Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur (fungi) banyak kita temukan di sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di
musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Beberapa ahli mikologi membagi
jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir
(yeast). Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang
berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang
dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur
dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval. (Medhy,
2013).
Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan
pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa
cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide culture atau hanging drop. Untuk
pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis.
(Medhy, 2013).
Jamur tidak mempunyai batang, daun dan akar serta tidak mempunyai sistem
pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang,
bersel banyak dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak
mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri. (Medhy, 2013).

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui bentuk makroskopis dan mikroskopis beberapa jenis fungi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fungi

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam
dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya
berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. (Gandjar, 1999).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrien dari lingkungan dan miselium
fertil yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah
mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila
dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang
ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati
dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil
sumber karbon dari karbohidrat (misalnya glukosa, sukrosa atau maltosa), sumber nitrogen
dari bahan organik atau anorganik dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi
yang dapat mensintesis vitamin-vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biakan sendiri,
tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri sehingga harus mendapatkan dari substrat
misalkan tiamin dan biotin. (Dwidjoseputro, 2005).
Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia
jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan
reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan pembentuk jaringan yang disebut
miselium. Miselium yang menyusun jalinan-jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi
membran plasma dan sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau
septa. Septa umumnya mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom,
mitokondria dan kadang inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi adapula hifa yang

2
tidak bersepta atau hifa sinostik. Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. (Aqsha, 2013).
Fungi dibedakan menjadi tiga, yaitu khamir (yeast), kapang (moulds) dan cendawan
(mushrooms). Khamir merupakan fungi uniseluler (bersel satu), dengan bentuk yang
bervariasi (bulat, oval, ogival, dll). Kapang dan cendawan merupakan fungi multiseluler
(bersel banyak) berupa benang (hifa), kumpulan hifa disebut miselium. Khamir mempunyai
sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak
sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1-5 μm
lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa
ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas,
namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.
Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi
flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya
terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman).
Kapang dapat dibedakan dari cendawan terutama dari ukurannya, dimana umumnya
cendawan pada fase generatifnya membentuk tubuh buah yang berukuran besar, sehingga
dapat diamati dengan mata telanjang . Karena cendawan memiliki ukuran tubuh buah yang
besar sering disebut dengan makrofungi.
Pada umumnya jamur mikrofungi dibagi menjadi 2 yaitu, khamir (Yeast) dan kapang
(Mold).

1. Khamir
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir
mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir ukurannya
berkisar antara 1-5 μm lebar dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya yang paling
kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam berbentuk telur, tetapi
beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang
khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan
bentuk. Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. (Coyne 1999).
 Khamir Murni
Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan
askospora. Khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces

3
cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp). (Coyne
1999).
 Khamir Liar
Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulit anggur. Khamir ini mungkin
digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah
dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau
yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada di kulit anggur dimatikan dengan
penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum
galur khamir yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air
perasan anggur. (Coyne 1999).
 Khamir Atas
Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi,
sehingga khamir itu dibawa ke permukaan. Khamir atas mencakup khamir yang
digunakan dalam pembuatan roti. Untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris
(Saccharomyces cereviceae). (Coyne 1999).
 Khamir Dasar
Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal
fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih
digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis). (Coyne 1999).
 Khamir Palsu atau Torulae
Khamir yang di dalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora
seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi medis (Cryptococcus neoformans,
Pityrosporum ovale, Candida albicans). (Coyne 1999).

2. Kapang
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora
(sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang
dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang
biasanya berdiameter 1 μm. Di sepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama. (Syamsuri
2004).
Ada 3 macam morfologi hifa :
a. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum
b. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel
berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-tengah yang

4
memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang yang lain.
Setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membran sebagaimana
halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. (Syamsuri 2004).
c. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih
dari satu nukleus dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004).
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara heterotrof.
Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya.
Umumnya jamur hidup secara saprofit, artinya hidup dari penguraian sampah sampah-
sampah organik seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-
bahan anorganik. Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan
organik dari inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup
secara simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling
mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak.
(Syamsuri 2004).
Jamur uniseluler misalnya ragi dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi gula
dan gula dicerna menjadi alkohol. Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat
mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan asam amino. Makanan tersebut
dicerna di luar sehingga disebut pencernaan ekstraseluler, sama seperti pada bakteri. Caranya
sel-sel yang bekerja mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja
menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana. (Syamsuri
2004).

