berbentuk padatan tidak berwarna. Polistiren komersil umunya
bersifat amorf (Billmeyer, 1971). Pada temperatur ruangan, polistirena umunya
merupakan suatu termoplastik yang berwujud padat, tetapi dapat meleleh pada
temperatur tinggi (240 oC) untuk dicetak dan kemudian dibentuk menjadi padatan
kembali. Polistirena merupakan plastik keras dengan kelenturan terbatas.
Polistirena banyak diproduksi untuk aplikasi barang kebutuhan sehari-hari
karena proses sintesisnya yang mudah dan murah. Kegunaan polistirena
diantaranya adalah untuk bahan pembungkus, peralatan rumah tangga, peralatan
kendaraan bermotor, dan aneka macam bahan lainnya.
air pada derajat sulfonasi yang tinggi (Smitha dkk., 2003; Jamal dkk., 2007).
Interaksi ikatan hidrogen cukup kuat dapat terjadi antara molekul air dengan
gugus asam sulfonat (~SO3H) pada membran. Interaksi ini dapat mempengaruhi
transport air dan proton melalui membran.
Sulfonasi dapat memberikan konduktivitas proton polimer secara simultan
sebaik sifat hidrofil alami. Polimer tersulfonasi dapat memiliki gugus asam bebas
(~SO3H), garam (~SO3- Na+), atau ester (~SO3R) (Smitha dkk., 2003). Derajat
sulfonasi dapat dikontrol sesuai keinginan dengan mengatur lama waktu
polimerisasi dan jumlah agen sulfonasi yang ditambahkan. Proses sulfonasi dapat
dilakukan pada tahap awal sintesis polimer yang akan disulfonasi atau pada
polimer yang telah dihasilkan. Pada homopolimer apapun yang memiliki cincin
aromatik atau ikatan ganda dapat dilakukan proses sulfonasi (Gambar 3).
7. Agen Sulfonasi
Asam sulfat dan asetil sulfat merupakan beberapa contoh agen pada proses
sulfonasi. Kriteria pemilihan agen sulfonasi berdasarkan kompatibilitas dengan
polimer, sifat pembentukan film, dan kekuatan mekanik dari polimer tersulfonasi
yang diinginkan (Smitha dkk., 2003).
1. Asam sulfat 98 % : walaupun jumlah asam yang ditambahkan sedikit, namun
polimer yang dihasilkan larut dalam air karena tingginya derajat sulfonasi
yang dihasilkan. Pada penggunaan asam sulfat sebagai agen sulfonasi, derajat
sulfonasi tidak dapat dikontrol.
2. Asetil sulfat : polistirena yang disulfonasi menggunakan reagen asetil sulfat
akan menghasilkan distribusi gugus asam sulfonat yang homogen. Namun,
polikarbonat terlalu reaktif terhadap asetil sulfat serta polifenilen oksida dan
polisulfon tidak dapat disulfonasi menggunakan agen ini karena tidak
memiliki kompatibilitas dengan reagen. Reaksi pembuatan aetil sulfat dapat
dilihat pada Gambar 4.
8. Lempung
Mineral lempung merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang
berlimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal (Sudrajat dan Apandi, 1989;
Riyanto, 1994). Tanah lempung secara geologis adalah mineral alam dari keluarga
silikat yang berbentuk kristal dengan struktur berlapis (sering disebut dengan
struktur dua dimensional), dan mempunyai ukuran partikel lebih kecil dari 2 µm,
berwarna agak kecoklat-coklatan dan mudah dibentuk dalam keadaan basah, serta
mengeras dengan warna kemerah–merahan jika dibakar. Diantara lapisannya
terdapat kation-kation yang berfungsi menyetimbangkan muatan negatif yang ada
commit to user
pada bidang lapisnya (Wijaya dkk., 2004; Wijaya dkk, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
9. Karakterisasi
Karakterisasi sampel bertujuan untuk mengetahui sifat fisik maupun kimia
dari suatu sampel. karakterisasi yang umum dilakukan untuk aplikasi membran
elektrolit sel bahan bakar yaitu analisis gugus fungsi menggunakan alat Fourier
Transform Infra Red (FTIR), analisis termal menggunakan alat Thermo
Gravimetry Analysis (TGA), analisis derajat pengembangan (DP), Kapasitas
Tukar Kation (KTK), kelarutan, dan analisis morfologi dengan mikroskop.
