Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program
Studi Geografi dan Memperoleh Gelar Sarjana
Diajukan Oleh :
Kartika Adella Rahaviana
NIM : E 100 120 104
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
1
ANALISIS KERAWANAN PANGAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ABSTRACT
Gunungkidul Regency was an examination region in this research. This
research was aimed to know food insecurity (susceptible) level in Gunungkidul
Regency and to analyze food insecurity indicator influence used towards food
insecurity in Gunungkidul Regency.
This was a survey method statistical a quantitative data and secondary
data required from related institutions, and its analysis used a statistical method.
Secondary data obtained then was processed using an empirical formula from
Food Insecurity Atlas (FIA). After that it was conducted a scaled rating based on
parameters which are regarded influenced food insecurity level potential in a
region. From the scaled rating was conducted an overlay in each food insecurity
parameter using an Arc GIS 10. Overlay referred here was combining scoring
calculation result of each food insecurity indicator divided by food indicator
number. This stage was used to obtain food insecurity potential map result in
Gunungkidul Regency in 2013.
The result from this research was food insecurity level in Gunungkidul
Regency consisted of 3 districts in rather insecurity category namely: Purwosari
District, Paliyan District and Girisubo District. This required a rather urgent
food insecurity handling priority. Besides, 15 other districts were in fair food
insecurity survival category. The influence indicator i.e. normative consumption,
population percentage under poverty line, population percentage which could
access fresh water and barren-rice field percentage affected 99.3% towards food
insecurity level, while the rest was affected by other factors which were not
indicators in this research.
2
ABSTRAK
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah kajian dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kerawanan pangan di Kabupaten
Gunungkidul dan menganalisis pengaruh indikator kerawanan pangan yang
digunakan terhadap kerawanan pangan di Kabupaten Gunungkidul.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah statistik, dengan cara
menganalisis menggunakan data kuantitatif dari data sekunder yang diperlukan
dari Instansi-instansi terkait, dan analisisnya menggunakan media statistik. Data
sekunder yang didapat selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus empiris
dari Food Insecurity Atlas (FIA). Setelah itu melakukan pengharkatan berjenjang
berdasarkan parameter-parameter yang dianggap berpengaruh pada potensi tingkat
kerawanan pangan pada suatu daerah. Dari hasil pengharkatan berjenjang
dilakukan overlay tiap Peta Parameter Kerawanan Pangan dengan menggunakan
Arc GIS 10. Overlay yang dimaksud disini adalah menggabungkan hasil
perhitungan skoring masing-masing indikator kerawanan pangan dibagi jumlah
indikator kerawanan pangan. Langkah ini digunakan untuk mendapatkan hasil
peta potensi kerawanan pangan Kabupaten Gunungkidul tahun 2013.
Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kerawanan pangan di Kabupaten
Gunungkidul terdapat 3 yang berada pada kategori agak rawan yaitu Kecamatan
Purwosari, Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Girisubo. Hal ini memerlukan
prioritas penanganan kerawanan pangan agak mendesak. Selain itu 15 Kecamatan
lainnya termasuk dalam kategori cukup tahan pangan. Indikator pengaruh yaitu
konsumsi normatif, persentase penduduk dibawah garis kemiskinan, persentase
penduduk yang dapat mengakses air bersih, dan persentase padi puso
mempengaruhi sebesar 99,3% terhadap tingkat kerawanan pangan, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak menjadi indikator pada penelitian
ini.
