Anda di halaman 1dari 20

PAI

“ISLAM DALAM MENGHADAPI MODERNISASI”

Oleh :

Kelompok VII

Kelas 2A PJKR

RAHMITA (6017005)

Rati Agusti Pramita (6017110)

Deva Novriansyah (6017021)

Dosen Pengampu : WATI NINGSIH,M.Pd

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PENJASKESREK

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP PGRI LUBUK LINGGAU)

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas makalah ini kami berusaha menyusunnya
dengan sebaik-baiknya dan bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada mahasiswa yang
lain agar mengetahui tentang ISLAM MENGHADAPI MODERNISASI.

Tanpa bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan kami tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh karena itu ucapan terima kasih kami tujukan
kepada ibu WATI NINGSIH,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah PAI olahraga yang
telah memberikan kesempatan waktu dan motivasi kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini sangat kami butuhkan.

Lubuk Linggau, 21 febuari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 3

BAB II PENDAHULUAN

A. Memahami Konsep Islam Tentang Iptek, Ekonomi,Politik, Sosial Budaya


Dan Pendidikan ................................................................................................ 4
B. Mengapa diperlukan Perspektif Islam dalam Implementasi Iptek Ekonomi
Politik, Sosial Budaya dan Pendidikan ............................................................ 6
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologi dan Filosofis Tentang Konsep Islam
Dalam Mengenai Iptek Politik, Sosial Budaya dan Pendidikan ..................... 9
D. Membangun Argumen Tentang Kopatibel Islam Dan Tentang Modernisasi ... 9
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Kontekstualitas Pemahaman Islam
dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi .................................................... 1O
F. Ayat Dalam Alquran Tentang Islam Menghadapi Modernisasi ....................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama "ditantang" untuk bisa hidup secara eksistensial. Agama pun


diharapkan memiliki signifikansi moral dan kemanusiaan bagi
keberlangsungan hidup umat manusia. Secara realistik, tugas semacam itu
masih dibenturkan dengan adanya kehadiran modernitas yang terus- menerus
berubah dan menari-nari di atas pusarandunia sehingga menimbulkan gesekan
bagi agama. Dalam penampakan dunia yang sangat kompleks ini, peran agama
tidak bisa dipandang sebelah mata. Kehidupan yang sangat dinamis ini
merupakan realitas yang tidak bisa dihindarkan dan perlu direspon dalam
konstruksi pemahaman agama yang dinamis pula. Tarik-menarik antara tradisi
(agama) dan modernitas menjadi wacana yang masih hangat untuk selalu
diperdebatkan. Ada kesan bahwa agama itu bertolak belakang dengan
modernitas. Agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dan dalam arti yang
seluas-luasnya. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif,
bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap
terbuka, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, mencintai kebersihan
dan mengutamakan persaudaraan.( Syafaq, 2011, hal. 103).
Agama Islam lahir pada abad ke- 6 Masehi di semenanjung Arabia.
Pada awal kehadirannya, Islam mengalami hambatan kultural karena lahir di
tengah masyarakat pengembara (nomaden) dan tidak berperadaban. Namun
dalam perkembangan. selanjutnya penyebaran agama Islam sangat menarik
minat para ahli sejarah. Dalam jangka waktu yang sangat singkat, sekitar 23
tahun, Islam telah dianut oleh penduduk yang mendiami ½ wilayah dunia. Pada

1
akhir abad ke-20 agama besar ini menjadi agama yang dipeluk oleh lebih dari 1
milyar manusia yang tersebar di seluruh dunia, terutama di Asia dan Afrika.

