Anda di halaman 1dari 8

PENGUKURAN DAMPAK SOSIAL: SEBUAH TINJAUAN LITERATUR

TERHADAP METODE, KETERBATASAN, DAN APLIKASINYA


Arip Budiono
Universitas Katolik Parahyangan Bandung

Abstract
Social Entrepreneurship is a concept which focuses on company’s social role to the
society, in addition to the company's goal to achieve a profit. The role is manifested
through creating social value in societies which its social impacts can be measured by
various alternative methods. This assessment is carried out theoretically on three
measurement methods of social value, they are: Social Return on Investment (SROI),
Benefit-Cost Analysis (BCA), and the Poverty and Social Impact Analysis (PSIA).
Limitations of these measurement methods are caused by the lack of common standards,
the complexities of a social value measurement, and the technical constraints of the
methods. These various alternative methods of social impact measurement can be
applied by companies or governments. Companies can use it to measure the social
impact of a social program or a certain activity held by firms, while governments can
use it as one of suggestion in formulating policies / programs related to social activities.

Keywords: Social value, Social Return on Investment, Benefit-Cost Analysis, the


Poverty and Social Impact Analysis

PENDAHULUAN
Paham kapitalisme memandang keuntungan sebagai tujuan utama dari suatu
perusahaan. Hal tersebut memicu timbulnya berbagai masalah sosial dan ekonomi yang
tercermin dari semakin besarnya tingkat kesenjangan sosial dari waktu ke waktu.
Berbeda dengan hal tersebut, Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)
merupakan suatu konsep yang berkembang dengan memberikan perhatian terhadap
peran sosial perusahaan kepada masyarakat disamping tujuan perusahaan untuk
mencapai profit.
Kewirausahaan sosial menghasilkan pengusaha sosial yang berbeda dari
pengusaha konvensional. Pengusaha konvensional fokus pada menciptakan nilai
finansial sedangkan pengusaha sosial fokus pada penciptaan nilai sosial (Auerswald,
2009). Pengusaha sosial akan berusaha menciptakan suatu nilai sosial dengan
memanfaatkan peluang yang ada. Penciptaan nilai sosial tersebut akan menciptakan
suatu perubahan sosial di masyarakat yang dampaknya dapat diukur dengan berbagai
alternatif pendekatan metode pengukuran.
Tujuan
Dari hasil pengkajian yang bersifat teoritis ini, diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai alternatif dari metode pengukuran dampak sosial yang dapat
diterapkan oleh perusahaan/organisasi, keterbatasan dari metode-metode pengukuran
nilai sosial, dan aplikasi dari pengukuran nilai sosial.

NCFB-V FB-UKWMS-SURABAYA, 25 APRIL 2012


PEMBAHASAN
Kewirausahaan sosial terkait erat dengan penciptaan nilai sosial yang dapat
diukur dengan berbagai pendekatan pengukuran. Phills, et al. (2008) mendefinisikan
nilai sosial sebagai penciptaan manfaat atau pengurangan biaya bagi masyarakat,
melalui upaya untuk mengatasi kebutuhan dan masalah masyarakat, dengan
menggunakan cara yang melampaui perolehan perorangan dan manfaat umum dari
aktivitas pasar. Pembahasan akan dilakukan terhadap nilai sosial yang dimulai dengan
review beberapa metode-metode pengukuran nilai sosial (Social Return on Investment,
Benefit-Cost Analysis, dan Poverty and Social Impact Analysis) serta keterbatasan dan
aplikasi potensial dari metode pengukuran dampak sosial.
Metode Pengukuran
Terdapat berbagai macam metode dan kerangka kerja yang telah dikembangkan
untuk mengukur nilai sosial. Clark, et al. (2004), telah mengkategorikan metode-metode
pengukuran nilai sosial berdasarkan fungsinya kedalam tiga kategori umum, yaitu:
Metode Proses: alat yang digunakan untuk memantau efisiensi dan efektivitas dari
output, variabel, maupun indikator yang digunakan manajemen untuk melacak proses
yang sedang berjalan. Output tersebut kemudian dapat dievaluasi dalam hal sejauh mana
output memiliki korelasi atau menyebabkan suatu outcomes sosial yang diinginkan.
Metode Dampak: alat penghubung outputs (keluaran) dan outcomes (hasil) yang dapat
digunakan untuk membuktikan outcome tambahan relatif terhadap alternatif lainnya.
Metode Monetisasi: mengkonversikan keluaran/dampak dengan menetapkan kesetaraan
nilai uang.
Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, sebuah metode dapat masuk ke dalam satu
atau lebih dari tiga kategori umum. Metode monetisasi merupakan metode yang
menarik dalam dua hal yaitu: mudah untuk dipahami karena dampak sosial dikaitkan
langsung dengan nilai uang dan menghasilkan nilai yang dapat digunakan sebagai
patokan atau dasar pengambilan keputusan oleh pihak terkait. Oleh karena itu,
pembahasan dilakukan terhadap tiga metode dalam kategori monetisasi untuk
memberikan gambaran mengenai proses pengukuran nilai sosial.
Tabel 1. Metode Pengukuran Dampak Sosial
Metode Proses Dampak Monetisasi
Theories of Change X
Balanced Scorecard X X
Acumen Scorecard X
Social Return Assessment X
AtKisson Compass Assessment X X
Ongoing Assessment of Social X X
Impacts
Social return on Investment X X
Benefit-Cost Analysis X X
Poverty and Social Impact Analysis X X
Sumber: Diadaptasikan dari Clark, et al., 2004

133
a. Social Return on Investment (SROI)
SROI (Social Return on Investment) dipelopori oleh Roberts Enterprise
Development Fund (REDF). Konsep ini telah berkembang menjadi kerangka yang
digunakan secara luas dan telah didukung dan dikembangkan bersama oleh NEF (The
National Economic Foundation). Pengukuran SROI yang dibahas disini dibuat
berdasarkan publikasi NEF yang ditulis oleh Lawlor, et al. (2008) dengan judul
“Measuring value: a guide to social return on investment (SROI)”.
Analisis SROI merupakan proses pemahaman, pengukuran dan pelaporan nilai
sosial, lingkungan, dan ekonomi yang dihasilkan oleh sebuah organisasi berdasarkan
analisis manfaat-biaya, akuntansi sosial, dan audit sosial. SROI adalah alat yang dapat
dipergunakan untuk membuktikan serta memperbaiki. Dalam hal pembuktian, SROI
menyediakan sarana yang kuat untuk menunjukkan dan mengkomunikasikan nilai
sosial. Hal ini memungkinkan organisasi dan investor untuk melihat berapa banyak dan
dimana nilai sosial diciptakan. Selain itu, SROI memungkinkan karyawan untuk
berhenti dari rutinitas operasional dan melihat pekerjaan yang mereka lakukan dengan
menggunakan perspektif baru. Wawasan yang dihasilkan tersebut dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan di masa depan sehingga kinerja sebuah proyek atau organisasi
dapat terus ditingkatkan.
SROI mengukur suatu nilai manfaat relatif terhadap investasi yang dikeluarkan
untuk mencapai manfaat tersebut. Rasio yang dihasilkan menunjukan perbandingan
antara Net Present Value dari manfaat (benefits) dengan Net Present Value dari
investasi (investment) yang diperlukan untuk mencapai manfaat tersebut. Analisis SROI
dilakukan melalui empat tahapan yaitu: penentuan batasan dan pemetaan dampak,
pengumpulan data, pemodelan, perhitungan, dan pelaporan. Setiap tahapan terdiri dari
beberapa langkah seperti yang tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Tahapan Analisis SROI
Tahapan Langkah
1 Penentuan batasan dan 1 Menetapkan parameter untuk analisis SROI
pemetaan dampak 2 Identifikasi, penyusunan prioritas, dan melibatkan
stakeholder
3 Mengembangkan teori perubahan
2 Pengumpulan data 1 Memilih indikator
2 Identifikasi nilai finansial
3 Pengumpulan data
3 Pemodelan dan 1 Analisis Input
perhitungan 2 Menambahkan manfaat
3 Memproyeksikan nilai masa depan
4 Menghitung SROI
5 Melakukan analisis sensitivitas
6 Menghitung nilai tambah dan payback period
(optional)
4 Pelaporan 1 Mempersiapkan laporan SROI
2 Mengkomunikasikan
Sumber: Diadaptasikan dari Lawlor, et al. (2008)

134
Penerapan analisis SROI sangat fisibel dan memerlukan biaya yang relatif
rendah jika sebuah organisasi telah memiliki data biaya, pendapatan, dan hasil yang
diinginkan. Clark, et al. (2004) menyatakan bahwa metode ini memiliki kredibilitas
yang lebih tinggi dari pendekatan lainnya karena didasarkan pada data output dan hasil
usaha yang aktual tetapi kredibilitasnya tetap lebih rendah dari analisis ekonomi yang
rinci karena tidak adanya analisis kontra faktual yang dirancang khusus untuk
perbandingan dengan apa hasil-hasil sosial yang akan terjadi jika usaha itu tidak ada.
b. Benefit-Cost Analysis
Benefit-cost analysis merupakan suatu jenis analisis ekonomi dimana biaya dan
dampak sosial dari suatu investasi dinyatakan dalam nilai uang, serta penilaiannya
didasarkan pada satu atau lebih dari tiga ukuran berikut:
a) Net Present Value (nilai keseluruhan dari seluruh biaya, pendapatan, dan dampak
sosial setelah didiskontokan sehingga mencerminkan periode akuntansi yang sama).
b) Benefit-cost ratio (nilai pendapatan dan dampak positif setelah didiskontokan dibagi
dengan nilai biaya dan dampak negatif setelah didiskontokan).
c) Internal rate of return (nilai bersih pendapatan ditambah dengan dampak sosial
yang dinyatakan sebagai persentase pengembalian tahunan dari total biaya
investasi).
Tabel 3. Input dan Output Benefit-Cost Analysis
Informasi yang Dibutuhkan Hasil Analisis
Ukuran komprehensif dari biaya program Ukuran dari manfaat bersih terhadap
pada setiap waktu secara agregat dan masyarakat
spesifik untuk berbagai pemangku
kepentingan.
Ukuran dari dampak program pada setiap Rasio manfaat (benefits) terhadap
titik waktu biaya (costs)
“Shadow prices” untuk menilai semua Ukuran tingkat pengembalian terhadap
keluaran dalam nilai uang secara agregat masyarakat (rate of return to society)
dan spesifik untuk berbagai pemangku
kepentingan.
Sumber: Diadaptasikan dari Karoly, 2008
Benefit-cost analysis (analisis manfaat-biaya) digunakan oleh para ekonom
untuk mengevaluasi investasi ketika konsekuensi penting dari suatu investasi tidak
sepenuhnya tercermin dalam penerimaan dan pengeluaran. Metode ini digunakan untuk
mengevaluasi berbagai macam investasi sektor publik (program pemerintah dalam
negeri, program bantuan asing, investasi sosial yang didanai yayasan, dll) serta investasi
double-bottom line yang bertujuan untuk memberikan dampak sosial disamping
pendapatan bagi perusahaan (Clark, et al., 2004). Selain itu, metode ini juga dapat
digunakan oleh pihak luar organisasi untuk mengetahui efisiensi dari investasi atau
hibah yang diberikan.
Kredibilitas Benefit-cost analysis bergantung pada penggunaan desain penelitian
yang tepat untuk mengukur dampak sosial. Hasil pengukuran yang pasti tidak dapat
diperoleh sampai nilai sosial telah diukur tetapi tingkat pengembalian sosial atas
investasi dapat diperkirakan dengan menggunakan asumsi tentang dampak sosial yang

135
diharapkan (Clark, et al., 2004). Penerapan metodologi ini dalam evaluasi program
sosial belum mencapai kematangan sampai saat ini. Salah satu tantangan besar dalam
menerapkan pendekatan manfaat-biaya adalah penentuan “shadow prices” yang tepat
terhadap setiap hasil jangka pendek dan jangka panjang dari program sosial (Karoly,
2008).
c. Poverty and Social Impact Analysis (PSIA)
PSIA merupakan pendekatan analitik sistematis yang digunakan untuk
menganalisis distribusi dampak dari kebijakan perubahan pada kesejahteraan berbagai
kelompok pemangku kepentingan yang berbeda dengan memberikan penekanan pada
kaum miskin dan rentan (World Bank, 2003). PSIA bukan merupakan alat untuk
penilaian besaran dampak itu sendiri tetapi lebih merupakan proses untuk
mengembangkan penilaian dampak sistematis untuk proyek tertentu. Analisis PSIA
dilakukan dengan melakukan identifikasi asumsi pelaksanaan program, sarana yang
digunakan, pemangku kepentingan yang relevan, dan struktur kelembagaan. Setelah itu,
dampak sosial dan risiko sosial dari program diperkirakan dengan menggunakan teknik
analisis yang disesuaikan dengan proyek tersebut.
Tabel 4. Metode dan Tools PSIA
Tahapan Keterangan
1 Identifikasi Identifikasi Pemangku Kepentingan
2 Penilaian Penilaian institusi terkait
3 Analisis Dampak Social impact analysis, Beneficiary assessment,
Sosial – Social Tools Participatory poverty assessment, Social capital assessment
tool, & Demand analysis
4 Analisis Dampak 1. Direct impact analysis tools
Ekonomi – 2. Behavioral models.
Economics Tools 3. Partial equilibrium models
4. General equilibrium models
5. Tools penghubung distribusi ekonomi mikro/perilaku
dengan kerangka/model ekonomi makro
5 Penilaian Resiko Penilaian resiko sosial dan analisis skenario
6 Monitoring dan Public expenditure Tracking Survey (PETS), Quantitative
Evaluasi Service Delivery Survey (QSDS), & Citizen Report Card
Sumber: Diadaptasikan dari World Bank, 2003

PSIA merupakan suatu metodologi yang dirancang untuk digunakan oleh staf
Bank dan analis pemerintah dengan menggunakan masukan dari pemangku kepentingan
lokal non-pemerintah di negara berkembang (Clark, et al., 2004). Metode ini relatif sulit
digunakan karena membutuhkan biaya yang besar dalam aplikasinya sehingga
umumnya tidak fisibel diterapkan oleh organisasi dengan keterbatasan sumber daya.
Keterbatasan
Clark, et al. (2004) mengidentifikasi resiko potensial yang mengancam
kredibilitas dari ketiga metode tersebut yaitu: pengukuran dampak berdasarkan desain
penelitian lemah, pengukuran tidak berdasarkan kerangka akuntansi sosial yang kuat
(misalnya, kurangnya kejelasan tentang manfaat dihitung berdasarkan perspektif siapa),

