KEJANG DEMAM
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh
Disusun Oleh :
Pembimbing :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Alah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul “Kejang Demam” ini dapat selesai dengan
baik.
Laporan kasus ini di susun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik
Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh di RSUD
MEURAXA Kota Banda Aceh. Disamping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah
pegetahuan bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian demi
kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya.
Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
Qathrun Nada
DAFTAR ISI
BAB I KASUS
KASUS
Nama : F. H. R
No CM : 105786
Agama : Islam
Alamat : Beuregang
1.2 ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Kejang
b. Keluhan tambahan
Pada tanggal 05/08/2018 pasien anak berumur 1 tahun datang diantar oleh orangtuanya
dengan keluhan kejang yang sudah dialami 1 kali dengan durasi kejang ± 1 menit. Saat kejang
ibu pasien mengatakan anaknya dalam keadaan mata terbuka melihat keatas dan tangan
terlentang. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien mengalami demam yang sudah dirasakan
sejak kemarin sore. Demam bersifat terus menerus. Saat demam pasien diberi obat penurun
panas tetapi tidak berkurang. Keluhan kejang sebelumnya disangkal, keluhan batuk pilek juga
disangkal.
Riwayat penyakit yang sama dengan pasien, Kejang (+) ibu pasien pada saat kecil, dan
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit tertentu, ibu pasien tidak meminum obat
atau jamu selama kehamilan. ANC teratur, periksa ke bidan, keguguran tidak pernah.
g. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan, ditolong dokter, menangis spontan.BBL: 3700 gram dan PBL: 50 cm, tidak
h. Riwayat Imunisasi
Kesimpulan : riwayat imunisasi dasar anak lengkap, tetapi ibu lupa waktunya.
i. Riwayat PerkembanganFisik
ASI tidakekslusif hingga umur 6 bulan, Saat umur 3 bulan sudah diberi susu formula dan
bubur tim sejak umur 6 bulan. Tidak terdapat alergi dan tidak ada diare saat peralihan. Saat ini
a. Status Umum
b. Vital Sign
retraksi (-)
c. Status Gizi
Antropometri
- BB/U : +2 s/d -2
- TB/U : +2 s/d -2
- BB/TB : +2 s/d -2
d. Status Generalis
- Kepala :
- Jantung
- Paru
- Abdomen :
o Inspeksi : Perut soepel, distensi(-),
o Palpasi : Soepel, nyeri tekan perut bawah (-), hepar dan lien tidak teraba
Meningitis
Ensefalitis
05/08/2018
Darah Rutin
Hb 9,5 g/dl
Ht 28,7%
MCV 51,1 fl
MCH 16,9 pg
RDW-SD 36,5 fl
RDW-CV 21,9 %
Leukosit 28,7 103ul
HITUNG JENIS
Limfosit 26,6%
Neutrofil 62,4%
Monosit 10,7%
1.6 RESUME
Pada tanggal 05/08/2018 pasien anak berumur 1 tahun datang diantar oleh orangtuanya
dengan keluhan kejang-kejang yang sudah dialami 1 kali dengan durasi kejang ± 1 menit. Saat
kejang ibu pasien mengatakan anaknya dalam keadaan mata terbuka melihat keatas dan tangan
terlentang. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien mengalami demam yang sudah dirasakan
sejak kemarin sore. Demam bersifat terus menerus. Saat demam pasien diberi obat penurun
panas tetapi tidak berkurang. Keluhan kejang sebelumnya disangkal, keluhan batuk pilek juga
1.7 DIAGNOSA
1.8PENATALAKSANAAN
a. Terapi suportif
Observasi TTV
b. Medikamentosa
1.9 PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
TGL S O A P
05/8/2018 Kejang ke 2 (+), HR: 120x/i Kejang -IVFD 4:1
demam (+) RR:24x/i Demam 500cc/24jam
Bab cair 5x T: 38,6ºC Kompleks (mikro)
T:36,2ºC -Drip PCT
100mg ekstra
(>38,5ºC)
-paracetamol
sirup 3x CTH 1
-Diazepam 2 mg
iv bolus pelan
bila kejang
-inj. Ceftriaxone
400mg/12 jam
-Liprolac 1x1
-Zink 1x1
06/8/2018 Kejang (-) HR: 82x/i Kejang IVFD 4:1
Demam (↓), RR:20x/i Demam 500cc/24jam
Bab cair 3x T : 36,2ºC Kompleks (mikro)
-Drip PCT
100mg ekstra
(>38,5ºC)
-paracetamol
sirup 3x CTH 1
-Diazepam 2 mg
iv bolus pelan
bila kejang
-inj. Ceftriaxone
400mg/12 jam
-Liprolac 1x1
-Zink 1x1
07/8/2018 Pasien PAPS
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis pasien adalah kejang demam. Jadi, untuk menegakkan diagnosis
kejang demam tersebut perlu dilakukan pemeriksaan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
A. KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses estrakranium.1 Kejang demam ini
merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa anak, dengan prognosis sangat baik
secara seragam. Namun, kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi serius yang
mendasari seperti sepsis atau meningitis bakteria sehingga setiap anak harus diperiksa secara
cermat dan secara tepat diamati mengenai penyebab demam yang menyertai.
Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah
umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-18 bulan, dan insiden mendekati 3-4%
anak kecil. Ada riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orangtua,
Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dijumpai dibidang
neurologi anak dan terjadi pada 25% Anak. Pada penelitian kohort prospektif yang besar, 2 – 7
% kejang demam mengalami kejang tanpa demam atau epilepsi di kemudian hari. Kejadian
kejang demam ada kaitannya dengan faktor genetik. Anak dengan kejang demam 25 – 40 %
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam
biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari
pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa
menit. Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan
faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan
Beberapa hal yang merupakan faktor resiko berulangnya kejang demam adalah:
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
Kejang pertama adalah complex febrile seizure (kejang fokal, hanya melibatkan salah satu
bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama
demam berlangsung).
Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar sistem saraf
pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau Otitis Media Akut. Serangan kejang biasanya
terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan
Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung
pada pasien (autoanamnesis) atau kepada orang tua atau sumber lain (aloanamnesis) misalnya
wali atau pengantar. Dalam anamnesa khususnya pada penyakit anak dapat digali data – data
a. Identitas.
Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, umur penndidikan
dan pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa. Sebagaimana epidemiologi kejang demam
lebih banyak terjadi pada anak pada usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
b. Riwayat Penyakit.
Pada riwayat penyakit perlu ditanyakan keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit.
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Bila
pasien mendapat pengobatan sebelumnya, perlu ditanyakan kapan berobat, kepada siapa, obat
yang sudah diberikan, hasil dari pengobatan tersebut, dan riwayat adanya reaksi alergi terhadap
obat.
Pada kasus kejang demam, perlu digali informasi mengenai demam dan kejang itu
sendiri. Pada setiap keluhan demam perlu ditanyakan berapa lama demam berlangsung;
karakteristik demam apakah timbul mendadak, remitten, intermitten, kontinou, apakah terutama
didahului adanya demam, berapa jarak antara demam dengan onset kejang; apakah kejang ini
baru pertama kalinya atau sudah pernah sebelumnya (bila sudah pernah berapa kali (frekuensi
per tahun), saat anak umur berapa mulai muncul kejang pertama); apakah terjadi kejang ulangan
dalam 24 jam, berapa lama waktu sekali kejang. Tipe kejang harus ditanyakan secara teliti
Perlu ditanyakan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya apa
Pada kejang demam perlu ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami kejang
dengan atau tanpa demam, apakah pernah mengalami penyakit saraf sebelumnya.
e. Riwayat Keluarga
Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada keluarga lainnya (ayah, ibu, atau
saudara kandung), oleh sebab itu perlu ditanyakan riwayat familial penderita.
Pada kasus ini, pasien berumur 1 tahun. Pasien datang dengan keluhan kejang,
kejang dirasakan hanya satu kali dengan durasi ± 1 menit. Pasien juga mengeluhkan demam
yang dirasakan sejak kemarin. Durasi demam dirasakan terus menerus dan tidak berkurang
setelah diberikan obat penurun panas.Ibu pasien mengatakan bahwa di keluarga terdapat
riwayat kejang yang sama dengan pasien. Yang menglami hal yang sama dengan pasien yaitu
ibu pasien yang mempunyai riwayat kejang pada saat masih kecil. Keluhan yang di katakan
pasien sesuai dengan teori dari anamnesis untuk pasien kejang demam.