Islam yang diakui pemeluknya sebagai agama terakhir dan penutup


dirangkaikan petunjuk Tuhan untuk membimbing kehidupan manusia,
mengklaim dirinya sebagai agama yang paling sempurna. Peradaban Islam
dipahami sebagaiakumulasi terpadu antara normanitas Islam dan historitas
manusia di muka bumi yang selalu berubah-ubah. Maka setiap zaman akan
selalu terjadi reinterpretasi dan reaktualisasi atas ajaran Islam yang disesuaikan
dengan tingkat pemikiran manusia zaman ini. Nasib agama Islam di zaman
modren ini sangat ditentukan sejauh mana kemampuan umat Islam merespon
secara tepat tuntutan dan perubahan sejarah yang terjadi di era modern ini.
Secara teologis, Islam merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat ilahiah
(transenden). Pada posisi ini Islam adalah pandangan dunia (weltanschaung)
yangmemberikan kacamata pada manusia dalam memahami realitas. Secara
sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban, realitas sosial kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Islam tentang Iptek, Ekonomi, Politik, Sosial-Budaya
dan Pendidikan?
2. Mengapa Diperlukan Perspektif Islam Dalam Implementasi Iptek,
Ekonomi, Politik, Sosial-budaya, dan Pendidikan ?
3. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Filosofi Tentang Konsep Islam
Mengenai Iptek, Politik, Sosial-budaya, dan Pendidikan?
4. Bagaimana Cara Membangun Argumen Tentang Kompatibel Islam dan
Tantangan Modernisasi?
5. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Kontekstualisasi Pemahaman Islam
Dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi
6. Bagaimana Penjelasan Ayat Dalam Alquran Tentang Islam Menghadapi
Modernisasi?

2
C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah yang kami tulis, dalam pembuatan


makalah yang berjudul Medernisasi dalam Pandangan Islam sesuai dengan
perumusan masalah di atas adalah :

1. Untuk Mengetahui Konsep Islam tentang Iptek, Ekonomi, Politik, Sosial-


Budaya dan Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Perspektif Islam Dalam Implementasi Iptek, Ekonomi,
Politik, Sosial-budaya, dan Pendidikan
3. Untuk Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Filosofi Tentang
Konsep Islam Mengenai Iptek, Politik, Sosial-budaya, dan Pendidikan
4. Untuk Mengetahui Cara Membangun Argumen Tentang Kompatibel Islam
dan Tantangan Modernisasi
5. Untuk Bisa Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Kontekstualisasi
Pemahaman Islam Dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi
6. Untuk Mengetahui Penjelasan Ayat Dalam Alquran Tentang Islam
Menghadapi Modernisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memahami Konsep Islam tentang Iptek, Ekonomi, Politik, Sosial-Budaya


