Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PERSARAFAN

1. REVIEW ANANATOMI FISIOLOGI


2. ASKEP INFEKSI
3. PEMERIKSAAN REFLEK

TRI JOHAN AGUS Y

1
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN
Pendahuluan
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem
saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula
spinalis sedangkan sistem saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang
membawa pesan ke dan dan sistem saraf pusat.
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dan lingkungan
internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh untuk
mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi
berlangsung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak
mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (Penerima Rangsang) sistem saraf yang selanjutnya
akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls
diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalui sistem saraf tepi
menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Jawaban yang terjadi dapat
berupa jawaban :ang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan jawaban yang tidak
dipengaruhi oleh kemauan (Involunter).
Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter
melihatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dan sistem saraf somatik
adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf ctonom, efektornya adalah otot polos, otot
jantung dan kelenjar Sebasea.
Secara garis besar sistem saraf mempunyai empat fungsi yaitu
1. Menerima informasi (rangsangan) dan dalam maupun dan luar tubuh melalui saraf sensory
(Afferent Sensory Pathway).
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak untuk
selanjutnya menentukan jawaban (respon).
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke
organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan.

A. Sel Saraf (Neuron)


Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarkan impuls listrik.
Neuron merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang mempunyai sifat exitability
artinya siap memberi respon apabila terstimulasi. Satu sel saraf mempunyai badan sel (Soma)
yang mempunyai satu atau lebih tonjolan (Dendrit). Tonjolan-tonjolan ini keluar dari
sitoplasma sel saraf. Satu atau dua ekspansi yang sangat panjang disebut akson. Serat saraf
adalah akson dan satu neuron.
Dendrit dan badan sel saraf berfungsi sebagai pencetus impuls Sedangkan akson
berfungsi sebagai pembawa impuls. Sel-sel saraf membentuk mata rantai yang panjang dan
perifer ke pusat dan sebaliknya, dengan demikian impuls dihantarkan secara berantai dan satu
neuron ke neuron lainnya. Tempat dimana terjadi kontak antara satu neuron dengan neuron
lainnya disebut Sinaps. Penghantaran impuls dan satu neuron ke neuron lainnya berlangsung
dengan perantaraan zat kimia.

B. Sistem Saraf Pusat (Central Nervus System)


Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri atas otak dan medula spinalis.
Dibungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi CNS. Meningen terdiri
atas tiga lapisan yaitu Duramater, Arachnoid dan Piamater. Diantara lapisan-lapisan ini
terdapat ronggarongga (Space) yaitu
1. Rongga Epidural (Epidural Space)
Berada diantara tulang tengkorak dan duramater. Rongga mi berisi pembuluh darab
dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan.
2
2. Rongga Subdural (Subdural Space)
Berada diantara duramater dan arachnoid yang berisi cairan serosa.
3. Rongga Sub Arachnoid (Sub Arachnoid Space)
Terdapat diantara arachnoid dan piamater, berisi cairan cerebrospinalis.
Secara fisiologis sistem saraf pusat ini berfungsi untuk interpretasi, integrasi, koordinasi dan
inisiasi berbagai impuls saraf.
Otak, terdiri dan otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum) dan batang otak
(Brainstem). Otak orang dewasa mempunyai berat lebih kurang 2 % dan berat badan dan
mendapat sirkulasi darah ± 20 % dan cardiac out put serta membutuhkan kalori ± 400 KKa/
setiap hari. Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi yang didukung
oleh metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa relatif konstan, hal ini
disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses terus menerus tanpa periode
istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka
metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan.

a. Cerebrum (Otak Besar)


Terdiri dan dua belahan yang disebut Hemispherium Cereberi dan keduanya dipisahkan oleh
fisura longitudinalis Cerebri menjadi liemisper kanan dan kiri. Hemisper kanan dan kiri ini
dihubungkan oleh bangunan yang disebut Corpus Callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi
lobus-lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang di atasnya, yaitu
1. Lobus Frontalis
2. Lobus Panietalis
3. Lobus Occipitalis
4. Lobus Temporalis

Secara garis besar struktur Cerebrum terbagi menjadi korteks cerebri dan struktur-struktur sub
cortikal. Korteks sensorik berfungsi untuk mengenal, interpretasi impuls sensorik yang
diterima sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra terentu.
Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik
selama manusia hidup. Baik korteks sensorik maupun motorik mempunyai pemetaan tubuh
yang disebut pernetaan somatotofik. Struktul sub kortikal terdiri dari
1. Basal ganglia
Melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoondinir gerakan dasar,
gerak halus/trampil dan sikap tubuh.
2. Talamus
3. Hipothalamus
Pusat tertinggi integnasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan terlibat dalam
pengolahan penilaku insting (makan, minum, seks dan motivasi).
4. Hipofise
Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian hesar kelen jar endoknin
dalam sintesa dan pelepasan hormon.

b. Batang Otak ( Brainstem)


Terdiri atas Diencephalon, Mid Brain, Pons dan Medula Oblongata. Merupakan tempat
berbagai macam pusat vital seperti pernafasan, pusat vasomoton, pusat pengatur kegiatan
jantung, pusat muntah, bersin dan batuk.
Dari batang otak keluar dua belas pasang syaraf kranial, yaitu
1. N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak di bagian atas dan
mukosa hidung di sebelah atas dan concha nasalis superior.
2. N. Optikus

3
Saraf mi penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus.
Pada dasarnya saraf mi merupakan penonjolan dan otak ke penifer.
3. N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf mi berfungsi
sebagai saraf untuk mengangkat bola mata.
4. N. Trochlearis
Pusat saraf mi terdapat pada mesencephalon. Saraf mi mensarafi m. oblique yang
berfungsi memutar bola mata.
5. N. Trigeminus
Saraf mi terdiri dan tiga buah saraf yaitu n. optalmicus, n. maxilaris dan n.
mandibularis yang merupakan saraf gabungan sensori dan motoris. Ketiga saraf mi
mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung,
mulut, gigi dan meningen.