a. Analisis Gugus Fungsi
Analisis gugus fungsi dalam suatu sampel dapat dilakukan dengan
mengunakan alat Fourier Transform Infra
commit to userRed (FTIR). Spektroskopi IR ini
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
berfungsi untuk menentukan adanya suatu gugus fungsi dalam sampel dengan
menganalisis ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul (Fesenden, 1986).
Menurut penelitian Mutiara (2008), terdapat tiga puncak serapan khas
polistirena tersulfonasi yaitu pada bilangan gelombang 1180,44 cm-1 – 1161,15
cm-1 yang dihasilkan dari vibrasi streching simetrik O=S=O, vibrasi O-H pada
bilangan gelombang 3446,79 cm-1, serta pada bilangan gelombang 904,61 cm-1
yang menunjukkan pada para-subtitusi benzena.
Berdasarkan penelitian Wijaya (2005) pada lempung terdapat serapan
pada bilangan gelombang 1637,5 cm-1 yang merupakan serapan dari H2O
secara lengkung (O-H tekuk). Serapan gugus OH yang cukup kuat
menunjukkan kuatnya ikatan OH dengan kation-kation yang ada pada antar
lapis lempung. Pita serapan pada bilangan gelombang 1035,7 cm-1 diakibatkan
oleh vibrasi regang Si-O-Si (stretching) oktahedral yang teramati sebagai
puncak serapan yang lebar dengan intensitas yang jelas. Pita serapan pada
914,2 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi OH dari ~Al2OH pada lapisan
oktahedral. Serapan pada bilangan gelombang 522,7 cm-1 adalah serapan
karakteristik Si-O-Al (Al oktahedral), sedangkan pita serapan pada bilangan
gelombang 464,8 cm-1 merupakan vibrasi tekuk Si-O-Si.
sulfonasi dari 20 sampai 50 % dengan mudah dicapai oleh agen sulfonasi yang
bervariasi dan waktu reaksinya. Kapasitas pertukaran ionnya 0,5-1,2 mmol
~SO3H/g. Konduktivitas proton antara 10-6 dan 10-2 S/cm. Analisis termal
polisulfon tersulfonasi memiliki temperatur transisi glass yang lebih tinggi dan
temperatur dekomposisi yang lebih rendah dibandingkan dengan material yang
tidak tersulfonasi.
Selain itu Handayani dkk (2007) dalam penelitiannya yaitu tentang
penambahan polisulfon pada poli eter-eter keton untuk sel bahan bakar metanol
langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan polisulfon terbaik
adalah 10 % menghasilkan membran dengan kapasitas penukar ion 1,9 meq/g
polimer, konduktivitas ioniknya 0,0017 S/cm, permeabilitas metanol 6,4.10-8
cm2/s (mengalami penurunan 6x jika tidak ditambahkan polisulfon), derajat
pengembangan (DP) terhadap air 18 %, dan DP terhadap metanol 17 %.
B. Kerangka Pemikiran
Membran komposit PST/lempung dipengaruhi oleh variasi komposisi
sulfonat terhadap nilai KTK komposit. Semakin banyak jumlah sulfonat yang
ditambahkan maka nilai KTK akan semakin besar dan semakin polar tetapi
rendemen yang dihasilkan semakin rendah. Polistirena tersulfonasi (PST)
memiliki gugus sulfonat (~SO3H), adanya gugus ~SO3H menyebabkan polistirena
tersulfonasi mudah melepaskan ion H+. Semakin banyak gugus sulfonat (~SO3H)
yang ditambahkan maka ion H+ yang dapat dipertukarkan juga semakin besar,
sehingga meningkatkan nilai KTK, dan menurunkan kestabilan termalnya.