dan Pendidikan

Dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sangat


urgen bagi umat manusia. Tanpa menguasai iptek manusia akan tetap dalam
lumpur kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Penguasaan manusia
terhadap iptek dapat mengubah eksistensi manusia dari yang semula manusia
sebagai „abdullah saja menjadi khalifatullah. Oleh karena itu islam menetapkan
bahwa hukum mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah wajib.
Tanpa menguasai iptek umat manusia akan mengalami banyak hambatan dan
kesuliatan dalam menjalani kehidupan di jagat ini.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, ukuran maju tidaknya suatu
bangsa justru diukur dari penguasaan bangsa itu terhadap iptek. Jika suatu
bangsa itu menguasai iptek, maka bangsa tersebut dikategorikan sebagai
bangsa yang maju. Sebaliknya, jika suatu bangsa itu tertinggal dalam
penguasaan iptek, maka bangsa itu dipandang sebagai bangsa yang belum maju
atau biasa disebut bangsa tertinggal atau disebut bangsa berkembang.
Supaya bangsa Indonesia masuk ke dalam kelompok bangsa yang
maju, maka kita wajib berusaha sekuat tenaga untuk menguasai iptek dan
mengejawantahkan iptek untuk kemaslahatan umat manusia. Kata ilmu diambil
dari bahasa Arab „alima-ya‟lamu-„ilman artinya “mengetahui, pengetahuan”.
Secara etimologis „ilmun artinya “jelas, terang, baik proses
perolehannyamaupun objek kasjiannya”. Kata „ilmun dala Al-Quran diungkap
sebnayak 854 kali. Kata ini digunakan untuk mengetahui objek pengetahuan
dan proses untuk mendapatkannya sehingga diperoleh suatu kejelasan.
Pengetahuan atau knowledge diperoleh manusia dengan cara memberdayakan
pancaindra terhadap segala objek. Dengan demikian, pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra dan hati
4
(al-qalb). Adapun ilmu dalam arti sains adalah suatu sistem pengetahuan
menyangkut suatu bidang pengalaman tertentu dan disusun sedemikian rupa
dengan metodologi tertentu (ilmiah) sehingga menjadi satu kesatuan (sistem).
Islam tidak membedakan antara satu disiplin ilmu dan disiplin ilmu lainnya.
Semua disiplin ilmu dipandang penting dan mulia di sisi Allah.
Demikian juga, mulialah orang yang mempelajari, menguasai, dan
mengembangkannya. Orang yang menguasai disiplin ilmu disebut „alim
(jamak: „ulama) Dalam islam ekonomi ialah berkorban dengan tidak kikir dan
tidak boros dalam rangka mendapatkan keuntungan yang layak. Dengan
demikian pengorbanan tidak boleh sekecil-kecilnya ataupun tertentu saja,
melainkan pengorbanan yang tepat harus sesuai dengan keperluan yang
sesungguhnya sehingga mutu produksi dapat terjamin. Demikian pula,
keuntungan tidak perlu dikejar sebesar-besarnya dan tidak perlu melewati
batas. Jadi, keuntungan harus sewajarnya dan tidak merugikan orang lain.
Sistem ekonomi islam tidak kapitalis tetapi juga tidak sosialis. Islam
mempunyai sistem tersendiri yang berbeda dari kedua sistem yang dimaksud.
Politik yang dalam term islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral
(takterpisahkan) dari fikh islam. Salah satu objek kajian fikih islam adalah
siyāsah ataudisebut fikih politik. Fikih politik secara global membahas
masalah-masalah ketatanegaraan (siyāsah dusturiyyah), hukum internasional
(siyāsah dauliyyah), dan hukum yag mengatur keuangan negara (siyāsah
māliyyah).
1. Siyāsah dusturiyyah (hukum tata negara). Materi yang dikaji tentang cara
danmetode suksesi kepemimpinan, kriteria seorang pemimpin, hukum
mewujudkan kepemimpinan politik, pembagian kekuasaan (eksekutif,
legislatif, dan yudikatif), intstitusi pertahanan keamanan, institusi
penegakan hukum (kepolisian) dll.
2. Siyāsah dauliyyah (hukum politik yang mengatur hubunagn internasional).
Objek kajiannya adalah hubungan antar-negara islam dengan sesama
negara islam, hubungan negara islam dengan negara non-muslim,

5
hubungan biateral dan multilateral, hukum perang dan damai, genjatan
senjata, hukum kejahatan perang dll.
3. Siyāsah māliyyah (hukum politik yang mengatur keuangan negara).
Kontens yang dibahas adalah sumber-sumber keuangan negara, distribusi
keuangan negara, perencanaan anggaran negara dan penggunaannya,
pengawasan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara dan
pilantropi islam. Pendidikan dalam islam bertujuan memanusiakan
manusia. Ini berarti, tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia sadar
akan eksistensi dirinya sebagai manusia hamba Allah yang bertugas
sebagai „abdullah dan berfungsi sebagai khalifatullah. Sebagai „abdullah ia
wajib beribadah hanya kepada Allah, dan sebagai khalifatullah ia harus
membangun peradaban yang maju di bumi Allah. Modal dasar agar
manusia dapat memfungsikan dirinya sebagai khalifatullah adalah iman,
ilmu dan amal. Tidak mungkin peradaban peradaban dibangun di atas
dasar kebodohan. Itulah sebabnya menguasai ilmu menjadi wajib
hukumnya bagi setiap muslim.