6. N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf mi mensarafi m. rectus lateralis. Kerusakan
saraf mi dapat menyebabkan bola mata tidak dapat digerakan ke lateral dan sikap bola
mata tertarik ke medial (Strabismus konvergen).

7. N. Facialis
Saraf mi merupakan gabungan saraf, saraf aferen yang berfungsi untuk sensasi umum
dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah/rnimik.

8. N. Statoacusticus
Saraf mi terdiri dan dna komponen, ialali sai al pen(lengaran dan saraf keseimbangan.

9. N. Glossopharyngeus
Saraf mi mengurus lidah dan phaning. Saraf mi mengandung ser abut sensori khusus.
Komponen motoris saraf mi mengurus otot-otot pharing. Serabut sensori khusus
mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum
di bagian belakang lidah, phaning, tuba eustachius dan telinga tengah

10. N. Vagus
Saraf ini terdiri dan tiga komponen
a. Komponen motoris yang mensarafi otot-otot pharing dan otot-otOt yang
menggerakan pita suara.
b. Komponen senson yang mengurus perasaan di bawah pharing.
c. Kornponen saraf parasimpatis yang mensarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.

11. N. Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan
komponen spinal yang dan nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mengurus
m.Trapezius dan m. Sternocleidomastoideus.

12. N. Hypoglosus
Saraf mi merupakan saraf eferen/motoris yang mengurus otototot lidah. Nukleusnya
tenletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan rnenonjol sebagian trigonum
hypoglosi.
c. Cerebelum ( Otak Kecil )

Terletak di bagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior di bawah


lapisan duramater. Tentonium cerebelli. Di bagian depannya terdapat batang otak.
4
Berat cerebellum sekitar 150 gr atan ± 8-8% dan berat batang otak seluruhnya.
Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisper cereberi kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
vesmis. Fungsi cerebellum umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot
sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.

d. Pembuluh Darah Otak


Otak merupakan organ tubuh yang bekerja terus menerus tentu membutuhkan suplai
darah yang cukup dan teraliri secara kuntinue agar fungsi otak berlangsung dengan baik.
Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke otak (Blood Flow Cerebral) adalal ±
20% cardiac out put atau ± 1100-1200 cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat
normalnya ± 2% dan berat badan orang dewasa.

Jaringan otak mendapat suplai darah dan dua arteri besar yaitu
1. Arteri Carotis Interna kanan dan kin
Arteri carotis interna merupakan cabang arteri carotis communis. A. carotis comunjs
kin berasal dan arcus aorta, sedangkan arteri carotis comunjs kanan berasal dan anteri
innominata. Arteri carotis intema setelah masuk ke dalam rongga tengkorak, Ia akan
masuk sinus cavernosus untuk kemudjan terus menembus duramater. Disebelah lateral
chiasma opticum, arteri ml akan bercabang menjadi :
a. Arteri communicans posterior.
Arteri mi menghubungkan arteni carotis interna dengan arteri cerbri posterior.
b. Arteri chorodea anterior, yang nantinya membentuk plexus choroideus di
dalam ventriculus lateralis.
c. Arterj cerebri anterior
Berjalan ke frontal disebelah alas nervus opticus diantara belahan otak kin dan
kanan. Ia kemudian akan menuju fades medialis lobus frontalis cortex cerebri.
Daerah yang diperdarahi arteri ini adalah
 Fades medialis lobus frontalis cortex cerebri
 Facies medialis lobus parietalis
 Fades convexa lobus frontalis cortex cerebri
 Facies convexa lobus panietalis cortex cerebri
d. Arteri cerebri media
Berjalan ke lateral melalui fossa sylvii dan kemudian bercabangcabang untuk
selanjutnya menuju daerah insula reili. Daerah yang diberi suplai darah oleh
arteri mi adalah Facies convexa lobus frantalis cortex cerebri mulai dan fissura
lateralis sampal setinggi kira-kira suicus frontalis superior, fades convexa
lobtis parietalis cortex cerebri mulai dan fissura Jateralis sampai kira-kira
sulcus temporalis media dan facies medialis lobus temporalis cortex cerebri
pada ujung frontal.

2. Arteri vertebralis kanan dan kiri


Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini berjalan ke
cranial melalui foramen transversus vertebrae cervicalis ke enam sampai pertama,
kemudian membelok ke lateral mimasuk ke dalam foramen transversus magnum
menuju cavum cranii. Arteri ml kemudian berjalan ventral dan medula oblongata
dorsal dan olivus, caudal dan tepi caudal pons varolli. Arteri vertebralis kanan dan kin
akan bersatu menjadi arteri basilaris yang kemudian berjalan ke frontal untuk akhirnya
bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan dan kin. Daerah yang
diperdarahi oleh arteri cerebri posterior mi ialah facies convexa lobus temporalis
cortex cerebni mulal dan tepi bawah sampai setinggi sulcus ternporalis media, facies
convexa lobus occipitalis cortex cerebri mulai dan tepi bawah sampai fissura
5
parietooccipitalis, facies medialis lohus occipitalis cortex cerebri dan lobus temporalis
cortex cerebri.
Anastomosis antara anteri-arteri cerebri berfungsi untuk menjaga agar aliran
darah ke jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal dan
arteri carotis interna dengan sistern vertebrobasilanis yang berasal dan arteni
vertebralis, dihubungkan oleli circulus arteniosus willisi yang terdapat pada bagian
dasar otak. Sclain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara arteri cerebri edia dengan
arteni cereberi anterior, arteni cerebri media dengan amteni cerebri posterior.
Medulla spinalis mendapat suplai darah dari :
1) A. spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis.
2) A. Spinalis posterior, juga merupakan percabangan anteni vertebralis.
Antara anteri spinalis tersebut di atas terdapat banyak anastomnosis sehingga
merupakan anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut
vasocorona.
Vena di dalam otak tidak berjalan bersama-sama arteni. vena paml ngan otak
hermuara di jalan vena yang terdapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dan
anyarnan plexus venosus yang terdapat di dalarn spaturn suharachnoid, darah vena
dialirkan ke dalam sistem slims venosLia yang erdapat di dalam duramater diantara
lapisan periosteum dan selaput otak

