Anda di halaman 1dari 3

Nama : Abdul Samat

Kelas : V

Tugas : IPS

SEJARAH BERDIRINYA PATUNG DR. JOHANNES LEIMENA

Johannes Leimena, lahir di Desa Emma, Kecamatan Leitimur Selatan (Leitisel), Ambon,
Maluku 6 Maret 1905. Ia meninggal di Jakarta 29 Maret 1977. Leimena dikenal sebagai
tokoh politik satu-satunya yang menjabat sebagai menteri selama 21 tahun berturut-turut
tanpa terputus sejak kabinet Sjahrir II (1946) sampai kabinet Dwikora II (1966).

Om Jo, panggilan akrab Leimena, adalah satu-satunya orang yang berhasil menjadi menteri
selama 21 tahun berturut-turut, dan hebatnya, dalam 18 kabinet yang berbeda-beda dalam
Orde Lama. Posisinya sebagai menteri pun beragam. Mulai dari Menteri Kesehatan, Wakil
Menteri Utama, maupun Wakil Perdana Menteri. Dialah yang tercatat sebagai Menteri
Kesehatan yang pertama dan ia juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di
TNI-AL. Pada tahun 1945, ia adalah salah satu penggugas berdirinya Partai Kristen Indonesia
(Parkindo), yang akhirnya terbentuk lima tahun kemudian. Jo sendiri terpilih menjadi ketua
umum dan memegang jabatan ini selama 7 tahun hingga tahun 1957. Ketika gerakan Orde
Baru berkuasa, Om Jo mengundurkan diri dari menteri. Namun d ia masih dipercaya Presiden
Suharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga 1973.

Hingga akhir riwayatnya, Om Jo terus aktif di lembaga-lembaga Kristen yang pernah


dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, dan STT. Ketika Parkindo menj adi satu dengan
PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), ia pun turut diangkar menjadi anggota Dewan
Pertimbangan Pusat PDI.
Riwayat hidup

Leimeina dilahirkan di Kota Ambon. Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta)
dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk
beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD
Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan
pendidikan kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen) - cikal
bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa,
merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada
tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di
Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan
pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti
perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV
merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun
1950.

Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28


Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan
nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.

Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA Surabaya (1930), ia melanjutkan


pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang
diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan
Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter
pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo). Tak lama ia dipindahtugaskan
di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit
Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.

Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) terbentuk dan pada tahun 1950, ia
terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun 1957. Selain di
Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di
Indonesia, kini PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga ini Leimena terpilih sebagai wakil
ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.

Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri,
namun ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan
Agung) hingga tahun 1973. Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-
lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-
lain. Ketika Parkindo berfusi dalam PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), Leimena
diangkat menjadi anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI, dan pernah pula
menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini.

Pada tanggal 29 Maret 1977, J. Leimena meninggal dunia di Jakarta.


Pemerintah mulai membangun monumen pahlawan nasional Dr Johannes Leimena, di
samping Universitas Pattimura, Ambon, Maluku, setelah diresmikan, Jumat (19/8/2011).
Pemerintah mulai membangun monumen pahlawan nasional Dr Johannes Leimena, di
samping Universitas Pattimura, Ambon, Maluku, setelah diresmikan, Jumat (19/8/2011). Dr J
Leimena adalah tokoh asal Maluku yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden,
tahun 2010 lalu. Peresmian dihadiri oleh ahli waris Dr J Leimena yang kini menjabat sebagai
Wakil Ketua MPR, Melani Leimena Suharli, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto,
Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, dan Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy.
Dalam sambutannya, Melani berharap semangat Dr Leimena bisa diikuti oleh generasi muda
di Indonesia, khususnya Maluku. "Terutama karena lokasi monumen di samping Universitas
Pattimura, semoga ketokohan Dr J Leimena bisa menginspirasi mahasiswa-mahasiswa,"
ujarnya. Dr J Leimena adalah tokoh asal Maluku yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional
oleh Presiden, tahun 2010 lalu. Peresmian dihadiri oleh ahli waris Dr J Leimena yang kini
menjabat sebagai Wakil Ketua MPR, Melani Leimena Suharli, Menteri Pekerjaan Umum
Djoko Kirmanto, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, dan Wali Kota Ambon Richard
Louhenapessy. Dalam sambutannya, Melani berharap semangat Dr Leimena bisa diikuti oleh
generasi muda di Indonesia, khususnya Maluku. "Terutama karena lokasi monumen di
samping Universitas Pattimura, semoga ketokohan Dr J Leimena bisa menginspirasi
mahasiswa-mahasiswa,"

Anda mungkin juga menyukai