B. Mengapa Diperlukan Perspektif Islam Dalam Implementasi Iptek,


Ekonomi, Politik, Sosial-budaya, dan Pendidikan ?
Iptek dalam kacamata islam tidak bebas nilai, baik secara ontologis,
epistemologis, maupun aksiologis. Dalam kacamata islam sumber ilmu itu
terbagi dua, pertama, ayat-ayat qur‟aniyah. Dari sumber yang pertama ini
muncullah berbagai disiplin ilmu misalnya teologi, mistisisme,ilmu hukum,
politik, ekonomi, perdata, pidana dan lainnya. Ayat-ayat qur‟aniyah adalah
wahyu Tuhan yang Allah berikan kepada Rasulullah, termaktub dalam mushaf
untuk kemaslahatan umat manusia. Kedua, ayat kauniah. Ayat-ayat kauniah
adalah alam semesta sebagai ciptaan Allah yang diteliti dengan paradigma
ilmiah dan menggunakan akal yang juga ciptaan Allah. Sumbernya adalah
alam ciptaan Allah, instrumennya adalah akal manusia ciptaan Allah pula. Dari
penelitian akal manusia terhadap rahasia alam ciptaan Allah ini, maka lahirlah
ilmu-ilmu eksakta Sesungguhnya sistem ekonomi yang berlaku di masyarakat
6
islam belum tentu berjalan secara islami baik dalam pola jual-beli, sistem
gadai, perbankan, dan asuransi, serta syirkah-nya. Tolok ukur islami atau
tidaknya sebuah sistem ekonomiadalah adakah riba dan gharar 9 spekulasi) di
dalam prosesnya. Syafi‟i Antonio, seorang pakar ekonomi islam, menjelaskan
jenis-jenis riba sebagai berikut :
1. Riba qardh. Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
diisyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
2. Riba Jahiliyah. Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam
tifak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
3. Riba Fadhl. Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran
yang berbeda, dan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis
barang ribawi.
4. Riba Nasi‟ah. Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba
nasi‟ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan satu waktu dan yang diserahkan waktu berbeda.

Dalam masalah politik, perlu disadari bahwa Negara Kesatuan


Republik Indonesia memang bukan negara agama, tetapi juga bukan negara
sekuler. Dengan demikian, negara menjamin penduduknya untuk memeluk
suatu agama dan melaksanakan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
NKRI adalah negara demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai
landasan konstitusionalnya. Sistem demokrasi menjadi pilihan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dapat kita amati bahwa demokrasi tidak
berjalan dengan baik dan ketika para pelakunya tidak menjadikan nilai-nilai
ilahi sebagai pegangan dalam prosses dan tujuannya. Nilai-nilai ilahi yang
terkandung dalam fikih siyasah (disebut prinsip-prinsip siyasah) speprtinya
tidak lagi dijadikan etika dalam perpolitikan mereka.

Prinsip-prinsip siyasah islam :


7
1. Al-Amanah. Kekuasaan adalah amanah (titipan), maksudnya titipan
Tuhan. Amanah tidak bersifat permanen tetapi sementara. Sewaktu-waktu
pemilik yang sebenarnya dapat mengambilnya. Setiap yang diberi amanah
akan dimintai pertanggungjawaban.
2. Al-Adalah. Kekuasaan harus didasarkan atas prinsip keadilan. Kekuasaan
dalam pandangan islam bukanlah tujuan, menurut al-Mawardi adalah
menjaga agama, mewujudkan kesejahteraan, dan keadilan umat.
Kekuasaan harus dijalankan diatas landasan keadilan dan untuk
menegakkan keadilan agar tujuan utama kekuasaan tercapai yaitu
kesejahteraan umat.
3. Al-Huriyyah. Artinya kemerdekaan dan kebebasan. Kekuasaan harus
dibangun diatas dasar kemerdekaan dan kebebasan rakyat yakni
kemerdekaan dalam berserikat, berpolitik, dan dalam menyalurkan
aspirasinya. Adapun kebebasan adlah kebebasan dalam berpikir dan
berkreasi dalam segala aspek kehidupan. Al-Musawah. Al-Musawah
secara etimologis artinya “kesetaraan”,”kesamaan”. Siyasah harus
dibangun diatas fondasi kesamaan dan kesetaraan. Semua warga negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara dan juga
berkedudukan sama di hadapan hukum.
4. Tabadul al-Ijtima. Tabadul al-ijtima artinya tanggung jawab sosial.
Siyasah tidak lepas dari tanggung jawab sosial. Secara individual,
kekuasaan emrupakan saran untuk mendapatkan kesejahteraan bagi
pelakunya mewujudkan kesejahteraan bersama.

