Anda di halaman 1dari 13

BUKU ENSIKLOPEDI DUNIA

TEKTONIKA LEMPENG

BDY02467

Pengetahuan Umum : Afrika ⊚ Anime Manga ⊚ Antartika ⊚ Biografi ⊚ Daftar Isi ⊚ Gabon ⊚
Inggris ⊚ Kota Pontianak

Cari di Buku Ensiklopedi Dunia

Sebelumnya (Teknologi)

(Telegraf listrik) Berikutnya

Tektonika lempeng

Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad ke-20.

Tectonics plates (preserved surfaces)

Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang
dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang
dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua
yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang
dikembangkan pada tahun 1960-an.

Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri
atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat
astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam
skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang
rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi.
Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh
lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini
menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas
lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya
umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya
berkecepatan 50-100 mm/a.[1]

Daftar isi

1 Perkembangan Teori

2 Prinsip-prinsip Utama

3 Jenis-jenis Batas Lempeng

4 Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng

4.1 Gaya Gesek

4.2 Gravitasi

4.3 Gaya dari luar

4.4 Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

5 Lempeng-lempeng utama

6 Rujukan

Perkembangan Teori

Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor gerakannya

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama
bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan
dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah
diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa
dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi
satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana.[2] Sejak
saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan
buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang
sesuai.[3]

Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur
bumi,[4] karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.[5] Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun
menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru
ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan
intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.

Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan
Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and
Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah
satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi
seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal
yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang
dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi
tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di
kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa
tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus
konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.[3][9][10]

Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan
perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan
pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke
dalam teori ekspansi bumi,[11] namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori
tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal
(upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar
atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone),
dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah
teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan
ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet
bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G.
Mason[12][13][14][15] menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal
batuan yang baru.

Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang
simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik
lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di
dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian
mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi
penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada
tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori
tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di
semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi
berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi
dan paleobiologi.

Prinsip-prinsip Utama

Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer berdasarkan
perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan
astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui
proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki gradien
suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia
menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.

Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda,
tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa
litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak
menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida.
Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-
Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng
Nazca.[16][17]

Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya dilapisi
dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.

Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan
magnesium.

Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium.

Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km
sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana
aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis
seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia
berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang
paling aktif dan dikenal luas.

Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri
atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera
Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material
pembentuknya.

Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah
berbagai elemen, khususnya silikon.

Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak
materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik.[18]
Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng
Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal
dengan isostasi.

Jenis-jenis Batas Lempeng

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap satu
sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan.
Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:

Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu
sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua
lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di
sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.

Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak


menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas
divergen

Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan


mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di
bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak
benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang
terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan
saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan
aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur
pulau Jepang (Japanese island arc).

Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter
astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari
energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih
cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya
menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.

Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan
yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan
karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap
astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi
sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-pergerakan lempengan. Kelemahan
astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi [19]
Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak-pergerakan lempengan, masih ada
gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga
lempengan Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini
masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.

Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi
kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat
material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan
kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral adalah
konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) [20] Bagaimana konveksi mantel berhubungan
secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan
dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer
supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke
pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.

Gaya Gesek

Basal drag

Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga pergerakan
didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.

Slab suction

Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung samudera.
Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal
terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih
banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah

Gravitasi

Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge. Litosfer
samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan sumbernya, maka
dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam mantel untuk
mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari
sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai sebuah
doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan karena topografi sebuah
lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang melakukan pemekaran
hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah
lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi topografi. Lalu, mantel
plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.

Slab-pull (tarikan lempengan)

Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat yang turun ke
mantel di palung samudera.[21] Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di mantel
dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin sekali adalah bagian
dari konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini
menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan.

Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara
langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin
menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang
penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng Amerika Utara tidak
mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika,
Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempengan dan sumber
energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung

Gaya dari luar

Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological Society of
America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat bahwa komponen
lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya.
Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil
menarik lapisan permukaan bumi kembali ke barat.

Beberapa orang juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan
mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus dan
kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22]

Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari
hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang
menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa rotasi
bumi untuk berhenti sejak waktu lama.

Banyak lempeng juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar
Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera
Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada sedikit
komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua lempeng

Signifikansi relatif masing-masing mekanisme


Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini menunjukkan arah dan
magnitudo gerakan.

Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua gaya yang
bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap proses ambil bagian dalam
pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik dan sifat setiap lempeng seharusnya
menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng.
satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan
mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini sejauh mungkin.

Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik yang lengket pada
lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng
Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di
Atlantik yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya yang
berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan slab suction) adalah kekuatan
penggerak yang menentukan pergerakan lempeng kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan.
Walau bagaimanapun juga, kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan
perdebatan dan riset para ilmuwan

Lempeng-lempeng utama

Peta lempeng-lempeng tektonik

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua

Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua

Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun
yang lalu)- Lempeng benua

Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua

Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua

Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua

Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng
Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya
waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua benua.
Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua
atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu.
Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang
pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan
Gondwana (yang menjadi benua sisanya)

Rujukan

^ Read HH, Watson Janet (1975). Introduction to Geology. New York: Halsted. pp. 13–15.

