Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat merupakan hak bagi setiap individu baik secara fisik maupun mental.

Menurut WHO sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani dan sosial yang

merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang

merupakan aspek negatif. Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang kesehatan dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaansehat, baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kebersihan diri (Personal hygiene) merupakan perawatan diri yang dilakukan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri baik secara fisik maupun mental

(Saputra, 2013). Sedangkan menurut Ambarwati, 2014 personal hygiene

merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang rutin dilakukan oleh

perawat setiap hari di rumah sakit. Personal hygiene termasuk ke dalam tindakan

pencegahan primer yang spesifik, dan menjadi penting ketika Personal hygiene

yang baik akan meminimalkan pintu masuk mikroorganisme yang ada dimana-

mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit.

Pemenuhan kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dikemukakan oleh Ambarwati (2014), diantaranya: faktor budaya, status sosial,

agama, tingkat pengetahuan/perkembangan, status kesehatan, dan kebiasaan.


2

Adapun macam-macam tindakan personal hygiene menurut Potter dan Perry

(2012) untuk menjaga kebersihan dan kesehatan seseorang yaitu dengan

perawatan kulit, perawatan kaki dan kuku, perawatan mulut, perawatan rambut,

perawatan telinga, hidung dan mata.

Dampak yang sering ditimbulkan pada masalah personal hygiene menurut

Tarwoto & Watonah (2011), adalah Gangguan fisik yang sering terjadi adalah

gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata

dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku, masalah sosial yang berhubungan

dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan

harga diri, dan gangguan interaksi sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh pertiwi (2012 dalam Awiktamarotun, 2014) di

RSU PKU Muhammadyah Yogyakarta diperoleh gambaran bahwa 40% dari 47

pasien stroke mengatakan tidak adanya dukungan dari keluarga untuk mandi,

menggosok gigi, dan membersihkan mulut, 42% menyatakan tidak pernah

membersihkan kuku, serta 42% menyatakan tidak mendapatkan bantuan untuk

membersihkan atau merapikan rambut. Secara normal, seseorang yang sehat

mampu untuk memenuhi kebutuhan akan personal hygiene dirinya sendiri, orang

yang sakit dapat memerlukan bantuan perawat, baik sebagian atau mandiri untuk

melakukan pembersihan rutin.

Peran perawat pada kasus pemenuhan kebutuhan personal hygiene yaitu

melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian keperawatan, merumuskan

diagnosa, menyusun perencanaan, melakukan implementasi, dan melakukan

evaluasi keperawatan (Potter & Perry, 2012).


3

Menurut Soedarto (2013), personal hygiene yang tidak baik akan

mempermudah terserang berbagai penyakit.Banyak orang menganggap masalah

kebersihan adalah masalah yang sepele, jika hal tersebut dibiarkan terus menerus

dapat mempengaruhi kesehatan. Dan banyak keluarga yang tidak memberi

dukungan pada penderita untuk melakukan personal hygiene. Keluarga

merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada

setiap keadaan sehat maupun sakit klien (Yosep, 2007). Adanya dukungan

keluarga yang baik maka personal hygiene pada penderita stroke akan terpenuhi.

Jika dukungan keluarga kurang maka personal hygiene pada penderita stroke akan

kurang (Haryati 2007).

Menurut teori para ahli yang dikemukakan diatas menyebutkan bahwa

personal hygiene (kebersihan diri) sangatlah penting bagi semua orang baik secara

fisik maupun mental agar terhindar dari penyakit, tetapi pada kenyataan yang ada

sekarang, banyak orang yang menganggap kebersihan diri itu hal yang sepele dan

biasa.

Menurut Lewis, pasien- pasien yang memerlukan perawatan Personal hygiene

yang dibantu oleh perawat antara lain: pasien dengan stroke, fraktur, dan pasien-

pasien yang memerlukan imobilisasi fisik di tempat tidur. World Health

Organization (WHO) mendefenisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang

berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa

adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.Jumlah penderita penyakit stroke

tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan

sebanyak 1.236.825 orang (7,0%).


4

Dari data South East Asian Medical Information Center(SEAMIC) diketahui

bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia.Pasien stroke yang

dalam keadaan lumpuh atau cacat, pasien akan kesulitan dalam melakukan

kegiatan personal hygiene secara mandiri (Aprilia, 2014).

Bedasarkan survei awal yang telah dilakukan pada tanggal 29 September 2018

dengan metode wawancara,didapatkan data dari Puskesmas Kromengan terdapat

25 orang dengan stroke yang dirawat di rumah yang dalam keadaan sadar tetapi

membutuhkan bantuan dari keluarga karena penderita stroke tersebut mengalami

kelemahan fisik dan membutuhkan pertolongan dalam tindakan personal

hygiene.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar dukungan

keluarga masuk kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa adanya kepedulian

antara keluarga dan penderita stroke dalam pemenuhan personal hygiene.

Berdasarkan masalah yang ditemukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dalam pemenuhan personal

hygiene pada penderita stroke.

1.2 Rumusan Masalah

‘Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan

personal hygiene pada penderita stroke”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum peneliti adalah mengetahui dukungan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan Personal hygiene pada penderita stroke.


