Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu antropologi forensik termasuk ilmu yang relatif baru. Walaupun
pada awal abad ke-19 terdapat pemecahan kasus pembunuhan dengan
menggunakan data pemeriksaan tulang dan bagian – bagian tubuh, namun
keterkaitan antara antropologi dan penyelidikan polisi baru terjadi di tahun
1930-an. Pembunuhan antar geng pada tahun 1930-an membuat FBI mulai
menyelidiki berdasarkan antropologi fisik.1
Perang dunia kedua dan Perang saudara di Korea membantu
menyediakan data dasar mengenai informasi yang akan menjadi dasar
identifikasi yang digunakan oleh antropologis saat ini. Dimulai dari
penugasan identifikasi pada tentara yang mati. Para tentara yang akan
bertempur membuat data kesehatan (catatan medis) sebelum diberangkatkan
ke medan pertempuran, meliputi data usia, tinggi badan, riwayat penyakit
terdahulu dan catatan dental, sehingga para penyelidik mampu untuk
menentukan identitas para tentara dan membuat data statistik mengenai tulang
dan tengkorak.1
Beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antropologi forensik makin
berkembang seiring dengan pemeriksaan kejahatan yang menjadi lebih
kompleks. Identifikasi dari rangka dan sisa tubuh yang membusuk lainnya
penting untuk alasan hukum maupun alasan kemanusiaan. 2
Antropologi forensik merupakan aplikasi dari ilmu fisik atau biologi
antropologi dalam proses hukum. Merupakan pemeriksaan pada sisa – sisa
rangka untuk membantu menentukan identitas dari jasad. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa
tersebut berasal dari manusia dan selanjutnya dapat menentukan jenis
kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras. Pemeriksaan dapat
juga memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat

1
penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada struktur
tulang. 2,3
Sebagai contoh, jika rangka ditemukan di hutan, maka rangka akan
dibawa ke laboratorium untuk ditentukan apakah rangka yang tertinggal
merupakan rangka manusia, binatang atau material anorganik. Jika manusia,
maka akan diperkirakan umur saat kematian, ras, jenis kelamin dan tinggi dari
jasad. Jika rangka menunjukkan bukti bahwa telah dimakamkan dalam waktu
lama atau dengan peti mati, maka ini biasanya hanya menunjukkan riwayat
pemakaman daripada waktu kematian.2
Walaupun tugas utama dari antropologi adalah untuk menentukan
identitas dari jasad, namun pada pengembangannya dapat juga untuk
menentukan pendapat mengenai tipe dan ukuran senjata yang digunakan dan
jumlah dari pukulan yang terdapat pada korban kekerasan. Kebanyakan
antropologis memiliki kemampuan antropologi yang tinggi dan telah
memeriksa banyak sisa-sisa dari rangka. Beberapa di antaranya juga memiliki
pengalaman di bidang kepolisian dan medis, seperti halnya di bidang
serologi, toksikologi, senjata api dan identifikasi jejas akibat alat, investigasi
kejadian kejahatan, penanganan bukti kejahatan dan fotografi. Dan hanya
sedikit antropologis yang menangani analisis jejak kaki dan identifikasi
spesies dalam kaitannya dengan perkiraan waktu kematian yang sudah lewat.
Antropologi forensik selalu berhubungan dengan patologi forensik,
odontologi dan investigasi pembunuhan, cara kematian dan atau interval
postmortem. 2Perlu diingat, walaupun sebagian besar rangka manusia dewasa
terdiri dari jumlah tulang yang sama (206), namun tidak ada dua rangka yang
sama. Karena itu observasi dari pola atau rangka yang khas sering
menunjukkan identifikasi pasti. 2

—-

2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi
Antropologi forensik merupakan bidang ilmu untuk physical
anthropologists yang mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains
dan budaya dalam proses hukum. Menurut American Board of Forensic
Anthropology, antropologi forensik adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari
antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka atau sediaan
lain dari sisa-sisa jasad (dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting
untuk alasan hukum maupun alasan kemanusiaan. Forensik antropologi
mengaplikasikan teknik sains sederhana yang berdasarkan antropologi fisik
untuk mengidentifikasi sisa-sisa jasad manusia dan mengungkap tindak
kejahatan.1,2,3,4,5,6