Kata kunci: Kerawanan Pangan, Peta Kerawanan Pangan, Food Insecurity
Atlas (FIA), Kabupaten Gunungkidul
3
Pendahuluan tersebut adalah Zona Utara merupakan daerah
Pangan merupakan kebutuhan dasar perbukitan, Zona Tengah atau lebih dikenal
manusia yang paling esensial untuk sebagai Ledok Wonosari (basin wonosari)
mempertahankan hidup dan kehidupan. merupakan daerah yang relatif landai, dan
Sebagai makhluk yang bernyawa manusia Zona Selatan atau yang sering dikenal dengan
tidak dapat melangsungkan hidup dan wilayah karst, merupakan daerah dengan
kehidupannya untuk berkembang biak dan topografi yang bervariasi, antara datar hingga
bermasyarakat. Oleh karena itu kebutuhan berbukit. Selain topografi yang bervariasi,
manusia terhadap pangan menjadi prioritas penggunan lahan di Gunungkidul banyak
utama yang pemenuhannya tidak dapat digunakan sebagai penggunaan lahan non
ditunda. pertanian seperti pemukiman, industri dan
Dalam Deklarasi World Food Summit bangunan, sehingga menyebabkan munculnya
Tahun 1996 di Roma, negara-negara peserta berbagai macam penggunaan lahan.
sepakat untuk menurunkan kerawanan pangan Sistem Informasi Geografi sebagai
tingkat dunia hingga separuhnya pada tahun salah satu teknologi yang berkembang saat ini
2015. Dari sini upaya untuk menurunkan dapat digunakan sebagai alat untuk membantu
kerawanan pangan tingkat dunia sudah mulai, menghasilkan data dan informasi seperti yang
salah satunya dalam bentuk penentuan dimaksud. Peta merupakan salah satu sarana
indikator-indikator rawan pangan. informasi yang paling sederhana, mudah
Pelaksanaannya tidak semua indikator dibaca dan sudah dikenal masyarakat. Analisis
dapat dipenuhi oleh suatu wilayah dalam SIG berupa overlay (tumpangsusun) dengan
memetakan kerawanan pangan. Pemenuhan metode intersection secara kualitatif
semua indikator tersebut tergantung pada digunakan untuk mendapatkan daerah yang
ketersediaan data penunjang dan karakteristik mengalami kerawanan pangan di Kabupaten
wilayah Gunungkidul. Indikator yang Gunungkidul.
digunakan untuk menyusun peta kerawanan
pangan Kabupaten Gunungkidul adalah 1. Rumusan Masalah
rasio konsumsi normatif per kapita terhadap Berdasarkan uraian yang terdapat pada
ketersediaan bersih karbohidrat padi, jagung, latar belakang, maka dapat dirumuskan
ubi kayu dan ubi jalar, 2. persentase penduduk permasalahan dan pertanyaan penelitian
di bawah garis kemiskinan, 3. berat badan sebagai berikut :
balita di bawah standar, 4. rumah tangga tanpa 1. Daerah mana saja yang mengalami
akses air bersih, 5. daerah gagal panen/puso. kerawanan pangan di wilayah Kabupaten
Kabupaten Gunungkidul merupakan Gunungkidul?
salah satu kabupaten di DIY yang mempunyai 2. Seberapa besar pengaruh indikator
karakteristik geografis yang cukup bervariasi. kerawanan pangan yang digunakan
Secara umum Kabupaten Gunungkidul di bagi terhadap kerawaan pangan di Kabupaten
dalam tiga zona wilayah, tiga zona wilayah Gunungkidul?
4
Tujuan tumpang susun pada peta-peta parameter. Alur
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : yang digunakan dalam penellitian ini adalah
1. Untuk mengetahui tingkat kerawanan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
pangan di Kabupaten Gunungkidul;
b) Data
2. Untuk mengetahui besar pengaruh
Data sekunder yang digunakan dalam
indikator kerawanan pangan yang
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
digunakan terhadap kerawanan pangan di
Tabel 1. Data Sekunder
Kabupaten Gunungkidul.