Medula Spinalis,
Merupakan perpanjangan medulla oblongata kearah kaudal didalam kanalis
vertebratalis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I memanjang hingga setinggi cornu
vertebratalis lumbalis I-II.
Dari medula spinalis bagian cervical keluar delapan pasang nervus spinalis, dan
bagian thorakal 12 pasang, dan bagian lumbal 5 pasang dan dan bagian sakral 5 pasang serta
dan coxigeus keluar I pasang nervus spinalis.
Gambaran penampang melintang medula spinalis memperlihatkan bagianbagian
substansia grissea dan substansia alba. Substansia grisea mi mengelilingi canalis centralis
sehingga membentuk culomna dorsalis, columna Iateralis dan columna ventralis. Massa grisea
dikelilingi oleh substansia alba atau badan putih yang mengandung serabut-serabut saraf yang
diselubungi oleh myelin. Dan medulla spinalis terdapat yang berjalan dan dan ke otak.
Medula spinalis mempunyai fungsi sebagai berikut
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu di kornu motorik atau kornu ventralis.
2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks lutut.
3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum.
4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.

D. Cairan Otak (Cerebro Spinalis Fluid)


Di dalam jaringan otak terdapat 4 buah rongga yang saling berhubungan yang
disebut ventrikulus yang benisi cairan otak (Gbr D. 1)
1. Ventrikulus lateralis I, mengikuti hemisfer cerebri
2. Ventrikulus lateralis II
3. Ventrikulus tertius III ditengah-tengah otak
4. Ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan medulla oblongata.
Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen monroi.
Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen aquaductus sylvii yang
terdapat di dalam mesensephalon. Pada atapventrikuIus quadratus bagian tengah kanan
dan kiri terdapat lobang yang disebut foramen Luscka dan bagian tengah terdapat lubang
yang diseburl foramen megendie.
Cairan otak terdapat dalam Spastum subarachnoidae dan ventrikulus. Cairan otak
diproduksi oleh flexus choroideus ventrikulus lateralis kemudian masuk ke dalam
6
ventrikulus lateralis, dan ventrikulus lateralis kanan dan kiri cairan otak mengalir melalui
foramen monroi ke dalam veiitrikiiliis III melalui aquaductus sylvii masuk ke ventrikulus
IV. Seterusnya melalui foramen luscha dan foramen megendie masuk ke dalam spastium
sub arachnoidea kemudian masuk ke lakuna venosa dan selanjutnyaclaiijuliiya masuk ke
aliran darah.
Fungsi cairan otak ini adalah
1. Sebagai bantalan otak agar terhindar dan benturan atau trauma kepala.
2. Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 - 20 mmHg
3. Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah di otak.

7
PENGKAJIAN UMUM KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM SARAF

Pengkajian neurologik yang lengkap biasanya dilakukan secara bertahap dan tergantung pada
kondisi klien serta kepentingan berbagai data. Pengkajian ini meliputi riwayat keperawatan
dan pemeriksaan neurologik. Riwayat keperawatan mencakup data tentang riwayat kesehatan
klien, perkembangan, sosia1 dan riwayat psikologik. Pemeriksaan neurologik mencakup
status mental, fungsi nervus cranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, dan pemeriksaan efleks.

A. Riwayat Keperawatan
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama Apa yang menjadi alasan sehingga klien datang ke rumah sakit atau
tempat pelayanan kesehatan.
2. Masalah-masalah yang dijumpai seperti :
Bagaimana pengertian klien tentang penyakitnya, kapan mulai dirasakan dan
bagaimana permulaannya. Apakah gejala hilang timbul atau menetap, apakah ada
anggota keluarga yang mengalami hal yang sama.
3. Apakah klien mengalami gangguan tidur? Apakah klien dapat tidur di malam han atau
bahkan tidur sepanjang han.
4. Apakah klien mengalami perubahan kepribadian? Apakah klien letargi atau bahkan
agresif, apakah klien dapat melakukan aktifitas hidup sehari-hari?
5. Apakah klien mengalami inkontinentia? Jika ya apakah karena kebingungan atau
karena sensasi yang buruk.
6. Apakah klien mengalami nyeri kepala? Apakah sesisi atau bilateral.
7. Apakah klien mengalami gangguan bicara? bicara tidak jelas, bicara tidak
mengandung makna atau tidak dapat mengeluarkan suara? Apakah klien mengerti
pembicaraan perawat?
8. Apakah klien mengalami gangguan penglihatan, tidak dapat melihat, bayangan tidak
jelas atau kabur dan mungkin mengalami diplopia.
9. Apakah klien mengalami kejang-kejang.

II. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Apakah pernah mengalami trauma pada kepala dan tulang belakang’? Bila ya apakah
klien dirawat di RS dan masalahmasalah apa yang dialami saat itu?
2. Apakah klien mengalami trauma kepala saat lahir, tanyakan apakah klien lahir
spontan, dengan alat atau dengan pembedahan.
3. Apakah klien pernah mengalami infeksi, khususnya tiga bulan terakhir, mengenai
saluran pernafasan atas, thypus abdominalis, cacar dan riwayat infeksi tuberkulosis.
4. Apakah klien pernah mengalami atau sedang menderita kelainan jantung dan
pembuluh darah seperti hypertensi, kelainan jantung bawaan, gangguan pembekuan
darah dsb.
5. Apakah klien pernah mengalami gangguan pernafasan.
6. Apakah klien pernah mengalami kelainan hormonal seperti peningkatan sekresi
hormon-hormon thyroid karena akan memben gambaran sama dengan gangguan
neurologik seperti tremor, penurunan kesadaran dli.
7. Apakah klien pernah mengalami gangguan metabolik
8. Apakah klien pernah mengalami gangguan fungsi ginjal seperti CRF yang dapat
menyebabkan uremia syndrom yang dapat berdampak pada penurunan kesadaran.