5

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga pada penderita stroke

b. Mengidentifikasipemenuhan kebutuhanpersonal hygiene pada

penderita stroke

c. Menganalisa hubungan dukungan keluarga denganpemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada penderita stroke

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu

pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk

penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan acuan

bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi institusi

yang terkait sehingga hasil penelitian dapat dikembangkan.

4. Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai

referensi untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan dukungan

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal Hygiene pada

penderita stroke.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Sebagai bahan masukan keluarga tentang pentingnya perawatan diri, dapat

menambah pengetahuan keluarga tentang perawatan diri pada penderita stroke.


6

2. Bagi Institusi Kesehatan

Bagi dunia pendidikan keperawatan khususnya Institusi Prodi S1

Keperawatan STIKes Kepanjen dapat digunakan untuk

mengembangkan ilmu dan teori keperawatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan

masukan positif untuk pengembangan ilmu keperawatan dan sebagai

bahan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitimelakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga (anak,

istri, dan suami) dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada penderita

stroke. Dari identifikasi masalah yang dibahas diatas, terdapat permasalahan yang

muncul yaitu dukungan keluarga terhadap personal hygiene pada penderita stroke

agar tetap terjaga dengan baik dengan melakukan kebersihan diri diantaranya

menjaga kebersihan kulit, mulut, rambut, telinga,hidung dan mata.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Menurut Friedman (2010) Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu

yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan

dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi

antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan

warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok keragat (Ali, 2009)

Sedangkan menurut Andarmoyo (2012) keluarga adalah suatu sistem sosial

yang terdiri dari individu-individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur

antara satu dengan yang lain yang diwujudkan dengan adanya saling

ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.2 Fungsi Keluarga

Keberadaan keluarga pada umumnya adalah untuk memenuhi fungsi-fungsi

keluarga. Fungsi keluarga, berbeda sesuai dengan sudut pandang terhadap

keluarga. Akan tetapi, dari sudut kesehatan keluarga yang sering digunakan

adalah fungsi keluarga. Beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan

(Andarmoyo, 2012), yaitu :


8

a. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan

membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk

2009).

b. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan

kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga

(Mubarak, dkk 2009)

c. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-

norma tingkahlaku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan

meneruskan nilai-nilai budada. Fungsi ini yang mengembangkan proses

interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan

tempat individu untu belajar (Setiawati, 2008).

d. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan

keluarga (Setiawati, 2008)

e. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakan dan

minat yang dimiliki, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang (Mubarak, dkk 2009).

Meskipun banyak fungsi-fungsi keluarga seperti disebutkan diatas,

pelaksanaan fungsi keluarga di Indonesi secara singkat dapat sebagai berikut :

Asih : Memberikan kasih sayang, perhatian, rasa ,aman, hangat kepada seluruh

anggota keluarga sehingga dapat berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhan.
9

Asah : Memenuhi pendidikan anak sehingga siap menjadi manusia dewasa,

mandiri dan dapat memenuhi kenutuhan masa depan.

Asuh : Memelihara dan merawat anggota keluarga agar tercapai kondisi yang

sehat fisik, sosial, dan spiritual (Andarmoyo, 2012)

2.1.3 Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal : adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

b. Matrilineal : adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

c. Matriloka : adalah sepasang suami istri yang tingal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patriloka : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.

2.1.4 Ciri-ciri Struktur Keluarga

Adapun ciri-ciri struktur keluarga sebagai berikut :

a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga
10

b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing

c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

2.1.5 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman (dalam Setiadi, 2008) membagi lima tugas keluarga dalam bidang

kesehatan yang harus dilakukan yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.

b. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarganya.

c. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

d. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

e. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi

keluarga.

Sedangkan menurut Donsu, dkk (2015) tugas kesehatan keluarga adalah

sebagai berikut :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggota keluarga

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing-masing anggota keluarganya sesuai dengan

kedudukannya

d. Sosialisasi antar anggota keluarga


11

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

2.1.6 Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam

keluarga adalah sebagai berikut:

a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.2 Konsep Dukungan Keluarga

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya,


12

berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota

keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Jadi

dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang

dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau

diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan (Erdiana, 2015).

2.2.2 Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Caplan (dalam Friedman 2010) terdapat tiga sumber dukungan

sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang spontan : dukungan

terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan profesional, dan upaya

terorganisasi oleh profesional kesehatan. Dukungan sosial keluarga mengacu

kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai

sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa

atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandanf bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga

internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung

atau dukungan sosial keluarga ekternal.


13

2.2.3 Bentuk Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu :

a. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping

yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga

merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif

terhadap individu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan

strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan

pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif. Adapun contoh

dukungan penilaian berupa :

- penghargaan positif

- dorongan untuk maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan

individu lain.

b. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support

material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis, termasuk didalamnya bantuan langsung.

Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi

depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk

mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata. Contoh dukungan instrumental

dapat berupa :

- Pemberian pertolongan langsung seperti pinjaman uang


14

- Pemberian barang

- Pemberian makanan

- Pelayanan

c. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggungjawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Pada dukungan informasi ini keluarga

sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi. Contoh pemberian

dukungan informasional dapat berupa :

- Pemberian informasi

- Pengetahuan

- Petunjuk,saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu

d. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional

sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan

seseorang kan hal yang dimiliki dan dicintai. Contoh dukungan emosional

dapat berupa memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat

mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa lega. Pada

dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan

memberikan semangat.
15

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan

Menurut Purnawan (dalam Rahayu, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah :

a. Faktor Internal

1. Tahap perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia

(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan yang berbeda-beda.

2. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir

seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

3. Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan

dan cara melakukannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam

setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda

sakit. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin

mempunyai respon emosional yang kecil selama sakit.


16

4. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan. Hubungan

dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti

dalam hidup.

b. Faktor Eksternal

1. Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya memperngaruhi

penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya, klien juga

kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga

melakukan hal yang sama.

2. Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit

dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap

penyakitnya. Variabel psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya

hidup, dan lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan

dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi

keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan

individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan

kesehatan pribadi.
17

2.3 Konsep Stroke

2.3.1 Pengertian Stroke

Stroke atau Cerebral Vaskuler Accident (CVA) adalah gangguan dalam

sirkulasi intraserebral yang berkaitan dengan vascular insuffiency, thrombosis,

emboli, atau perdarahan (Widagdo dkk,2008). Sementara menutur Always dan

Cole (2011) stroke adalah terjadinya disfungsi neurologis dengan onset yang

relativ tiba-tiba, yang melibatkan salah satu atau seluruh tanda, seperti kelemahan,

baal, kehilangan pandangan, diplopia, disartria, kelainan gaya dalam berjalan,

afasia, kepala terasa ringan, fertigo, atau derajat kesadaran yang terganggu. Dan

menurut Batticaca (2008) stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi

gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan kematian jaringan otak

sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau

kematian.Klasigikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke

meliputi :

a. Stroke Hemoragik. Merupakan perdarahan serebi dan mungkin perdarahan

subarakhnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuliuh darah otak pada

daerah otak tertentu yang biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau saat

aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat dimana kesadaran umumnya

menurun (Muttaqin, 2008).

b. Stroke Non Hemoragik atau Stroke Iskemik

Stroke non hemoragik dapat berupa iskemik atau emboli dan thrombosis

serebri yang biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur,

atau pagi hari yang dimana tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia

yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder,


18

dimana kesadaran umumnya biak (Muttaqin, 2008). Menurut Batticaca (2008)

stroke iskemik (infark atau kematian jaringan) sering terjadi pada usia 50 tahun

atau lebih dan terjadi pada malam hari hingga pagi hari, yang disebabkab oleh

thrombosis pada pembuluh darah otak dan emboli pada pembuluh darah otak.

2.3.2 Etiologi

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak berkurang karena

sumbatan, sehingga oksigen yang sampai ke otak juga berkurang atau tidak

tergantung berat ringanya aliran darah yang tersumbat. Sumber dari sumbatan

tersebut berupa kerak/plak, arterosklerosis, throumbus/pecahan bekuan darah,

emboli pada arteri otak yang bersangkutan. Pembuluh darah dapat mengalami

penyempitan karena aterosklerosis, yakni pembuluh darah menjadi kaku dan

elastisitas berkurang. Proses aterosklerosis terjadi akibat tertimbunnya lemak

dalam dinding pembuluh darah arteri. Timbunan lemak tersebut dapat merusak

dinding arteri dan menyebabkan luka yang akan merangsang trombosit untuk

mengeluarkan enzim pembeku darah. Maka terjadilah penggumpalan darah

setempat yang akan mengurangi diameter arteri sehingga makin menyempit atau

bahkan tersumbat sempurna. Penyempitan tersebut dapat menyebabkan aliran

darah kemudian menyangkut dipembuluh darah yang lebih kecil dan

menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah (Sari, dkk 2016).

2.3.3 Patofisiologi

Terjadinya penyakit kronis seperti halnya stroke diawali dengan proses

pembentukan plak anterosklerotik melalui mekanisme aterosklerosis pada dinding

pembulih darah. Ateroklerosis dimulai dengan adanya luka pada sel endotel

pembuluh darah yaitu lapisan dalam pembuluh darah yang bersentuhan langsung
19

dengan darah dan zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin

menjadi tidak licin lagi karena pla, dan akibatnya menjadi robek. Plak yang

terbentuk akan menjadi matang dan dapat pecah lalu mengikuti aliran darah yang

akan menyebabkan emboli dan dapat menyumbat aliran darah sehingga terjadilah

gangguan suplai oksigen (iskemia) baik di pembuluh darah jantung maupun

pembuluh darah otak (Junaidi, 2011).

Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke ringan dengan iskemik serebral

dengan disfungsi neurologis sementara. Disfungsi neurologis dapat berupa hulang

kesadaran dan hilangnya seluruh fungsi sensorik, kontralateral wajah, tangan,

lengan, dan fungsi tungkai, disfagia, sementara, dan beberapa gangguan sensorik.

Serangan iskemik berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (Widagdo

dkk, 2008).