8
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Filosofi Tentang Konsep Islam
Mengenai Iptek, Politik, Sosial-budaya, dan Pendidikan

Kemajuan dalam pendidikan dan penguasaan iptek berimplikasi terhadap


kemajuan politik, ekonomi, dan budaya. Hal ini secara historis dapat kita lacak
ketika dunia islam unggul dalam iptek. Pada masa keemasan islam, kekuasaan
politik umat islam semakin luas dengan expansinya ke berbagai wilayah dan
penguasaan dalam politik ini membawa kemajuan dalam kehidupan ekonomi
umat islam saat itu. Kesejahteraan yang merata juga mendorong kemajuan umat
islam dalam penguasaan iptek. Akibatnya, dunia islam menjadi sangat kuat secara
politik dan ekonomi yang didasari penguasaan terhadap iptek secara sempurna
pada saat itu. Zaman keemasan islam itu terjadi pada masa kekuasaan Dinasti
Umayyah yang berpusat di Damaskus, Syria (dan kemudian berkembang pula di
Spanyol) serta zaman kekuasaan Dinasti Abbasiyyah yang berpusat di Baghdada,
Irak. Bangsa yang menguasai iptek saja dapat maju meskipun tidak beriman,
apalagi bangsa yang menguasai iptek dan beriman dengan iman yang benar, tentu
akan lebih maju daripada mereka. Ibnu Athailah menyatakan: “sesungguhnya
Allah memberikan kemajuan materi kepada orang-orang yang Allah cintai dan
kepada orang-orang yang tidak Allah cintai, tetapi Allah tidak memberikan iman
kecuali kepada orang yang Allah cintai

D. Membangun Argumen Tentang Kompatibel Islam dan Tantangan


Modernisasi
Kata modern mengandung arti “maju” dan “berkemajuan” dalam segala
aspek kehidupan:Ideologi, politik, ekonomi, sosil, budaya, dll. Modern adalah
perubahan sikap dan pandangan dari tradisioanl ke rasional, dari primordial ke
logis dan nalar. Moderenisasi merupakan proses terjadinya pemoderenan untuk
kemajuan dalam segala bidang kehidapan melalui akselerasi pendidikan dan
aktualisasi teknologi. Moderenisasi telah mengubah wajah dnia dari kusam
menjadi bersinar, dari yang lamban menjadi serba cepat, dari yang tradisional ke
rasional, dari yang primordial menjadi nalar.
9
Karakteristik ajaran Islam :
1. Rasional. Ajaran islam adalah ajaran yang sesuai dengan akal dan nalar
manusia. Dalam ajaran islam nalar mendapat tempat yang tinggi sehingg
salah satu cara untuk mengetahui sahih atau tidaknya sebuah hadis dari sisi
matan dan sanad adalah sesuai dengn akal. Hadis yang sahih pasti rasional.
2. Sesuai dengan fitrah manusia. Tidak ada satupun ajaran islam yang tidak
sesuai dengan fitrah manusia. Orang beragama (ber-islam) berarti ia hidup
sesuai dengan fitrah.
3. Tidak mengandung kesulitan. Ajaran islam tidak mengandung
kesulitandalam segala aspeknya. Sebaliknya, ajaran islam itu mudah dan
masih dalam batas – batas kekuatan manusia.
4. Tidak mengandung banyak taklif. Ajaran islam tidak mengandung
banyaktaklif (beban). Kerangka dasar ajaran islam hanya 3 pilar, yaitu :
akidah, syariat dan hakikat. Landasan ketiga pilar tadi adalah iman, islam,
dan ihsan.
5. Bertahap. Ajaran islam diturunkan Allah kepada Rosullullah secara
bertahap. Demikian juga, proses pembumiannya di tengah masyarakat
pada saat itu juga bertahap.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Kontekstualisasi Pemahaman Islam


Dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi
Perlu untuk disadari bahwa modernisasi akibat kemajuan iptek telah
mengubah pola pikir, pola pergaulan, dan pola kehidupan secara masif.
Industrialisasi dalam memproduksi barang dan jasa di satu sisi meningkatkan
kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, tetapi di sisi
lain membawa dampak terhadap wujudnya stratifikasi sosial yang tidak seimbang,
yakni kapitalis atau (pemodsl) dan pekerja atau buruh. Dalam proses modernisasi
ini, sering kali kaumburuh menjadi lemah ketika berhadapan dengan kaum
pemodal. Ketidakharmonisan antara dua pihak ini sering kali menjadi pemicu

10
terjadinya adagium di masyarakat yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin.
Sebaliknya, harus anda akui bahwa industrialisasi membuka lapangan
kerja yang sangat signifikan bagi masyarakat yang memiliki kualifikasi
pendidikan yang memadai, tetapi industrialisasi juga menyingkirkan sebagian
masyarakat yang minus pendidikan atau memiliki pendidikan yang tidak
memadai. Terlepas dari dampak masyarakat menengah keatas secara
ekonomi.pertumbuhan kelas menengah ini berdampak pula terhadap perbaikan
ekonomi secara globaldan tumbuh suburnya sektor riil di tengah masyarakat.
Kemajuan di dalam bidang teknologi-komunikasi misal, telah mengubah pola
hidup masyarakat dalam segala aspeknya termasuk pola keberagamannya.
Perilaku keagamaan masyarakat , yangsemula menganggap bahwa silaturahmi
penting dan harus bertatap muka, berhadapan secara fisik, berubah menjadi
silaturahmi cukup hanya melalui telepon, sms, atau facebook.
Gelombang informasi telah menandai lahirnya generasi baru dalam
masyarakat. Kemajuan seseorang diukur dari seberapa cepat ia menerima
informasi yang belum diketahui orang lain. Semakin cepat ia menerima informasi
itu semakin besar peluang yang akan ia dapatkan untuk kemajuan dirinya begitu
pula sebaliknya. Secara riil islam harus menjadi solusi dalam menghadapi dampak
kemajuan industrialisasi dan derasnya gelombang informasi dan komunikasi.
Islam memang agama yang secara kafah memiliki doktrin yang jelas dalam
teologis dan dalam waktu yang bersamaan islam memiliki fleksibilitas hukum
dalam mengembangkan dan memahami persoalan-persoalan masa kini. Peristiwa
hukum misalnya, harus dilihat secara kontekstual dan tidak secara tekstual. Islam
dipahami secara rasional dan tidak sekedar dogma. Islam sebagai agama rasional
adalah agama masa depan yaitu agam yang
membawa perubahan untuk kemajuan seiring dengan kemajuan
kehidupan modern. Menurut Kuntowijoyo, ada lima progaram reinterpretasi untuk
memerankan kembali misi rasional dan empiris islam yang bisa dilaksanakan saat
ini dalam rangkamenghadapi modernisasi :

11
1. Program pertama adalah perlunya dikembangkan penafsiran sosial
struktural lebih daripada penafsiran individual ketika memahami
ketentuan-ketentuan tertentu di dalam Al-Quran.
2. Program kedua adalah mengubah cara berpikir subjektif ke cara
berpikirobjektif
3. Program pertama adalah perlunya dikembangkan penafsiran sosial
struktural lebih daripada penafsiran individual ketika memahami
ketentuan-ketentuan tertentu di dalam Al-Quran.
4. Program kedua adalah mengubah cara berpikir subjektif ke cara
berpikirobjektif.
5. Program ketiga adalah mengubah islam yang normatif menjadi teoritis.
6. Program keempat adalah mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi
historis.
7. Program kelima adalah merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang
bersifat umum menjadi formulasi-formulasi yang spesifik dan empiris.