Variasi komposisi lempung akan mempengaruhi kestabilan termal dari
commit
komposit yang dihasilkan. Semakin besartokomposisi
user lempung yang ditambahkan
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
1. Variasi komposisi sulfonat akan mempengaruhi nilai KTK, dan termal
komposit yang dihasilkan, semakin tinggi sulfonat yang ditambahkan maka
nilai KTK juga akan semakin meningkat, tetapi kestabilan termalnya
menurun.
2. Komposisi lempung akan mempengaruhi kestabilan termal komposit yang
dihasilkan. Semakin banyak komposisi lempung maka nilai KTK dan
kestabilan termal komposit juga semakin tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental laboratorium untuk memperoleh data, hasil dan sintesis
komposit polistirena tersulfonsi berpengisi lempung. Komposit yang diperoleh
selanjutnya dikarakterisasi menggunakan fourier transform infra red (FT-IR),
analisis termal, derajat pengembangan (DP), kapasitas tukar kation (KTK),
derajat sulfonasi (DS), X-rays difractometer (XRD), dan mikroskop.
D. Prosedur Penelitian
1. Preparasi Lempung
Lempung dilarutkan dalam 2 L aquades kemudian disaring menggunakan
kain. Endapan diambil dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Pengeringan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
…………………………………………………...... 1
……………..……………...... 4
……………..…...... 5
c. Analisis Struktur
Perkembangan struktur membran komposit, PS, PST, dan lempung
ditentukan dengan menggunakan alat spektrofotometer FTIR. Spektrum FTIR
dicatat antara bilangan gelombang 4000 hingga 400 cm-1 dengan metode plat KBr.
d. Analisa Termal
Stabilitas termal membran komposit, PS, PST, dan lempung dianalisa
menggunakan alat TGA dengan range suhu 40-700 0C dan laju pemanasan 20
o
C/menit serta menggunakan krus Al2O3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a b
Gambar 6. a) Polistirena b) Polistirena tersulfonasi (PST)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Gambar 7 dapat dilihat bahwa nilai KTK PST 40 yang seharusnya lebih
tinggi dari PST 30, tetapi pada penelitian ini PST 40 menjadi lebih kecil dari PST
30. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang sudah dikemukakan. Kecilnya KTK
PST 40 dikarenakan distribusi sulfonat dalam polimer kecil, sehingga reaksi yang
terjadi antara sulfonat dengan polimernya tidak maksimal, hal ini dibuktikan
dengan data derajat sulfonasi (DS). Kemungkinan lain kecilnya nilai KTK PST 40
disebabkan bagian PST 40 yang banyak mengandung agen sulfonat larut dan
belum bisa isolasi, tetapi bagian yang sedikit mengandung sulfonat bisa diisolasi
sehingga diperoleh nilai KTK kecil apabila dilakukan analisa KTK. Dari keempat
PST variasi sulfonat di atas, yang digunakan untuk pembuatan membran polimer
elektrolit dalam penelitian ini adalah PST 30. Hal ini dikarenakan PST 30
memiliki nilai KTK besar yaitu 1,77 meq/g, rendemen 94, 23 %, dan DS yang
tinggi sehingga yang dipilih untuk pembuatan membran polimer elektrolit adalah
PST 30.
Data hubungan komposisi sulfonat, nilai KTK, dan kelarutan dapat dilihat
rendemen yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah sulfonat yang ditambahkan
maka semakin besar nilai KTKcommit to user
dan kelarutannya sehingga rendemen yang
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
3. Analisis Termal
Untuk mengetahui stabilitas termal dari PS dan PST dilakukan analisis
termal TGA. Dalam analisis TGA, sampel mulai mengalami perubahan atau
reaksi ditunjukkan oleh penyimpangan terhadap garis horizontal dan reaksi telah
sempurna apabila tercapai kurva horizontal dan tidak mengalami perubahan
kembali (plateu). Suatu reaksi yang tidak diikuti oleh adanya perubahan massa,
tidak dapat dianalisis dengan TGA. Hasil TGA PS dan PST ditunjukkan pada
Gambar 11.