2.3.4 Manifestasi klinis

Gejala yang ditimbulkan pada TIA, berlangsung hanya dalam hitungan

menit sampai sehari penuh yang disebabkan oleh sumbatan karena thrombus atau

emboli, gejala TIA disebabkan terserangnya sistem karotis adalah gangguan

penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri, terutama bila disertai dengan:

1. Kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya pada sisi yang sama.

2. Defisit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan atau tungkai saja

secara unilateral.

3. Kesulitan untuk berbahasa, sulit mengerti atau berbicara.


20

2.4 Konsep Personal Hygiene

2.4.1 Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene yaitu upaya individu atau

pribadi dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut,

telinga, gigi dan mulut, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian untuk

meningkatkan kesehatan yang optimal.

Mubarak,dkk (2015), aktivitas tersebut dikembangkan menjadi rutinitas

harian guna untuk memberikan perasaan stabil dan aman pada diri individu.

Tingkat kebersihan itu sendiri dinilai dari penampilan individu serta upaya

individu dalam menjaga kebersihan dan kerapian tubuhnya setiap hari. Hal

tersebut sangat penting mengingat kebersihan merupakan kebutuhan dasar utama

yang dapat memengaruhi status kesehatan dan kondisi psikologis individu secara

umum.

2.4.2 Tujuan Personal Hygiene

Tujuan personal hygiene sebagai berikut :

a. Menghilangkan minyak yang menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang

mati, dan bakteri

b. Memelihara integritas permukaan kulit

c. Menghilangkan bau badan yang berlebih

d. Meningkatkan percaya diri seseorang

e. Menstimulasi sirkulasi/peredaran darah

f. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

g. Menciptakan keindahan
21

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu (Mubarak dkk,

2015) :

a. Budaya. Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskkan bahwa

saat individu sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat mempengaruhi

penyakitnya.

b. Status sosial-ekonomi. Untuk melakukan personal hygiene yang baik

dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadahi, seperti kamar mandi,

peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya sabun, sikat

gigi, sampo, dll). Itu semua membutuhkan biaya.

c. Agama. Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam

melaksanakan kebiasaan sehari-hari. Agama Islam misalnya, umat Islam

diperintahkan untuk selalu menjaga kebersihan karena kebersihan adalah

sebagian dari iman. Hal ini tentu akan mendorong individu untuk mengingat

pentingnya kebersihan diri bagi kelangsungan hidup.

d. Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu. Kedewasaan seseorang

akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas diri orang tersebut, salah

satunya adalah pengetahuan yang lebih baik.

e. Status kesehatan. Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan

individu dalam melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada

tingkat kesehatan individu.

f. Kebiasaan. Ini ada kaitannya dengan kebiasaan individu dalam menggunakan

produk-produk tertentu dalam melakukan perawatan diri, misalnuya

menggunakan shower, sabun padat, sabun cair, shampo dll.


22

2.4.4 Macam-macam Personal Hygiene

Macam-macam tindakan personal hygiene menurut Potter dan Perry

(2012), yaitu sebagai berikut :

1. Kulit

Kulit merupakan pelindung tubuh dan jaringan di bawahnya. Kulit

merupakan pelindung terhadap semua rangsangan dari luar, dan

perlindungan tubuh dari bahaya kuman penyakit. Perawatan kulit

dilakukan dengan cara mandi dua kali sehari yaitu pagi dan sore

menggunakan air bersih dan sabun. Tujuan perawatan kulit yaitu agar

memiliki kulit yang utuh, bersih, bebas bau badan, merasa nyaman dan

sejahtera, dan dapat memahami metode perawatan kulit.

2. Kaki dan Kuku

Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah agar mempunyai kulit utuh dan

permukaan kulit yang lembut, agar merasa nyaman dan bersih,

memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan

benar. Cara merawat kuku antara lain, bersihkan kuku secara rutin,

Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan, haluskan

permukaan kuku yang tajam setelah dipotong.

3. Rambut

Rambut adalah pelindung kulit kepala dari sengatan matahari dan hawa

dingin. Rambut merupakan bagian tubuh yang paling banyak

mengandung minyak. Oleh karena itu debu, kotoran, asap mudah

melekat, maka mencuci rambut atau keramas merupakan suatu

keharusan. Cara-cara merawat rambut yaitu mencuci rambut/keramas 2-


23

3 kali seminggu (sesuai kebutuhan), potong rambut agar terlihat rapi,

gunakan sisir untuk merapikan rambut.

4. Gigi dan Mulut

Tujuan perawatan hygiene mulut yaitu agar memiliki mukosa mulut

utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit

yang ditularkan melalui mulut, mencegah penyakit mulut dan gigi.

Cara merawat gigi dan mulut yaitu tidak makan makanan yang terlalu

menggigit benda keras, menyikat gigi sesudah makan dan khususnya

sebelum tidur, pakailah sikat gigi yang berbulu banyak, menyikat gigi

dari atas ke bawah dan seterusnya, memeriksakan gigi secara teratur

setiap enam bulan.

5. Mata

Tujuan merawat kebersihan mata adalah untuk mempertahankan

kesehatan dan mencegah infeksi. Cara merawat mata yaitu usaplah

kotoran mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut bagian luar, saat

mengusap mata, gunakan kain yang bersih dan lembut, bila

menggunakan kacamata, hendaklah selalu dipakai.