2.2 Sejarah Singkat Antropologi Forensik


Sejarah antropologi forensik bermula pada tahun 1890. Pada akhir abad
19 dan awal abad 20 memang banyak ilmu baru di bidang forensik yang
bermunculan, seperti balistik dan entamologi (ilmu tentang serangga) dan
termasuk pula antropologi forensik yang digunakan utnuk memecahkan kasus
Adolph Luetgert. Di dalam pabrik sosis Luetgert, ditemukan potongan tulang
dan kebetulan juga istri Luetgert sudah lama menghilang. Potongan tersebut
dcurigai sebagai tulang dari istri Luetgert dan akhirnya Luetgert ditahan oleh
karena hal tersebut. Kemudian, jaksa memanggil George Amos Dorsey,
seorang Antropolog yang senang bertualang dan juga merupakan seorang ahli
tulang. Tugasnya adalah untuk memastikan bahwa tulang yang ditemukan
tersebut merupakantulang manusia, bukan anjing atau babi yang memang
memiliki bentuk tulang mirip dengan tulang manusia. Pada masa itu belum
ada peralatan yang canggih dan ilmu yang cukup sehingga Dorsey harus

3
menentukan jenis tulang itu secara manual. Dan untuk pertama kalinya
antropologi forensik digunakan untuk menyeret seseorang ke penjara.1,2,3,
2.3 Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik
Antropologi forensik bermanfaat untuk membantu penyidik dan
penegak hukum untuk mengidentifikasi temuan rangka tak dikenal. Temuan
rangka biasanya terdapat pada daerah terpencil, di atas permukaan tanah,
dikubur pada lubang yang dangkal karena pelaku kejahatan terburu – buru
menguburkannya, di sungai, di rawa atau di hutan. Korban yang tidak dikubur
secara layak ini biasanya menjadi salah satu indikasi adanya tindak pidana
terhadap korban kejahatan. Pada kasus forensik seperti ini, antropologi
forensik berguna dalam menentukan identifikasi temuaan.1,2,3
Upaya identifikasi pada kerangka (antropologi forensik) bertujuan
untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras,
jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan
bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah.Pemeriksaan dapat
juga memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat
penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada struktur
tulang.1,2,3,4

2.4 Ruang Lingkup Forensik


2.4.1. Osteologi
Osteologi, merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada
pemeriksaan antropologi forensik, karena antropologi forensik
berhubungan dengan pemeriksaan sisa – sisa tulang maupun tulang yang
utuh. Pemeriksa dapat menentukan perkiraan usia, jenis kelamin, pertalian
ras, tampilan fisik saat hidup. Tengkorak merupakan bagian dari rangka
manusia yang paling informatif. Namun, jarang sekali tengkorak
ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik. Oleh karena itu osteologis
harus dapat memanfaatkan apapun tulang yang tersedia.9

4
Gambar 1 : Alat – alat Ukur Pemeriksaan Osteologi.9
Osteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah
pertama pertama dari osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan
apakah dari manusia atau bukan. Walaupun banyak sekali variasi yang
terdapat pada manusia atau hewan, namun terdapat persamaan-persamaan
umum pada setiap spesies. Jika tengkorak tidak ditemukan, tulang manusia
dapat dibedakan dari hewan berdasarkan bentuk, ukuran dan perbedaan
densitas tulang. Penentuan spesies akan sangat sulit jika tulang yang
ditemukan berupa pecahan – pecahan. Ada dua tipe sifat yang dapat
ditemukan dari sisa – sisa rangka yaitu metrik dan nonmetrik. Tipe metrik
adalah variasi ukuran tulang. Contohnya panjang dari humerus pada
seseorang dapat lebih panjang dari orang lain yang mempunyai tinggi
badan yang sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antara tulang – tulang
seseorang yang tidak dapat diukur. Contohnya penyatuan pada tulang
seseorang dapat berbeda dengan orang lainnya.9

2.4.2. Dentisi
Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa – sisa gigi. Analisa
dari sisa – sisa gigi dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek
pada antropologi forensik. Digunakan bersama dengan osteologi untuk
menentukan usia, jenis kelamin dan diet. Pada orang dewasa terdapat 32
gigi yang pada masing – masing sisinya, pada rahang atas dan bawah

5
terdapat dua insisivus, satu kaninus, dan dua atau tiga molar. Pada anak –
anak terdapat dua puluh gigi dengan dua insisivus dan satu kaninus serta
dua molar pada masing – masing kuadran. 9
2.4.3. Ethnobotani
Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari
dan tanaman dari masa lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak
kematian dan menentukan diet dari sisi arkeologi. 9