Kategori Jenis Data Sumber
Sekunder
Kegunaan Penelitian
1. Mampu memberikan informasi tentang Ketersediaan 1.Konsumsi
Badan
Pangan normatif per
tingkat kerawanan pangan di Kabupaten Ketahanan
kapita
Pangan
Gunungkidul. terhadap rasio
Provinsi dan
ketersediaan
2. Dapat digunakan oleh instansi terkait Kab
bersih padi +
sebagai acuan dalam menanggulangi jagung + ubi
masalah kerawanan pangan di Kabupaten kayu + ubi
jalar
Gunungkidul. Akses Pangan
2 Presentase Data dan
dan Mata
penduduk Informasi
Metode Penelitian Pencaharian
hidup dibawah Kemiskinan,
garis BPS
a) Alur Penelitian kemiskinan
Analisis kerawanan pangan di Kesehatan
3. Berat badan Data dan
Gunungkidul memerlukan data aspek indikator dan Gizi
balita di Informasi
kerawanan pangan yang dibagi menjadi 4, bawah Kemiskinan,
yaitu aspek kerentanan terhadap kerawanan standar. BPS
pangan transient, aspek ketersediaan pangan, 4. Penduduk Data dan
aspek akses terhadap pangan dan aspek tanpa akses ke Informasi
penyerapan pangan /aspek gizi dan kesehatan. air bersih Kemiskinan,
BPS
Hasil perhitungan dari aspek-aspek kerawanan Kerawanan Badan
pangan digunakan untuk menentukan 5. Persentase
Pangan Ketahanan
daerah puso
komposit masing-masing daerah. Metode Sementara Pangan
(Transien) Provinsi dan
skoring di gunakan untuk mendapatkan nilai Kab
yang relevan dan seragam dalam penilaian
indikator. Setelah dilakukan skoring maka Sumber: Badan Ketahanan Pangan,
akan dicari rerata skor, kemudian dibagi nilai Deptan 2011.
tertinggi dari skor yang digunakan. Untuk
mendapatkan Peta Kerawanan Pangan di c) Pengolahan Data
Kabupaten Gunungkidul dilakukan overlay Tahap ini meliputi perhitungan
secara spasial, yaitu dengan melakukan parameter kerawanan pangan. Beberapa data
5
memerlukan perhitungan dan berbagai Keterangan:
pendekatan agar sesuai dengan parameter KB: Ketersediaan Bersih Bahan Pangan
pemetaan kerawanan pangan. Perlunya Gram per Hari
perhitungan tambahan dan pendekatan karena Kp: Ketersediaan Padi
tidak tersedianya data pada tingkat kecamatan. Kj: Ketersediaan Jagung
Data yang memerlukan perhitungan dan Kuk: Ketersediaan Ubi Kayu
pendekatan antara lain: (1) Data rasio Kuj: Ketersediaan Ubi Jalar
konsumsi normatif perkapita terhadap Jumlah Penduduk: Jumlah Penduduk
ketersediaan bersih karbohidrat padi, jagung, pada Setiap Kecamatan
ubi kayu dan ubi jalar, (2) Persentase
penduduk yang hidup di bawah garis Konsumsi normatif bahan
kemiskinan, (3) Berat badan balita di bawah pangan/hari/kapita adalah 300
standar dan (4) Persentase Penduduk yang gram/orang/hari, kemudian dihitung rasio
dapat Mengakses Air Bersih. konsumsi normatif perkapita terhadap
ketersediaan bersih bahan pangan perkapita.
1. Data rasio konsumsi normatif perkapita Berikut adalah rumus perhitungan data rasio
terhadap ketersediaan bersih karbohidrat konsumsi normatif perkapita terhadap
padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. ketersediaan bersih karbohidrat padi, jagung,
ubi kayu dan ubi jalar:
Data rasio konsumsi normatif perkapita
/ /
terhadap ketersediaan bersih karbohidrat padi, Rasio = 2)
jagung, ubi kayu dan ubi jalar adalah Sumber: Food Insecurity Atlas (FIA), 2009
membandingkan konsumsi normatif perkapita
terhadap ketersediaan bersih bahan pangan 2. Persentase penduduk yang hidup di bawah
perkapita. Ketersediaan bersih bahan pangan garis kemiskinan
per kapita dihitung dengan membagi total Perhitungan terhadap akses pangan dan
ketersediaan bahan pangan kecamatan dengan mata pencaharian diasumsikan untuk dapat
jumlah populasinya. Agar mendapatkan satuan mengukur tingkat akses dan mata pencaharian
yang sama dengan konsumsi normatif harian, penduduk dalam mendukung kemampuan
maka data ketersediaan bersih tersebut pangan pada suatu daerah. Dalam analisis
dikonversi menjadi gram dan per hari. akses pangan dan mata pencaharian ini
digunakan indikator jumlah penduduk yang
Kp + Kj + Kuk + Kuj hidup di bawah garis kemiskinan.