III. Riwayat Perkembangan


1. Neonatus
Meskipun struktur saraf pada neonatus sudah iengkap, namun perkembangan fungsi yang
optimum berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak. Pada waktu lahir lingkar kepaia
8
berkisar 35 cm dan 1,ada saat mi kedua fontanella belum menutup. Refleks pada masa
neonatus mi yang sering juga disebut sebagai retleks primitif perlu dikai seperti rooting
refleks, sucking refleks, swallowing refleks dan gaag refleks. Sensitivitas terhadap
rangsangan nyeri dan suhu sudah ada tetapi beium terlokalisasi. Menangis merupakan
alat/sarana komunikasi yang menggambarkan adanya rasa tidak nyaman. Aktifitas
motorik involunter dan refleks primitif sudah berkembang baik.

2. Masa Bayi
Refleks primitif seperti pada masa neonatus kadang-kadang sudah tidak tampak.
Fontanella posterior menutup lebih awal dan fontanella anterior. Fontanella posterior
menutup pada bulan ke dua sampai bulan ke tiga, sedangkan yang anterior baru menutup
pada usia 1 - 1,5 tahun. Perkembangan pada masa ml mencakup belajar mengenal objek,
belajar tengkurap, merangkak, duduk sendiri dan berdiri sendiri sampai akhimya dapat
berjalan sendiri, Pada akhir usia satu tahun pertama, koordinasi sudah meningkat sebagai
akibat dan medulla spinalis yang sudah berkembang baik. Refleks viscera juga sudah
semakin baik Sehingga toilet training sudah mungkin diajarkan.

3. Masa Kanak-Kanak
Aktifitas motorik sudah berkembang sangat baik yang juga didukung oleh gait dan
koordinasi yang sudah baik sehingga gerakan-gerakan pada masa ml merupakan gerakan-
gerakan yang bertujuan. Perkembangan fungsi bicara, emosi dan sosial juga sudah
berkembang. Pada usia sekolah, struktur neuromuskuler sudah berkembang seimbang
dengan perkembangan tulang.

4. Masa Remaja dan Dewasa Muda


Perkembangan struktur saraf pada masa remaja dan dewasa muda sudah optimal, sehingga
fungsi saraf secara keseluruhan perlu dikaji mencakup fungsi motorik, sensorik, refleks
dan fungsi syaraf cranial.

5. Masa Dewasa Tua


Efek proses penuaan terhadap sistem saraf mencakup penurunan sirkulasi darah ke otak
sehingga menyebabkan penurunan kekuatan motorik, sensorik dan penurunan kemampuan
intelektual. Dekalsifikasi dan kelenturan tulang belakang menyebabkan fungsi motorik
menurun disamping keluhan adanya nyeri dan kekakuan sering dijumpai. Sirkulasi darah
ke daerah perifer juga berkurang yang akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf
perifer berupa hilangnya sensari, parasthesia dan pergerakan yang terbatas

[V. Riwayat Sosial


Penampilan sesara umum, keterampilan sosial dan kondisi-kondisi yang terjadi selama
interaksi dapat memberi informasi tentang kondisi neuromuskular. Pola tidur, penggunaan
alkohol yang berlebihan dan juga obat-obatan menjadi hal yang penting untuk dikaji.
Faktor pekerjaan juga perlu karena mungkin hal mi berhubungan dengan masalah yang
sedang dihadapi klien.

V. Riwayat Psikologis
Perkembangan fungsi neuromuskuler dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang ada di lingkungan seperti hubungan antar anggota keluarga, dan perasaan aman dan
terlindung dan Iingkungan sekitar. Pola coping yang digunakan oleh klien perlu dikaji
sebab hal mi membantu mengevaluasi respon klien terhadap terapi dan bantuan
keperawatan yang diberikan.

9
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan keadaan umum meliputi memeriksa adanya kelainan-kelainan pada kulit,
bentuk tulang, besar dan kekenyalan otot, sikap tubuh dan gerakan-gerakan abnormal,
kesan umum dan inspeksi seperti menurunnya kesadaran, bentuk dan ukuran kepala,
edema, gelisah. Mengukur tanda-tanda vital tubuh seperti tekanan darah, nadi, pernafasan,
temperatur dsb. Juga inspeksi gerakan gerakan abnormal seperti fasikuli (Kedutan),
mioclonic jerk, tics, tremor, atetosis.

2. Test fungsi cerebral/kortikal, meliputi :


a. Pemeriksaan tingkat kesadaran
Salah satu cara yang biasa digunakan pada klien-klien gangguan sistem syaraf adalah cara
Glasgow Coma Scale (GCS), cara mi didasarkan pada penilaian terhadap tiga aspek yaitu
respon mata, bicara dan motorik yang masing-masing mempunyai nilai tertentu. Nilai
terburuk adalah tiga sedangkan yang terbaik adalah 15. Nilai kurang atau sama dengan
tujuh disebut coma.
1). Respon membuka mata Nilai
Spontan membuka mata 4
Membuka mata bila mendengar suara 3
Membuka mata dengan sesasi nyeri 2
Tidak membuka mata terhadap semua rangsangan 1

2). Respon bicara


Orientasi baik 5
Bingung (bisa membentuk kalimat tetapi arti kacau) 4
Mengerti, bisa menyusun kata tetapi tidak dapat mengucapkan kata/kalimat 3
Bisa mengeluarkan kata yang tidak mempunyai arti 2
Tidak dapat mengeluarkan kata-kata dan pengertian tidak ada 1