2.2 Morfologi Koloni


Morfologi koloni khamir dan kapang memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk
setiap jenisnya. Khamir memperlihatkan koloni berupa bulatan kental dengan permukaan
licin, suram atau kasar. Koloni khamir ini hampir mirip dengan bakteri, oleh karena itu perlu
pengamatan mikroskopis untuk membedakannya. Koloni kapang lebih mudah dibedakan dari
khamir dan bakteri. Koloni kapang tumbuh berupa benang-benang halus, seperti beludru,
tepung atau seperti butiran kasar. Sementara cendawan pada fase vegetatif memiliki koloni
seperti kapang, yang biasanya teksturnya seperti kapas, lebih kompak dan berwarna putih.
Beberapa karakteristik koloni fungi yang perlu diperhatikan :
1. Warna
Warna yang diperlu diperhatikan adalah permukaan koloni dan warna sebalik koloni
(reverse side). Warna koloni bervariasi, yaitu putih, abu-abu, hijau muda, hijau
5
kekuningan, dll. Awalnya warna koloni (terutama kapang) putih dan akan brubah sesuai
dengan warna spora atau konodia.
2. Tekstur
Tekstur koloni yang dilihat merupakan aeral hipha (hifa udara). Berikut ini beberapa
tekstur hifa fungi ;
a. Absent, koloni dengan miselium tenggelam, permukaan agak halus.
b. Cattony, koloni dengan hifa aerial yang panjang dan padat, menyerupai kapas.
c. Woolly, koloni dengan tenunan hifa atau kumpulan hifa hampir panjang, tenunanya
mirip kain wool.
d. Velvety, koloni dengan hifa aerial yang pendek menyerupai kain beludru.
e. Downy, koloni dengan hifa halus, pendek dan tegak, secara keseluruhan sering
transparan.
f. F. Glabrous atau waxy, koloni dengan permukaan halus, karena tidak ada hifa aerial.
Biasanya koloni khamir berbentuk seperti ini.
g. Granular atau Powdery, koloni rata dan terlihat banyak konidia yang terbentuk.
Koloni granular tampak lebih kasar permukaanya, sementara itu koloni permukaanya
kelihatan seperti tepung.
3. Topografi
a. Rugose, koloni yang memiliki alur-alur yang ketinggiannya tidak beraturan dan
tampak merupakan garis radial dari reverse side.
b. Umbonate, koloni yang memiliki penonjolan seperti sebuah kancing pada bagian
tengah koloni. Seringkali koloni ini juga memiliki alur-alur garis radial.
c. Verrugose, koloni yang memiliki penampakan kusut dan keriput. Biasanya koloni
tidak memiliki aerial hifa.
4. Tetesan Eksudat
Pada beberapa koloni fungi sering terlihat adanya tetesan eksudat yang
merupakan titik-titik cairan yang terlihat pada permukaan koloni. Biasanya eksudat ini
merupakan hasil metabolit sekunder dari fungi.
Garis-garis radial dari pusat koloni ke arah tepi koloni serta lingkaran konsentris
ada atau tidak juga diamati.
5. Garis radial dan lingkaran kosentris
Garis radial merupakan garis yang terlihat seperti jari-jari koloni, sedangkan
lingkaran kosentris merupakan lingkaran-lingkaran yang terbentuk dalam suatu koloni.
Garis radial dan lingkaran kosentris seringkali lebih jelas terlihat pada reverse side.
6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrotika, pada hari Selasa, tanggal 15
Maret 2016, dari pkl. 16.00 s/d 18.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
 Jarum ose
 Lampu spirtus
 Gelas objek dan gelas penutup
 Mikroskop
Bahan :
 Lactophenol cotton blue
 Beberapa koloni kapang dan khamir dalam cawan petri

3.3 Cara Kerja


Pengamatan Makroskopis (Koloni Khamir, Kapang) :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan beberapa koloni kapang dan khamir di dalam tabung reaksi dan
cawan petri.
3. Mengamati warna, tekstur, topografi dan tetesan eksudat.
4. Mengamati garis-garis radial dari pusat koloni ke arah tepi koloni, serta lingkaran
konsentris, ada atau tidak.
5. Mencatat dan gambar semua hasil pengamatan.

Pengamatan Mikroskop (sel dan hifa) :


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan gelas objek serta gelas penutup
3. Meneteskan satu tetes lactophenol cotton blue pada gelas objek
4. Mengambil dengan menggunakan jarum tanam kapang dan jarum ose khamir.
5. Meletakan di atas tetesan lactophenol cotton blue, ratakan.

7
6. Mengamati pada mikroskop pembesaran objektif 10x-40x.
7. Memperhatikan hifa, berseptum atau tidak, hialin atau berwarna bila diberi cat,
atau gelap, serta bentuk hifa (berspiral, bernodul atau berhizoid).
8. Memperhatikan spora aseksualnya serta spora seksual kalau ada.
9. Untuk Khamir, memperhatikan bentuk sel, dinding sel (halus, kasar, berpigmen
atau tidak), spora aseksual dan seksual kalau ada, budding serta pseudohifa.