2.5 Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik

Gambar 2 : Ruang lingkup pemeriksaan Antropologi Forensik11


2.5.1. Penentuan Kerangka Manusia
Pemeriksaan anatomik dapat memastikan bahwa kerangka yang
ditemukan adalah kerangka manusia. Tulang manusia berbeda dengan
tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan
(osifikasi). Setiap manusia memiliki 190 tulang. Tulang ini dibedakan
menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang
didapati pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia
dan fibula. Tulang pendek meliputi klavikula, metacarpal dan metatarsal
(jari tangan dan kaki). Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang atap
tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital. Tulang tidak teratur adalah
tulang vertebra dan basis cranii. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila
hanya terdapat sepotong tulang saja. Dalam hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan serologik dan pemeriksaan histologik.1,2,7

6
Gambar 3. Anatomi rangka manusia5

2.5.2. Penentuan Jenis Kelamin


Sebelum menentukan jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan
tulang, pastikan dahulu apakah itu tulang manusia atau hewan, apakah
tulang itu berasal dari satu atau beberapa orang, setelah jelas bahwa tulang
belulang tersebut adalah tulang manusia dan berasal dari satu orang atau
lebih, barulah ditentukan jenis kelamin.7
Perbedaan tulang laki-laki dan perempuan baru terlihat sesudah
pubertas. Umumnya tulang perempuan lebih kecil, lebih ringan, lebih
halus karena tonjolan tempat perlengketan otot dan tendon kurang
menonjol pada perempuan. Tulang-tulang iga biasanya lebih tipis dan
lebih melengkung pada perempuan.

7
Hal-hal lain yang berhubungan dengan penentuan jenis kelamin
berdasarkan tulang dapat dilihat pada tabel berikut ini:7

No. Tulang Laki-laki Perempuan


1 Sternum - Lebih panjang - Lebih pendek
- Panjang corpus sterni - Panjang corpus sterni
lebih dari 2 kali kurang dari 2 kali
panjang manubrium panjang manubrium
sterni sterni
- Pinggir atas sejajar - Pinggir atas sejajar
dengan pinggir atas dengan pinggir bawah
vertebra torakal II vertebra torakal III
2 Pelvis
- umum - Lebih ramping, kasar - Lebih dangkal, halus
dan tidak begitu lebar dan lebih lebar
- Lebih berat
- os illium - Lebih curam pada - Lebih ringan
- os sacrum posterior - Kurang curam pada
- Pinggir kurang bulat posterior
- symphysis pubis - Panjang dan sempit - Lebih bulat
- Lebih masuk ke dalam - Pendek dan lebar
- Sudut tulang - Menonjol keluar
kemaluan (sub pubic - Sudut tulang kemaluan
angle) kurang dari 90o (sub pubic angle) lebih
dari 90o
3 Sudut antara - Sudut tumpul - Sudut hampir 90o
collum dan corpus
femoris
4 Tulang-tulang - Lebih berat - Lebih ringan
kepala - Cavitas cranium 10% - Cavitas cranium 10%
lebih besar dari lebih kecil dari laki-

8
perempuan laki
5 Condylus - Lebih menonjol - Kurang menonjol
occipitalis
6 Orbita - Bentuk persegi - Bentuk mebundar
7 Dahi - Curam, kurang - Membundar
membundar
8 Tulang pipi - Berat, arkus lebih ke - Ringan, lebih memusat
lateral
9 Glabella, arcus - Lebih menonjol - Kurang menonjol
zygomaticus,
arcus super ciliaris
dan processus
mastoideus
10 Mandibula - Besar, simfisisnya - Kecil, dengan ukuran
tinggi, ramus corpus dan ramus lebih
asendingnya lebar kecil
11 Palatum - Besar dan lebar, - Kecil, cenderung
cenderung seperti seperti parabola
huruf U
Tabel 1. Perbedaan tulang laki-laki dan perempuan7

Gambar 4 : Perbedaan pelvis pria dan wanita9

9
Gambar 5 : Perbedaan tulang tengkorak pria dan wanita5

2.5.3. Penentuan Ras


Secara umum, manusia dibagi atas beberapa golongan ras, yaitu:10,12
a. Ras Kaukasoid
b. Ras Mongoloid
c. Ras Negroid

No. Tulang Kaukasoid Mongoloid Negroid


1 Cranium Bulat Persegi Oval
2 Kening Menonjol (raised) Miring (inclined) Kecil dan melekuk
3 Muka Relatif sempit / Lebar, datar, Maxilla / rahang
kecil tulang pipi atas menonjol
menonjol
4 Ekstremitas Normal Lebih kecil Ekstremitas
superior relatif
lebih panjang
disbanding ukuran
tubuh
Tabel 2. Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras10

10
Gambar 6 : Perbedaan tulang-tulang pada berbagai ras10

11
2.5.4. Penentuan Perkiraan Umur1

Perkiraan umur seseorang dapat ditentukan berdasarkan hal-hal berikut:

a. Penutupan sutura
Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap
tengkorak berguna untuk memperkirakan umur sudah lama diteliti dan
telah berkembang berbagai metode. Namun, pada akhirnya hampir
semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat dan hanya
digunakan dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-
dekade (umur 25-35-45 tahun) saja.

Gambar 7 : Perbedan sutura yang terbuka dan tertutup5

Gambar 8 : Perkiraan tengkorak menurut umur10

12
b. Pertumbuhan dan perkembangan badan
Proses pertumbuhan dimulai sejak terjadi konsepsi dan
berlangsung terus sampai umur dewasa, kemudian stabil dan pada
umur tua relatif berkurang. Sesudah dilahirkan, umur dapat
diperkirakan sesuai golongan pertumbuhan dan perkembangan badan,
antara lain bayi, balita, anak-anak, dewasa muda.
c. Tinggi dan berat badan
Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa pubertas,
umur dapat ditentukan berdasarkan tinggi (panjang) dan berat badan.
Beberapa faktor harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa,
gizi dan lain-lain. Pada orang dewasa, penentuan umur berdasarkan
tinggi dan berat badan tidak dapat dipergunakan lagi. Berikut ini
adalah tabel yang memperlihatkan hubungan antara umur, tinggi
(panjang), berat badan dan pusat penulangan bayi.
Berat Pusat Tanda
No. Umur Tinggi (panjang)
badan penulangan lain
1 4 6-9 inci (15-20 60-120 g Segmen -
bulan cm) terbawah
dari sacrum
2 5 10 inci (25 cm) 500-750 g Os -
bulan calcaneus
3 6 12 inci (30 cm) 1000 g Manubrium -
bulan sterni
4 7 14 inci (35 cm) 1500 g Os talus Testis
bulan pada
anulus
inguinalis
interna
5 8 16 inci (40 cm) 2500 g Sternum -
bulan bawah

13
6 9 19-20 inci (45-50 2500-3500 Distal Aterm
bulan cm) g femur, (cukup
proksimal bulan)
tibia dan os
cuboid
Tabel 3. Hubungan umur, tinggi, berat badan dan pusat penulangan1

Panjang bayi baru lahir berkisar antara 47.5 sampai 52.5 cm (rata-
rata 50 cm). Pada umur 6-12 bulan, panjang bayi adalah 60 cm, pada
umur 1 tahun adalah 67.5 cm dan pada umur 4 tahun panjang bayi ± 2
kali panjang waktu lahir (lebih kurang 100 cm).

Umur bayi dalam kandungan bisa ditentukan dengan formula de


Haas, yaitu:

- Umur bayi 1-5 bulan sama dengan akar pangkat dua dari panjang
badan (dalam cm)
- Umur bayi 5-10 bulan sama dengan panjang badan (dalam cm)
dibagi dengan 5.

Sesudah bayi lahir, pada mulanya berat badannya akan turun,


kemudian berat badannya akan bertambah 120 gram setiap minggu atau
500 gram setiap bulannya. Pada umur 6 bulan, berat badannya dua kali
berat waktu lahir. Pada umur 1 tahun, berat badannya tiga kali berat
waktu lahir.

d. Gigi-geligi9
Ada 2 jenis gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanen. Gigi susu (milk
teeth) disebut gigi sementara atau dens decidui, jumlahnya 20 buah,
terdiri atas 4 buah insisivus, 2 caninus dan 4 molar di setiap rahang.
Bayi akan mengalami pertumbuhan gigi susu pada umur 6 bulan dan
selesai pertumbuhannya pada umur 24 bulan. Jika ada gigi susu
insisivus tumbuh, maka umurnya diperkirakan sekitar 6-8 bulan.

14
Gigi permanen (permanent teeth) disebut gigi tetap, jumlahnya 32
buah, terdiri atas 4 buah insisivus, 2 caninus, 4 premolar dan 6 molar di
setiap rahang.
Penentuan umur berdasarkan jumlah dan jenis gigi hanya dapat
ditentukan secara umum sampai umur 17-25 tahun. Di atas umur ini
yang diperhatikan adalah keausan gigi (atrisi), warna dan lain-lain.
Gustafson menemukan formula penentuan umur di atas 18-20
tahun berdasarkan adanya perubahan gigi karena penuaan dan
pembusukan gigi (ageing and decaying changes). Perubahan ini
meliputi atrisi, peridontosis, dentin sekunder, resorpsi akar, aposisi
sementum dan transparensi akar gigi. Formula Gustafson ini hanya
dapat dipakai untuk penentuan umur pada orang yang telah meninggal
karena gigi harus dicabut dari soket gigi, kecuali pada orang hidup
pengamatan atrisi dan peridontosis dapat dilakukan tanpa pencabutan
gigi.