KB = 1)
Jumlah penduduk x 360 Data yang diperoleh dalam
penghitungan persentase tingkat kemiskinan
Sumber: Food Insecurity Atlas (FIA), 2009 ini adalah :
6
Jumlah rumah tangga data yang ada terkait dengan suatu batasan
x 100 % = Z % administrasi (kecamatan). Pengkaitan ini perlu
Jumlah rumah tangga miskin 3) dilakukan karena data statistik ini akan
dilakukan analisis data berupa overlay secara
Keterangan :
Z % = Persentase penduduk yang spasial dengan metode skoring.
hidup di bawah garis kemiskinan Data-data statistik tersebut antara lain,
(1) rasio konsumsi normatif per kapita
terhadap ketersediaan bersih karbohidrat padi,
3. Berat Badan Bayi Lahir Rendah jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Akses pangan
dan penghidupan: (2) persentase penduduk di
Berat badan bayi lahir rendah sumber bawah garis kemiskinan. Pemanfaatan pangan:
data yang diperoleh berasal dari dinas (3) berat badan balita di bawah standar
kesehatan kabupaten Gunungkidul. Untuk (underweight), dan (4) rumah tangga tanpa
mengetahui parameter persentase berat badan akses air bersih. Kerentanan terhadap
bayi di bawah standar adalah dengan kerawanan pangan transient: (5) daerah gagal
mengetahui jumlah bayi yang lahir pada tahun panen/puso.
tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan
jumlah berat badan bayi yang di bawah e) Analisis Kuantitatif
standar.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk
menganalisis indikator kerawanan pangan
4. Persentase Penduduk yang dapat yang digunakan terhadap kerawanan pangan di
Mengakses Air Bersih Kabupaten Gunungkidul. Analisis regresi
linier berganda digunakan untuk mengetahui
Dalam melakukan analisis penduduk faktor-faktor yang mempengaruhi (indepence
yang dapat mengakses air bersih, data yang variable) terhadap tingkat kerawanan pangan
dibutuhkan adalah data dropping air bersih (dependence variable).
kepada penduduk di wilayah Gunungkidul Sebelum melakukan analisis regresi
yang telah dilakukan oleh Dinas Sosial. linier berganda. Hal yang pertama yang harus
di lakukan adalah uji korelasi. Uji korelasi di
d) Overlay (tumpangsusun)
maksudkan untuk mengetahui seberapa besar
Proses tumpangsusun (overlay) dalam
pengaruh indikator kerawanan pangan yang
penelitian ini dilakukan secara spasial. hampir
digunakan terhadap kerawanan pangan di
semua data dapat dispasialkan yaitu dengan
Kabupaten Gunungkidul.
mengkaitkan data sesuai dengan
keberadaannya di muka bumi. Data-data
statistik yang sesuai dengan parameter
berpengaruh dispasialkan dengan mengkaitkan
data tersebut dengan peta administrasi, karena
7
Hasil dan Pembahasan a) Tingkat Kerawanan Pangan di
Hasil dari penelitian ini adalah peta Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
kerawanan pangan Kabupaten Gunungkidul Untuk mengetahui tingkat kerawanan
Tahun 2013 dan menganalisis indikator pangan di Kabupaten Gunungkidul, data yang
kerawanan pangan yang digunakan terhadap dibutuhkan adalah 1. ketersediaan padi 2.