Pengamatan terhadap bakteri udara yang telah diisolasi :


Mengamati bentuk, pigmentasi, bentuk koloni, margin, elevasi dan kejernihan dari
isolat bakteri udara.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Pengamatan Secara Makroskopis :

Aspergillus Sac. ceravial

Sac. ceravial Candida

Penicillium

Rhizopus

9
Aspergillus Aspergillus

Aspergillus Aspergillus

Tabel hasil pengamatan secara maskroskopis :


Sample
Morfologi
Candida albicans Rhizopus Penicillium Aspergillus Saccharomices
Koloni
Warna Putih Putih Abu Hitam Putih
kehitaman
Tekstur Glabrous Cottony Velvety Velvety Granular
Topografi Rugose Rugose Umbonate Umbonate Rugose

Tetesan - - - Terdapat -
Eksudat eksudat

10
b. Hasil Pengamatan Secara Mikroskopis

1. Aspergillus

Pembesaran objektif 40x Pembesaran objektif 25x


Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat
ditemukan dimana–mana di alam ini. Ia tumbuh sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang
membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang
lazim ditemukan di rumah sakit dan laboratorium. Aspergillus adalah jamur yang membentuk
filamen-filamen panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan
konidiospora. Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan
konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak
dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru. (Tarigan, 1991).
Ciri–ciri Aspergillus adalah mempunyai hifa bersepta dan miselium bercabang, sedangkan
hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa fertil, koloninya berkelompok, konidiofora
bersepta atau nonsepta yang muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar
dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium–konidium yang tersusun
berurutan mirip bentuk untaian mutiara, konidium–konidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua,
hijau) yang memberi warna tertentu pada jamur. (Schlegel, 1994).

2. Candida albicans
Ciri morfologi Candida albicans ini
adalah golongan dari jamur dimorfik yang dapat
tumbuh sebagai sel tunas yang kemudian akan
memanjang dan berubah menjadi hifa semu. Hifa
semu ini terdiri dari banyak blastospora yang
memiliki bentuk bulat atau lonjong.

11
Candida albicans adalah spesies cendawan patogen dari golongan deuteromycota.
Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang
disebut kandidiasis pada kulit, mukosa dan organ dalam manusia. Beberapa karakteristik
dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan
dapat memproduksi pseudohifa. Spesies C. albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu
bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotip atau
penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi
kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi dan tidak tembus
cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan
kolonisasi.

3. Penicillium
Ciri mikroskopik : Konidia berbentuk rantai,
konidia berlimpah dibagian fialid, spora sudah
terlepas dan berserakan. Konidiofor berdinding tipis
dan bercabang.
Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo
Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp.
memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan
spora yang disebut konidium.

Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung


seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor dan spora yang dihasilkannya
disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga
tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan
dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara
lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang
digunakan untuk membuat keju biru. (Purves dan Sadava, 2003).
Menurut Hoeller (1999), telah mengisolasi 45 isolat Penicillium dari 11 jenis spons, untuk
meneliti diversitas, aktivitas biologic dan metabolit sekunder dari fungi yang diisolasi dari
spons. (Indrawati Gandjar, 2006). Jamur ini berwarna hjjau kebiruan dan tumbuh baik pada
buah-buahan yang telah masak, roti, nasi, serta makanan bergula. Hidup secara saprofit di
berbagai tempat, terutama pada substrat yang mengandung gula (seperti nasi, roti dan buah

12
yang telah ranum). Berkembang biak secara vegetatif dengan membentuk konidia. Konidia
dibentuk pada ujung hifa. Hifa pembawa konidia disebut konidiofor. Sehingga setiap konidia
dapat dapat tumbuh membentuk jamur baru. Konidiofornya berbentuk seperti sikat/kuas
reproduksi generatif dengan membentuk askus, namun reproduksi secara generatif sulit
ditemukan.
Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain.

4. Saccharomyces

Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi yang memiliki kemampuan


mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme
bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada
suhu 30oC dan pH 4,8. Beberapa kelebihan Saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu
mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan
terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.
Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu
unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea,
ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28-
30 oC.

13
5. Rhizopus

Rhizopus oligorpus, yaitu jamur yang digunakkan untuk membuat tempe. Hifa adalah
benang-benang penyusun tubuh jamur. Sebagai anggota Zygomycota, Rhizopus oligarpus
dapat berkembangbiak secara aseksual atau secara seksual. Reproduksi aseksual terjadi
dengan cara membentuk spora di dalam sporangium yang terletak di ujung-ujung hifa.
Sporangium ditunjang oleh sporangiofor.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

15
Daftar Pustaka

Yulneriwarni, Noverita.2014.TEKNIK LABORATORIUM MIKROBIOLOGI. Universitas


Nasional:Jakarta
https://mikrobiologilautunpad.files.wordpress.com/2013/04/3 mikro laut modul 3 TA
2013.pdf diakses 15 Maret 2016
https://www.academia.edu/5442353/3 LAPORAN HASIL PRAKTIKUM mikrobiologi
isolasi bakteri diakses 15 Maret 2016
Waluyo, Lud. Mikrobiologi Umum. 2004. Malang. UMM Press
Jawetz, dkk. 2012. Mikrobiologi Kedokteran Ed. 25. Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai