Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

KEJANG DEMAM
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Disusun Oleh :

Qathrun Nada, S.Ked

Pembimbing :

dr. Wahdini, Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA

KOTA BANDA ACEH

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul “Kejang Demam” ini dapat selesai dengan
baik.

Laporan kasus ini di susun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik
Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh di RSUD
MEURAXA Kota Banda Aceh. Disamping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah
pegetahuan bagi kita semua.

Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,


pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada dr. Wahdini, Sp.A yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan
motivasi dan doa dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian demi
kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya.
Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

Banda Aceh, 18 April 2019

Qathrun Nada
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I KASUS

1.1 Identitas Pasien .................................................................................... 1

1.2 Anamnesis ........................................................................................... 1

1.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 3

1.4 Diagnosa Banding ............................................................................... 5

1.5 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 6

1.6 Diagnosa .............................................................................................. 7

1.7 Penatalaksanaan .................................................................................. 7

1.8 Prognosis ............................................................................................. 8

1.9 Follow Up ........................................................................................... 9

BAB II ANALISA KASUS

2.1 Anamnesis ........................................................................................... 12

2.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 14

2.3 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 15

2.4 Klasifikasi ........................................................................................... 17

2.5 Penatalaksanaan .................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24


BAB I

KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : F. H. R

Jenis Kelamin : Laki-Laki

No CM : 105786

Umur/Tgl Lahir : 1 tahun 0 bulan 20 hari / 16/07/2017

Agama : Islam

Alamat : Beuregang

Masuk Perawatan : 05/08/2018

1.2 ANAMNESA

a. Keluhan Utama

Kejang

b. Keluhan tambahan

Demam sejak kemarin sore.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 05/08/2018 pasien anak berumur 1 tahun datang diantar oleh orangtuanya

dengan keluhan kejang yang sudah dialami 1 kali dengan durasi kejang ± 1 menit. Saat kejang
ibu pasien mengatakan anaknya dalam keadaan mata terbuka melihat keatas dan tangan

terlentang. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien mengalami demam yang sudah dirasakan

sejak kemarin sore. Demam bersifat terus menerus. Saat demam pasien diberi obat penurun

panas tetapi tidak berkurang. Keluhan kejang sebelumnya disangkal, keluhan batuk pilek juga

disangkal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang sebelumnya disangkal.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dengan pasien, Kejang (+) ibu pasien pada saat kecil, dan

riwayat alergi disangkal.

f. Riwayat Kehamilan Ibu

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit tertentu, ibu pasien tidak meminum obat

atau jamu selama kehamilan. ANC teratur, periksa ke bidan, keguguran tidak pernah.

g. Riwayat Kelahiran

Lahir spontan, ditolong dokter, menangis spontan.BBL: 3700 gram dan PBL: 50 cm, tidak

terdapat kelainan bawaan.

h. Riwayat Imunisasi

BCG 1x, polio 4x, campak 1x, hepatitis B 3x, DPT 4x

Kesimpulan : riwayat imunisasi dasar anak lengkap, tetapi ibu lupa waktunya.

i. Riwayat PerkembanganFisik

Merangkak umur ± 6 bulan, duduk umur ± 9 bulan, Berdiri umur ± 11bulan


j. Riwayat Makan

ASI tidakekslusif hingga umur 6 bulan, Saat umur 3 bulan sudah diberi susu formula dan

bubur tim sejak umur 6 bulan. Tidak terdapat alergi dan tidak ada diare saat peralihan. Saat ini

pasien makan 3x sehari, sesuai dengan menu keluarga.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Umum

- Keadaan Umum : Tampak lemas

- Kesadaran : Compos mentis

b. Vital Sign

- Frekuensi Nadi : 120 kali/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup

- Frekuensi Pernapasan : 24 kali/menit, reguler, simetris thorax sinistradextra,

retraksi (-)

- Suhu badan : 38,80c ( diukur pada aksila)

c. Status Gizi

 Antropometri

- Panjang badan :75cm (Percentil: > -2)

- Berat badan : 9,5kg (Percentil: > -2)

- Lingkar kepala : 46 cm (Percentil: 0)

- BB/U : +2 s/d -2
- TB/U : +2 s/d -2

- BB/TB : +2 s/d -2

- Kesan : Status gizi baik

d. Status Generalis

- Kepala :

o Mata : Konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-

o Wajah : Edem (-)

- Leher : Pembesaran KGB (-)

- Mulut : Hiperemis pharing (-), pembesaran tonsil (-)

- Telinga : hiperemis (-/-), sekret (-/-), nyeri (-/-)

- Hidung : Hiperemis (-), sekret (-)

- Kulit : Sianosis (-)

- Jantung

o Inspeksi : Iktus kordis (-)

o Palpasi : Iktus kordis teraba, nyeri tekan (-)

o Perkusi : Batas Jantung normal

o Auskultasi : Bunyi jantung reguler; S1, S2 (+); murmur (-)

- Paru

o Inspeksi : Thoraks mengembang simetris

o Palpasi : Fremitus takstil simetris

o Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

o Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Abdomen :
o Inspeksi : Perut soepel, distensi(-),

o Auskultasi : Peristaltik (+)

o Palpasi : Soepel, nyeri tekan perut bawah (-), hepar dan lien tidak teraba

o Perkusi : Timpani di seluruh lapangan perut.

- Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik +/+.

1.4 DIAGNOSIS BANDING

- Kejang Demam Kompleks ec dd

 Meningitis

 Ensefalitis

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan Darah Rutin

05/08/2018

Darah Rutin

Hb 9,5 g/dl

Eritrosit 5,62 106ul

Ht 28,7%

MCV 51,1 fl

MCH 16,9 pg

MCHC 33,1 g/dl

RDW-SD 36,5 fl

RDW-CV 21,9 %
Leukosit 28,7 103ul

HITUNG JENIS

Limfosit 26,6%

Neutrofil 62,4%

Trombosit 728 103/ul

Monosit 10,7%

1.6 RESUME

Pada tanggal 05/08/2018 pasien anak berumur 1 tahun datang diantar oleh orangtuanya

dengan keluhan kejang-kejang yang sudah dialami 1 kali dengan durasi kejang ± 1 menit. Saat

kejang ibu pasien mengatakan anaknya dalam keadaan mata terbuka melihat keatas dan tangan

terlentang. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien mengalami demam yang sudah dirasakan

sejak kemarin sore. Demam bersifat terus menerus. Saat demam pasien diberi obat penurun

panas tetapi tidak berkurang. Keluhan kejang sebelumnya disangkal, keluhan batuk pilek juga

disangkal. Hasil pemeriksaaan fisik tanda vital normal.

1.7 DIAGNOSA

Kejang Demam Kompleks

1.8PENATALAKSANAAN

a. Terapi suportif

 Istirahat dan pantau apakah terdapat kejang berulang

 Observasi TTV
b. Medikamentosa

 Drip Paracetamol 100mg ekstra bila demam >38,5C

 IV diazepam bolus pelan apabila kembali kejang

 Paracetamol sirup 3x cth 1

1.9 PROGNOSIS

Dubia ad Bonam
TGL S O A P
05/8/2018 Kejang ke 2 (+), HR: 120x/i Kejang -IVFD 4:1
demam (+) RR:24x/i Demam 500cc/24jam
Bab cair 5x T: 38,6ºC Kompleks (mikro)
T:36,2ºC -Drip PCT
100mg ekstra
(>38,5ºC)
-paracetamol
sirup 3x CTH 1
-Diazepam 2 mg
iv bolus pelan
bila kejang
-inj. Ceftriaxone
400mg/12 jam
-Liprolac 1x1
-Zink 1x1
06/8/2018 Kejang (-) HR: 82x/i Kejang IVFD 4:1
Demam (↓), RR:20x/i Demam 500cc/24jam
Bab cair 3x T : 36,2ºC Kompleks (mikro)
-Drip PCT
100mg ekstra
(>38,5ºC)
-paracetamol
sirup 3x CTH 1
-Diazepam 2 mg
iv bolus pelan
bila kejang
-inj. Ceftriaxone
400mg/12 jam
-Liprolac 1x1
-Zink 1x1
07/8/2018 Pasien PAPS
BAB II

ANALISIS KASUS

Pada kasus ini diagnosis pasien adalah kejang demam. Jadi, untuk menegakkan diagnosis

kejang demam tersebut perlu dilakukan pemeriksaan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

A. KEJANG DEMAM

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal diatas 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses estrakranium.1 Kejang demam ini

merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa anak, dengan prognosis sangat baik

secara seragam. Namun, kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi serius yang

mendasari seperti sepsis atau meningitis bakteria sehingga setiap anak harus diperiksa secara

cermat dan secara tepat diamati mengenai penyebab demam yang menyertai.

Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah

umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-18 bulan, dan insiden mendekati 3-4%

anak kecil. Ada riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orangtua,

menunjukkan kecenderungan genetik.2

Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dijumpai dibidang

neurologi anak dan terjadi pada 25% Anak. Pada penelitian kohort prospektif yang besar, 2 – 7

% kejang demam mengalami kejang tanpa demam atau epilepsi di kemudian hari. Kejadian
kejang demam ada kaitannya dengan faktor genetik. Anak dengan kejang demam 25 – 40 %

mempunyai riwayat keluarga dengan kejang demam.3

Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam

biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari

pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa

menit. Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan

faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan

oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis.

Beberapa hal yang merupakan faktor resiko berulangnya kejang demam adalah:

 Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama

 Riwayat kejang demam dalam keluarga

 Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal

 Riwayat demam yang sering

 Kejang pertama adalah complex febrile seizure (kejang fokal, hanya melibatkan salah satu

bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama

demam berlangsung).

Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan

kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar sistem saraf

pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau Otitis Media Akut. Serangan kejang biasanya

terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan

kejang berbentuk tonik, klonik, tonik-klonik, fokal atau akinetik.


2.1 ANAMNESIS

Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung

pada pasien (autoanamnesis) atau kepada orang tua atau sumber lain (aloanamnesis) misalnya

wali atau pengantar. Dalam anamnesa khususnya pada penyakit anak dapat digali data – data

yang berhubungan dengan kejang demam meliputi:

a. Identitas.

Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, umur penndidikan

dan pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa. Sebagaimana epidemiologi kejang demam

lebih banyak terjadi pada anak pada usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun.

b. Riwayat Penyakit.

Pada riwayat penyakit perlu ditanyakan keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit.

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Bila

pasien mendapat pengobatan sebelumnya, perlu ditanyakan kapan berobat, kepada siapa, obat

yang sudah diberikan, hasil dari pengobatan tersebut, dan riwayat adanya reaksi alergi terhadap

obat.

Pada kasus kejang demam, perlu digali informasi mengenai demam dan kejang itu

sendiri. Pada setiap keluhan demam perlu ditanyakan berapa lama demam berlangsung;

karakteristik demam apakah timbul mendadak, remitten, intermitten, kontinou, apakah terutama

saat malam hari dan sebagainya.


Pada anamnesa kejang perlu digali informasi mengenai kapan kejang terjadi; apakah

didahului adanya demam, berapa jarak antara demam dengan onset kejang; apakah kejang ini

baru pertama kalinya atau sudah pernah sebelumnya (bila sudah pernah berapa kali (frekuensi

per tahun), saat anak umur berapa mulai muncul kejang pertama); apakah terjadi kejang ulangan

dalam 24 jam, berapa lama waktu sekali kejang. Tipe kejang harus ditanyakan secara teliti

apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal.

c. Riwayat Kehamilan Ibu.

Perlu ditanyakan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya apa

yang dilakukan untuk mengatasi penyakit. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu,

merokok, minuman keras, konsumsi makanan ibu selama hamil.

d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Pada kejang demam perlu ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami kejang

dengan atau tanpa demam, apakah pernah mengalami penyakit saraf sebelumnya.

e. Riwayat Keluarga

Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada keluarga lainnya (ayah, ibu, atau

saudara kandung), oleh sebab itu perlu ditanyakan riwayat familial penderita.

Pada kasus ini, pasien berumur 1 tahun. Pasien datang dengan keluhan kejang,

kejang dirasakan hanya satu kali dengan durasi ± 1 menit. Pasien juga mengeluhkan demam

yang dirasakan sejak kemarin. Durasi demam dirasakan terus menerus dan tidak berkurang

setelah diberikan obat penurun panas.Ibu pasien mengatakan bahwa di keluarga terdapat

riwayat kejang yang sama dengan pasien. Yang menglami hal yang sama dengan pasien yaitu

ibu pasien yang mempunyai riwayat kejang pada saat masih kecil. Keluhan yang di katakan

pasien sesuai dengan teori dari anamnesis untuk pasien kejang demam.
2.2 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi 2 yakni pemeriksaan umum dan pemeriksaan

sistematis. Penilaian keadaan umum pasien antara lain meliputi kesan keadaan sakit pasien

(tampak sakit ringan, sedang, atau berat); tanda – tanda vital pasien (kesadaran pasien, nadi,

tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh); status gizi pasien; serta data antropometrik (panjang

badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada).6

Selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan sistematik organ dari ujung rambut sampai

ujung kuku untuk mengarahkan ke suatu diagnosis. Pada pemerikasaan kasus kejang demam

perlu diperiksa faktor faktor yang berkaitan dengan terjadinya kejang dan demam itu sendiri.

Demam merupakan salah satu keluhan dan gejala yang paling sering terjadi pada anak dengan

penyebab bias infeksi maupun non infeksi, namun paling sering disebabkan oleh infeksi. Pada

pemeriksaan fisik, pasien diukur suhunya baik aksila maupun rektal. Perlu dicari adanya sumber

terjadinya demam, apakah ada kecurigaan yang mengarah pada infeksi baik virus, bakteri

maupun jamur; ada tidaknya fokus infeksi; atau adanya proses non infeksi seperti misalnya

kelainan darah yang biasanya ditandai dengan dengan pucat, panas, atau perdarahan.6

Pemeriksaaan kejang sendiri lebih diarahkan untuk membedakan apakah kejang

disebabkan oleh proses ekstra atau intrakranial. Jika kita mendapatkan pasien dalam keadaan

kejang, perlu diamati teliti apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal. Amati pula

kesadaran pasien pada saat dan setelah kejang.

Pada kasus ini, yang didapati saat pasien kejang. Pada saat kejang kondisi pasien

tidak sadar dengan suhu meningkat pada saat kejang yaitu 38,6ºC yang diukur pada aksila.
2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang terdiri dari:

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat

dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium

yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.5

b. Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan

kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini pemeriksaan pungsi lumbal

tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam

sederhana dengan keadaan umum baik. Indikasi pungsi lumbal:

1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal

2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis

3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah mendapat

antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.

c. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan

kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam, oleh sebab itu tidak
direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya pada kejang demam

komplikata pada anak usia> 6 tahun atau kejang demam fokal).

Pemeriksaan EEG yang dibuat 8-10 hari setelah panas tidak menunjukkan kelainan. Dan

hanya sebanyak 5% dari anak normal memiliki gambaran EEG yang abnormal.EEG abnormal

juga tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari.1

d. Pencitraan

Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan pada anak

dengan kejang demam sederhana. Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti

kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.5

Pada kasus ini didapati peningkatan pada trombosit, leukosit, eritrosit.. Pemeriksaan

pungsi lumbal dan EEG tidak dilakukan.

2.3 KLASIFIKASI

Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:1

1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis

sebagai berikut:

 Kejang berlangsung singkat, < 15 menit

 Kejang umum tonik dan atau klonik

 Umumnya berhenti sendiri

 Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam


2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis

sebagai berikut:

 Kejang lama, > 15 menit

 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari kejang demam antara lain penyakit infeksi pada sistem susunan

saraf seperti meningitis,ensefalitis, dan abses otak.1

2.4 PENATALAKSANAAN

Langkah pertama dalam menangani setiap kejang adalah memastikan kelancaran saluran

napas, pernapasan, dan sirkulasi. Jika pasien telah stabil makan langkah berikutnya adalah

menghentikan secara aman kejang jika belum berhenti. Sebagian besar kejang berhenti dalam 1-

2 menit, tetapi sebagian kejang mungkin berkepanjangan dan mungkin memerlukan intervensi.

Terapi akut, misalnya diazepam per rectum, efektif serta dapat diberikan dirumah untuk kejang

yang berlangsung lebih dari 5 menit. Ketika tiba di ruang gawat darurat, jika anak mengalami

kejang berkepanjangan yang tidak berhenti spontan maka mungkin diperlukan lorazepan

intravena. Masalah pernapasan dan kemungkinan perlunya bantuan ventilasi perlu

diperhatikan.kemungkinan perlunya bantuan ventilasi meningkat tajam sesuai dengan durasi

kejang. Jika kejang belum berhenti maka tatalaksana darurat untuk status epileptikus perlu

dimulai.
Selain itu, suhu tubuh perlu diturunkan, dan jika mungkin, infeksi akut yang

menyebabkan peningkatan suhu diobati. Penurunan suhu tubuh umumnya dilakukan dengan

pendinginan evaporatif dan pemberian antipiretik dalam dosis yang sesuai. Perlu

dipertimbangkan pemberian antibiotik untuk mengobati sumber demam.4

Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rata-rata 4 menit) dan pada waktu pasien

datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat yang

paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena

adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit,

dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma

kejang pada umumnya. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah

(prehospital) adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau

diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat

badan lebih dari 12 kg.

Pemberian obat pada saat demam5

Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya

kejang demam. Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa

antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali

diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

Antikonvulsan
Pemberian obat antikonvulsan intermiten Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan

intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis

intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:

 Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral

 Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun

 Usia <6 bulan

 Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39º C.

Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat. Obat

yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg

untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan

dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama

demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat

menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.

Pemberian obat antikonvulsan rumat Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak

berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka

pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Indikasi

pengobatan rumat:

1. Kejang fokal

2. Kejang lama >15 menit

3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi

serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan

risiko berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan

perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat.

Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat

menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam

2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.

Lama pengobatan rumat

Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang

demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam.

Edukasi pada orangtua

Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada saat kejang,

sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal. Kecemasan tersebut harus

dikurangi dengan cara diantaranya: 1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya

mempunyai prognosis baik. 2. Memberitahukan cara penanganan kejang. 3. Memberikan

informasi mengenai kemungkinan kejang kembali. 4. Pemberian obat profilaksis untuk

mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat

2.5 PROGNOSIS

Kecacatan atau kelainan neurologis

Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan sebagai

komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi

pada kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan

terdapat gangguan recognition memory pada anak yang mengalami kejang lama. Hal tersebut

menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang berpotensi menjadi kejang lama.

Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya

kejang demam adalah:

1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Suhu tubuh kurang dari 39º C saat kejang

4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang

5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks

Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah

80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam

hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Edisi Ke-3. Surabaya:

Rumah Sakit Dokter Soetomo; 2008: 56-63

2. Wahab, Samik. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: Ikatan Dokter

Anak Indonesia; 2012

3. Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2017.

Kejang Demam.

4. Shelov, Steven. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi Ke-3. Jakarta: EGC; 2017: 445-7

5. Ismael, Sofyan, dkk. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja

Kooedinasi Neurologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016

Anda mungkin juga menyukai