^ Kious WJ, Tilling RI. "Historical perspective". This Dynamic Earth: the Story of Plate Tectonics (Online
edition ed.). U.S. Geological Survey. ISBN 0160482208. Retrieved 2008-01-29. "Abraham Ortelius in his
work Thesaurus Geographicus ... suggested that the Americas were "torn away from Europe and Africa
... by earthquakes and floods ... The vestiges of the rupture reveal themselves, if someone brings
forward a map of the world and considers carefully the coasts of the three [continents].""

^ a b Frankel Henry (1978-07). "Arthur Holmes and Continental Drift". The British Journal for the History
of Science 11 (2): 130–150.

^ Joly J (1909). Radioactivity and Geology: An Account of the Influence of Radioactive Energy on
Terrestrial History. London: Archibald Constable. p. 36. ISBN 1402135777.

^ Thomson W (1863). "On the secular cooling of the earth". Philosophical Magazine 4 (25): 1–14.
doi:10.1080/14786435908238225.

^ Hughes Patrick. "Alfred Wegener (1880-1930): A Geographic Jigsaw Puzzle". On the Shoulders of
Giants. Earth Observatory, NASA. Retrieved 2007-12-26. "... on January 6, 1912, Wegener ... proposed
instead a grand vision of drifting continents and widening seas to explain the evolution of Earth's
geography."

^ Alfred Wegener (1966). The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover. p. 246. ISBN 0486617084.

^ Hughes Patrick. "Alfred Wegener (1880-1930): The Origin of Continents and Oceans". On the
Shoulders of Giants. Earth Observatory, NASA. Retrieved 2007-12-26. "By his third edition (1922),
Wegener was citing geological evidence that some 300 million years ago all the continents had been
joined in a supercontinent stretching from pole to pole. He called it Pangaea (all lands), ..."

^ Holmes Arthur (1928). "Radioactivity and Earth Movements". Transactions of the Geological Society of
Glasgow 18: 559–606.

^ Holmes Arthur (1978). Principles of Physical Geology (3rd ed.). Wiley. pp. 640–641. ISBN 0471072516.

^ 1958: The tectonic approach to continental drift. In: S. W. Carey (ed.): Continental Drift – A
Symposium. University of Tasmania, Hobart, 177-363 (expanding Earth from p. 311 to p. 349)
^ Korgen Ben J (1995). "A Voice From the Past: John Lyman and the Plate Tectonics Story" (PDF).
Oceanography 8 (1): 19–20.

^ Spiess Fred, Kuperman William (2003). "The Marine Physical Laboratory at Scripps" (PDF).
Oceanography 16 (3): 45–54.

^ Mason RG, Raff AD (1961). "Magnetic survey off the west coast of the United States between 32°N
latitude and 42°N latitude". Bulletin of the Geological Society of America 72: 1259–1266.
doi:10.1130/0016-7606(1961)72[1259:MSOTWC]2.0.CO;2.

^ Raff AD, Mason RG (1961). "Magnetic survey off the west coast of the United States between 40°N
latitude and 52°N latitude". Bulletin of the Geological Society of America 72: 1267–1270.
doi:10.1130/0016-7606(1961)72[1267:MSOTWC]2.0.CO;2.

^ Huang Zhen Shao (1997). "Speed of the Continental Plates". The Physics Factbook.

^ Hancock, Paul L; Skinner, Brian J; Dineley, David L (2000). The Oxford Companion to The Earth. Oxford
University Press. ISBN 0198540396.

^ Schmidt Victor A, Harbert William. "The Living Machine: Plate Tectonics". Planet Earth and the New
Geosciences (third ed.). ISBN 0787242969. Retrieved 2008-01-28.

^ Pedro Mendia-Landa. "Myths and Legends on Natural Disasters: Making Sense of Our World".
Retrieved 2008-02-05.

^ Tanimoto Toshiro, Lay Thorne (2000-11-07). "Mantle dynamics and seismic tomography". Proceedings
of the National Academy of Science 97 (23): 12409–12410. doi:10.1073/pnas.210382197. PMID
11035784.

^ Conrad CP, Lithgow-Bertelloni C (2002). "How Mantle Slabs Drive Plate Tectonics". Science 298 (5591):
L45. doi:10.1126/science.1074161.

^ Lovett Richard A (2006-01-24). "Moon Is Dragging Continents West, Scientist Says". National
Geographic News.

Sumber :

id.wikipedia.org, sepakbola.biz, plate-tectonics.jadwal-shalat.com, dsb.


Tags (tagged): tektonika lempeng, plate, tectonics sttbinatunggal, tektonika, lempeng, plate tectonics,
sttbinatunggal, batas, pergerakan lateral lempeng, lazimnya, semua, disiplin, ilmu sekaligus
membaharui, dunia, selatan, busur, pulau jepang japanese, island arc, utama, pergerakan lempengan
sumber, energinya itu, buku, ensiklopedi dunia and, considers carefully, the, coasts of the, three
continents, a, tektonika lempeng tektonika, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, ensiklopedi dunia,
kelas, eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedia

Bahasa

English

HOME

Pengetahuan Umum

⊚ Agama

⊚ Asia

⊚ Elektronika

⊚ Guyana

⊚ Ilmu Pengetahuan

⊚ Irlandia Utara
⊚ Kupang

⊚ Lamandau

⊚ Musik

⊚ Oseania

⊚ Sejarah

Informasi PTS Penyelenggara

Program Kuliah Karyawan

Profile Penyelenggara

Penerimaan Mhs

Program Studi di PTS

Jurusan + Kurikulum

Download Formulir

Pilihan Pintar

Dapat Kerja Baru atau Menaikkan Karir

Tektonika lempeng ⊚ Buku Ensiklopedi Dunia

Anda mungkin juga menyukai