Anda di halaman 1dari 20

Manajemen potofolio adalah suatu proses

yang dilakukan oleh investor mengatur


uangnya yang diinvestasikan dalam
bentuk portofolio yang dibuatnya.
1. Perencanaan (Planning).
a. Melihat sasaran-sasaran, batasan-batasan dan preferensi-
preferensi yang ditentukan oleh investor.
b. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi
pembentukan portofolio.
c. Mempertimbangkan kondisi-kondisi eksternal seperti
ekonomik, sosial, politikal, dan sektor atau industri.
d. Menetapkan ekspektasi pasar modal.
2. Eksekusi (execution).
a. Mengimplementasikan strategi ke dalam pelaksanaan taktis
dalam bentuk alokasi aktiva taktis dan optimalisasi portofolio
dalam wujud kombinasi return terbaik yang memenuhi sasaran-
sasaran investor.
b. Pemilihan sekuritas.
c. Mengimplementasikan dan mengeksekusi portfolio.
Lanjutan ...

3. Umpanbalik (feedback)
a. Memonitoring portofolio dan
merespon terhadap perubahan-
perubahan input-input investor dan
pasar.
b. Menyeimbangkan (rebalancing)
portofolio.
c. Mengevaluasi kinerja portofolio untuk
meyakinkan sasaran-sasaran investor
masih terpenuhi.
1. Sasaran-sasaran Investasi Investor
Lebih memfokuskan pada pencapaian kombinasi
return dan risiko yang terbaik dari sudut pandang
investor. Kombinasi ini menunjukkan tukaran
antara return yang dituntut yang dapat diterima
oleh investor dengan tingkat toleransi risiko yang
harus dihadapi.
2. Preferensi Risiko Investor
Preferensi risiko investor individual akan sangat
ditentukan oleh umur dan tingkat penghasilannya.
Lanjutan ...

Berdasarkan siklus hidup investor, tukaran return-


return umumnya mengalami perubahan sebagai
berikut :
1. Accumulated Phase (fasa akumulasi) : merupakan
fasa awal karir investor individual.
2. Consolidation Phase (fase konsolidasi) :
merupakan fasa pertengahan sampai akhir karir
dari investor individual.
3. Spending Phase (fasa belanja) : merupakan fasa
akhir karir dan pensiun dari investor individual.
4. Gifting Phase (fasa memberi) : merupakan fasa
akhir dari umur hidup investor.
Lanjutan ...
3. Batasan-batasan Investasi Investor
a) Likuiditas : berhubungan dengan kecepatan suatu aktiva
dijual dengan harga yang wajar.
b) Ketersediaan aktiva : lebih ke kemudahan dan kecepatan
membeli suatu aktiva.
c) Horison Investasi : berhubungan dengan lama waktu investasi
karena dana yang diinvestasikan belum digunakan untuk
keperluan lain oleh investor.
d) Peraturan-peraturan : investor institusional umumnya terikat
dengan berbagai peraturan dalam pembentukan
portofolionya.
e) Pajak : investor adalah subjek pajak, dena kebijakan investasi
dapat diarahkan untuk menciptakan return yang baik dengan
pajak yang minimal.
f) Kebutuhan-kebutuhan unik : investor individual adalah
individu yang unik yang dapat mempunyai kebutuhan-
kebutuhan unik yang berbeda suatu investor dengan investor
yang lainnya.
Lanjutan ...

4. Kebijakan-kebijakan dan Strategi-strategi


Investasi
Untuk investor institusi yang diatur oleh
peraturan-peraturan, biasanya diwajibkan
untuk membuat pernyataan kebijakan
investasi. Pernyataan kebijakan investasi
merupakan pernyataan yang mendeskripsikan
kebijakan investasi yang diambil termasuk
didalamnya informasi mengenai sasaran-
sasaran, batasan-batasan, dan preferensi-
preferensi dari dana yang diinvestasikan.
Lanjutan ...