3). Respon Motorik


Menurut perintah 6
Dapat melokalisir rangsangan sensorik di kulit 5
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak bawah (Withdrawel) 4
Menjauhi rangsangan nyeri (FLeksi) 3
Ekstensi spontan 2
Tidak ada gerakan 1

Penulisan hasil pemeriksaan tingkat kesadaran adalah E..M..V..

b. Orientasi, baik terhadap orang, tempat dan waktu. Untuk mengetahui orientasi terhadap
orang dapat dengan menanyakan namanya, atau apakah klien membuka matanya pada saat
namanya dipanggil. Orientasi terhadap waktu dapat diketahui dengan cara mengamati
apakah klien sadar bahwa Ia di rumah sakit, apakah klien sadar ada orang lain di dekatnya,
apakah klien dapat menyebutkan alamat rumahnya. Sedangkan orientasi terhadap waktu
dapat dengan menanyakan han dan tanggal sekarang, apakah slang atau malam.

c. Daya Ingat (Memori)


Ada tiga jenis memori menurut waktu retensinya yaitu
 Immediate memory (segera setelah presentasi), misalnya menanyakan naik apa ke
rumah sakit.
 Recent Menory (beberapa menit, jam dan han setelah presentasi), misalnya
menanyakan sebelum masuk RS apakah klien sudah melakukan sholat.
10
 Remote Memory/Post Memory (Beberapa tahun = jangka waktu yang lama), misalnya
menanyakan klien lahir dimana.

d. Bicara (Kemampuan untuk menerima dan menyampaikan informasi).


Ada tiga jenis gangguan bicara (Afasia) yaitu
 Afasia Motorik disebut juga afasia Broca
 Afasia Sensonik disebut juga afasia Wesnicke
 Afasia total/glonal afasia, baik afasia motonik maupun afasia sensorik
Untuk mengetahui afasia motorik, anjurkan klien untuk mengulangi kata atau kalimat
yang diucapkan perneriksa, tentukan apakah klien dapat mengucapkan dengan jelas.
Untuk rnengetahui afasia sensorik klien diminta untuk membaca sebuah kalimat kemudian
pemeriksa menanyakan maksud bacaan atau klien menulis kata/kalimat yang didiktekan
pemeriksa, amati apakah klien dapat menuliskannya dengan benar.

3. Test fungsi nervus cranialis (N I s/d XII)


Alat-alat yang dipersiapkan
1. Light test pen
2. Penggaris
3. Pilinan kapas
4. Kapas
5. Bahan/benda untuk dicium
6. Jarum
7. Air hangat/air dingin
8. Gula, garam dsb.
a. Nervus I (Olfactorius)
Untuk menentukan ada tidaknya gangguan terhadap fungsi penciuman.
Cara pemeriksaan
 Tutup mata pasien
 Tutup salah satu lubang hidung
 Berikan bau-bauan dan pasien diminta menyebutkan bau apa.
 Cek satu-satu lubang hidung dengan bau-bauan (Sebaiknya gunakan bau-bauan yang
berbeda)
b. Nervus II (Opticus)
 Ketajaman penglihatan dan lapang pandang, sebelum melakukan pemeriksaan mi,
periksa dahulu keadaan mata secara fisik/wajar.
 Periksa ketajaman penglihatan dengan menggunakan Snellen Chart atau suruh pasien
membaca tulisan di koran. Kalau pasien berkaca mata cek 2 kali I kali memakai kaca
mata sekali lagi tanpa memakai kaca mata.
 Test lapang pandang
 Gerakkan jari dan jarak 30 cm di depan hidung menuju ke belakang sampai pasien
tidak melihat suatu bayangan.
 Mata pasien harus tetap lurus ke depan
c. Nervus III (Oculomotorius)
d. Nervus IV (Trochlearis)
e. Nervus VI (Abduccens)
Mempunyai fungsi koordinasi untuk mempersyarafi mata Sehingga test dilakukan secara
bersama-sama
N. III : (Oculomotorius)
 Konstriksi pupil
 Gerak kelopak mata
 Pergerakan bola mata
11
N. IV Pergerakan mata ke bawah dan ke dalam
N. VI : Pergerakan mata ke lateral
Test untuk melihat
 Daya akomodasi
 Direct and concensual refleks
 Refleks pupil dan pergerakan bola mata.
Test N. III :
 Light tespen jangan nyala dulu, mulai dari samping.
 Konsensual refleks : kedua pupil bereaksi bersama-sama terhadap stimulus dan
perhatikan reaksi pupil apakah cepat atau lambat dan apakah besarnya sama antara
pupil kanan dan kin. Komandonya : “Lihat kedepan, ikuti cahaya
Test N. IV :
 Penglihatan ke bawah dan ke dalam,beri komando agar klien dapat menggerakan
bola matanya ke bawah dan ke atas.
Test akomodasi :
 Daya akomodasi terhadap objek misalnya dengan memberi tulisan. Tulisan
dekatkan terus sampal dengan sejauh mana ia masih dapat melihat/membaca.
Nervus VII
Mempersyarafi seluruh otot-otot wajab yang mempunyai fungsi sensori dan motorik.
 Observasi simetris tidaknya wajah pasien
 Test sensibilitas kulit wajah
 Tersenyum, perlihatkan gigi
 Test rasa kecap (asin, manis, pahit, dsb)
f. Nervus V, mensuplay sensasi kornea, mukosa mulut dan hidung,kulit muka.
Cara test refleks kornea (dilakukan satu-satu)
 Tutup mata yang satu dengan penutup
 Minta klien melirik ke arah latero superior (Mata yang tidak diperiksa)
 Sentuhkan ujung kapas yang sudah dipilin pada kornea. Bila langsung mengejap,
refleks komea baik.
 Bandingkan refleks kornea kedua mata.
Nervus V juga mensuplai juras-juras motorik semua otot-otot pengunyah.
Test N. V dan VII dilakukan bersama-sama
Test sensori
 Tutup mata
 Beritahu pasien “Bila merasa ada sesuatu anjurkan untuk
mengatakan/memberitahukan”, berarti sensasi trigeminus baik.
 Sentuhkan air dingin atau hangat di daerah kening, kedua pipi dan dagu.
 Test otot-otot forcehead/dahi dengan cara suruh mengerutkan dahi, hhat gerakan-
gerakan otot pengunyah yang dipersarafi n. facialis.
 Mengunyah, lihat kekuatan tonus otot kin dan kanan. Apakah penuh atau tidak.
 Rasa kecap, test terhadap berbagai rasa (asin, manis, pahit apakah dapat
membedakan atau tidak)
Test motorik
 Suruh pasien untuk memperlihatkan gigi
 Palpasi temporal dan otot massanter bilateral
o perhatikan tonus otot
o Catat simetris tidaknya
g. Nervus VIII (Acusticus) Saraf sensonik cochlear: Mendengarkan garfu tala atau bisikan
sesuatu,
Test vestibular Equilibrium, posisi tubuh, orientasi ruang.