kerawanan pangan di Kabupaten ketersediaan jagung 3. ketersediaan ubi kayu
Gunungkidul. dan 4. ketersediaan ubi jalar
Ketersediaan Rasio
Jumlah Total Produksi Kategori
NO Kecamatan serealia konsumsi
penduduk Serealia (Ton) Indikator
(kap/gram/hari) normative
8
Lanjutan Tabel 2
Ketersediaan Rasio
Jumlah Total Produksi Kategori
NO Kecamatan serealia konsumsi
penduduk Serealia (Ton) Indikator
(kap/gram/hari) normative
9
Tabel 3. Persentase Rumah Tangga yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
10
c. Kesehatan dan Gizi/Penyerapan berat badan bayi yang di bawah standar.
Pangan
1. Berat Badan Bayi Lahir Rendah Dari hasil analisis berat badan bayi di
Berat badan bayi lahir rendah sumber bawah standar di bawah terlihat bahwa seluruh
data yang diperoleh berasal dari dinas kecamatan di Kabupaten Gunungkidul masuk
kesehatan kabupaten Gunungkidul. Untuk dalam kategori sangat tahan. Hal ini
mengetahui persentase berat badan bayi di menunjukkan bahwa kondisi gizi ibu dan bayi
bawah standar adalah dengan mengetahui mencukupi, sehingga tidak ada bayi lahir
jumlah bayi yang lahir pada tahun tertentu di rendah. Keadaan ini dapat dikatakan bahwa
suatu wilayah dibandingkan dengan jumlah penyerapan gizi pangan untuk ibu dan bayi di
Gunungkidul sudah terpenuhi dengan baik
11
Lanjutan Tabel 4
12
Lanjutan Tabel 5
d. Dimensi Kerawanan Pangan Transient seperti lahannya mudah tergerus erosi atau
Pada analisis dimensi kerawanan tanah longsor, dan juga angin ribut. Beberapa
pangan transien, indikator yang digunakan kecamatan di Kabupaten Gunungkidul
adalah persentase daerah rawan puso. Daerah memiliki persentase puso yang cukup besar.
puso didefinisikan sebagai suatu daerah Kecamatan tersebut adalah Wonosari, Paliyan
produksi pangan yang rusak karena bencana dan Playen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
alam (banjir, kekeringan, longsor) dan Derah yang berpotensi mengalami
penularan hama oleh organisme penggangu puso yang sangat parah biasanya memiliki
tanaman (OPT). Produksi dan produktivitas persentase lebih dari 15%, daerah yang
tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh berpotensi mengalami puso parah memiliki
kondisi iklim dan cuaca. persentase antara 10-15%, daerah yang
berpotensi mengalami puso agak parah
Kegiatan budidaya tanaman sebaiknya memiliki persentase 5-10%, daerah yang
mempertimbangkan kondisi tersebut dengan berpotensi cukup tahan puso memiliki
menggunakan informasi perubahan musim, persentase 3-5%, sedangkan daerah yang
iklim dan cuaca. Kawasan Gunungkidul berpotensi tahan puso memiliki persentase 1-
merupakan kawasan kars dengan potensi yang 3% dan daerah yang sangat tahan puso
kaya dan beragam, tetapi kawasan karst memiliki persentase 1%.