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
sistematis. Penilaian keadaan umum pasien antara lain meliputi kesan keadaan sakit pasien
(tampak sakit ringan, sedang, atau berat); tanda – tanda vital pasien (kesadaran pasien, nadi,
tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh); status gizi pasien; serta data antropometrik (panjang
Selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan sistematik organ dari ujung rambut sampai
ujung kuku untuk mengarahkan ke suatu diagnosis. Pada pemerikasaan kasus kejang demam
perlu diperiksa faktor faktor yang berkaitan dengan terjadinya kejang dan demam itu sendiri.
Demam merupakan salah satu keluhan dan gejala yang paling sering terjadi pada anak dengan
penyebab bias infeksi maupun non infeksi, namun paling sering disebabkan oleh infeksi. Pada
pemeriksaan fisik, pasien diukur suhunya baik aksila maupun rektal. Perlu dicari adanya sumber
terjadinya demam, apakah ada kecurigaan yang mengarah pada infeksi baik virus, bakteri
maupun jamur; ada tidaknya fokus infeksi; atau adanya proses non infeksi seperti misalnya
kelainan darah yang biasanya ditandai dengan dengan pucat, panas, atau perdarahan.6
disebabkan oleh proses ekstra atau intrakranial. Jika kita mendapatkan pasien dalam keadaan
kejang, perlu diamati teliti apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal. Amati pula
Pada kasus ini, yang didapati saat pasien kejang. Pada saat kejang kondisi pasien
tidak sadar dengan suhu meningkat pada saat kejang yaitu 38,6ºC yang diukur pada aksila.
2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.5
b. Pungsi Lumbal
kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini pemeriksaan pungsi lumbal
tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah mendapat
antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.
kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam, oleh sebab itu tidak
direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya pada kejang demam
Pemeriksaan EEG yang dibuat 8-10 hari setelah panas tidak menunjukkan kelainan. Dan
hanya sebanyak 5% dari anak normal memiliki gambaran EEG yang abnormal.EEG abnormal
juga tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari.1
d. Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan pada anak
dengan kejang demam sederhana. Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.5
Pada kasus ini didapati peningkatan pada trombosit, leukosit, eritrosit.. Pemeriksaan
2.3 KLASIFIKASI
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
sebagai berikut:
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kejang demam antara lain penyakit infeksi pada sistem susunan
2.4 PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani setiap kejang adalah memastikan kelancaran saluran
napas, pernapasan, dan sirkulasi. Jika pasien telah stabil makan langkah berikutnya adalah
menghentikan secara aman kejang jika belum berhenti. Sebagian besar kejang berhenti dalam 1-
2 menit, tetapi sebagian kejang mungkin berkepanjangan dan mungkin memerlukan intervensi.
Terapi akut, misalnya diazepam per rectum, efektif serta dapat diberikan dirumah untuk kejang
yang berlangsung lebih dari 5 menit. Ketika tiba di ruang gawat darurat, jika anak mengalami
kejang berkepanjangan yang tidak berhenti spontan maka mungkin diperlukan lorazepan
kejang. Jika kejang belum berhenti maka tatalaksana darurat untuk status epileptikus perlu
dimulai.
Selain itu, suhu tubuh perlu diturunkan, dan jika mungkin, infeksi akut yang
menyebabkan peningkatan suhu diobati. Penurunan suhu tubuh umumnya dilakukan dengan
pendinginan evaporatif dan pemberian antipiretik dalam dosis yang sesuai. Perlu
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rata-rata 4 menit) dan pada waktu pasien
datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena
adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit,
dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma
kejang pada umumnya. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital) adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat
Antipiretik
kejang demam. Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Antikonvulsan
Pemberian obat antikonvulsan intermiten Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan
intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis
intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat. Obat
yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg
untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan
dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama
demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
Pemberian obat antikonvulsan rumat Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak
berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka
pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Indikasi
pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi
risiko berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan
perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat.
Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam
demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam.
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada saat kejang,
sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal. Kecemasan tersebut harus
dikurangi dengan cara diantaranya: 1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya
mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat
2.5 PROGNOSIS
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan sebagai
komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi
pada kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan
terdapat gangguan recognition memory pada anak yang mengalami kejang lama. Hal tersebut
menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang berpotensi menjadi kejang lama.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang
Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam
hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Edisi Ke-3. Surabaya:
2. Wahab, Samik. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: Ikatan Dokter
3. Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2017.
Kejang Demam.
4. Shelov, Steven. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi Ke-3. Jakarta: EGC; 2017: 445-7