F. Ayat Dalam Alquran Tentang Islam Menghadapi Modernisasi

Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang


sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan
dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia
bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode,
mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa
alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan
historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

َ ‫ت أ َ َّن َكفَ ُزوا الَّذ‬


‫ِيه يَ َز أَ َولَ ْم‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫اء ِم َه َو َجعَ ْلىَا ۖ فَفَتَ ْقىَا ُه َما َرتْقًا اكَاوَتَ َو ْاْلَ ْر‬
َّ ‫ض ال‬
َ ‫س َم‬ ِ ‫ُك َّل ا ْل َم‬
ٍ‫ون أَفَ ََل ۖ َح ّي ٍ ش َْيء‬
َ ُ‫يُ ْؤ ِمى‬

Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami

12
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Al-Anbiya Ayat 30)

Dari ayat di atas dapat disimpulkan

(Apakah tidak) dapat dibaca Awalam atau Alam (melihat) mengetahui (orang-
orang yang kafir itu, bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu merupakan
suatu yang padu) bersatu (kemudian Kami pisahkan) Kami jadikan langit tujuh
lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu dibuka sehingga dapat
menurunkan hujan yang sebelumnya tidak dapat menurunkan hujan. Kami buka
pula bumi itu sehingga dapat menumbuhkan tetumbuhan, yang sebelumnya tidak
dapat menumbuhkannya. (Dan dari pada air Kami jadikan) air yang turun dari
langit dan yang keluar dari mata air di bumi (segala sesuatu yang hidup) tumbuh-
tumbuhan dan lain-lainnya, maksudnya airlah penyebab bagi kehidupannya.
(Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?) kepada keesaan-Ku.

َ‫ْف َكان‬ َ ‫ظ ُزوا َكي‬ ِ ‫سى ٌَه فَ ِسي ُْزوا فِي اْأل َ ْر‬
ُ ‫ض فَا ْو‬ ْ َ‫قَدْ َخل‬
ُ ‫ت ِم ْه قَ ْب ِل ُك ْم‬
ُ‫ْال ُم َك ِذّ ِبيْهَ َعاقِبَة‬
Artinya: “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah;
Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)

Dari ayat di atas dapat disimpulkan

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kekalahan dalam perang Uhud


(Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah) artinya cara-cara Allah
menghadapi orang-orang kafir yaitu menangguhkan kebinasaan mereka, lalu
menghancurkan mereka secara tiba-tiba (maka berjalanlah kamu) hai orang-orang
beriman (di muka bumi, dan lihatlah betapa akibat orang-orang yang
mendustakan) para rasul, artinya kesudahan nasib mereka berupa kebinasaan.

13
Maka janganlah kamu bersedih hati atas kemenangan mereka, karena Aku
hanyalah menangguhkan kebinasaan mereka itu hingga pada saatnya nanti.