15
Gambar 9 : Erupsi gigi susu dan permanen9

e. Pemeriksaan rahang bawah


Perubahan rahang bawah terjadi sejalan dengan pertambahan umur.
Bisa dibedakan rahang bayi, dewasa dan orang tua. Rahang bayi
corpusnya dangkal dan ramusnya sangat pendek serta membentuk
sudut 140o terhadap corpus dari rahang tersebut.
Pada rahang dewasa, corpus menjadi lebih tebal dan panjang serta
sudut antara ramus dan corpus menjadi 90o.

16
Pada orang tua, batas dari prosesus alveolaris mulai hilang dan
corpus akan mulai dangkal kembali serta sudut antara ramus dan
corpus akan kembali menjadi tumpul.

Gambar 10 : Perkembangan rahang bawah8

f. Pusat penulangan (ossification centre) dari tulang-tulang


Pemeriksaan terdahap pusat penulangan sering digunakan untuk
perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Biasanya
berkaitan dengan kasus abortus dan infanticide. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan foto radiologis atau dengan
melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat penulangan pada
tulang.
g. Penutupan garis epifisis pada tulang panjang
Penentuan umur dengan menggunakan penutupan garis epifisis
pada tulang panjang ini terutama dipakai pada anak-anak yang sedang
tumbuh. Pemastian penutupan ini hanya dapat ditentukan secara
radiologis. Garis epifisis pada tulang humerus bagian distal menutup
pada umur 13-15 tahun pada perempuan dan 14-15 tahun pada laki-
laki. Pada tulang radius bagian proksimal menutup pada umur 13-14
tahun pada perempuan dan 14-15 tahun pada laki-laki. Pada tulang
ulna bagian distal menutup pada umur 17 tahun pada perempuan dan
18 tahun pada laki-laki. Pada tulang clavicula bagian medial menutup
pada umur 20 tahun pada perempuan dan 22 tahun pada laki-laki.
Penulangan tulang rawan pada garis epifisis pada wanita terjadi lebih
dahulu dari laki-laki.

17
18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antropologi forensik adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari


antropologi fisik untuk proses hukum dimana pada tahun 1890 untuk
pertamakalinya antropologi forensik digunakan untuk menyeret seseorang
ke penjara. Ilmu ini sangat bermanfaat untuk membantu penyidik dan
penegak hukum untuk mengidentifikasi terutama pada temuan rangka tak
dikenal. Sehingga dari identifikasi pada kerangka (antropologi forensik)
dapat dibuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras,
jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas
dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Selain itu
juga memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat
penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada
struktur tulang. Dengan begini ilmu antropologi forensik memegang
peranan penting dan sangat membantu dalam proses hukum untuk
mewujudkan kebenaran dan keadilan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Garrison DHJR. Crime Scene Protection. http://www.crimeandclues.com


[diakses 22 Januari 2019]
2. Mann RW. The Forensic Anthropologist. http://www.crimeandclues.com
[diakses 22 Januari 2019]
3. Forensic Anthropology. http://www.mnsu.edu.html [diakses 22 Januari 2019]
4. American Board of Forensic Anthropology. http://www.abfahomepage.com
[diakses 22 Januari 2019]
5. Brand H. What is Forensic Anthropology. http://www.csc.villanova.edu.html
[diakses 22 Januari 2019]
6. Adamson Marci. Forensic Antrhopology and Human Osteology Resources.
http://www.forensicantrho.com [diakses 22 Januari 2019]
7. Albert Midori. The Forensic Anthropology In Focus. http://www.all-
aboutforensic- science.com [diakses 22 Januari 2019]
8. Forensic Anthropology. http://www.librarythinkguest.org [diakses 22 Januari
2019]
9. Minnesota State University Mankato. http://www.mnsu.edu [diakses 22
Januari 2019]
10. Rhine Stan. Forensic Antrhopology. Human Biological Variation.
Http://www.library.med.utah.edu [diakses 22 Januari 2019]
11. Forensic Anthropology. http://www.journals.uchicago.edu [diakses 22
Januari 2019]

20

Anda mungkin juga menyukai