12
h. Nervus IX dan X (Glosopharyngeus dan Vagus) mempunyai fungsi assosiasi.
N. IX
 Menginervasi otot-otot Glosopharyngeus untuk menelan.
 Mensuplai sensasi membran mukosa pharyng dan mempersarafi 1/3 bagian belakang
lidah.
N. X
 Thoraxic dan abdominal visceral organ.
 Mengontrol proses menelan, pergerakan ovula, pergerakan palatum soft
mengontrol mukosa pharyng dan tonsil.
Cara Test :
 Masukan tongue spatel atau suruh mengatakan “Ah”
 Lihat soft palatum, apakah simetris, terjadi deviasi, dll
 Sentuh ujung palatum soft bagian posterior, lihat adanya respon bergerak ke atas
(Muscle contract).
i. N. XI (Spinal Assesoris)
Mensuplai :
 Otot-otot sternocleidomastoideus
 Otot-otot trapezius (Ripper position)
Cara Test
a. Untuk sternocleidomastoideus
 Kepala pasien miring ke kanan, kita putar ke arah depan (Tarik dengan kekuatan).
Kalau bisa menahan  baik.
 Inspeksi dan palpasi otot terocleidomas toideus apakah fasciculasi, kelemahan,
atropi
 Sehari kemudian lakukan ke arah kin
b. Untuk Otot Trapezius
 Pasien suruh angkat bahu, coba dorong ke bawah oleh pemeriksa.

j. N. XII (Hypogiosus)
Responsibel untuk lidah, pergerakan waktu menelan dan bicara, cara test :
 Perhatikan lidah dalam posisi istirahat
 Adakah fasikulasi (Kedutan)
 Apakah simetris
 Bagaimana refleks Iidah watu ditekan dengan spatek kudah, adakah gerakan
melawan (Suruh pasien mendorong lidahnya untuk menahan depresor)
 Suruh pasien untuk menarik dan mengeluarkan lidah beberapa kali, kemudian
kekiri dan ke kanan.

4. Test fungsi motorik dan fungsi Cerebellum


 Test apakah pasien bisa berdiri lurus di jalan lintasan. Pada kelainan
cerebellum/parkinson pasien berjalan tidak lurus dalam lintasan
 Test keseimbangan koordinasi “Ikuti jan saya, tunjuk jan saya, tunjuk hidung sendiri”
 Test tonus dan kekuatan otot
Cara Test
Sebelum melakukan test kekuatan otot sebaiknya otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal
atau lunak. Tonus otot apakah hypotoni atau hypertoni. Periksa kekuatan otot anggota
gerak atas (Kanan dan kiri). Ada dua cara pemeriksaan kekuatan otot yaitu
1) Pemeriksa mencoba menggerakan sementara klien memperthankan
2) Klien yang menggerakan dan pemeriksa yang menahan

13
14
Biasanya dipakai enam penilaian/gradasi yaitu :
0 Bila tidak terlihat kontraksi
1 Terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan pada sendi
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan/melawan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
Pencatatan basil pemeriksaan kekuatan otot adalah
Tka Tki