termasuk kawasan yang tidak (kurang) subur
dan bahaya bencana alam mudah terjadi
13
Tabel 6 Persentase Padi Puso
Kecamatan Presentase Puso Kategori Indikator
(%)
Panggang 0,51 Sangat Tahan
Purwosari 1,36 Tahan
Paliyan 1,36 Tahan
Saptosari 0,21 Sangat Tahan
Tepus 0,12 Sangat Tahan
Tanjungsari 0,81 Sangat Tahan
Rongkop 0,75 Sangat Tahan
Girisubo 0,59 Sangat Tahan
Semanu 0 Sangat Tahan
Ponjong 0 Sangat Tahan
Karangmojo 0 Sangat Tahan
Wonosari 6,73 Agak Rawan
Playen 2,21 Tahan
Patuk 0 Sangat Tahan
Gedangsari 0 Sangat Tahan
Ngelipar 0 Sangat Tahan
Ngawen 0 Sangat Tahan
Semin 0 Sangat Tahan
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul, 2013
Puso ini sebagian besar diakibatkan, pangan, maka kita dapat mengidentifikasi
petani menanam padi pada saat musim penyebab utama kondisi kerawanan dan
kemarau, karena kurangnya pasokan air kerentanan pangan di suatu kecamatan.
mengakibatkan tanaman padi menjadi Harus disebutkan bahwa penyebab
kering. Untuk itu perlu usaha keras dari kerawanan dan kerentanan pangan antar
pemerintah dan masyarakat untuk satu wilayah dengan wilayah lainnya
membuat sumber air bersih atau memasok bervariasi, dengan demikian cara
air bersih lebih banyak ke Gunungkidul penyelesaiannya juga berbeda.
bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, tetapi juga kegiatan pertanian. Dengan overlay peta kerentanan
terhadap kerawanan pangan kronis dan
e. Potensi Kerawanan Pangan Kronis peta kerentanan terhadap kerawanan
dan Transient pangan sementara, dapat digunakan untuk
menentukan daerah yang mengalami rawan
Peta komposit menjelaskan kepada pangan dan juga daerah yang tahan akan
kita bahwa kondisi kerentanan terhadap pangan. Dari hasi perhitungan komposit
kerawanan pangan suatu kecamatan (tabel komposit) tiap indikator diperoleh
disebabkan oleh kombinasi dari berbagai hasil rincian diantaranya adalah dari 18
dimensi kerawanan pangan. Dengan kecamatan, tidak ada kecamatan yang
melihat seluruh peta indikator kerawanan berada pada kategori rawan pangan,
14
bahkan sangat rawan pangan, sehingga Beberapa kecamatan yang
tidak terdapat kecamatan yang membutuhkan perhatian lebih adalah
membutuhkan prioritas penanganan Kecamatan yang berada pada kategori agak
kerawanan pangan yang sangat mendesak. rawan pangan yang berjumlah 3
Hal ini disebabkan karena kecamatan yang kecamatan. Kecamatan yang berada pada
ada di Kabupaten Gunungkidul telah kategori agak rawan pangan tersebut yaitu
mampu menghasilkan hasil pangan sendiri terdapat di Kecamatan Purwosari,
untuk memenuhi kebutuhan pangan Kecamatan Paliyan dan Kecamatan
masing-masing. Girisubo. Kecamatan-kecamatan yang
berada pada kategori agak rawan pangan
Rincian kategori tingkat kerawanan tersebut di atas membutuhkan prioritas
pangan di Kabupaten Gunungkidul yaitu penanganan dengan tingkat prioritas 3 atau
sebanyak 15 kecamatan berada pada membutuhkan penanganan kerawanan
kategori cukup tahan pangan yaitu di pangan yang agak mendesak untuk
Kecamatan Panggang, Kecamatan dilakukan agar tidak terjadi kerawanan
Saptosari, Kecamtan Tepus, Kecamatan pangan yang berkepanjangan. Kecamatan
Tanjungsari, Kecamatan Rongkop, yang masuk dalam kategori agak rawan
Kecamatan Semanu, Kecamatan Ponjong, didapatkan dari hasil rereta skor tiap
Kecamatan Karangmojo, Kecamatan kecamatan dan perhitungan komposit
Wonosari, Kecamatan Playen, Kecamatan sehingga menunjukkan potensi kerawanan
Patuk, Kecamatan Gedangsari, Kecamatan pangan di Gunungkidul.
Nglipar, Kecamatan Ngawen dan
Kecamatan Semin dengan prioritas
penanganan agak tidak mendesak.