24

2.4.5Kerangka Konsep

Keluarga - Dukungan
Faktor yang mempengaruhi penilaian
dukungan : - Dukungan
- Tahap perkembangan instrumental - Baik
Dukungan - Cukup
- Pengetahuan - Dukungan
- Faktor emosi informasional - Kurang
- Spiritual - Dukungan
emosional
Personal Hygiene
Faktor yang mempengaruhi
personal hygiene :
- Budaya
- Baik
- Status soial/ekonomi Penderita stroke - Cukup
- Agama
- kurang
- Tingkat pengetahuan
- Kebiasaan
- Status kesehatan

Keterangan :

Diteliti :

Tidak diteliti :

Hubungan :

Bagian 2.1 Hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene pada penderita stroke.


25

2.4.6 Uraian Kerangka Teori

Keberadaan keluarga pada umumnya adalah untuk memenuhi fungsi-fungsi

keluarga, baik sehat maupun sakit.

Dukungan keluarga sangatlah penting untuk individu dalam pemenuhan

personal hygiene pada penderita stroke agar kebersihan diri tetap terjaga.Faktor

yang mempengaruhi dukungan meliputi tahap perkembangan, pendidikan atau

pengetahuan, faktor emosi dan spiritual. Penelitian ini dengan menggunakan

metode penilaian baik dan kurang baik dalam dukungan keluarga. Faktor yang

mempengaruhi personal hygiene yaitu budaya, status sosial/ekonomi, agama,

tingkat pengetahuan, kebiasaan, status kesehatan. penilaian pengukurannya

menggunakan baik, cukup, sedang.

2.5Hipotesis

Hipotesis yaitu jawaban sementara dari pertanyaan sementara. Hipotesis

merupakan pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2012).

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan

personal hygiene pada penderita stroke.


26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu cara bagi seorang peneliti untuk

menyelesaikan suatu masalah sebelum sampai pada rencana akhir dari proses

mengumpulkan data. Desain penelitian juga dipakai untuk mengidentifikasi

struktur dimana penelitian dilakukan. (Nursalam, 2013)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan setelah sidang proposal yaitu pada

bulan Februari 2019 bertempat di Puskesmas Kecamatan Kromengan, Kabupaten

Malang.
27

3.3 Kerangka Kerja

Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan dukungan keluarga dengan

pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada penderita stroke.

POPULASI
Populasi penelitian ini adalah orang penderita stroke di wilayah Puskesmas
Kromengan yang berjumlah 25
orang.

SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini adalah orang penderita stroke di wilayah Puskesmas
Kromengan berjumlah 25 orang

DESAIN PENELITIAN
Analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional

TEKNIK SAMPLING
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampling pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik Purposiv sampling

Variabel Dependen Variabel Independen


Dukungan keluarga pada penderita personal hygiene pada penderita
stroke stroke

Instrumen Instrumen

Kuesioner Observasi

Pengolahan Data dan Analisa Data

Editing, Coding, dan Analisa menggunakan Spearman Rank

KESIMPULAN

Jika nilai P ≤ 0,05 maka data H0 ditolak berarti ada hubungan


Jika nilai P > 0,05 maka data H0 diterima berarti tidak ada hubungan
28

3.4 Desain Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan responden dalam tempat yang

akan diteliti. Populasi pada penelitian sejumlah 26 responden yaitu

penderita stroke di Puskesmas Kecamatan Kromengan, Kabupaten

Malang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ada dua syarat

utama yang harus ada untuk penetapan sampel yaitu representatif

(mewakili) dan sampel harus cukup banyak (Sugiyono, 2016)

a. Besar Sample

Besar sample merupakan sample yang dapat mewakili populasi

yang ada. Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang

dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi.Selanjutnya, jika jumlah subyeknya

besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,

2006). Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek 25 orang,

responden stroke yang di ambil yaitu penderita stroke yang

mengalami lemah fisik perlu bantuan dari keluarga, penderita stroke

yang membutuhkan personal hygiene yang baik.

3.4.3 Sampling

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan

teknik Purposive sampling yaitu dalam pengambilan sampelnya sesuai


29

keinginan peneliti dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah

ditetapkan oleh peneliti untuk dijadikan responden.

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu karakteristik atau perilaku yang memberikan perbedaan

terhadap sesuatu seperti benda, manusia, dan lain-lain (Nursalam, 2013).

3.5.1 Variabel Dependen (terikat)

Variabel Dependen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependen yaitu

penderita stroke.

3.5.2 Variabel Independen (bebas)

Variabel Independen dalam variabel yang dipengaruhi nilainya dan

ditentukan oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

independen yaitu dukungan keluarga penderita stroke dalam pemenuhan

kebutuhan personal hygiene.


30

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Pada Penderita Stroke.