Kka Kki

5. Test fungsi sensori (Test sensibilitas daerah dermatom)


Bahan yang dipakai
 Jarum yang tajam dan tumpul
 Botol berisi air hangat dan dingin
 Garfu tala untuk rasa getar
Cara pemeriksaan
 Tutup mata pasien
 Lakukan test sensibilitas terhadap rangsangan panas, dingin, getar, posisi tajam dan
tumpul mulai dan tangan sesuai dermatom.
6. Test fungsi refleks
Refleks merupakan respon motorik involunter yang timbul karena adanya rangsangan
sensorik. Rangsangan berjalan di sepanjang jarak yang disebut arcus refleks atau lengkung
refleks yang terdiri dan reseptor, ganglion spinalis, radiks posterior, cornu posterior, cornu
anterior, radiks anterior dan efektor. (Gb. B.6-l).
Alat-alat yang digunakan adalah humer refleks, ballpoint atau bahan lain yang bisa
menggores.
a. Refleks fisiologis
Refleks Kornea
Ditimbulkan dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus kornea, kalau mata kanan
yang mau diperiksa pasien melirik ke kiri, limbus kornea mata kanan disentuhkan dengan
kapas, kalau positif mata pasien akan mengendip. Yang menjadi reseptor adalah saraf otak
V pusatnya di pons, efektor syaraf otak VII.
Refleks Pharing
Pharing klien digores dengan spatel, dikatakan positif bila reaksinya muntah, negatif bila
pasien tidak muntah, yang menjadi reseptor adalah nervus IX, efektornya adalah nervus X.
Refleks Cahaya
Sebagai afferent nervus optikus, menuju inti edinger wetpal secara bilateral di
mesensephalon sebagai efferentnya nervus III, menuju muskulus konsteriktor pupil. mata
dibeni sinar dan samping, maka akan terjadi miosis pupil dan mata tersebut, hal mi disebut
refleks cahaya direct. Pupil dan mata yang satunya lagi juga akan miosis, keadaan mi
disebut refleks cahaya mdirek. pada keadaan dimana terdapat kerusakan nervus II atau III,
maka refleks cahaya bisa menjadi negatif.
Refleks Abdominal
Terdiri dari :
a. Refleks epigastrik : pusat refleks tdpt pd segmen medula spinalis thorakal 6-9.
b. Refleks mesogastrik : pusat refleks tdpt pd segmen medula spinalis thorakal 8-11
c. Refleks hipogastrik : pusat refleks terdapat pada segmen medula spinalis thorakal 11
sampai Ll
15
cara menimbulkan refleks abdominal dengan menggoreskan dinding perut dan lateral ke
arah umbilikus. Refleks dikatakan positif bila terjadi kontraksi dinding perut. Refleks
dinding perut negatif pada
 Orang tua, wanita sudah melahirkan karena dinding perutnya kendur.
 Obesitas
 Orang yang gelisah
 Orang yang geli
 Akut abdomen
Pada kerusakan jaras kortikospinalis, refleks dinding perut akan negatif tetapi sebaliknya
refleks otot yang bersangkutan meninggi. Keadaan ini dikenal dengan nama disosiasi
refleks abdominal
Refleks Kremaster
Pusat refleks terdapat di segmen medula spinalis Ll-2, cara menimbulkannya menggores
paha bagian dalam dan atas ke bawab, hasil positif bila skrotum sisi yang sama
naiklkonstriksi, refleks mi negatif terjadi pada orang tua, hydrocel, orchitis
Refleks Anal
Pusat refleks terdapat pada segmenmedulla spinalis S3-4-5, cara menimbulkannya dengan
menggores kulit anal, hasil positif bila terjadi kontraksi otot spincter ani.
Refleks Bulbocavernosa
Pusat refleks terdapat pada segmen S3-4, cara menimbulkannya dengan menekan gland
penis tiba-tiba oleb satu tangan, sedang jan tangan Iainnya dimasukan ke dalam anus, basil
positif bila waktu gland penis ditekan terasa spincter ani kontraksi.
Refleks Biceps
Pusat refleks terdapat di C5-6, cara membangkitkannya ialah dengan cara mengetuk
tendon otot biceps di daerah fossa kubiti dimana lengan pada posisi fleksi di daerah siku,
positif bila terjadi kontraksi otot biceps dan gerakan fleksi lengan bawah
Refleks Triceps
Pusat refleks terdapat pada C6-7-8, cara membangkitkannya dengan mengetuk tendon otot
triceps di daerah siku dimana lengan pada posisi fleksi di daerah siku. Positif bila terjadi
kontraksi otot triceps dan gerakan ekstensi lengan bawah.
Reflesk Brachiioradialis
Pusat refleks terdapat pada C5-6, cara membangkitkannya dengan mengetuk tendon otot
brachioradialis di daerah proksimal pergelangan tangan, hasil positif bila terdapat
kontraksi otot brachioradialis dan gerakan fleksi lengan bawah.
Refleks Quadriceps
Pusat refleks terdapat pada segemnen 2-3-4, cara membangkitkannya dengan mengetuk
tendon otot quadriceps di daerah lutut, posisi tungkai fleksi di daerah lutut, hasil positif
bila terjadi kontraksi otot quadriceps di daerah achilles atau gerakan ekstensi tingkat
bawah.
Refles Gastroremeus
Pusat refleks terdapat pada L5-S2, cara membangkitkannya dengan memukul tendon otot
gastrocremeus di daerah achiles, posisi tungkai sedikit fleksi di daerah lutut, hasil positif
bila terdapat kontraksi otot gastrocremeus atau gerakan ekstensi kaki.

b. Refleks Pathologis
Refleks Hoffman Tromner
Cara membangkitkannya jari tengah penderita diekstensikan, kemudian ujungnya digores,
positif terdapat gerakan fleksi jari lainnya

Refleks Jaw

16
Terdapat kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya nervus trigeminus. Cara
membangkitkannya dengan mengetuk dan penderita pada posisi mulut sedikit terbuka,
hasil positif jika mulutnya terkatup.
Refleks Babinski
Cara membangkitkannya dengan menggores bagian lateral telapak kaki pasien dan
belakang ke depan, hasil positif bila terdapat gerakan dorsoekstensi dan ibu jan dan
gerakan abduksi dan jan-jan lainnya.
Refleks Chaddock
Cara membangkitkannya dengan menggores bagian dorsoteral kaki pasien dan belakang
ke depan, hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dan ibu jari dan gerakan abduksi dari
jari-jari lainnya
Jainnya.
Refleks Oppenhejm
Cara membangkitkannya dengan menggores daerah tibia dengan menggores daerah tibia
dengan tangan anntara jan telunjuk dan jan tengan dan proksimal ke distal, basil positif
bila terdapat gerakan dorsoekstensi dan ibu jan dan gerakan abduksi dan jan-jan lainnya.
Refleks Regresi
Dikarenakan kerusakan traktus piramidalis bilaterall kerusakan otak bilateral, yang
termasuk refleks ini adalah
a. Refleks glabella
Cara membangkitkannya dengan mengetuk dahi diantara kedua mata, mengetuknya
dan samping, basil positif bila tiap ketukan mengakibatkan kedua mata pasien
berkedip
b. Refleks Snout
Cara rnembangkitkannya dengan mengetuk pertengahan bibir atas, basil positif bila
tiap ketukan menyebabkan mutlutnya mencucu.
c. Refleks sucking
Cara membangkitkannya dengan menaruh jan di bibir pasien, hasil positif bila pasien
menghisap jan tersebut
d. Refleks graps
Cara membangkitkannya dengan menaruh jan pada telapak tangan pasien, basil positif
tangan penderita akan menggenggam tangan pemeriksa.
e. Refleks palmomental
Cara membangkitkannya dengan menggores telapak tangan di daerah distal, hasil
positif terdapat kontraksi otot-otot mental/dagu.