136
dan dampak atau biaya yang tidak berwujud tidak dilibatkan dalam analisis. Selain
masalah tersebut, berbagai literatur menjelaskan mengenai kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada berbagai pendekatan lainnya untuk pengukuran dampak sosial.
a. Tidak adanya standar umum.
Masalah terbesar yang dihadapai dalam perhitungan dampak sosial adalah tidak
adanya konsistensi. Banyak organisasi mengembangkan berbagai pendekatan dalam
melakukan perhitungan terhadap dampak sosial sehingga terdapat ratusan pendekatan
yang dapat digunakan. Kesulitan timbul karena tidak terdapat satu metode yang
disepakati secara umum sebagai standar perhitungan dan pelaporan. Hal tersebut
mengakibatkan sulitnya memperoleh konsistensi perhitungan dan pelaporan. Clark, et
al. (2004) menyatakan bahwa akibat dari tidak adanya standar tersebut adalah
banyaknya usaha yang dinilai hanya dari aspek finansialnya saja walaupun tujuan sosial
merupakan motivasi utama dari perusahaan tersebut.
b. Kompleksitas pengukuran nilai sosial
Pengukuran nilai sosial merupakan hal yang kompleks karena tidak adanya ukuran pasti
seperti yang terdapat pada ilmu alam. Pengertian dari nilai sosial sendiri sangatlah
relatif dan situasional seperti yang dinyatakan oleh Mulgan (2010), yaitu bahwa nilai
sosial (social value) bukanlah suatu fakta objektif; nilai sosial muncul dari interaksi
penawaran dan permintaan sehingga dapat berubah sesuai dengan waktu, tempat, dan
situasi.
Kegagalan dalam mengukur nilai yang dihasilkan pada sektor sosial dan masyarakat
disebabkan oleh adanya kompleksitas yang tidak terhindarkan. Mulgan
mengidentifikasikan terdapat empat kompleksitas yang dapat menyulitkan dalam
pengukuran nilai sosial tersebut, yaitu: tidak adanya hukum dan keteraturan yang tegas
di bidang sosial, kesulitan dalam mencapai kesepakatan tentang apa hasil yang
diinginkan dari suatu aksi sosial, ukuran pengukuran nilai sosial yang secara inheren
tidak bisa diandalkan, dan masalah waktu (memperkirakan berapa banyak manfaat
tindakan pada beberapa tahun kedepan dibandingkan dengan berapa banyak biaya untuk
menerapkannya sekarang).
c. Kendala Teknis
Kendala teknis terkait dengan penggunaan pendekatan yang mendasari metode p
erhitungan nilai sosial terutama metode-metode pada kategori monetisasi. Kebanyakan
metode tersebut menggunakan parameter-parameter pendekatan yang lazim digunakan
dalam dunia bisnis, sementara hal yang diukur adalah nilai sosial yang secara alamiah
berbeda dengan ranah bisnis. Melinda T. Tuan (2008) mengidentifikasi beberapa
kelemahan teknis yang terdapat pada metode-metode yang digunakan dalam
perhitungan nilai sosial. Kelemahan tersebut terkait dengan penggunaan asumsi,
discount rates, kerangka waktu, shadow prices, interdependensi, dan anggapan nilai.
Aplikasi
Meskipun terdapat beberapa keterbatasan dari metode pengukuran nilai sosial,
terdapat beberapa keuntungan dengan melakukan pengukuran terhadap dampak sosial
yang dihasilkan oleh aktivitas organisasi atau perusahaan.

137
a. Pemerintah
Pengukuran dampak sosial dapat digunakan oleh pemerintah sebagai masukan
dalam perumusan strategi yang tepat untuk membantu perkembangan usaha
berwawasan sosial di Indonesia. Hal tersebut penting mengingat besarnya dampak
sosial yang dapat diberikan oleh suatu perusahaan sosial dalam menciptakan nilai sosial
di masyarakat yang dapat membantu pencapaian tujuan negara sesuai amanat konstitusi.
Sebagai contoh: Pemerintah Inggris memperkirakan bahwa orang yang cacat akan
bergantung pada tunjangan jangka panjang untuk jangka waktu rata-rata 8 tahun
sehingga setiap kali sebuah perusahaan sosial mempekerjakan orang cacat terdapat
penghematan tunjangan 8 tahun bagi negara. Jumlah tersebut setara dengan 70.000 Euro
untuk setiap karyawan cacat yang bekerja di sebuah perusahaan sosial (Kennedy, 2010).
b. Perusahaan
Pengukuran dampak sosial dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk
mengetahui besaran dampak sosial dan memilih kebijakan yang tepat terkait program
sosialnya. Informasi mengenai dampak sosial yang lebih baik dapat membuat
pengambil keputusan memilih tindakan sosial yang membantu mengurangi ketimpangan
sosial di masyarakat sehingga keputusan tersebut dapat memberikan dampak sosial
lebih besar. (Nicholls, 2007)
Terkait dengan program CSR suatu perusahaan, pengukuran dampak sosial dapat
membantu perusahaan tersebut dalam mengukur dampak sosial dari program yang
diterapkan dan memberikan masukan dalam perancangan program CSR yang tepat.
Terdapat banyak literatur yang mendorong perusahaan untuk mengadaptasikan
pengukuran terhadap aktivitas-akitivitas tersebut sehingga dapat diperoleh berbagai
keuntungan, diantaranya: keuntungan merek dan reputasi, keuntungan sumber daya
manusia, keuntungan biaya, manajemen risiko, inovasi, dan semakin mudahnya akses
terhadap modal (ESCAP, 2009).