Tabel 7. Potensi Kerawanan Pangan Kronis dan TransientKabupaten Gunungkidul Tahun 2013
Rerata Potensi Kerawanan
No. Kecamatan Komposit
Skor Pangan
1 Panggang 24 0,4 cukup tahan pangan
2 Purwosari 34 0,5 agak rawan pangan
3 Paliyan 30 0,5 agak rawan pangan
4 Saptosari 20 0,3 cukup tahan pangan
5 Tepus 24 0,4 cukup tahan pangan
6 Tanjungsari 22 0,3 cukup tahan pangan
7 Rongkop 18 0,3 cukup tahan pangan
8 Girisubo 30 0,5 agak rawan pangan
9 Semanu 18 0,3 cukup tahan pangan
10 Ponjong 20 0,3 cukup tahan pangan
11 Karangmojo 18 0,3 cukup tahan pangan
12 Wonosari 28 0,4 cukup tahan pangan
15
Lanjutan Tabel 7
16
1. Uji korelasi
Konsumsin komposi
ormatif KKmiskin airbersih puso t BBBLR
N 18 18 18 18 18 18
N 18 18 18 18 18 18
N 18 18 18 18 18 18
N 18 18 18 18 18 18
N 18 18 18 18 18 18
BBBLR Correlation . . . . . .
Coefficient
Sig. (2-tailed) . . . . . .
N 18 18 18 18 18 18
17
Lanjutan Tabel 4.1
18
tingkat kerawanan pangan. Nilai masuk dalam perhitungan analisis regresi
koefisien korelasi antara indikator linier berganda.
persentase padi puso dengan tingkat
kerawanan pangan sebesar 0,0447 2. Analisis Regresi Linier Berganda
menunjukkan bahwa indikator tersebut Analisis regresi linier berganda
benar-benar berpengaruh terhadap digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kerawanan pangan. Kerawanan pangan di variabel independent berpengaruh
suatu daerah akan semakin tinggi apabila terhadap variabel dependent. Variabel
persentase padi puso atau gagal panen di dependent dalam penelitian ini adalah
daerah tersebut tinggi. tingkat kerawanan pangan sedangkan
Indikator persentase berat badan bayi variabel independentnya meliputi
lahir rendah tidak memiliki nilai indikator konsumsi normatif (X1),
signifikansi, yang berarti tidak terdapat persentase penduduk dibawah garis
hubungan antara indikator persentase miskin (X2), persentase penduduk yang
berat badan bayi lahir rendah dengan dapat mengakses air bersih (X3) dan
tingkat kerawanan pangan. Indikator daerah puso (X4). Analisis regresi dapat
persentase berat badan lahir rendah tidak dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Anova Model Regresi linier Berganda Variabel Terpengaruh (Y)
dengan Variable Pengaruh (X)
b
ANOVA
Total 358.444 17
19
Tabel 10 Koefisiensi regresi
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
20
Tabel 11 R square dan Durbin-Watson Analisis Regresi Linier Berganda Variabel
Terpengaruh Tingkat kerawanan pangan di Kabupaten Gunungkidul
b
Model Summary
Pada Tabel 11 di atas hasil analisis tahan pangan dan 3 Kecamatan yang
regresi menunjukkan nilai koefisien lain berada pada kategori agak rawan
determinasi (R2) yaitu 0,993. Jika di yaitu Kecamatan Paliyan, Kecamatan
desimalkan hal ini mempunyai arti bahwa Purwosari dan Kecamatan Girisubo.