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Ukur Skoring

Operasional

Dukungan keluarga Suatu bentuk Untuk mengetahui : Kuesioner Ordinal Selalu = 4


pada penderita stroke hubungan 1. Bentuk bentuk Sering = 3
interpersonal yang dukungan Pernah = 2
meliputi sikap, keluarga : Tidak pernah = 1
tindakan dan - Dukungan Klasifikasi :
penerimaan terhadap penilaian Baik : 76-100%
anggota keluarga - Dukungan Cukup : 56-75 %
instrumental Kurang : <56%
- Dukungan
informasional
- Dukungan
emosional
31

Personal hygiene pada Individu atau pribadi Untuk mengetahui : Observasi Ordinal Ya = 1
penderita stroke dalam memelihara 1. Macam-macam Tidak = 0
kebersihan diri personal hygiene: Klasifikasi :
- Kulit a.) Baik : 11-15
- Rambut b.) Cukup : 5-10
- Kaki dan kuku c.) Kurang : 1-4
- Gigi dan mulut
- Mata
32

3.7 Pengukuran Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan

Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti harus meminta surat

izin penelitian terlebih dahulu kepada ke Ketua STIKes Kepanjen,

kemudian surat izin diberikan ke Ketua Puskesmas di Desa

Kromengan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan

perkenalan terlebih dahulu kepada calon responden, yaitu dengan

cara memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan

peneliti. Setelah menjelaskan kepada calon responden lalu ditanya

apakah para calon responden bersedia untuk bekerja sama menjadi

responden dalam penelitian yang akan dilakukan.

3.7.2 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat

disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi informasi. Langkah-langkah

dalam pengolahan data menggunakan komputer sebagai berikut :

a) Editing

Pemeriksa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian,

apakah ada kekeliruan atau tidak. Pada saat dilakukan inform

consent responden diminta untuk mengisi lembar persetujuan untuk

menjadi responden penelitian, lembar persetujuan diisi secara jelas.

b) Coding

Pemberian kode agar peneliti mudah dalam mengolah data

yang didapat sebagai berikut :


33

1) Kode untuk jenis kelamin :

1. Laki-laki :L

2. Perempuan :P

2) Kode untuk usia :

Kode 1. 50-60 tahun

Kode 2. 61-70 tahun

Kode 3. 71-80 tahun

Kode 4. 81-90 tahun

Kode 5. 91-100 tahun

3) Kode untuk agama :

Kode 1. Islam

Kode 2 Kristen

Kode 3. Hindu

Kode 4. Budha

4) Kode untuk aktivitas sehari-hari :

Kode 1. Aktivitas secara mandiri

Kode 2. Tidak aktivitas secara mandiri

c.) Tabulating

Membuat data dalam bentuk angka yang dibuat dalam kolom dan

baris bertujuan untuk memperlihatkan frekuensi kejadian dengan

kategori yang tidak sama. Pada penelitian ini data yang diberi kode

dimasukkan ke dalam tabel, kemudian dimasukkan ke dalam

kompulan lalu dianalisis secara statistik.


34

5) Kode untuk jenis kelamin :

3. Laki-laki :L

4. Perempuan :P

6) Kode untuk usia :

Kode 1. 50-60 tahun

Kode 2. 61-70 tahun

Kode 3. 71-80 tahun

Kode 4. 81-90 tahun

Kode 5. 91-100 tahun

7) Kode untuk agama :

Kode 1. Islam

Kode 2 Kristen

Kode 3. Hindu

Kode 4. Budha

8) Kode untuk aktivitas sehari-hari :

Kode 1. Aktivitas secara mandiri

Kode 2. Tidak aktivitas secara mandiri

d.) Tabulating

Membuat data dalam bentuk angka yang dibuat dalam kolom dan

baris bertujuan untuk memperlihatkan frekuensi kejadian dengan

kategori yang tidak sama. Pada penelitian ini data yang diberi kode

dimasukkan ke dalam tabel, kemudian dimasukkan ke dalam

kompulan lalu dianalisis secara statistik.


35

e.) Skoring

Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberikan skor,

memberikan kode terhadap item yang tidak diberi skor (Arikunto,

2010). Pengolahan data dilakukan dengan memberikan penilaian pada

jawaban responden mengenai dukungan keluarga dengan jawaban

“benar” dan “salah”. Jawaban “benar” diberikan nilai 1 dan “salah”

diberikan nilai 0. Sedangkan lembar kuesioner mengenai perilaku

personal hygiene diberikan pilihan jawaban selalu=4, sering=3,

pernah=2, tidak pernah=1

f.) Penilaian

Setelah melalui tahapan skoring, kemudian dilakukan penilaian

terhadap jawaban-jawaban pada lembar kuesioner yang telah diisi oleh

responden dan melalui observasi yang telah dilakukan oleh peneliti

kemudian diberi pembobotan, dijumlahkan dan dibandingkan dengan

skor tertinggi lalu dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase

(Arikunto, 2010).

