Anda di halaman 1dari 3

PERAN SENTRAL PEMUDA MENGHADAPI MEA (ASEAN Economic

Community) 2015

Mengutip dari pidato Bung Karno (Sang Proklamator) “1000 orang tua hanya
bisa berharap, beri aku 1 pemuda akan kugoncangkan dunia”. Hal ini terbukti peran
pemuda dalam merebut dan mewujudkan kemerdekaan bagi Indonesia. Kalau kita
berkaca dari sejarah, bagaimana aksi heorik pemuda ketika mendesak Soekarno-Hatta
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, bagaimana peran diplomasi pemuda
untuk merebut kemerdekaan. Tentu hal di atas adalah bukti nyata pemuda dalam
mengubah peradaban.
Pemuda sering menjadapat julukan sebagai agent of change, social control,
dan iron stock. Akan tetapi, seiring waktu peran pemuda mengalami kemerosotan
yang derastis. Berdasarkan Eliasa (2012), pemuda saat ini sudah melewati batas dan
mengesampingkan kesan pemuda yang produktif. Pemuda saat ini cenderung untuk
berfoya-foya, hura-hura, dan dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Pemuda
seakan tidak sadar beban, tugas, dan amanah yang ada dipundak mereka. Maka
mengutip pernyataan Jokowi “kita perlu revolusi mental”, iya revoluasi mental adalah
metode yang tepat dengan menggunakan konsep brainwash untuk membangkitkan
etos kerja pemuda.
Sudah pasti peran pemuda sangat vital di semua lini. Peran pemuda yang
sangat vital tersebut juga akan diperlukan pada 2015 seterusnya dimana kita akan
menyambut dengan hangat datangnya AEC (ASEAN Economic Community). AEC
2015 memiliki dua sudut pandang yang berbeda. AEC 2015 sebagai ancaman besar
bagi Indonesia atau bahkan kita melihat AEC 2015 sebagai peluang yang sangat besar.
Kita akan merasa AEC sebagai ancaman apabila kita berada dalam posisi yang tidak
siap, AEC akan menghancurkan pasar industri lokal, AEC akan membuat peluang
untuk mendapatkan kerja semakin kecil. Di sisi lain, apabila kita sudah siap atau
paling tidak memersiapkan diri untuk AEC maka yang terjadi akan sebaliknya.
Berdasarkan data yang didapatkan dari world bank tahun 2011 Indonesia
mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di Negara-negara ASEAN dan ada pada
urutan ketiga dunia setelah China dan India. Selain itu, kenyataan investasi Indonesia
mencapai angka tertinggi dalam sejarah yaitu Rp313,2 T. Data di atas menunjukan
peluang Indonesia untuk menjadi pemenang sangat tinggi. Tapi, disamping itu juga
ada kelemahan Indonesia yang sangat fundamental. Kenytaan pahitnya, ekspor
Indonesia hanyalah bahan baku mentah (raw material) dan masih kalah dengan
Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dengan demikian, dapat diasumsikan Indonesia
belum siap untuk AEC 2015.

Pertanyaanya adalah “Apa yang bisa kita lakukan sebagai pemuda untuk
AEC?”

