Kejang demam adalah suatu kejang yang paling umum terjadi pada masa kecil. Kejang demam
berada pada puncak angka insidensi pada tahun kedua, yaitu sebesar 2% hingga 5% pada populasi
anak-anak. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), kejang demam adalah kejang yang
disertai dengan demam (suhu 100,4oF atau 38oC) tanpa adanya infeksi atau kerusakan pada saraf
pusat bayi dan anak usia 6 hingga 60 bulan. Prevalensi anak dengan kejang demam sebanyak 3-
4% pada semua anak di Amerika Utara dan Eropa Barat, namun lebih tinggi prevalensi di
Finlandia, Jepang, dan Guam (Ma dan McCauley, 2018).
Kejang demam dengan selama <10 menit terdiri dari aktivitas tonik dan klonik (kejang) dan tanpa
pengulangan dalam 24 jam atau dalam penyakit demam yang sama. Subjek dengan demam
sederhana kejang memiliki risiko epilepsi berikutnya sebesar 2-3%.
Terjadi kejang parsial, durasi berlangsung lama (> 15-20 menit), kejang demam berulang dalam
waktu 24 jam episode pertama dan hubungan dengan kelainan neurologis postictal, seperti Todd
paresis (Todd Paresis adalah sindrom yang terkait dengan kelemahan atau kelumpuhan sebagian
atau seluruh tubuh setelah kejang onset fokus. Ini biasanya mempengaruhi satu anggota badan atau
setengah dari tubuh tetapi dapat memiliki berbagai presentasi.) Kejang demam kompleks diikuti
oleh epilepsi pada 4-15% (Chung, 2014) (Guevara-Gonzalez, 2018).
Ma, L., dan S. O. McCauley. 2018. Management of Pediatric Febrile Seizures. The Journal for
Nurse Practitioners. 14(2), 74-80.