Adapun rumus yang digunakan yaitu :


𝐬𝐩
N = 𝐬𝐦 x 100%

Keterangan :

N : Nilai yang didapat

Sp : Skor yang idapat

Sm : Skor maksimal
36

g.) Klasifikasi

Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasi data variabel

penilaian, untuk menilai secara kualitatif status meliht dukungan keluarga

dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada penderita stroke dan

menginterpresentasikan berdasarkan presentase menjadi (Arikunto, 2010) :

Baik, jika hasil >76%-100%

Cukup, jika hasil 56%-75%

Kurang, jika hasil <55%

Sedangkan untuk perilaku personal hygiene pada penderita stroke

di klasifikasikan berdasarkan lembar perilaku dan menginterpresentasikan

menjadi (Santoso, 2012) :

Tidak hygiene : 0-15

Kurang hygiene : 16-30

Cukup hygiene : 31-45

Sangat hygiene : 46-60

h.) Penyajian data

Setelah mengalami proses pengolahan data tersebut akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi sederhana mengenai

hasil tabel distribusi frekuensi. Narasi digunakan untuk menyampaikan

ulasan mengenai data dengan milai mencolok atau ekstrem (Arikunto,

2010)

3.7.3 Analisa Data

Analisa data adalah proses dalam merinci data yang akan ditulis

pada penyajian data. Hal ini dilakukan dengan menemukan makna


37

setiap data sehingga data memberikan tafsiran yang dapat diterima akal

sehat dalam konteks masalahnya secara keseluruhan.

a) Analisa Univariate (Analisa Deskriptif)

Analisa univariate digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yaitu untuk

mendekripsikan tentang dukungan keluarga dengan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene.

b) Analisa Bevariate

Analisa bevariate digunakan untuk menganalisis dari kedua

variabel tersebut, analisa ini dilakukan untuk mengetahui, hubungan

dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene

pada penderita stroke. Dalam penelitian ini analisa data yang

digunakan adalah Uji T tidak berpasangan.

3.7.4 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).

Instrument penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara

diantaranya :

1. Observasi, atau dapat diartikan metode atau cara-cara yang

menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis

mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu

atau kelompok secara langsung. Cara atau metode tersebut dapat

juga dikatan dengan menggunakan tehnik dan alat-alat khusus


38

seperti blangko,checklist, atau daftar isian yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

2. Wawancara, wawancara atau dalam bahsa inggris yaitu interview.

Merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung

antara narasumber dan pewawancara.

3. Kuesioner, merupakan instrumen pengumpulan data atau informasi

yang dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan.

Tujuan penyusunan kuesioner adalah untuk memperbaiki bagian-

bagian yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam

pengambilan data terhadap responden. Kuesioner dapat dapat

berfungsi sebagai alat dan sekaligus teknik pengumpulan data yang

berisi sederet pertanyaan.

Untuk melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa pertanyaan atau angket yang dibuat peneliti

dengan mengacu pada teori dan konsep yang telah di siapkan

sebelumnya. Kuesioner yang di buat untuk mengukur dukungan

keluarga tentang pemenuhan personal hygiene pada penderita stroke

sejumlah 15 soal. Waktu yang diperlukan untuk pengisian angket

tersebut diperkirakan 30 menit.

3.8 Etika Penelitian

1.8.1 Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan oleh peneliti dan

responden dengan memberikan persetujuan melalui informed consent.

Dengan memberikan surat persetujuan dari pihak Institusi kepada Ketua


39

Senam Lansia sebelum penelitian dilaksanakan. Tujuan dari lembar

persetujuan ini sebagai bukti penyelenggaraan penelitian yang akan

dilakukan, dan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian

dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati

keputusan responden.

1.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Anonimity dalam penelitian ini merupakan bagian dari etika

penelitian keperawatan, dimana tidak menuliskan atau mencantumkan

nama responden dalam lembar observasi dan hanya menggunakan huruf

nama inisialnya saja atau kode tertentu yang tidak menggangu privasi

responden.

1.8.3 Confidentially (Keberhasilan)

Semua informasi yang telah diperoleh peneliti dari responden

akan dijamin keberhasilannya, dan hanya beberapa data kelompok

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


40

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta :

Dua Satria Offset.

Apprilia, Reny. Personal Hygiene Dirumah Pada Penderita Stroke Di Desa


Pakuwon, kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto tahun 2014. Tersedia
pada respiratory.poltekkesmajapahit.ac.id. Diakses pada 22 September
2018 pukul 13.30 WIB

Always, David dan Cole, John Walden. 2011. Esensial Stroke untuk layanan
Primer. Jakarta: EGC

Brunner dan Suddart. 2012. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku dari


Brunner&Suddart. Jakarta: EGC

Junaidi, Iskandar. 2011. STROKE, Waspadai Ancamannya. Yogyakarta.

Ramadhani, Fauzy. 2016. Skripsi. Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Personal

Hygiene Pada Pasien Stroke Oleh Perawat Di Ruang Mawar Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016. Tersedia pada
www.ejournal.stikesnucis.ac.id. Diakses pada 20 Sepetember 2018 pukul
11.00 WIB

Soekidjo Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :

Rineka cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan pedoman metodologi penelitian ilmu keperawatan.

Salemba Achjar 2010, Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga,

Jakarta Medika: Jakarta

Isro’in, Andarmoyo 2012, Personal Hygiene Konsep, proses dan Aplikasi dalam

Praktik keperawatan, Edisi pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.


41

Tarwoto, Wartonah 2011, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Edisi kedua, Salemba medika, Jakarta.


42

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jemis kelamin :

Dengan ini menyatakan bahwa setelah kami memperhatikan permohonan

menjadi responden untuk penelitian dengan judul :

“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan

Personal Hygiene Pada Penderita Stroke (di wilayah Puskesmas

Kromengan).”