Refleks Rosolimo
Cara membangkitkannya dengan mengetuk telapak kaki depan, hasil positif bila jari-jari
kakinya ventrofleksi.

Refleks Mendel Bechterew


Cara membangkitkannya dengan mengetuk daerah dorsal kaki sebelah depan, basil positif
bila Jari-jari kakinya ventrofleksi.

7. Test Rangsang Meningeal


a. Nuchal Rigidity atau kaku kuduk
Cara pemeriksaan :
Klien tanpa bantal, lakukan terlebih dahulu fleksi leher ke lateral untuk menyingkirkan
kemungkinan kekakuan leher karena proses lokal di leher seperti fraktur dan arthritis
akut. Lakukan fleksi leher (Mendekatkan dagu ke sternum), mengalami tahanan
karena nyeri yang timbul.
b. Tanda Brudzinski I (Tanda Leher menurut Brudzinski)
17
Bila pada saat fleksi leher terjadi juga fleksi pada kedua lutut, maka tanda brudzinski I
positif
c. Tanda Kernig
Ekstensi sendi lutut pada posisi fleksi sendi paha 90 derajat akan menimbulkan nyeri
sepanjang perjalanan nervus ishiadicus.

18
19
RESUME PEMERIKSAAN
FISIK SYSTEM NEUROLOGI
A. RIWAYAT KEPERAWATAN
I. Riwayat Kesehatan Klien
II. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
III. Riwayat Perkembangan
o Neonatus
o Masa Bayi
o Masa Kanak-Kanak
o Masa Remaja dan Dewasa Muda
o Masa Dewasa Tua
IV. Riwayat Sosial
V. Riwayat Psikologis

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM
2. TEST FUNGSI CEREBRAL/KORTIKAL :
a. Pemeriksaan tingkat kesadaran
Glasgow Coma Scale (GCS), Nilai terburuk adalah 3 tiga sedangkan yang terbaik
adalah 15. Nilai kurang atau sama dengan tujuh disebut coma.
1). Respon membuka mata
SBM 4
BDS 3
BDNY 2
TB 1
2). Respon bicara
OB 5
Bgg 4
MTB 3
GMM 2
TBAA 1
3). Respon Motorik
MP 6
DLRKLT 5
MNAGB 4
JRNY 3
ES 2
TG 1
Penulisan hasil pemeriksaan tingkat kesadaran adalah E.. V.. M..
b. Orientasi,
c. Daya Ingat (Memori)
Ada tiga jenis memori menurut waktu retensinya yaitu
 Immediate memory (segera setelah presentasi), misalnya menanyakan naik apa ke
rumah sakit.
 Recent Menory (beberapa menit, jam dan han setelah presentasi), misalnya
menanyakan sebelum masuk RS apakah klien sudah melakukan sholat.
 Remote Memory/Post Memory (Beberapa tahun = jangka waktu yang lama),
misalnya menanyakan klien lahir dimana.
d.
20
21
Bicara (Kemampuan untuk menerima dan menyampaikan informasi).
Ada tiga jenis gangguan bicara (Afasia) yaitu
 Afasia Motorik disebut juga afasia Broca
 Afasia Sensonik disebut juga afasia Wesnicke
 Afasia total/glonal afasia, baik afasia motonik maupun afasia sensorik
3. TEST FUNGSI NERVUS CRANIALIS (N I S/D XII)
Alat-alat yang dipersiapkan
a. Light test pen
b. Penggaris
c. Pilinan kapas
d. Kapas
e. Bahan/benda untuk dicium
f. Jarum
g. Air hangat/air dingin
h. Gula, garam dsb.
I. Nervus I (Olfactorius)
II. Nervus II (Opticus)
III. Nervus III (Oculomotorius) 3,4,6
IV. Nervus IV (Trochlearis)
V. Nervus VI (Abduccens)
VI. Nervus V & Nervus VII
VII. Nervus VIII (Acusticus)
VIII. Nervus IX dan X (Glosopharyngeus dan Vagus)
IX. N. XI (Spinal Assesoris)
X. N. XII (Hypogiosus)

4. TEST FUNGSI MOTORIK DAN FUNGSI CEREBELLUM


Cara Test
Biasanya dipakai enam penilaian/gradasi yaitu :
0 Bila tidak terlihat kontraksi
1 Terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan pada sendi
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan/melawan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
Pencatatan basil pemeriksaan kekuatan otot adalah
Tka Tki

Kka Kki

22
5. TEST FUNGSI SENSORI (TEST SENSIBILITAS DAERAH DERMATOM)

6. TEST REFLEKS
A. FISIOLOGIS  11
1. Refleks Kornea
2. Refleks Pharing
3. Refleks Cahaya
4. Refleks Abdominal
a. Refleks epigastrik
b. Refleks mesogastrik
c. Refleks hipogastrik
d. Refleks Kremaster
5. Refleks Anal
6. Refleks Bulbocavernosa
7. Refleks Biceps
8. Refleks Triceps
9. Reflesk Brachiioradialis
10. Refleks Quadriceps
11. Refleks Gastroremeus

B. PATOLOGIS  8
1 2 3 4 5 6 REGRESI 7 8
HT J B C O GL S S GR P R5 MB

1. Refleks Hoffman Tromner


2. Refleks Jaw
3. Refleks Babinski
4. Refleks Chaddock
5. Refleks Oppenheim
6. Refleks Regresi
a. Refleks glabella
b. Refleks Snout
c. Refleks sucking
d. Refleks graps
e. Refleks palmomental
7. Refleks Rosolimo
8. Refleks Mendel Bechterew

23

Anda mungkin juga menyukai