SIMPULAN
Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan dalam pengukuran nilai sosial.
Metode tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: proses, dampak, dan
monetisasi. Metode monetisasi memiliki keunggulan dalam hal kemudahan untuk
dipahami dan menghasilkan nilai yang dapat digunakan sebagai patokan/dasar
pengambilan keputusan. Pembahasan dilakukan terhadap tiga metode pengukuran yaitu:
Social Return on Investment, Benefit-Cost Analysis, dan Poverty and Social Impact
Analysis.
Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Secara
umum, keterbatasan dalam berbagai pendekatan pengukuran nilai sosial yang ada
adalah: belum terdapat standar yang disepakati bersama, kendala teknis, dan
kompleksitas dalam pengukuran nilai sosial. Pengukuran dampak sosial dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk mengetahui besaran dampak sosial dan
memilih kebijakan yang tepat. Pemerintah dapat menggunakannya sebagai masukkan
dalam menyusun kebijakan terkait aktivitas sosial mengingat besarnya potensi dampak
dari aktivitas sosial yang dihasilkan dari suatu aktivitas sosial terhadap masyarakat.

138
DAFTAR PUSTAKA
Auerswald, P. (2009). Creating Social Value. Palo Alto: Stanford Social Innovation
Review.
Clark,C., Rosenzweig, W., Long, D., & Olsen, S. (2004). Double bottom line project
report: Assessing social impact in double bottom line ventures. The Rockefeller
Foundation.
ESCAP. (2009). Creating business and social value: The Asian way to integrate CSR
into business strategies. Bangkok: United Nations Economic and Social
Commission For Asia And The Pacific.
Karoly, L.A. (2008). Valuing benefits in benefit-cost studies of social programs.
Pittsburgh: RAND Corporation.
Kennedy, R. (2010). Social return on investment and social firms as an effective ALMP
for the most vulnerable. Liverpool: The SROI-network UK.
Lawlor, E., Murray, R., Neitzert, E., & Sanfilippo, L. (2008). Investing for social value:
measuring social return on investment for the Adventure Capital Fund. London:
National Economic Foundation.
Mulgan, G. (2010). Measuring Social Value. Palo Alto : Stanford Social Innovation
Review
Lawlor, E., Murray, R., Neitzert, E., & Sanfilippo, L. (2008). Measuring value: a guide
to social return on investment (SROI), 2nd edition. London: National Economic
Foundation.
Nicholls, J. (2007). Why measuring and communicating social value can help social
enterprise become more competitive. Cabinet Office.
Phills, J.A., Jr., Deiglmeier, K., & Miller, D.T. (2008). Rediscovering Social Innovation.
Palo Alto: Stanford Social Innovation Review.
Poverty Reduction Group & Social Development Department. (2003). A User’s Guide
to Poverty and Social Impact Analysis. Washington DC : World Bank.
Tuan, M.T. (2008). Measuring and/or estimating social value creation: Insights into
eight integrated cost approaches. Narberth: Bill & Melinda Gates Foundation.

139

Anda mungkin juga menyukai