indikator pengaruh konsumsi normatif, 2. Indikator pengaruh yaitu konsumsi
persentase penduduk dibawah garis normatif, persentase penduduk dibawah
kemiskinan, persentase penduduk yang garis kemiskinan, persentase penduduk
dapat mengakses air bersih, dan yang dapat mengakses air bersih, dan
persentase padi puso mempengaruhi persentase padi puso mempengaruhi
sebesar 99,3% terhadap tingkat sebesar 99,3% terhadap tingkat
kerawanan pangan. Adapun lainnya kerawanan pangan, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
menjadi indikator pada penelitian ini, menjadi indikator pada penelitian ini,
seperti perempuan buta huruf, angka seperti perempuan buta huruf, angka
kematian bayi, persentase daerah kematian bayi, persentase daerah
berhutan dan penyimpangan curah hujan. berhutan dan penyimpangan curah
Nilai Durbin-Watson sebesar 2,408 hujan.
menunjukkan tidak ada autokorelasi antar
indikator, sehingga dapat disimpulkan
model persamaan regresi linier berganda
Saran
yang dihasilkan baik.
1. Dalam mengantisipasi gejala-gejala yang
Kesimpulan
dapat mengganggu ketahanan pangan di
1. Hasil perhitungan komposit tiap Kabupaten Gunungkidul agar tidak
indikator diperoleh hasil bahwa dari 18 menimbulkan terjadinya kerawanan
Kecamatan di Gunungkidul ada 15 pangan, perlu dilakukan kegiatan
Kecamatan masuk dalam kategori cukup kewaspadaan pangan. Dengan
21
kewaspadaan pangan diharapkan masalah Devrivation and Undernutrion.
kerawanan pangan dapat ditanggulangi International Scientific Symposium.
secara dini serta dapat mencegah Rome, 26-28 Juni1996.
terjadinya kondisi yang lebih parah Munir, Akhmad, M. 2006. Model Spasial
seperti kelaparan, gizi buruk, gangguan Untuk Potensi Tingkat Kerawanan
kesehatan, hambatan-hambatan Pangan Studi Kasus di Kabupaten
pertumbuhan fisik yang nantinya dapat Kulon Progo. Tugas Akhir D3.
melahirkan rendahnya kualitas sumber Fakultas Geografi, UGM,
Yogyakarta.
daya manusia.
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep
2. Perlu dikembangan sentra produksi Dasar Sistem Informasi Geografis.
komoditas pangan yang prospektif dan Bandung : Informatika
diversifikasi pangan dalam rangka
Sugiono, Dr. 2006. Statistik Untuk
menanggulangi kerawanan pangan di
Penenlitian. Bandung. CV Alfabeta
masa mendatang.
3. Penanggulangan daerah rawan pangan di Trihendradi. C. 2011. Langkah Mudah
Kabupaten Gunungkidul secara Melakukan Analisis Statistik
Menggunakan SPSS 19. Yogyakarta :
berkesinambungan perlu terus menerus
Andi.
dilakukan dengan cara pemetaan, Yuliandarmaji, Adha. 2011. Aplikasi SIG
sehingga dari setiap hasil pemetaan Untuk Kajian Potensi Tingkat
tersebut dapat digunakan sebagai bahan Kerawanan Pangan Perkecamatan
perumusan kebijakan untuk upaya dengan Visualisasi WEBGIS Studi
penanggulangan daerah rawan pangan. Kasus di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2009. Tugas Akhir D3.
Fakultas Geografi, UGM,
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Yunus, Sabari, Hadi. 2010. Metodologi
Penelitian Wilayah Kontemporer.
Aronoff, S. 1989. Geographic Information Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
System : A Management
Perspective. Ottawa. Canada : WDL
Publications. Sumber Internet :
Azis, Muhammad. 2006. Sistem Informasi http://www.foodsecurityatlas.org/idn/coun
Geografis Berbasis Dekstop dan try/fsva-2009-peta-ketahanan-
Web. Yogyakarta: Gava Media. dan-kerentanan-pangan-
Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten indonesia/ Di akses tanggal 25
Gunungkidul Dalam Angka 2012. April 2013.
Yogyakarta : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Gunungkidul.
FAO, 2000. Proceedings.Measurement
and Assessment of Food
22
Gambar 1 Peta Potensi Kerawanan Pangan Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
23