Maka, kami menyatakan bahwa kami (bersedia/tidak bersedia) menjadi

responden penelitian tersebut secara sukarela (tanpa paksaan).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Responden,

(Tanpa Nama)
43

INFORMED CONSENT

Kepada :

Bapak/Ibu

Di tempat,

Dengan hormat,

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir Program S1 Keperawatan

STIKes Kepanjen Kabupaten Malang, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Kory Wahyu Ennar

NIM : 15.20.059

Semester : VII

Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Pada Penderita Stroke

(di wilayah Puskesmas Kromengan).”

Untuk kelancaran penelitian ini, saya mengharap partisipasi dalam

mengikuti kegiatan. Adapun hal-hal yang bersangkutan dengan diri anda saya

jamin kerahasiaannya.

Atas kesediaan anda menjadi responden, peneliti mengucapkan

terimakasih.

Hormat saya,

Kory Wahyu Ennar


44

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

“HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA STROKE”

DI WILAYAH PUSKESMAS KROMENGAN

Tanggal : No.Responden :

Petunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda check list ( √ ) pada tempat

yang telah tersedia dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus di jawab !

DATA UMUM

Pilihlah jawaban sesuai dengan identitas Saudara !

1. Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

2. Pendidikan Terakhir

SMP

SMA

DIII

S1

S2
45

3. Umur

40-50 tahun

51-60 tahun

61-70 tahun

71-80 tahun

81-90 tahun

4. Status Perkawinan

Menikah

Belum Menikah

Duda/Janda

5. Agama

Islam

Kristen

Hindu

Budha

6. Aktivitas sehari-hari

Aktivitas secara mandiri

Tidak aktivitas secara mandiri


46

DATA KHUSUS

A.Dukungan Keluarga

Pilihlah salah satu pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda check list ( √ ) di

samping pernyataan!

Keterangan : SL : Selalu

SR : Sering

KK : Kadang-kadang

TP : Tidak Pernah

NO PERTANYAAN SL SR KK TP

1. Apakah keluarga memberi dorongan/motivasi untuk penderita

stroke agar terus belajar hal yang ia belum biasa lakukan?

2. Apakah keluarga juga memberikan pujian kepada penderita stroke

jika ia dapat melakukan hal yang belum pernah dilakukan?

3. Apakah keluarga memberikan pertolongan jika penderita stroke

membutuhkan bantuan?

4. Apakah penderita stroke dapat melakukan aktivitas sendiri/tanpa

bantuan?

5. Apakah keluarga juga membantu dalam pemberian makanan untuk

kesehatan penderita stroke?

6. Apakah keluarga melakukan chek/kontrol rutin ke

Puskesmas/tenaga medis terdekat?

7. Apakah keluarga memberikan pelayanan/perawatan terbaik untuk

pemulihan kesehatan penderita stroke?

8. Apakah keluarga juga memberikan nasihat kepada penderita stroke


47

mengenai kesehatannya?

9. Apakah keluarga juga memberikan beberapa informasi mengenai

kesehatan yang baik untuk penderita stroke?

10. Apakah keluarga memberikan solusi untuk kesehatan penderita

stroke?

11. Apakah dengan keadaan penderita stroke seperti sekarang ini

keluarga tetap memberikan semangat kepada penderita stroke?

12. Apakah penderita stroke merasa masih dicintai dalam keluarga?

13. Apakah keluarga memberikan rasa nyaman kepada penderita stroke

dalam hal apapun itu?

14. Apakah keluarga memberikan perhatian kepada penderita stroke?

15. Apakah penderita stroke merasa sedih/cemas dan merasa

kehilangan harga diri?


48

KISI-KISI KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA PADA PENDERITA

STROKE

NO VARIABEL KODE PERNYATAAN JUMLAH

SOAL SOAL

1. Dukungan keluarga : 1 Positif (+) 15

- Dukungan Penilaian 2 Positif (+)

- Dukungan 3 Positif (+)

Instrumental 4 Positif (+)

- Dukungan 5 Positif (+)

Informasional 6 Negatif (-)

- Dukungan Emosional 7 Positif (+)

8 Negatif (-)

9 Negatif (-)

10 Positif (+)

11 Positif (+)

12 Positif (+)

13 Positif (+)

14 Negatif (-)

15 Positif (+)
49

LEMBAR OBSERVASI PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE

PADA PENDERITA STROKE.

Pilihlah salah satu pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda check list (√ ) di

samping pernyataan!

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

NO PERNYATAAN YA TIDAK

1. Kulit kelihatan hitam/tidak terawat

2. Kulit terlihat kering dan kusam

3. Bau badan yang kurang enak

4. Kuku terlihat panjang

5. Kuku terlihat bersih

6. Kuku tidak terawat

7. Rambut terlihat bersih

8. Rambut tidak terawat ada ketombe

9. Rambut kelihatan kusam/lepek

10. Rambut terlihat rapi dan tidak panjang (Laki-laki)

11. Mata bening/tidak kurang tidur

12. Mata kelihatan kotor

13. Bibir telihat kering

14. Gigi tampak bersih

15. Terdapat kotoran pada gigi dan mulut

16. Mukosa bibir baik


50

Anda mungkin juga menyukai