5. Pertimbangan-pertimbangan Faktor Makro


yang Relevan
Dalam mengembangkan strategi dan kebijakan
investasi, adalah penting untuk
mempertimbangkan faktor-faktor eksternal
yang terkait dengan investasi portofolio yang
hendak dibentuk. Faktor-faktor tersebut
adalah faktor-faktor ekspektasi makro yang
dapat mempengaruhi pasar modal.
Lanjutan ...

6. Menentukan Ekspektasi Pasar Modal


Merupakan hal yang penting, karena jika
salah akan berakibat fatal di kinerja
portofolio. Menentukan ekspektasi pasar
modal ini juga akan menentukan pilihan
sekuritas yang akan dimasukkan ke
portofolio.
• Tahapan dalam mengeksekusi portofolio :
1. Alokasi Aktiva (asset allocation)
2. Optimisasi Portofolio (portfolio
optimization)
3. Pemilihan Sekuritas (security selection)
4. Implementasi dan Eksekusi Portofolio
Proses ini membedakan antara manajemen
portofolio dengan hanya sekedar membuat
portofolio.
Portofolio perlu diseimbangkan untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi pasar
dan lingkungan investor yang berubah-
ubah.
1. Return Portofolio

Rp = NABt - NABt-1
NABt-1
Notasi :
Rp : Return portofolio
NABt : Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai
portofolio perioda sekarang (t)
NABt-1 : Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai
portofolio perioda lalu (t-1).
Lanjutan ...
Rata-rata geometrik digunakan untuk menghitung
rata-rata yang memperhatikan tingkat
pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu.
Return rata-rata geometrik disebut juga dengan
istilah return timbang-waktu yang dapat
dihitung dengan rumus :
RG = [(1 + R1) (1 + R2) ... (1 + Rn)]¹ⁿ - 1
Notasi :
RG = rata-rata geometrik,
Ri = return untuk perioda ke-i,
n = jumlah dari return.
2. Return-Sesuaian Risiko
Model Perhitungan :
a. Reward to Variability (Sharpe Measure)
Kinerja portofolio yang dihitung dengan
mengukur ini dilakukan dengan membagi
return lebih dengan variabilitas return
portofolio. Pengukur kinerja ini disebut
dengan pengukur Sharpe atau disebut juga
dengan nama reward to variability (RVAL)
yang dikenalkan oleh William F. Sharpe
pada tahun 1966.
b. Reward to Volatility (Treynor Measure)
Kinerja portofolio yang dihitung dengan
pengukur ini dilakukan dengn membagi
return lebih dengan volatilitas portofolio.
Pengukur kinerja portofolio ini disebut juga
dengan nama reward to volatility (RVOL)
yang dikenalkan oleh Jack L. Treynor pada
tahun 1966.
c. Reward to Market Risk
Pengukur Sharpe menggunakan pembagi
risiko total dengan skala presentase sedang
pengukur Treynor menggunakan pembagi
beta dengan skala desimal. Karena
pengukuran Sharpe menggunakan deviasi
standar bukan varian sebagai pengukur
risikonya, maka pengukur Treynor
modifikasian ini akan menggunakan βp . σM.
Pengukur ini akan disebut dengan RMAR
(Reward to Market Risk).
d. Reward to Diversification
Besarnya diversifikasi yang dilakukan oleh
portofolio adalah sebesar risiko total
yang terjadi (σp) dikurangi dengan risiko
sistematiknya (βp . σM) atau sebesar (σp
– βp . σM). Nilai ini adalah besarnya
diversifikasi yang tidak mampu
dilakukan oleh portofolio. Semakin
besar nilai (σp – βp . σM) semakin jelek
kinerja dari portofolionya.
e. Jensen’s Alpha
Kinerja portofolio juga dapat ditentukan juga
oleh intersepnya. Semakin tinggi
intersepnya semakin tinggi return
portofolionya. Pengukuran intersep ini
dikenalkan oleh Michael C. Jensen pada
tahun 1968. pengukuran ini disebut dengan
nama Jensen’s alpha yang dikembangkan
dari CAPM.

Anda mungkin juga menyukai