B. Sintesis Komposit
Sintesis komposit PST/lempung bertujuan untuk mendapatkan komposit
dengan sifat material yang lebih baik dibandingkan sifat material penyusunnya.
Pada penelitian ini dibuat komposit yang terdiri dari polistirena tersulfonasi
(PST), dan lempung sebagai material penyusunnya. Selain itu digunakan PEG
1000 sebagai pemlastis, supaya membran yang dihasilkan elastis atau tidak kaku.
Sedangkan dimetil asetamida (DMAc) dipilih sebagai pelarut karena DMAc dapat
melarutkan material penyusun membran komposit. Pada Tabel 1 menunjukkan
data komposisi massa material penyusun membran komposit. Kandungan PST
dan PEG dalam membran dibuat tetap yaitu 20 dan 10 % dari berat total larutan
cetak, dan kandungan lempung serta DMAc dibuat bervariasi, sehingga berat total
commit to user
larutan cetak 10 g.
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
seperti pada rentangan Si-O-Si dan dari 1047,35 cm-1 (LA) dan 1043,49 cm-1 (LC)
pada lempung menjadi 1033,85 cm-1 pada komposit KLC dan KLA. Pita serapan
pada 918,12 – 925,83 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi OH dari ~Al2OH pada
lapisan oktahedral. Serapan bilangan gelombang 522,71 – 524,64 cm-1 adalah
serapan karakteristik Si-O-Al (Al oktahedral), sedangkan pita serapan pada
bilangan gelombang 468,7 cm-1 merupakan vibrai tekuk Si-O-Si. Hal ini
menunjukkan bahwa membran komposit polistiren tersulfonasi lempung telah
berhasil di sintesis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
3. Analisis Termal
Dalam aplikasinya, PEMFC beroperasi pada suhu yang tidak terlalu tinggi
yaitu 60-150 oC, tetapi untuk pemakaian jangka panjang dibutuhkan membran
yang memiliki stabilitas/ketahanan termal yang tinggi. Untuk mengetahui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
rantai utama polistirena pada suhu 354 oC, KLA 5 % pada suhu 374 oC, dan KLA
7 % pada suhu 355 oC. Sedangkan termogram KLC dapat dilihat pada Gambar 17.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
4. Analisis XRD
Penentuan jenis mineral lempung dilakukan dengan difraktometer sinar x,
dengan range scan 3-70 o, laju scan 5 o/menit, dan menggunakan sumber radiasi
Cu-Kα. Dengan menggunakan difraksi sinar X (XRD), lempung memberikan pola
difraksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 19.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
Gambar 21. Hasil mikroskop (a) KLA 3 %, (b) KLA 5 %, (c) KLA 7 %.
Gambar 22. Hasil mikroskop (a) KLC 3 %, (b) KLC 5 %, (c) KLC 7 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Semakin banyak komposisi sulfonat yang ditambahkan maka dapat
meningkatkan nilai KTK, tetapi kestabilan termal, dan rendemennya
menurun.
2. Semakin banyak kandungan lempung dalam membran komposit, maka
nilai KTK, dan kestabilan termal membran meningkat.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis memberikan saran
antara lain:
1. Modifikasi polistirena tersulfonasi dengan oksida lain seperti vermikulit,
ilit, atau kaolit untuk memperoleh nilai KTK yang lebih tinggi.
2. Pengaruh variasi ukuran partikel dari lempung sebagai material penyusun
membran komposit polimer elektrolit untuk aplikasi sel bahan bakar.
commit to user