Menghadapi persaingan dengan Negara lain tidaklah mudah, kita nanti akan
bersaing secara terbuka dengan Singapura, Malaysia, dll. Maka pemuda Indonesia
harus melakukan revolusi, sudah menjadi identitas kita sebagai pemuda Indonesia
untuk menuai kesuksesan kembali dan mengulang sejarah. Kondisi seperti ini perlu
adanya penyadaran bagi kaum-kaum muda sebegai generasi penerus bangsa ini.
Generasi muda harus mempersiapkan dirinya ketika pasar bebas ASEAN sudah
diberlakukan. Keberlanjutan negara ini ada di tangan kaum muda-mudi, ketika
kesadaran akan pentingnya membenahi diri untuk menghadapi MEA bagi para
generasi muda tidak ada, Indonesia nantinya akan terjual ke negara lain dan negara
indonesai akan dikuasai oleh negara lain.
Dukungan dari generasi muda untuk menghadapi MEA merupakan salah satu
kekuatan Indonesia untuk dapat bertahan dalam persaingan pasar bebas. Generasi
muda perlu membuat berbagai kegiatan diantaranya yaitu menciptakan usaha sendiri
selagi mahasiswa, mensosialisasikan MEA dan mengajak kaum muda lain untuk
meningkatkan daya wirausaha sehingga usaha-usaha baru akan muncul dan bisa
mempertahankan perekonomian negara. Generasi muda merupakan salah satu
tonggak keberhasilan tujuan negara, karena kaum mudalah pemegang keberlanjutan
negara.
Cara memenangkan AEC mau tidak mau harus melalui bisnis. Dukungan
pemuda dalam konteks ini adalah dukungan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
secara makro. Diantara kekuatan Indonesia dalam dunia bisnis adalah dalam bidang
ekonomi kreatif. Konsep ekonomi kreatif adalah informasi dan kreatifitas dimana ide
dan pengetahuan bersumber dari SDM yanag merupakan faktor produksi utama dalam
kegiatan ekonomi. Tentu dengan konsep ekonomi kreatif tersebut pemudalah yang
mampu menerapkan. Pemerintah sudah mendukung program untuk memunculkan
ekonomi kreatif. Pada tingkat universitas pemerintah melalui DIKTI memberikan
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk menggali potensi pemuda. Pemerintah
juga memberikan dana hibah bagi pelaku usaha kecil. Tentu kita sebagai pemuda
sudah selayaknya mendukung program-program tersebut.
Selain menerapkan program ekonomi kreatif, pemerintah dan seluruh
masyarakat hendaknya memberdayakan UMKM-UMKM yang ada. Di sinilah
pemuda harus mengambil kesempatan sebesar-besarnya. Melalui UMKM setidaknya
memberikan pasar di 11 negara Asean. Industri UMKM juga bisa mengambil
kesempatan dengan memperbesar kuota ekspor ke luar negeri dimana harga jual
barangnya pasti lebih tinggi selain tetap memenuhi kebutuhan dalam negeri yang juga
merupakan pasar yang sangat besar. Bila kita bisa mengambil kesempatan,
masyarakat akan untung, kesejahteraan pun meningkat.
Pada kenyataanya, apabila kita melihat pasar keluar ternyata banyak barang-
barang dari Indonesia yang diekspor berasal dari produk UMKM. Kualiltas barang
ekspor dari Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Dengan penerapan konsep ekonomi
kreatif dan UMKM, kita sebagai pemuda sudah memberikan sumbangan pasti
terhadap berkembangnya ekonomi nasional. Kita bisa memberikan dampak positif
terhadap masyarakat, memberikan dampak positif terhadap Negara dan memenangkan
kompetisi pasar bebas ASEAN.
Aspek kedua yang merupakan lahan pemuda untuk AEC adalah dunia
pendidikan. Kita sebagai pemuda dapat berkaca atau melihat konsep tridharma
perguruan tinggi yang mulia. Konsepnya adalah pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat. Dari konsep di atas, pendidikan merupakan kunci utama atau
master key yang dapat digunakan sebagai senjata untuk kemajuan peradaban. Kita
sebagai pemuda harus memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, karena dengan ilmu
derajat kita akan tinggi juga. Lalu kita melakukan penelitian yang berdampak
terhadap masyarakat. Hasil penelitian lalu diaplikasikan untuk kesejahteraan
masyarakat.
Pada dasarnya, semua yang kita lakukan diharapkan akan member sumbangan
positif untuk masyarakat. Hal ini sesuai dengan MDGs (Millennium Development
Goals) kesejahteraan adalah tujuan utama. Pemuda adalah sumber kekuatan terbesar
untuk mewujudkan cita-cita MDGs. Selama ini kemiskinan, kelaparan, pendidikan,
kesetaraan gender, kesehatan ibu, HIV/AIDS, lingkunan, kematian anak, dan kerja
sama global masih menjadi persoalan kita bersama dan dicanangkan kedalam MDGs
(Millennium Development Goals) yang harus dicapai oleh semua kalangan. Saat ini
kita Indonesia berdasarkan data UN (United Nation) berada di posisi yang serba
kurang. Ada beberapa target yang perlu dicapai, ada yang sukses, ada yang stagnan,
ada yang belum tercapai. Dengan semangat dan kerja keras, pemuda sebagai generasi
penerus bangsa memberikan andilnya.
Pemuda memiliki kekuatan yang sangat besar yang tidak dimiliki oleh fase
usia lain yaitu: semangat, kreativitas, dan kesempatan lapang. Untuk merealisasikan
MDGs bisa sesuai dengan profesi atau bidang kita masing-masing. Untuk mahasiswa
kedokteram/dokter bisa melakukan kampanye terbuka untuk menentang HIV/AIDS
dan bisa melakukan sosialisasi terhadap masyarakat. Untuk mahasiswa pertanian bisa
melakukan inovasi untuk meningkatkan hasil panen bagi kaum petani. Semua bisa
kita mulai dengan bersama-sama beraksi sesuai profesi dan bidang kita. Kita harus
yakin kita bisa dan kita pasti menang!!!

DAFTAR REFERENSI
Ahmada. 2014. Peran Generasi Muda dalam Menyambut AEC 2015: Melalui
Program Ekonomi Kreatif dan UMKM. (http://ahmada-tasnim-
fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-107425-umum-Peran%20generasi
%20muda%20dalam%20menyambut%20ASEAN%20Economic
%20Community%202015:%20Melalui%20Program%20Ekonomi%20Kreatif
%20&%20Pemberdayaan%20UMKM.html). Diakses pada 20 November
2014 pukul 11.46 WIB.
Eliasa, Eva. 2012. Kenakalan Remaja: Penyebab dan Solusinya. Jogjakarta: UNY.
Grehenson, Gusti. 2011. Dukung Percepatan MDGs, Mahasiswa Deklarasi Youth
Millennium Drive. (http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=4187). Diaskes
pada 20 November 2014 pukul 11.46 WIB.
Nelson, R.., P. Schultz, and R. Slighton. 2011. Structural change in a Developing
Economy. Princeton: Princeton University Press.
Saragih, Arion. 2014. Peran Pemuda Menghadapi Pasar Bebas ASEAN.
(http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/02/25/peran-mahasiswa-
menghadapi-pasar-bebas-asean-634662.html). Diakses pada 20 November
2014 pukul 11.46 WIB.

Anda mungkin juga menyukai