ِ ‫َوفِي أ َ ْوفُ ِس ُك ْم أَفَالَ تُب‬


َ‫ْص ُز ْون‬
Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)
Dari ayat diatas dapat di simpulkan
(Dan juga pada diri kalian sendiri) terdapat pula tanda-tanda yang menunjukkan
kekuasaan dan keesaan-Nya, yaitu mulai dari permulaan penciptaan kalian hingga
akhirnya, dan di dalam susunan penciptaan kalian terkandung pula keajaiban-
keajaiban. (Maka apakah kalian tidak memperhatikan?) akan hal tersebut yang
karena itu lalu kalian dapat menyimpulkan akan Penciptanya dan kekuasaan-Nya
yang Maha Besar.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulam
Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif-
negatifnya, menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah
kondisi keterpurukannya. Umat Islam dituntut bekerja ekstra keras
mengembangkan seagala potensinya untuk menyelesaikan permasalahannya.
Tajdid sebagai upaya menjaga dan melsetarikan ajaran. Islam menjadi pilihan
yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh umat Islam. Upaya tajdid harus
terus dilakukan, tidak boleh berhenti meski memerlukan cost yang besar.
Sejalan dengan perkembangan budaya dan pola berpikir masyarakat yang
materialistis dan sekularis, maka nilai yang bersumberkan agama belum
diupayakan secara optimal. Agama dipandang sebagai salah satu aspek
kehidupan yang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual,
karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai
budaya; tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan. Fungsi sosial agama
adalah memberi kontribusi untuk mewujudkan dan mengekalkan suatu orde
sosial (tatanan kemasyarakatan).
Secara sosiologis memang tampak ada korelasi positif antara agama
dan integrasi masyarakat; agama merupakan elemen perekat dalam realitas
masyarakat yang pluralistik. Sebenarnya modernisasi bukanlah sesuatu hal
yang substansial untuk ditentang kalau masih mengacu pada ajaran Islam.
Sebab Islam adalah agama universal yang tidak akan membelenggu manusia
untuk bersikap maju, akan tetapi harus berpedoman kepada Islam. Dalam Islam
yang tidak dibenarkan adalah Westernisasi, yaitu total way of life di mana
faktor yang paling menonjol adalah sekularisme, sebab sekulraisme selalu
berkaitan dengan ateisme dan sekularisme itulah sumber segala imoralitas.
Secara historis Islam sebenarnya tidak memiliki masalah dengan modernitas.
Dalam soal ilmu pengetahuan, banyak sekali Hadist Nabi yang secara langsung
menganjurkan umat Islam untuk menuntut ilmu.

15
Al-Qur‟an juga selalu menyerukan manusia untuk berpikir, menalar dan
sebagainya. Dalam hal filsafat, misalnya, meski tafsiran para filsuf atas
beberapa noktah ajaran agama tidak bisa diterima kalangan ulama ortodoks,
namun para filsuf Muslim itu berfilsafat tentu karena dorongan keagamaan,
untuk membela dan melindungi keimanan agama. Dengan demikian, kaum
Muslim klasik telah dengan bebas menggunakan bahan-bahan yang datang dari
dunia Hellenis tanpa mengalami Hellenisasi, kaum Muslim saat sekarang juga
sebenarnya dapat menggunakan bahan-bahan modern yang datang dari Barat
tanpa mengalami pembaratan (Westernisasi).
Inti dari modernisasi yang kemudian menjadi esensial dan sejalan dengan
ajaran agama Islam adalah rasionalisasi yakni usaha untuk menundukkan
segala tingkah laku kepada kalkulasi dan pertimbangan akal. Rasionalisasi
pada selanjutnya akan mendorong ummat Islam untuk bisa bersikap kritis dan
meninggalkan taqlid yang dikecam dalam Islam. Dengan demikian, pada
dasarnya modernisasi bukanlah sebuah esensi yang bertentangan dengan ajaran
dasar agama Islam.
A. Saran
Rasionalisasi pada selanjutnya akan mendorong ummat Islam untuk bisa
bersikap kritis dan meninggalkan taqlid yang dikecam dalam Islam. Dengan
demikian, pada dasarnya modernisasi bukanlah sebuah esensi yang
bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Huda 2005
Press. Nasution, Harun. 2002. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya.Jakarta :
Penerbit UniversitasIndonesia (UI-Press).
Surabaya: Unesa University Press-2014.
Syafaq, Hammis, dkk. 2011. Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan
Ampel
Syahidin. 2014. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM untuk Perguruan Tinggi
Umum.

17

Anda mungkin juga menyukai